Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mukti Hamdan
"Pandemi COVID-19 menyebabkan penggunaan obat-obatan seperti parasetamol (PCT) terus meningkat. Peningkatan konsumsi ini menyebabkan munculnya senyawa PCT di perairan Angke dan Ancol sebesar 0,42 µg/L dan 0,61 µg/L. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi degradasi PCT pada lingkungan anoda sistem Microbial Fuel Cell (MFC) menggunakan konsorsium bakteri lumpur Danau Mahoni Universitas Indonesia. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi awal PCT dan pH lingkungan anoda. Hasil menunjukkan bahwa terdapat degradasi PCT pada sistem ini dalam waktu 72 jam. Degradasi PCT sebesar 13,47±1,09%; 11,02±5,43%; dan 28,54±18,84% diperoleh untuk variasi konsentrasi awal 10,21; 20,24; dan 31,45 mg/L. Degradasi PCT juga diperoleh pada variasi pH lingkungan anoda 5,8; 7,0; dan 8,2 sebesar 31,31±3,54%; 11,02±5,43%; dan 48,69±0,86%. Analisis komunitas mikroba juga dilakukan menggunakan metode Next Generation Sequencing (NGS) 16s rRNA dan ditemukan bahwa bakteri yang berperan dalam mendegradasi PCT adalah Burkholderia sp. Hasil ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi yang efisien dalam menghilangkan PCT pada air limbah farmasi.

The COVID-19 pandemic has caused the use of drugs such as paracetamol (PCT) to continue to increase. This increase in consumption led to the emergence of PCT compounds in the waters of Angke and Ancol of 0.42 µg/L and 0.61 µg/L. This study aims to study the potential for PCT degradation in the anode environment of the Microbial Fuel Cell (MFC) system using a consortium of University of Indonesia Lake Mahoni mud bacteria. Experiments were carried out by varying the initial concentration of PCT and the pH of the anode environment. The results show that there is PCT degradation in this system within 72 hours. PCT degradation of 13.47 ± 1.09%; 11.02±5.43%; and 28.54 ± 18.84% obtained for variations in the initial concentration of 10.21; 20.24; and 31.45 mg/L. PCT degradation was also obtained at various pH of the anode environment 5.8; 7.0; and 8.2 of 31.31 ± 3.54%; 11.02±5.43%; and 48.69 ± 0.86%. Microbial community analysis was also carried out using the Next Generation Sequencing (NGS) 16s rRNA method and it was found that the bacteria that played a role in degrading PCT was Burkholderia sp. These results used to develop efficient technologies for removing PCT in pharmaceutical wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Yosep Dhimas
"Konsumsi obat-obatan seperti parasetamol yang tinggi berkontribusi terhadap jumlah limbah farmasi di perairan. Di sisi lain, proses pengolahan limbah farmasi menjadi tantangan krusial karena beberapa hambatan. Microbial Fuel Cell (MFC) muncul sebagai alternatif menjanjikan dengan kemampuannya mendegradasi limbah farmasi tanpa memerlukan energi eksternal, bahkan menghasilkan listrik. Penelitian ini bertujuan merancang model skema dan persamaan MFC kompartemen ganda degradasi parasetamol yang valid. Metode penelitian ini ialah pembuatan model MFC kompartemen ganda berbentuk tiga dimensi menggunakan model kinetika Monod-Butler-Volmer. Hasil estimasi parameter model MFC degradasi parasetamol menunjukkan nilai parameter KPCT rata-rata sebesar 2,94 × 10-3 mol/m3; KOksigen 3,34 × 10-3 mol/m3; kAnoda 1,76 × 10-3 mol/(m3·s); dan kKatoda 3,20 × 10-3 mol/(m3·s). Hasil perbandingan data simulasi dengan eksperimen menunjukkan AARD rentang 1,9-3,21%. Perolehan parameter kinetika tertinggi pada pH yang bervariasi terdapat pada data simulasi variasi pH kompartemen anoda 8,2, yaitu KPCT sebesar 1,43 × 10-3 mol/m3; KOksigen 2,09 × 10-3 mol/m3; kAnoda 1,46 × 10-3 mol/(m3·s); dan kKatoda 1,43 × 10-3 mol/(m3·s). Data simulasi menunjukkan penurunan profil konsentrasi parasetamol linear, sehingga sistem MFC diproyeksi dapat menjadi metode alternatif untuk mendegradasi parasetamol.

