Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Salma Raniya
"Skripsi ini membahas tentang proses kehadiran hiperrealitas di dalam Ruang Experiential. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah memahami bagaimana individu mengalami dan mempersepsikan hiperrealitas melalui proses simulasi dan simulacra. Proses tersebut berkaitan dengan interaksi individu terhadap Ruang Experiential yang diatur berdasarkan tiga elemen ruang, yaitu tata letak, suasana, dan artifacts sebagai simbol. Skripsi ini menggunakan studi kasus Complete Showroom IKEA Sentul yang ditelusuri melalui observasi lapangan dan wawancara. Hasil dari penulisan skripsi ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap hiperrealitas dalam Ruang Experiential dipengaruhi oleh faktor mental dan simbolis. Faktor mental mencakup tujuan kunjungan dan preferensi individu, sementara faktor simbolis melibatkan pengaturan tata letak, artifacts, dan suasana. Kondisi hiperrealitas akan dapat dipersepsikan ketika kedua faktor tersebut saling berinteraksi dan menciptakan kesan yang melebihi realitas sebenarnya. Penulisan skripsi ini memberikan pemahaman yang lebih dalam terkait bagaimana individu memahami hiperrealitas dalam konteks Ruang Experiential, serta implikasinya dalam penciptaan ruang arsitektur.

This study explores the process of hyperreality within Experiential Spaces. The objective of this study is to understand how individuals experience and perceive hyperreality through the processes of simulation and simulacra. This process involves the interaction of individuals with Experiential Spaces arranged by three spatial elements: layout, ambiance, and artifacts as symbols. This study employs a case study of the Complete Showroom IKEA Sentul, which was examined through field observations and interviews. The findings of this study demonstrate that the perception of hyperreality within the Experiential Spaces is influenced by mental and symbolic factors. The mental factors encompass the purpose of visitation and individual preferences, while the symbolic factors involve the arrangement of layout, artifacts, and ambiance. The condition of hyperreality can be perceived when these two factors interact and create an impression that surpasses an actual reality. This study provides a deeper understanding of how individuals comprehend hyperreality within the context of the Experiential Spaces, as well as its implications in architectural space creation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wiega Permana
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana queer muslim memproduksi ruang alternatif melalui praktik reorientasi pemahaman mengenai gender dan seksualitas dalam Islam. Interpretasi Islam tradisional yang cenderung heteronormatif mengkooptasi ruang dan mode pertukaran narasi yang dapat digunakan oleh kelompok queer muslim sehingga menciptakan perasaan disorientasi. Untuk itu, queer muslim membangun ruang alternatif sebagai situs bagi mereka untuk menukarkan narasi-narasi Islam yang akomodatif. Penelitian ini menemukan bahwa queer muslim menjadikan pengalaman marginalisasi sebagai alat untuk mengonstruksi identitas dan ruang alternatif. Ruang tersebut tidak bersifat eksklusif dan separatis, tetapi dihidupi oleh kelompok queer dan hetero, terutama ustad atau ulama melalui praktik reorientasi dengan cara membaca ulang pengalaman marginalitas dan narasi Islam. Pengetahuan mengenai Islam yang dipertukarkan berakar dari prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan, serta rahmatan lil alamin. Namun, ruang alternatif tidak bersifat vakum dari heteronormativitas sehingga memaksa queer muslim dan ulama melakukan taktik-taktik yang meliputi penavigasian diri dalam jejaring sesama dan struktur heteronormativitas yang dalam kapasitas tertentu menciptakan jarak antara kedua kelompok. Peran orang perantara yang mampu masuk ke dalam jaringan kedua kelompok dan mengorganisasikan sumber daya menjadi penting untuk bisa memperluas dan membuka ruang-ruang alternatif baru.

