Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118532 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Almer Zaidan Basyir Kiat
"Sistem pengolahan lumpur tinja yang baik mutlak diperlukan untuk menciptakan kondisi sanitasi yang ideal serta masyarakat yang sehat. Di area DKI Jakarta, total cakupan layanan sistem pengolahan air limbah domestik hanya mencapai 22,43% pada tahun 2021. IPLT Duri Kosambi merupakan salah satu IPLT di DKI Jakarta yang memiliki kapasitas desain 900 m3 /hari. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengevaluasi sistem pengolahan konvensional pada IPLT Duri Kosambi dan memeberikan saran optimasi berdasarkan hasil evaluasi untuk mencapai hasil efluen yang memenuhi baku mutu. Evaluasi yang dilakukan mencakup parameter desain dan metode operasional, dengan parameter uji yang mencakup padatan total, padatan volatil, BOD5, COD, fecal coliform, pH, suhu, dan oksigen terlarut. Beberapa hasil yang diperoleh mencakup penyisihan padatan total dan volatil sebesar 92,82% dan 97%, penyisihan fecal coliform sebesar 1,82 log removal pada saringan & aerobic digester dan 3,52 log removal pada kolam stabilisasi. Permasalahan desain dan metode operasional mencakup level daya aerator kolam fakultatif yang melebihi batas, penempatan saluran outlet, ketiadaan media filter pada bak pengering lumpur, endapan lumpur pada kolam anaerobik dan fakultatif, kerusakan peralatan, serta filtrat bak pengering lumpur yang tidak diresirkulasi. Optimasi yang disarankan berupa penggunaan aerator sesuai kebutuhan oksigenasi, penempatan ulang saluran inlet dan outlet, revitalisasi media filter, serta pelaksanaan metode operasional yang sesuai standar.

A good sludge treatment system is essential to create ideal sanitation conditions and a healthy community. In the DKI Jakarta area, the total coverage of domestic wastewater treatment systems only reached 22.43% in 2021. IPLT Duri Kosambi is one of the wastewater treatment facilities in DKI Jakarta with a design capacity of 900 m3 /day. The aim of this research is to evaluate the conventional treatment system at IPLT Duri Kosambi and provide optimization suggestions based on the evaluation results to achieve effluent that meets quality standards. The evaluation includes design parameters and operational methods, with test parameters including total solids, volatile solids, BOD5, COD, fecal coliform, pH, temperature, and dissolved oxygen. Some of the results obtained include the removal of total and volatile solids by 92,82% and 97%, respectively, fecal coliform removal by 1,82 log removal in the screening & aerobic digester, and 3,52 log removal in the stabilization pond. Design and operational problems include the facultative pond aerator power level exceeding the limit, incorrect placement of outlet channels, absence of filter media in the sludge drying bed, sludge deposits in anaerobic and facultative ponds, equipment damage, and the non-recirculation of filtrate from the sludge drying bed. The suggested optimization measures include using aerators according to oxygenation needs, repositioning inlet and outlet channels, revitalizing filter media, and implementing operational methods that adhere to the standards."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Pradityo
"ABSTRAK
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 53 Tahun 2000 Tentang Perpotongan dan/atau Persinggungan antara Jalur Kereta Api dengan Bangunan Lain menyatakan bahwa perlintasan jalur kereta api dengan jalan dibuat dengan prinsip tidak sebidang yang keberadaannya di atas maupun di bawah jalur kereta api. Berdasarkan segi keselamatan dan keamanan, idealnya perlintasan kereta api dibuat tidak sebidang. Tetapi, menghilangkan perlintasan sebidang secara penuh dan menggantinya dengan perlintasan tidak sebidang bukan merupakan kebijakan pemerintah yang baik mengingat banyaknya jumlah perlintasan sebidang di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun Sumatera. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis dalam menentukan rekomendasi treatment perlintasan sebidang berdasarkan faktor kecelakaan, faktor konflik arus dan volume lalu lintas, serta kondisi geometris eksisting di perlintasan perihal perlu atau tidaknya upgrading di suatu lokasi perlintasan sebidang. Studi kasus pada penelitian ini antara lain perlintasan sebidang di lokasi Jalan Duri Kosambi yang merupakan perlintasan sebidang pasif dengan data historis kecelakaan sebanyak 5 kali dalam rentang waktu 2013 ndash; 2016 dan Jalan Industri Raya yang memiliki volume dan konflik lalu lintas yang besar pada selama peak hours pagi maupun sore.