The consumption of pharmaceuticals such as paracetamol, which remains high every year, contributes to the amount of pharmaceutical waste in water bodies. The process of treating pharmaceutical waste presents a crucial challenge due to several obstacles. Microbial Fuel Cells (MFCs) have emerged as a promising alternative with their ability to degrade pharmaceutical waste while generating electrical energy without requiring external energy. This study aims to design a valid model scheme and equations for a dual-chamber MFC for paracetamol degradation. This research was conducted with the aim of designing a valid dual compartment MFC schematic model and equation for paracetamol degradation in a 3D dual-chamber MFC model using the Monod-Butler-Volmer kinetic model. The parameter estimation results showed average parameter values of KPCT at 2.94 × 10-3 mol/m3; KOxygen at 3.34 × 10-3 mol/m3; kAnode at 1.76 × 10-3 mol/(m3·s); and kCathode at 3.20 × 10-3 mol/(m3·s), with AARD in the range of 1.9-3.21%. The highest kinetic parameter values for varying pH were found in the simulation data for anode pH variation 8.2, with KPCT at 1.43 × 10-3 mol/m3; KOxygen at 2.09 × 10-3 mol/m3; kAnode at 1.46 × 10-3 mol/(m3·s); and kCathode at 1.43 × 10-3 mol/(m3·s). Simulation data shows a linear decrease in the paracetamol concentration profile, so that MFC system is projected to be an alternative method for degrading paracetamol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarisa Amalia
"Indonesia merupakan produsen tepung tapioka terbesar kedua di Asia dengan ekspor mencapai 122 juta USD pada tahun 2021. Pertumbuhan industri ini meningkatkan masalah limbah cair, yang turut dihasilkan saat produksi tepung tapioka dilakukan. Limbah cair dapat mencapai 15-21 m³ per ton singkong dengan kadar sianida mencapai 44,40 mg/L. Berbagai teknologi telah digunakan untuk mendegradasi sianida dalam limbah cair tapioka, namun masih ada kekurangan dari segi teknis maupun ekonomi. Microbial Fuel Cell (MFC) adalah teknologi alternatif yang dapat mengatasi kekurangan ini. MFC dapat mendegradasi limbah sekaligus memproduksi listrik. Penelitian ini mengeksplorasi potensi degradasi sianida dalam limbah cair tapioka menggunakan MFC kompartemen ganda dengan variasi konsentrasi awal sianida dan jenis larutan elektrolit. Hasil menunjukkan degradasi sianida terbesar terjadi pada konsentrasi 20,50 mg/L sebesar 53,17 ± 14,85% dan degradasi terkecil pada konsentrasi 41,50 mg/L sebesar 23,13% ± 4,12%. Perbedaan degradasi disebabkan oleh keracunan bakteri oleh sianida. Produksi listrik bervariasi, pada variasi konsentrasi awal didapatkan tegangan maksimum 96,45 mV dan densitas daya 2048,82 μW/m² pada konsentrasi 20,50 mg/L. Sedangkan, pada variasi larutan elektrolit tegangan maksimum adalah 64,81 mV dengan densitas daya 925,04 μW/m² pada KMnO4. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan teknologi yang lebih efisien dalam mendegradasi sianida pada limbah cair tapioka.