This study seeks to explore how queer muslims create alternative spaces by reorienting understandings of gender and sexuality in Islam. Traditional Islamic interpretations, which are typically heteronormative, co-opt the spaces and modes of narrative exchange that are used by queer groups, resulting in a sense of disorientation. For this reason, queer muslims create alternative spaces where they can exchange inclusive Islamic narratives. This study discovers that queer muslims use marginalization experiences as a tool to construct identities and alternative spaces. These spaces are neither exclusive or separatist, but are inhabited by queer and hetero groups, particularly ustad or ulama, through reorientation practices that involve rereading marginalized experiences and Islamic narratives. The knowledge of Islam that is shared is rooted on the principles of justice and equality, as well as rahmatan lil alamin. However, alternative spaces are not a vacuum of heteronormativity, therefore forcing queer muslims and ulama to engage in tactics such as navigating between group networks and heteronormativity structures, which can create a gap between the two groups. Intermediary persons who can access both groups' networks and coordinate resources become important in expanding and opening up new alternative spaces."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaulah
"Postmodernisme muncul dilatarbelakangi oleh kesadaran akan tidak ada lagi suatu stabilitas dan sering kali akan tidak mungkinnya ada perbedaan antara suatu realitas dan simulasi. Postmodernisme memiliki tujuan untuk menciptakan ekspresi baru bukan hanya melalui seni namun juga kultur. Akibatnya, kota-kota era Postmodern berhubungan dengan suatu image tertentu akan perkotaan, yang terdiri dari konglomerasi ide dan gambar. Ide akan postmodernisme memiliki keterkaitan dengan ruang-ruang simulasi dan kehidupan hiperrealitas. Dampak negatif dari hiperrealitas terlihat dari sisi media dan literatur yang merupakan ancaman untuk masyarakat kontemporer dalam kaitannya dengan realitas dan representasi. Film mampu menangkap krisis Postmodern baik dalam penggunaan gambarnya secara visual maupun kemampuannya untuk berubah beriringan dengan ruang dan waktu. Skripsi ini bertujuan untuk melihat ide tentang hiperrealitas dan simulasi dari teori Postmodern bisa membantu kita memahami realitas dalam pengalaman kehidupan di ruang urban dan bagaimana media berperan membentuk image hiperrealitas ruang urban. Skripsi ini juga bertujuan untuk melihat analisis hiperrealitas dari media film The Truman Show dengan ide tentang kehidupan di era Postmodern yang direfleksikan terhadap ruang urban nyata

Postmodernism emerged as a result of the awareness that there is no longer stability and often an impossible difference between reality and simulation. The idea of postmodernism is related to the theory of simulation and images of hyperreality. The negative impact of hyperreality can be seen from media and literature, which pose a threat to contemporary society in terms of reality and representation. Film has an ability to capture the Postmodern crisis, with its visual use of images, with its ability to change continuously. The purpose of this study is to see how the characteristics of postmodernism can affect reality inside of an urban system, to see how the image of hyperreality can be understood through films, and to see where the role of media becomes significant in delivering information related to reality. This study also aims to see the effect of hyperreality, through the reflection from the The Truman Show film’s analysis, on today’s real urban spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Syifa Tazkia
"Penulisan ini bertujuan untuk memahami proses adaptasi ruang yang dilakukan pada sebuah hunian dengan mengamati jejak fisik yang ditinggalkan. Skripsi ini diawali dengan kajian literatur mengenai adaptasi ruang dan juga jejak sebagai komunikasi non-verbal. Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yakni melalui penelusuran jejak fisik dan wawancara. Dalam upaya memahami proses adaptasi ruang pada hunian, dilakukan pendekatan terhadap konsep adaptive traces yang menjadi manifestasi kegiatan manusia di dalam ruang. Strategi adaptasi ruang yang dapat dilakukan oleh pengguna dibagi menjadi tiga jenis, yaitu adaptasi by reaction, by adjustment dan juga by withdrawal. Dalam proses ini, baik pengguna dan ruang memiliki perannya masing – masing. Pengguna dapat melakukan tiga tindakan yang disederhanakan kedalam tiga golongan: Penambahan; Eliminasi; dan Perpindahan. Di sisi lain, ruang dipisahkan menjadi 6 lapisan yang dapat berubah pada rentang waktu tertentu. Pada penulisan ini, lapisan yang dibahas adalah Stuff dimana perubahan dapat dilakukan sehari – hari. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa dalam sebuah satu pengaturan fisik ruang, dapat terjadi beberapa jenis adaptasi. Faktor yang mendorong adanya proses adaptasi pun beragam, mulai dari kebiasaan penghuni, kebutuhan akan privasi, hingga faktor medis