ABSTRACT
According to Kepmenhub of Republic of Indonesia No. 53 of 2000 Concerns to Intersections and or Interceptions Among Railway and Other Buildings states that crossing between railway and road should be existed in separate crossing form which its existence has to be placed at above or below the railway. Based on safety and security, crossing between railway and road should be made in separate form. However, removing all the railway grade crossing and replacing it to separate railway crossing is not a good government policy as number of railway Indonesia is quite large, especially on Java and Sumatera Island. Therefore, an analysis to assess recommendations for safety treatment is needed based on accident factor, conflict and traffic volume factor, and existing geometric condition at the crossroads regarding whether or not an upgrading at one grade crossing site is required. This study took place at railway grade crossing in Jalan Duri Kosambi which is a passive control grade crossing with 5 historical data accidents in period of 2013 ndash 2016 and Jalan Industri Raya which has large volumes and conflicts during its peak hours morning and afternoon .
"
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hasanah Rochmatia
"Instalasi pengolahan air minum (IPAM) Citayam dalam proses pengolahannya akan menghasilkan residu berupa lumpur (sludge). Menurut beberapa peraturan disebutkan bahwa penyelenggaraan SPAM (Sistem Pengolahan Air Minum) melaksanakan penyelenggaraan sanitasi seperti pengolahan limbah untuk mencegah pencemaran Air Baku dan menjamin keberlanjutan fungsi penyediaan Air Minum. IPAM Citayam yang belum melakukan pengolahan limbah dari proses pengolahan air minum, melainkan hanya melakukan pembuangan secara langsung ke sungai Ciliwung. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa karakteristik lumpur serta merencanakan instalasi pengolahan lumpur.
Dari hasil analisa karakteristik lumpur, maka akan direncanakan beberapa alternatif sistem pengolahan lumpur yang kemudian akan dipilih dengan analisa SWOT, metode Expert Judgment, dan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Dengan debit instalasi sebesar 120 L/detik, IPAM Citayam menghasilkan jumlah timbulan massa lumpur sebesar 1353,81 kg/hari dan timbulan volume lumpur sebesar 283,15 m3/hari.
Berdasarkan karakteristik lumpur serta hasil pemilihan alternatif maka dipilih sistem pengolahan lumput yang terdiri dari 1 bak ekualisasi, 1 unit gravity thickener, 1 unit chemical conditioner, dan 1 unit belt filter press. Hasil pengolahan berupa dry cake lumpur akan dibuang ke landfill dan supernatan akan di resirkulasi menuju unit pengolahan air minum yaitu unit koagulasi.

Water treatment plant (WTP) Citayam produced sludge in a large quantity. According to several regulations, it is stipulated that the implementation of SPAM carries out sanitation operations such as waste management to prevent raw water pollution and ensure the sustainability of drinking water supply functions. The sludge generated from WTP Citayam is directly discharge into stream Ciliwung. The aim of this study is to analyze the characteristics of sludge and to plan for sludge treatment plant.
From the results of the analysis of sludge characteristics, several alternative sludge treatment systems will be planned which will then be selected by SWOT analysis, Expert Judgment method, and AHP (Analytical Hierarchy Process) method. With an installation discharge of 120 L/sec, WTP Citayam produced sludge is 1353.81 kg/day and 283.15 m3/day.