Indonesia is the second-largest producer of tapioca starch in Asia, exporting 122 million USD in 2021. The industry's growth has led to an increase in wastewater production, reaching 15-21 m³ per ton of cassava used dan cyanide levels up to 44.40 mg/L. Various technologies have been applied to degrade cyanide in tapioca wastewater, dan still encountered technical dan economic limitations. A microbial fuel cell (MFC) offers an alternative technology that addresses the issues of waste degradation dan simultaneous production of electricity. This study investigates cyanide degradation in tapioca wastewater using a dual-chamber MFC, with variations in the initial cyanide concentration dan types of electrolyte solutions. The highest cyanide degradation occurred at the concentration of 20.50 mg/L, with a 53.17 ± 14.85%. In contrast, the lowest cyanide degradation was observed at 41.50 mg/L, with degradation percentage reaching 23.13% ± 4.12%. These differences of degradation are attributed to cyanide poisoning of the bacteria. The electricity produced varied within variation. At a cyanide concentration of 20.50 mg/L, the maximum voltage was 96.45 mV with a power density of 2048.82 μW/m². In contrast, with KMnO4 as the electrolyte, the maximum voltage was 64.81 mV with a power density of 925.04 μW/m². These findings may contribute to the development of a more efficient cyanide degradation technologies for tapioca wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Qoiriyani
"Semakin meningkatnya konsumsi listrik dunia menuntut para peneliti untuk menemukan sumber energi baru. Penelitian Microbial Fuel Cell (MFC) sebagai salah satu sumber energi alternatif dilaksanakan untuk mengetahui kapasitas dan efisiensi produksi energi listrik yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan reaktor jenis single-chamber tanpa membran penukar ion dengan limbah cair pabrik tempe sebagai substrat. Elektroda yang digunakan sebagai mediator elektron adalah elektroda grafit. Variasi perlakuan awal anoda dilakukan dengan menumbuhkan biofilm pada anoda selama 3 minggu sebelum eksperimen (anoda prekolonisasi) dan membandingkan dengan sistem menggunakan anoda yang tidak ditumbuhi biofilm (anoda bersih). Variasi penambahan substrat berupa kulit ari kedelai juga dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sistem dengan anoda bersih tanpa penambahan substrat kulit ari kedelai menghasilkan produksi listrik terbesar dengan densitas daya sebesar 1009,34 mW/m2. Penelitian ini juga menggunakan limbah cair pabrik tempe dan dihasilkan densitas daya sebesar 44,62 x 10-2 mW/m2.

Increasing of world electricity consumption in the world make researchers try to find new energy source. Researching Microbial Fuel Cell as a new energy source did for knowing electricity production capacity and efficiency. Single chamber reactor without ion exchange membrane with industry tempeh wastewater used in this experiment. We used graphite electrode as an electron mediator. Make biofilm grow in the anode for 3 weeks (precolonization anode) did for system variation and then we compared with clean anode system. Skin of soy bean used as a substrate in the system for second variation. Optimum electricity production obtained from clean anode without addition of soy bean skin system. Power density obtain was 1009,34 mW/m2 when using wastewater model and 44,62 x 10-2 mW/m2 when using industry tempeh wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Zulkarnain
"Microbial Desalination Cell (MDC) 3 Chamber merupakan salah satu teknologi desalinasi yang tidak memerlukan listrik dalam menjalankan desalinasi. Namun, lamanya waktu desalinasi dan rendahnya salt removal yang dihasilkan masih menjadi kendala. Penelitian dilakukan dengan menguji coba penggunaan Debaryomyces hansenii ke MDC 3 Chamber yang baru dengan rasio volume anoda : volume garam : volume katoda yaitu 2:1:2 dan 9:1:9 dan substrat yaitu glukosa serta larutan NaCl awal 30 g/L. Variasi yang digunakan dalam penelitian yaitu rasio kultur terhadap substrat dan kenaikan volume kultur dan substrat. Untuk masing-masing MDC 3 chamber, dilakukan pengukuran salinitas dan tegangan listrik tiap jam. Data kemudian diolah untuk mendapatkan nilai salt removal sedangkan estimasi parameter kinetika Monod yaitu Pmax dan KS menggunakan Solver.