This essay aims to comprehend the spatial adaptation process by observing physical traces left behind. This study begins with a literature review on spatial adaptation and physical traces as nonverbal communication. The data was collected using two methods: observing physical traces and interviews. An approach is taken to the notion of adaptive traces, which are the product of human adaptation in a physical setting, to understand the adaptation process. There are three types of spatial adaptation strategies: adaptation by reaction; adaptation by adjustment; and adaptation by withdrawal. In the process of spatial adaptation, both users and space have their own role. Inhabitants can do three basic acts when adapting: addition; elimination; and displacement. Space, on the other hand, is divided into six layers that may change throughout time. The layer discussed in this essay is ‘Stuff’ in which changes may be made on a daily basis. Based on the discussion, it has been discovered that various forms of adaptation can occur in a single physical setting. The variables that drive the adaptation process differ as well, ranging from inhabitants' routines to the desire for privacy to medical considerations.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nieken Kartika Yurida
"Artikel ini membahas mengenai simulasi dan hiperrealitas dalam fenomena manusia Barbie. Kesempurnaan boneka Barbie menimbulkan keinginan dari mereka yang menyukainya untuk mengubah dirinya menjadi seperti boneka. Metode penelitian yang digunakan dalam metode kualitatif dengan konsep simulasi dan hiperrealitas Jean Baudrillard sebagai alat pembacaan kritisnya. Kasus yang akan dibahas adalah kasus manusia Barbie Sarah Burge yang merombak tubuhnya melalui serangkaian operasi plastik sehingga ia membentuk dirinya menyerupai boneka Barbie. Hasil analisis memperlihatkan bahwa perkenalan dini atas prosedur operasi plastik menjadikan Sarah Burge percaya bahwa realitas penampilan fisik tubuh dan wajahnya dapat dibentuk sesuai dengan realitas lain yang dibayangkan. Boneka Barbie yang awalnya dibentuk dengan manusia sebagai referensinya, justru sekarang menjadi rujukan realitas kesempurnaan yang ingin dia bentuk dalam penampilan fisiknya. Operasi plastik yang telah semakin berkembang menjadi sarana simulasi yang memfasilitasi keinginan manusia untuk mengonstruksi realitas baru dalam penampilan fisiknya.

This article discusses simulation and hyperreality in the human phenomenon Barbie. The perfection of the Barbie doll raises the desire of those who love it to transform themselves into a doll. The research method used is a qualitative method with the concept of simulation and hyperreality by Jean Baudrillard as a means of critical reading. The case that will be discussed is the case of human Barbie Sarah Burge, who remodeled her body through a series of plastic surgeries so that she shaped herself like a Barbie doll. The results of the analysis show that the early introduction of plastic surgery procedures made Sarah Burge believe that the reality of the physical appearance of her body and face could be shaped in accordance with other imagined realities. Barbie doll, which was originally formed with a human as a reference, is now a reference to the reality of perfection that she wants to shape in her physical appearance. Plastic surgery has increasingly developed into a means of simulation that facilitates the human desire to construct a new reality in its physical appearance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Royanulloh
"ABSTRAK
Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, Puncak, Kabupaten Bogor, merupakan daerah yang
banyak dikunjungi turis Timur-Tengah. Kehadiran para turis menjadikan masyarakatnya
mengalami ketergantungan secara ekonomi terhadap mereka. Hal ini membuat
masyarakat menjadi permisif terhadap persoalan-persoalan di lingkungannya. Situasi
masyarakat berdampak pula terhadap para remajanya. Para remaja menjadi enggan
melakukan sesuatu atas persoalan-persoalan yang dirasakan. Program intervensi ini
ditujukan untuk memberikan penguatan Motivasi Instrinsik untuk Peduli Lingkungan
pada remaja, sehingga diharapkan mereka lebih terdorong untuk bertindak atas
pesoalan-persoalan lingkungan di sekitarnya. Intervensi dilakukan menggunakan
pendekatan Experiential Learning Technique. Uji hipotesis dengan analisis statistik
Wilcoxon Signed-Rank Test (p=0,000, los p<0,05) membuktikan bahwa program
intervensi dapat memperkuat motivasi intrinsik untuk peduli lingkungan pada
partisipan.