Based on three method, will be selected sludge treatment plant which has 1 equalization basins, 1 gravity thickener, 1 chemical conditioner, and 1 belt filter press. The processing results in the form of dry cake sludge will be discharged into landfills and the supernatant will be recirculated to the drinking water treatment unit, it is the coagulation unit.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andryansya Putra Abinda
"Pengoperasian IPA Legong menimbulkan residu/limbah yang berupa lumpur yang tidak sesuai dengan baku mutu air limbah. Hingga saat ini IPA legong masih belum memiliki sistem pengolahan lumpur sehingga lumpur dialirkan kembali ke Sungai Ciliwung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis karakteristik dan kuantitas lumpur IPA Legong dan merencanakan sistem pengolahan lumpur yang akan diterapkan di IPA Legong. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan pengujian karakteristik lumpur dan melakukan pemilihan alternatif teknologi dengan menggunakan tools berupa pairwise comparison chart dan decision matrix. Hasil dari penelitian ini adalah konsentrasi COD untuk Lumpur sedimentasi Kedasih, sedimentasi Konvensional, filtrasi Kedasih, dan filtrasi Konvensional sebesar 545,2 mg/L, 649,6 mg/L, 112,5 mg/L, dan 119 mg/L. % total solid untuk lumpur sedimentasi Kedasih, filtrasi Kedasih, sedimentasi Konvensional, dan filtrasi Konvensional berurut sebesar 1,89%, 1,06%, 1,39%, dan 0,65%. Dengan debit yang dihasilkan berurut sebesar 77,78 m3 /hari, 517 m3 /hari, 259,28 m3 /hari, dan 1723,33 m3 /hari. Untuk teknologi pengolahan yang terpilih adalah proses Thickening dengan unit Dissolved Air Flotation (DAF), Conditioning dengan Polymer Conditioning, dan proses Dewatering dengan unit Centrifuge Decanter. Terdapat juga Recovery Basin sebagai unit pelengkap untuk lumpur filter backwash. Sistem ini dengan % solid influent sebesar 3,4% dapat diproses hingga menjadi 40% total solid untuk Cake dan 0,43% total solid untuk effluent resirkulasi serta total reduksi volume lumpur sebesar 98,5%.

The operation of Legong Wastewater Treatment Plant (WTP Legong) generates residues/wastes in the form of sludge that do not comply with the wastewater quality standards. Currently, IPA Legong lacks a sludge treatment system, leading to the discharge of sludge back into the Ciliwung River. The objective of this research is to analyze the characteristics and quantity of IPA Legong sludge and to design a sludge treatment system for implementation at IPA Legong. The research method involves testing the sludge characteristics and selecting alternative technologies using tools such as pairwise comparison charts and decision matrices. The research findings indicate that the COD concentrations for Kedasih sedimentation sludge, Conventional sedimentation, Kedasih filtration, and Conventional filtration are 545.2 mg/L, 649.6 mg/L, 112.5 mg/L, and 119 mg/L, respectively. The % Total Solids for Kedasih sedimentation sludge, Kedasih filtration, Conventional sedimentation, and Conventional filtration are 1.89%, 1.06%, 1.39%, and 0.65%, respectively. The generated flow rates are 77.78 m3 /day, 517 m3 /day, 259.28 m3 /day, and 1723.33 m3 /day in sequence. The selected treatment technology comprises the Thickening process with Dissolved Air Flotation (DAF) unit, Conditioning with Polymer Conditioning, and Dewatering process with Centrifuge Decanter unit. Additionally, a Recovery Basin serves as a complementary unit for filter backwash sludge. This system, with an influent % solid of 3.4%, can process sludge to achieve 40% total solids for Cake and 0.43% total solids for effluent recirculation, resulting in a total sludge volume reduction of 98.5%."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindyolaras Cahyo Pramusinto
"Instalasi pengolahan air minum dalam prosesnya akan menghasilkan limbah yang berupa lumpur. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum pasal 9 ayat 3 bahwa limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka. Instalasi Pengolahan Air Minum Cibinong merupakan salah satu instalasi yang belum melakukan pengolahan limbah dari proses pengolahan air karena limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke sungai Ciliwung. Jumlah timbulan debit lumpur dengan aliran kontinyu IPAM Cibinong I sebesar 394,35 m3/hari dan IPAM Cibinong II sebesar 187,44 m3/hari.
Tujuan dari penelitian ini untuk merencanakan instalasi pengolahan lumpur guna mentaati peraturan yang berlaku. Berdasarkan neraca massa dapat diketahui unit penghasil lumpur yang signifikan adalah unit sedimentasi, dikarenakan massa lumpur yang dihasilkan cukup besar. Akan direncanakan unit pengolahan lumpur yang terdiri dari proses thickening, chemical conditioning, dan dewatering. Pemilihan unit tahap dewatering pengolahan tersebut berdasarkan analisa SWOT dan metode decision matrix, kemudian diperoleh mechanical dewatering dengan menggunakan centrifuge.