Hasil penelitian menujukkan bahwa pada kondisi optimum MDC 3 chamber yaitu pada kenaikan volume kultur dan substrat sebesar 1,5 kali dengan menggunakan Debaryomyces hansenii terbukti efektif dan cukup cepat dalam menurunkan salinitas (salt removal) yaitu 55,03 % pada jam ke-40 untuk rasio volume chamber 9:1:9 dan 30, 55 % pada jam ke-25. untuk rasio volume chamber 2:1:2. Besarnya konsentrasi awal substrat yang digunakan berpengaruh pada densitas daya yang dihasilkan. Persamaan Monod untuk kinetika MDC 3 chamber dapat diaplikasikan dengan baik pada MDC 3 chamber rasio volume chamber 2:1:2 Saccharomyces cerevisiae dan MDC 2:1:2 - Debaryomyces hansenii dengan nilai Pmax dan KS yaitu 0,103 W/m3 ; 1,13 x 104 mg/L ; 0,151 W/m3 ; 1,09 x 105 mg/L. Namun, persamaan Monod tidak dapat diaplikasikan untuk MDC 3 chamber rasio volume 9:1:9 - Debaryomyces hansenii.

Microbial Desalination Cell (MDC) 3 Chamber is one of the desalination technology that does not require electricity to run desalination. However, the length of time for desalination and low of salt removal still a constraint. The study was conducted with the use of Debaryomyces hansenii tested to MDC 3 new Chamber with anode volume ratio: the volume of salt: the volume of 2:1:2 and 9:1:9 cathode and the substrate is glucose and initial NaCl 30 g / L. Variation used in the study of culture to substrate ratio and the increase in the volume of the culture and the substrate. For each of the 3 chamber MDC, salinity measurements and the power supply voltage were taken every hour. The data is then processed to obtain salt removal while estimates of the value of the Monod kinetic parameters, namely Pmax and KS using Solver.
The results showed that the optimum conditions MDC 3 chamber culture is on the rise and substrate volume of 1.5 times using Debaryomyces hansenii proven effective and fast enough to lower the salinity (salt removal) is 55.03% at the 40th hour for the ratio chamber volume 9:1:9 and 30, 55% at the 25th hour. to chamber volume ratio 2:1:2. The magnitude of the initial concentration of the substrate that is used affects the generated power density. Monod equation to the kinetics of MDC 3 chamber can be applied to both the MDC 3 chamber volume ratio 2:1:2 Saccharomyces cerevisiae and MDC 2:1:2 - Debaryomyces hansenii and Pmax value is 0.103 W/m3 ; KS; 1.13 x 104 mg/L ; 0.151 W/m3 ; 1.09 x 105 mg/L. However, the Monod equation can not be applied to MDC 3-chamber volume ratio 9:1:9 - Debaryomyces hansenii.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avia Rizki Noordiany
"Parameter COD dan TDS merupakan dua parameter yang nilainya paling tinggi pada limbah susu yaitu dengan kisaran 1.000-8.000 mg/L untuk COD dan 1.000-4.000 mg/L untuk TDS. Penelitian ini dilakukan untuk menurunkan kedua nilai parameter tersebut menggunakan bioreaktor Microbial Fuel Cell (MFC) yaitu merupakan sebuah teknologi alternatif pengolahan limbah yang dapat mendegradasi kandungan organik limbah serta menghasilkan energi listrik secara langsung tanpa membutuhkan konversi dan untuk melihat potensi limbah susu secara teoritis dalam menghasilkan energi listrik Penelitian dilakukan selama 2 bulan dengan membuat reaktor. MFC skala laboratorium dengan jenis single chamber tanpa membran berukuran 16/L dengan dimensi 40/20/20 cm Terdapat penambahan bakteri Escherichia coli untuk meningkatkan degradasi kandungan organik limbah. Penelitian yang dilakukan secara batch ini menunjukkan efisiensi penurunan COD sebesar 51 pada waktu tinggal 13 hari sedangkan TDS mengalami peningkatan karena adanya penambahan larutan elektrolit. Dengan konsentrasi COD influen sebesar 3.853 mg/L penurunan rata rata COD dari total yang tersisihkan adalah 7.7 setiap harinya Limbah susu ini memiliki potensi untuk dijadikan substrat dalam reaktor MFC karena secara teoritis dapat menghasilkan arus maksimum sebesar 340 mA dengan efisiensi Coulomb sebesar 13 Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan penelitian lain yang menggunakan limbah domestik sebagai substrat.