ABSTRACT
Tugu Utara and Tugu Selatan, Puncak, Kabupaten Bogor, there are visited by many
tourists from Middle-East. The presence of tourists makes the people had suffered
economic dependence on them.This made people become permissive to problems on
their environment. The situation of society had an impact on the youth. The teenagers
would be reluctant to do something about the perceived problems. This intervention
program is intended to provide reinforcement for the intrinsic motivation to care the
environment in adolescents, so hopefully they are more compelled to act on the issues
surrounding environment. The intervention was performed using Experiential Learning
Technique approach. Test the hypothesis using statistical analysis Wilcoxon Signed-
Rank Test (p=0,000, los p<0,05) proved that intervention programs can strengthen
participant?s intrinsic motivation to care for the environment."
2016
T45339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi S
"Perkembangan zaman yang terjadi saat ini memengaruhi bidang usaha tata boga. Restaurant Namaaz Dining merupakan salah satu Restaurant Gastronomy Molecular di Indonesia. Restaurant Namaaz Dining menggunakan experiential marketing. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh experiential marketing terhadap loyalitas pelanggan pada Restaurant Namaaz Dining dengan kepuasa pelanggan sebagai variabel mediasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 pelanggan menggunakan teknik non-probability sampling. Teknik analisa data yang digunakan yakni analisis regresi dan sobel test untuk mengetahui pengaruh antar variabel, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa experiential marketing memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan. Pengaruh experiential marketing terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan memiliki pengaruh lebih besar dibandingkan dengan nilai pengaruh experiential marketing terhadap loyalitas pelanggan secara langsung.

The development of the times that is happening now is affecting the business sector of food and beverages. Namaaz Dining Restaurant is one of the Molecular Gastronomy Restaurant in Indonesia. Restaurant Namaaz Dining uses experiential marketing. This study was conducted to analyze the effect of experiential marketing on customer loyalty in Restaurant Namaaz Dining with customer satisfaction as a mediating variable. This research uses a quantitative approach by distributing questionnaires to 100 customers using non-probability sampling techniques. The data analysis techniques used are regression analysis and sobel tests to determine the effect between variables, both directly and indirectly. The results of this study indicate that  experiential marketing have a direct and indirect effect on customer loyalty through customer satisfaction. The effect of experiential marketing on customer loyalty through customer satisfaction has a greater effect than the direct effect of experiential marketing on customer loyalty."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Hazbi Faizasyah
"Sebagai manusia kita sering dihadapkan dengan keputusan yang harus dibuat berdasarkan pengalaman. Ini melibatkan banyak aktivitas yang terlihat sederhana yang kita tidak perhatikan. Contohnya saat kita berjalan ke dalam sebuah ruangan biasa. Tampaknya sebagai tugas yang sederhana untuk dilakukan. Kita sebagai manusia secara tidak sadar mengorientasikan diri kita sendiri dalam ruang. Ini merupakan hal yang sama dalam arsitektur. Indera manusia dapat menghubungkan seseorang dengan ruang yang berada di sekitar kita. Sebenarnya ini merupakan sesuatu yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan desain yang terlihat elegan yang mungkin tidak memenuhi kebutuhan paling sederhana bagi manusia yaitu pemahaman mengenai ruang. Oleh karena itu, indera kita merupakan alat yang dapat memproses pengalaman, sehingga mengembangkan perspektif kita sendiri pada tempat-tempat tertentu di lingkungan kita. Dalam skripsi ini akan mengamati experential perspective seseorang dalam sebuah pub lokal. Bagaimana indera manusia dapat mencerap pengalaman seseorang di dalam sebuah pub, dan apa perbedaannya saat terdapat live music terhadap aktivitas dan pengalaman ruang pengunjung.
As human beings we are often faced with decisions that are needed to be made based on our experiences. This involves many mundane day today activities that we usually do not pay attention to. Walking into a room for example may seem as a simple minded task to fulfill, yet by doing so, we as human beings are unconsciouslly aware of where we place and relate ourselves within space. It is the same in architecture. Our human senses and its relation to the space around us, is on the contrary much more important than some whimsical, good-looking design which might not fulfill the simplest needs for human beings. In order to understand space, we must first experience it. Therefore by doing so, our senses will directly be exposed to what we interact with, thus developing our own perspective on certain places in our environment. In this case, it will be observing one?s experential perspective within a local pub. How does the human being?s senses contribute with relating to architectural space within the pub, and what difference does live music play a role to the people's activities and spatial experience."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisha Sestri Musdalifah
"Penelitian ini mengkaji hiperrealitas simbol status yang dilakukan oleh foodographers melalui unggahan foto-foto makanan di Instagram. Foodographers merupakan mereka yang memiliki predikat pada aplikasi direktori restoran nomor 1 di Indonesia, yaitu Zomato. Fenomena unggah foto makanan di Instagram ini dijelaskan melalui pemikiran Jean Baudrillard yang dimulai dari masyarakat konsumeris hingga hiperrealitas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap empat orang foodographers pengunggah foto-foto makanan di Instagram sebagai informan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi hiperrealitas simbol status yang dilakukan oleh foodographers melalui unggahan foto-foto makanan di Instagram untuk menaikkan simbol statusnya agar terlihat lebih berkelas. Foodographers sebagai pengunggah foto makanan di Instagram tidak hanya membeli makanan sebagai pemenuhan kebutuhan primer, melainkan juga membeli tanda dan mengondisikan tanda pada makanan agar terlihat berkelas ketika difoto. Lebih jauh lagi, penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan dan unggahan foto makanan di Instagram dilakukan atas hasrat untuk menampilkan eksistensi dirinya pada virtual reality, yaitu media sosial Instagram.