Berdasarkan luas lahan, timbulan cake lumpur, dan kebutuhan polimer dipilih instalasi pengolahan lumpur yang terdiri dari 2 buah bak ekualisasi. Dimana 1 bak ekualisasi mengumpulkan lumpur dari unit flokulasi dan air pencucian filter, selanjutnya menuju chemical conditioner, recovery basin¸ dan gravity thickener. Sedangkan bak ekualisasi lainnya mengumpulkan lumpur dari unit sedimentasi menuju gravity thickener kemudian menuju centrifuge.

Water treatment plant produced sludge in a large quantity. Based on Government Regulation No. 16, 2005 in which under item 3 of the article 9, it is stipulated that the waste produced from any processing must be treated before it is discharged into water sources and open areas. The sludge generated from WTP Cibinong I and II is directly discharge into stream Ciliwung. The sludge generation of WTP Cibinong I in continuous flow is 394,35 m3/day and WTP Cibinong II is 187,44 m3/day.
The aim of this study is to plan for sludge treatment plant in order to comply with applicable regulations. Based on the mass balance, sedimentation is a unit which significantly produced sludge in large quantity. Sludge treatment plant will be planned consists of thickening process, chemical conditioning, and dewatering. The selection of dewatering processing unit is based on SWOT analysis and decision matrix method, with this tools it can be concluded that centrifuge will be used.
Based on land area, sludge generation, and need of polymer, will be selected sludge treatment plant which has 2 equalization basins. One equalization basin will collect the sludge from flocculation unit and backwash water and towards to chemical conditioner, recovery basin, and will be mixed in gravity thickener with outflow from other equalization basin which collects sludge from sedimentation. After that, it will toward to mechanical dewatering centrifuge.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53053
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Winny Laura Christina
"Lumpur pada sludge drying bed Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kalimulya Depok dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai penyubur tanah. Padahal, lumpur tersebut belum memenuhi kriteria untuk dijadikan penyubur tanah. Oleh karena itu, diperlukan satu pengolahan untuk memperbaiki kualitas lumpur tersebut. Pengolahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengomposan yang mencampur lumpur dari sludge drying bed dan sampah organik pasar dengan menggunakan metode open windrow. Pengomposan merupakan proses eksotermik yang akan menghasilkan panas dan pengukuran suhu dilakukan selama proses pengomposan berlangsung. Dalam percobaan pengomposan ini, dua perlakuan pengadukan yang berbeda diberikan pada dua buah komposter. Kompos diaduk dengan frekuensi dua dan empat hari. Kualitas yang diteliti dalam penelitian ini adalah Fecal coliform dan Salmonella sp.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengadukan empat hari mampu mencapai suhu hingga 66,40C, sedangkan kompos dengan pengadukan dua hari hanya mencapai suhu 65,20C. Hasil pengukuran jumlah Fecal coliform adalah 23 MPN/gr pada hari ke-15, sedangkan jumlah Salmonella sp adalah <2 MPN/4gr pada hari ke-30. Ketika suhu mencapai suhu termofilik (35-650C), maka jumlahkedua bakteri tersebut akan berkurang. Dengan demikian, pengomposan mampu menurunkan jumlah bakteri Fecal coliform dan Salmonella sp sehingga dapat memenuhi SNI 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. Namun, terjadi pertumbuhan kembali bakteri dan secara signifikan ditunjukkan dengan jumlah Fecal coliform yang meningkat pada hari ke-30 dan 40, yaitu mencapai 50 MPN/gr dan 300 MPN/gr. Titik maturasi kompos tidak hanya dilihat dari kualitas mikrobiologisnya, tetapi juga dari kestabilan suhu, reduksi volume, bau, warna, dan tekstur kompos. Secara umum, variasi frekuensi pengadukan dua dan empat hari sekali tidak menghasilkan perbedaan yang mencolok. Untuk percobaan pengomposan yang lebih efektif, maka pengadukan yang lebih disarankan adalah frekuensi pengadukan 4 hari.

Sludge that is coming from sludge drying bed in Kalimulya Waste Water Treatment Plant City of Depok was used as soil fertilizer by community nearby. In fact, these sludge do not meet with standard as soil fertilizer and requires other treatment to improve its quality. This research was conducted to treat this sludge by open windrow composting method. This sludge was mixed with organic waste from traditional market. Composting is an exothermic process that is produced heat. The temperature increased due to the heat was measured during process takes place. There are two different turning frequencies performed which are every two and four days. The compost quality parameters that is examined are Fecal coliform and Salmonella sp. SNI No. 19-7030-2004 - Specification of The Domestic Organic Waste Composting was used as a base for compost quality standard.