COD and TDS are two parameters that have the highest value in dairy wastewater with a COD ranging between 1.000 and 8.000 mg/L and a TDS ranging between 1.000 and 4.000 mg/L. The aim of this study is to reduce the value of these parameters by using a Microbial Fuel Cell (MFC) bioreactor an alternative wastewater treatment technology that can degrade the organic content of the wastewater and produce electrical energy directly without the need of conversion and to see theoretically the dairy wastewater potential in power generation Research is done for 2 months by creating a laboratory scale MFC reactor with single chamber type without a membrane and has reactor volume of 16/L with dimensions of 40/20/20 cm. There is an addition of Escherichia coli bacteria to increase the degradation of the organic content of the wastewater Research which carried out in batch shows COD removal efficiency of 51 at the HRT of 13 days while TDS has increased due to the addition of an electrolyte solution As influent COD concentration is 3.853 mg/L the average decrease of the total excluded COD was 7.7 per day Therefore dairy wastewater has the potential to be used as a substrate in MFC reactor because theoretically it can produce a maximum current of 340 mA with Coulomb efficiency of 13. These result is greater than other research that use domestic wastewater as a substrate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S61384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheniza Nathalya Tiwiwijaya
"Microbial Fuel Cell (MFC) adalah sebuah perangkat bioelektrokimia yang memiliki kemampuan untuk mengolah air limbah dan menghasilkan listrik secara bersamaan. Limbah cair tapioka yang dihasilkan dari 70% produksi tepung tapioka dari ubi kayu mengandung senyawa organik yang tinggi sehingga dapat di manfaatkan menjadi substrat pada MFC untuk menghasilkan listrik. Limbah cair tapioka mengandung COD yang tinggi sekitar 1800-10200 mg/L. Penelitian ini  menggunakan dual chamber MFC dengan membran penukar proton Nafion 117 dan elektroda grafit yang dioperasikan selama 72 jam. Variasi yang digunakan adalah jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa serta jenis larutan elektrolit. Penurunan konsentrasi COD diperoleh sebesar 24,26 ± 2,92%; 47,24 ± 3,08%; dan 53,65 ± 4,97% untuk variasi jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa 0 (kontrol), 5% v/v dan 10% v/v. Penurunan konsentrasi COD menunjukkan tren positif dengan penambahan jumlah inokulum Pseudomonas aeruginosa. Penurunan konsentrasi COD juga diperoleh sebesar 45,76 ± 8,25%; 44,11 ± 4,06%; dan 47,24 ± 3,08% untuk variasi larutan elektrolit H2O2, K2Cr2O7 dan KMnO4. Produksi listrik diraih cukup tinggi oleh penggunaan larutan elektrolit KMnO4 dan penambahan inokulum Pseudomonas aeruginosa sebanyak 5% v/v dengan tegangan maksimum sebesar 238,39 mV dan densitas daya maksimum sebesar 12.517,05 (µW/m2). Serta, nilai efisiensi coulomb tertinggi yang dicapai sebesar 56,49%.