This study examines hyperreality of status symbols performed by foodographers for uploading photos of food to Instagram. Foodographers are those who have predicate on an application of the number one restaurant directory in Indonesia, Zomato. The phenomenon of photo uploading in Instagram is explained with Jean Baudrillard's thought, which started from consumer society to hyperreality. The data were collected through in-depth interviews and observations of four foodographers who constantly upload food pictures in Instagram. The results showed that hyperreality performed by foodographers for uploading photos of food in Instagram to raise their status symbol in order to look classier. Foodographers as food photo uploaders in Instagram not only buy food as their primary fulfillment, but also buy symbols by pointing them out in pictures of food to look classy when photographed. Furthermore, this study shows that the food consumption and food photos uploaded on Instagram as indications of people's desire to display its existence in virtual reality, that is Instagram."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mecca Yumna Ning Prisie
"Iklan tidak dapat lepas dari hiperrealitas, karena iklan merupakan penggambaran dari realitas sosial dengan simbol dan makna yang sudah diubah sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan korporasi. Dengan mengetahui realitas sosial masyarakat, pengiklan seringkali mengeksploitasi masyarakat lewat persuasinya melalui celah berupa kurangnya literasi media masyarakat. Misinterpretasi sering terjadi karena kurangnya kemampuan literasi media. Untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya kemampuan literasi media oleh kedua belah pihak. Pengiklan dapat menyampaikan pesan yang dapat membujuk konsumen tanpa harus mengorbankan etika periklanan, dan masyarakat dapat memahami pesan iklan tersebut dengan konteks yang sesuai.

Advertisement is always tied to hyperreality, since advertisement mirrors the social reality within a society, but with its symbols and meanings altered to fit the corporation's needs. By acknowledging the social reality, advertisers often exploit the society through its persuasion, through the gap which is their target's lack of media literacy. Misinterpretation is a common case because of the absence of this skill. As a solution to this, it is important to possess media literacy, be it the advertisers or the people. Advertisers can convey messages without sacrificing the ethics, while the people can comprehend the advertisement's message with the proper context. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>