The result shows that four days turning frequency could reach highest temperature at approximately 66.40C. Meanwhile, two days frequency only could reach highest temperature approximately 65.20C. The average number of Fecal coliform at day 15 is approximately 23 MPN/gr and Salmonella sp at day 30 is not more than 2 MPN/4gr. Composting could reduce the number of both bacteria. However, bacterial regrowth occurred and significantly indicated by number of Fecal coliform that increased at day 30 and 40, those are 30 MPN/gand 300 MPN/g. The matured compost is not only seen from its microbial quality, but also temperature, volume reduction, odor, color, and texture stability. In general, the compost quality did not show significant difference between two and four days turning frequency. But, four days turning frequency is preffered for effectivity and keeping temperature high during composting.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43231
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando Gouw
"Lumpur padat merupakan endapan suspensi limbah cair dan mikroorganisme yang berasal dari pengolahan air limbah pada IPLT. Pembuatan pupuk kompos merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam pemanfaatan lumpur padat karena kandungan yang dimiliki oleh lumpur padat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unsur hara makro dan mikro serta logam berat dan menganalisis potensi aplikasi lumpur padat hasil pengolahan IPLT Pulo gebang serta menganalisis risiko pencemaran logam berat terhadap tanah, tanaman, dan manusia. Pembuatan kompos menggunakan bahan baku berupa lumpur padat hasil pengolahan IPLT Pulo Gebang dan bahan pendukung kompos berupa sampah organik dan dedaunan kering. Metode pengomposan yang digunakan adaah metode open bin composting dengan wadah kompos berupa compost bag 200 L yang dimodifikasi. Pengomposan dilakukan dengan 3 variasi kompos selama 50 hari dimana dilakukan pengamatan suhu, pH, dan kelembapan setiap 2 hari sekali serta pengamatan warna dan bau setiap 1 minggu sekali. Seluruh reaktor kompos berhasil melewati proses pengomposan dengan baik, yaitu berhasil mencapai fase mesofilik, termofilik, dan pendinginan. Berdasarkan hasil uji laboratorium, kompos II dengan perbandingan lumpur padat : sampah organik : dedaunan kering sebesar 50 : 25 : 25 mempunyai kandungan yang paling baik dengan kandungan C-organik sebesar 36,75%, N-Total sebesar 3,57%, rasio C/N sebesar 10,29, P2O5 Total sebesar 2,45%, K2O total sebesar 0,38%, Fe total sebesar 1,97%, Mn sebesar 0,03%, Cu sebesar 33,6 ppm, dan As sebesar 13,09 ppm. Proses pengomposan dapat menaikkan kadar unsur hara makro dan mikro serta menurunkan kadar logam berat. Analisis risiko paparan logam berat terhadap manusia dilakukan dengan 2 metode, yaitu berdasarkan nilai HQ (Health Quotient) dan ECR (Excess Cancer Risk). Kandungan logam berat pada kompos matang mempunyai potensi untuk menimbulkan efek kesehatan dan efek kanker pada 23 – 106 orang dari 10.000 orang.