Microbial Fuel Cell (MFC) is a bioelectrochemical device that has the ability to treat wastewater and generate electricity simultaneously. Tapioca liquid waste generated from 70% of tapioca flour production from cassava contains high organic compounds so that it can be utilized as a substrate in MFC to generate electricity. Tapioca liquid waste contains high COD around 1800-10200 mg/L. This research uses dual chamber MFC with Nafion 117 proton exchange membrane and graphite electrode which will be operated for 72 hours. The variation used is the amount of Pseudomonas aeruginosa inoculum and the type of electrolyte solution. The decrease in COD concentration was obtained as 24.26 ± 2.92%; 47.24 ± 3.08%; and 53.65 ± 4.97% for variations in the amount of Pseudomonas aeruginosa inoculum 0 (control), 5% v/v and 10% v/v. The decrease in COD concentration showed a positive trend with the addition of Pseudomonas aeruginos a inoculum. The decrease in COD concentration was also obtained as 45.76 ± 8.25%; 44.11 ± 4.06%; and 47.24 ± 3.08% for the variation of electrolyte solutions H2O2, K2Cr2O7 dan KMnO4. Electricity production was achieved quite high by the use of KMnO4 electrolyte solution and the addition of Pseudomonas aeruginosa inoculum as much as 5% v/v with a maximum voltage of 238.39 mV and a maximum power density of 12,517.05 (µW/m2). Also, the highest coulomb efficiency value achieved was 56.49%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Trisnawati
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu teknologi yang dikembangkan untuk mendapatkan sumber energi baru terbarukan. Namun teknologi ini tergolong mahal, sehingga penelitian pun banyak diarahkan untuk menjadikan teknologi ini lebih efisien, ekonomis dan berkelanjutan. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji coba MFC dual chamber dengan substrat air limbah tempe. Namun, disain ini kurang efektif dan efisien disebabkan penggunaan membran yang kurang kompatibel dengan air limbah. Oleh karena itu dikembangkan disain reaktor tunggal yang disebut Single Chamber Microbial Fuel Cell.
Penelitian ini difokuskan untuk evaluasi kinerja sistem Single Chamber MFC menggunakan model limbah tempe sebagai inokulum dan substrat pada tahap start-up, serta sebagai sumber inokulum pada studi dengan susbtrat tunggal glukosa. Aspek kajian meliputi kinetika dan efisiensi MFC yang terdiri dari efisiensi Coulomb dan efisiensi energi pada variasi hambatan eksternal.
Data eksperimen berhasil dimodelkan menurut persamaan kinetika Monod, dengan konstanta kinetika PMax 0,033 mW/ m2 dan 0,021 mW/m2 serta nilai Ks 124 mg/L dan 64 mg/L untuk hambatan eksternal berturut-turut 100 dan 1000 Ohm. Efisiensi Coulomb tertinggi diperoleh pada hambatan 100 Ohm, sebesar 9,50% untuk proses start-up dan 0,39% dengan substrat tunggal glukosa. Sementara efisiensi energi maksimum sebesar 0,001% pada hambatan 100 Ohm.

Microbial Fuel Cell (MFC) is a technology developed to obtain new sources of renewable energy. But the technology is quite expensive; so many researches were directed to make this technology more efficient, economical and sustainable. Previous studies have been conducted with dual chamber MFC using tempeh wastewater as substrate. However, this design was less effective and efficient due to the use of membrane that was less compatible with the waste water. Therefore, in this study we developed a single reactor design called Single Chamber Microbial Fuel Cell.
This study focused on evaluating the performance of a single chamber MFC using model tempeh waste as inoculum and the substrate for startup stage, as well as the source of inoculum in study with single susbtrat, that was glucose. Aspects of the study include the kinetics and efficiency of MFC, which consists of Coulombic efficiency and energy efficiency on the external resistance variations.
Experimental data successfully modeled by Monod kinetics equation, with the kinetic constant PMax 0.033 mW/m2 and 0.021 mW/m2 and Ks value of 124 mg / L and 64 mg / L for external resistances 100 and 1000 Ohm, respectively. The highest value of Coulombic efficiency obtained at 100 Ohm resistance, amounting to 9.50% for the start-up and 0.39% with single substrate glucose. While the maximum energy efficiency of 0.001% at 100 Ohm resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Kristin
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia yang terus meningkat telah memicu dilakukannya berbagai riset ke arah teknologi inovatif yang lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan untuk memproduksi energi listrik. Salah satu teknologi alternatif yang bisa dikembangkan adalah Microbial Fuel Cell (MFC) yang berbasis prinsip bioelektrokimia dengan memanfaatkan mikroorganisme untuk memecah substrat sehingga menghasilkan energi listrik.
Pada penelitian kali ini dikaji pengaruh variasi volume limbah yang digunakan dan variasi luas permukaan. Reaktor MFC yang memiliki volume limbah 2000 mL menghasilkan listrik yang lebih tinggi dibandingkan MFC dengan volume limbah 500 mL yaitu sebesar 3,03 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang lebih rendah, yaitu 0,14%. Reaktor MFC dengan nilai luas permukaan elektroda tertinggi, yaitu sebesar 92 cm2 menghasilkan densitas daya yang paling tinggi yaitu 0,02 mW/m2, namun dengan efisiensi Columbic yang paling rendah, yaitu 0,07 %, dan pada perhitungan efisiensi Coulombic, konfigurasi paralel pada reaktor MFC mendapatkan nilai yang paling tinggi, yaitu 0,06%.
Penggunaan limbah cair industri tempe dapat menghasilkan listrik dalam sistem MFC sekaligus dapat mengurangi kadar COD dalam limbah. Riset lebih lanjut dalam sistem MFC dan pemanfaatan limbah cair industri tempe sebagai substrat dalam sistem MFC dapat mereduksi biaya operasi sistem MFC, sekaligus menjadikan MFC sebagai teknologi penghasil listrik yang ekonomis, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Electrical energy demand in Indonesia has sparked a growing range of research done in the direction of innovative technologies that are more effective, efficient and environmentally friendly to produce electrical energy. One of the alternative technologies that could be developed is a Microbial Fuel Cell (MFC) based on the principle of bioelectrochemical by utilizing microorganisms to break down the substrate to produce electrical energy.
In the present study examined the influence of variations in the volume of waste that is used and variation of the surface area of the electrode. MFC reactor with a volume of 2000 mL has generated higher electricity than the MFC with 500 mL volume, which is 3.03 mW/m2, but with a lower efficiency Columbic, 0.14%. MFC reactors with the highest value of the electrode surface area, which is equal to 92 cm2 produces the highest power density is 0.020 mW/m2, but with the lowest efficiency Coulumbic, namely 0.07%, and in the Coulombic efficiency calculations, a parallel configuration in MFC reactors get the highest value, which is 0.06%.
The use of tempe industrial wastewater can produce electricity in the MFC system can simultaneously reduce COD levels in the effluent. Further research in the MFC system and utilization of tempe industrial wastewater as a substrate in MFC system can reduce operating costs of MFC system, as well as making electricity-producing technology that is economical, environmentally friendly and sustainable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thika Herlani
"Meningkatnya kebutuhan energi listrik telah memicu dilakukannya riset ke arah teknologi inovatif berkelanjutan dan ramah lingkungan. Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk memproduksi listrik. Penelitian difokuskan pada peningkatan kinerja MFC dengan limbah model dan limbah industri tempe menggunakan variasi konfigurasi rangkaian reaktor tunggal MFC secara seri, paralel dan campuran. Hasil dari penelitian adalah power density dari rangkaian seri (0,005 mW/m2), paralel (0,13 mW/m2) dan campuran (0,006 mW/m2). Rangkaian dengan power density terbaik, paralel, diaplikasikan pada limbah industri tempe dan menghasilkan power density sebesar 0,23 mW/m2. Untuk mengetahui efisiensi dari rangkaian digunakan power transfer sebagai pembanding. Power transfer yang dihasilkan oleh rangkaian seri, paralel dan campuran berturut-turut adalah 51,6%; 50,6% dan 52,6%.

The increasing demand of electrical energy has led to researches toward innovative sustainable and environment-friendly technology. Microbial fuel cells (MFC) is one of the alternatives can be developed for producing electricity. The focus was on improving performance MFC with tempe model and tempe industrial wastes using variations of configuration single reactor MFC for series, parallel and series-parallel connection. The result is the density of the series (0,005 mW/m2), parallel (0,13mW/m2 ) and series-parallel configuration (0,006mW/m2). Configuration with the best power density, parallel, apply to produce power density from tempe industrial wastes, 0,23 mW/m2. Efficiency of configuration known by its power transfer. Power transfer that produced by series, parallel and series-parallel are 51.6 %; 50,6 % and 52,6 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>