Sludge is a liquid waste suspension and microorganisms precipitate from wastewater treatment at WWTP. Compost is an alternative that can be done as an effort to utilize sludge because of the content possessed by the sludge. This study aims to analyze macro and micronutrients as well as heavy metals and analyze the potential application of solid sludge from Pulo Gebang WWTP processing. In addition, also analyze the risk of heavy metal contamination to soil, plants, and humans. Compost production uses raw materials in the from of sludge from Pulo Gebang WWTP processing and compost supporting materials in the form of organic waste and dry leaves. The composting method used is the open bin composting method with a modified 200 L compost bag. Composting was carried out with 3 variations of compost for 50 days where temperature, pH and humidity were observed every 2 days and color and odor observations were made once every 1 week. All of the compost reactors successfully passed the composting process well, successfully achieving the mesophilic, thermophilic, and cooling phases. Based on laboratory test results, compost II with a ratio 50 : 25 : 25 of sludge: organic waste: dry leaves has the best content with C-organic content of 36.75%, N-Total of 3.57%, ratio of C /N 10.29, P2O5 Total 2.45%, K2O total 0.38%, Fe total 1.97%, Mn 0.03%, Cu 33.6 ppm, and As 13, 09 ppm. The composting process can increase levels of macro and micronutrients and reduce levels of heavy metals. Analysis of the risk of heavy metal exposure to humans was carried out using 2 methods, namely based on HQ (Health Quotient) and ECR (Excess Cancer Risk) values. The content of heavy metals in mature compost has the potential to cause health effects and cancer effects in 23-106 people out of 10,000 people."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Tri Sutriswo
"Lumpur merupakan produk sampingan utama yang dihasilkan dari proses pengolahan air limbah. Di Indonesia, seringkali lumpur yang dihasilkan belum terolah secara maksimal dan hanya berakhir di TPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah lumpur aktif IPAL domestik (WAS) guna mengetahui potensi energi dari biogas yang dihasilkan melalui proses anaerobic digestion. Anaerobic digestion (AD) merupakan teknologi pengolahan lumpur yang terbukti efektif untuk pemulihan sumberdaya dan konversi limbah menjadi energi. Eksperimen ini dilakukan menggunakan substrat lumpur IPAL Setiabudi dan inokulum digestat sampah makanan dengan rasio 1:1 (berdasarkan VS). Reaktor yang digunakan merupakan reaktor batch sederhana dan proses berlangsung selama lebih dari 20 hari. Pengujian karakterisasi dilakukan sebelum dan sesudah proses AD untuk parameter pH, COD, TS dan VS, rasio C/N, serta biogas (CH4 dan CO2). Dalam penelitian ini, biogas yang dihasilkan sebanyak 31 ± 2,43 mL CH4/gVS, dengan komposisi biogas yang diukur menggunakan gas chromatography menunjukkan konsentrasi metana sebesar 69,06 ± 1,4%. Sementara itu, nilai energi yang dihasilkan oleh lumpur IPAL tergolong rendah bila dibandingkan dengan gas alam, yaitu sebesar ±0,00224 kWh per m3. Meskipun demikian, hasil ini masih layak untuk diimplementasikan serta diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan rasio S:I yang variatif, penggunaan ko-substrat hingga pre-treatment untuk meningkatkan potensi energi yang dimiliki oleh WAS.

Sludge is a major byproduct generated from the wastewater treatment process. In Indonesia, the sludge produced often remains inadequately treated and ends up in landfills. This study aims to treat domestic wastewater treatment plant (WWTP) activated sludge (WAS) to determine the energy potential of the biogas produced through the anaerobic digestion process. Anaerobic digestion (AD) is a proven sludge treatment technology for resource recovery and waste-to-energy conversion. This experiment was conducted using sludge from Setiabudi WWTP and food waste digestate inoculum of ratio 1:1 (VS-based). The reactor used was a simple batch reactor and the process was carried out for over 20 days. Characterization tests were performed before and after the AD process for parameters such as pH, COD, TS and VS, C/N ratio, and biogas (CH4 and CO2). In this study, the biogas produced amounted to 31 ± 2.43 mL CH4/gVS, with the biogas composition measured using gas chromatography showing a methane concentration of 69.06 ± 1.4%. Meanwhile, the energy value generated by the WAS was relatively low compared to natural gas, at ±0.00224 kWh per m3. Despite that, these results are still feasible for implementation and further research is needed using varied S:I ratios, co-substrate and pretreatment methods to enhance the energy potential of WAS."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jacki Firdaus
"Lumpur sludge hasil sisa instalasi pengolahan air limbah industri pasta gigi termasuk dalam kategori limbah B3 bahan berbahaya dan beracun sumber spesifik khusus, maka perlu dilakukan pengolahan limbah B3 ini, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Salah satu teknik pengolahan limbah B3 adalah dengan menggunakan metode solidifikasi-stabiliasi, agar limbah B3 terikat dengan suatu bahan sehingga tidak terlepas ke lingkungan. Limbah B3 dicampur dengan bahan penyusun beton seperti semen, pasir, kerikil, dan air. Beton ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Dalam penelitian ini dilakukan uji pencampuran sludge sebagai limbah B3 sebagai pengganti pasir sebagai dalam pembuatan beton. Komposisi sludge sebagai pengganti pasir mulai dari 10 , 20 , 30 , 40 , dan 50. Pretreatment sludge dengan pengeringan dan tanpa pengeringan. Dari hasil uji tekan terhadap beton yang dihasilkan tiap campuran, didapat bahwa pada pemakaian sludge sebesar 10 pengganti pasir, menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi daripada beton kontrol beton tanpa campuran sludge sebesar 226,1 kg/cm2 dibanding kuat tekan beton tanpa campuran sebesar 224,3 kg/cm2. Beton hasil campuran ini dapat dimanfaatkan sebagai paving block pada mutu B sesuai SNI 03-0691-1996. Beton hasil solidifikasi-stabilisasi diuji dengan TCLP ndash; toxicology characteristic leaching procedure dengan hasil uji semua parameter anorganik di bawah baku mutu TCLP-A dan TCLP-B sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI no.101 tahun 2014. Dilakukan juga uji karakteristik limbah B3, dengan memberikan hasil beton: tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar, tidak reaktif terhadap air, H2S, CN-, tidak korosif.

The sludge from the wastewater treatment plant in toothpaste industry is included in hazardous waste category. So, it is necessary to do process of this hazardous waste, in accordance with Government Regulation PP No.101 of 2014 on the Management of Hazardous and Toxic Waste. One of hazardous waste method treatment is solidification stabilization. The result of this is concrete materials, that bound the hazardous waste. This concrete can be utilized as a building material. In this research, sludge is mixing with concrete material, as a substitute for fine aggregate with percentage 10 , 20 , 30 , 40 , and 50. Sludge is also given pretreatment process, drying and without drying. From the result of compressive test to the concrete produced by each mixture, it was found that at 10 sludge usage of sand substitute, yielded higher compressive strength than the control concrete concrete without sludge mixture of 226,1 kg cm2 compared to concrete compressive strength without mixture of 224.3 kg cm2. This mixed concrete can be utilized as a concrete paving block of B quality according to SNI 03 0691 1996. The solidified stabilization concrete was tested by TCLP toxicology characteristic leaching procedure with the test results of all inorganic parameters under the TCLP A and TCLP B standards in accordance with the Government Regulation No. 101 of 2014. Also performed the characteristic test of B3 waste, by providing concrete results non explosive, non flammable, non reactive to water, H2S, CN , and non corrosive."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Irhamillah
"Limbah residu lumpur dari pengolahan air wajib untuk diolah sebelum dibuang ke badan air sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005. IPA Cipaku yang merupakan salah satu insatalasi pengolahan
air bagi PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor saat ini masih melakukan pembuangan lumpur sisa pengolahan pada badan air sungai Cisadane tanpa melalui pengolahan limbah apapun. Timbulan volume lumpur maksimum
sebesar 1471,49 m3/hari dan timbulan volume rata-rata sebesar 724,54 m3/hari. Timbulan massa lumpur maksimum sendiri adalah sebesar 1731,38 kg/hari dengan nilai rata-rata 1074,54 kg/hari. Pemilihan
pengolahan lumpur didasarkan pada karakteristik lumpur yang dihasilkan, luas lahan, dan timbulan dry cake dari dua alternatif desain. Dari hasil perhitungan dan pertimbangan didapatkan alternatif desain berupa 1 bak
penampung, 1 Chemical Conditioning Tank, 1 Recovery Basin, 1 Gravity Thickener, dan 1 Belt Filter Press. Luas lahan yang dibutuhkan sekitar 360m2.

Residual sludge waste from water treatment plant needs to be treated before being discharged into water bodies in accordance with Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005. IPA Cipaku as one of Water Treatment Plant under PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor still disposes process residual sludge to river Cisadane water bodies without going through any waste processing. The maximum sludge generation volume is 1471,49 m3/day and the average generation volume is 724,54 m3/day. The maximum mass of sludge generation alone is 1731,38 kg/day with an average mass generation value of 1074,54 kg/day. The selection of sludge treatment is based on the characteristics of the sludge produced, the land area, and the dry cake generation of two alternative designs.
The calculations and considerations resulted an alternative design of a sludge treatment plant consisting of 1 holding tank , 1 Chemical Conditioning Tank, 1 Recovery Basin, 1 Gravity Thickener, and 1 Belt Filter Press. The land area required is approximately 360 m2."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>