Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andreas Wibisono
"Sistem transportasi yang canggih dan terintegrasi menjadi hal yang didambakan masyarakat, terutama pekerja di perkotaan yang memiliki mobilitas tinggi. DKI Jakarta sebagai ibu kota memiliki berbagai transportasi canggih yang menghubungkan pusat kota dengan wilayah aglomerasi, seperti MRT, LRT, Commuter Line, hingga Trans Jakarta (BRT). Transportasi Trans Jakarta sendiri semakin berkembang yang mana koridor terus diperbanyak. Salah satu operator BRT yang di bekerja sama adalah PT.Mayasari Bakti yang menggunakan Bus Scania. Scania merupakan salah satu produk yang di ageni oleh PT. United Tractors sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM). Produk tipe Scania yang digunakan untuk K320 dan K310. Pemeliharaan yang baik menjadi kunci keberhasilan agar bus selalu dikendarai dalam keadaan prima. Tidak tercapainya pencapaian yang diukur dalam Physical Availabilty menjadi bahan evaluasi. Evaluasi dilakukan agar mengetahui akar permasalah yang terjadi. Beberapa hal perlu dievaluasi, diperbaiki dan ditingkatkan. Perbaikan dari segi metode seperti panduan operational yang belum ada, dari segi orang perlu perbaikan dalam hal pengetahuan dasar dalam pengoperasion bus. Selain itu dari segi teknis juga perlu diperbaiki dalam hal perbaikan rencana pergantian komponen, serta yang terakhir dari sisi komunikasi diperlukan perbaikan agar tidak ada penundaan pemeliharaan yang disebabkan karena pola komunikasi kurang baik antara tim bengkel dengan tim lapangan.

A sophisticated and integrated transportation system is something that is coveted by the commbusy, especially workers in urban areas who have high mobility. DKI Jakarta as the capital city has a variety of sophisticated transportation that connects the city center with agglomeration areas, such as the MRT, LRT, Commuter Line, to Trans Jakarta (BRT). Trans Jakarta Transportation itself is growing where the corridors continue to be multiplied. One of the BRT operators working together is PT. Mayasari Bakti which uses Scania Bus. Scania is one of the products that is agented by PT. United Tractors as the Sole Agent of the Brand Holder (ATPM). Scania type product used for K320 and K310. Good maintenance is the key to success so that the bus is always driven in prime condition. Not achieving the achievement as measured in Physical Availability becomes the evaluation material. Evaluation is carried out in order to find out the root of the problem that occurred. Several things need to be evaluated, corrected and improved. Improvements in terms of methods such as operational guidelines that do not yet exist, in terms of people need improvement in terms of basic knowledge of bus operations. Apart from that from a technical point of view it also needs to be improved in terms of repairing the komponen replacement plan, as well as the last one from the communication side it needs improvement so that there are no maintenance delays caused by poor communication patterns between the workshop tim and the field team."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rustanto
"Full Maintenance Contract (FMC) merupakan salah satu lini bisnis dari departemen service PT United Tractors dalam melakukan kontrak perawatan dengan pelanggan. Reliability mesin dengan indikator physical availability (PA) dan mean time between failure (MTBF) adalah KPI yang disepakati dengan pelanggan dengan target minimum tertulis dalam perjanjian. FMC Scania SIS Adaro mengalami permasalahan MTBF tidak mencapai target selama empat bulan berturut-turut, yaitu selama bulan November 2022 sampai dengan bulan Februari 2023. Unscheduled breakdown adalah hal yang paling berpengaruh terhadap MTBF. Project ini bertujuan untuk meningkatkan MTBF dengan menurunkan frequensi unscheduled breakdown. Proyek ini dikerjakan mengikuti kerangka kerja PDCA dan beberapa kombinasi tools analisa, yaitu diantaranya pareto diagram, 5-why analysis, FMEA, dan 5W2H. Hasil perbaikan dalam proyek ini mampu meningkatkan MTBF dari 106,8 jam menjadi 142,9 jam (target minimal MTBF 120 jam).

Full Maintenance Contract (FMC) is one of the business lines of the PT United Tractors service department in carrying out maintenance contracts with customers. Machine reliability with physical availability (PA) and mean time between failure (MTBF) indicators is a KPI agreed with the customer with the minimum target written in the agreement. FMC Scania SIS Adaro experienced MTBF problems not reaching the target for four consecutive months, from November 2022 to February 2023. Unscheduled breakdown was the thing that most affected MTBF. This project aims to increase MTBF by reducing the unscheduled breakdown frequency. This project was carried out following the PDCA framework and several combinations of analysis tools, including pareto diagrams, 5-why analysis, FMEA, and 5W2H. The results of the improvements in this project were able to increase the MTBF from 106.8 hours to 142.9 hours (minimum target of 120 hours MTBF)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Helmy Zulhidayat
"[Tesis ini membahas tentang pengelolaan aset di Transjakarta. Penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menggambarkan bahwa Transjakarta sudah menerapkan sebagian prinsip-prinsip manajemen aset. Transjakarta telah memiliki strategi dan perencanaan serta SOP dan SPM dalam operasional dan pemeliharaannya. Namun beberapa sistem belum dijalankan dan
belum dimiliki oleh Transjakarta seperti sistem informasi yang baik, sistem pengawasan dan manajemen resiko yang komprehensif. Agar penerapan manajemen aset dapat dilaksanakan dengan baik, Transjakarta memerlukan suatu panduan berupa kerangka kerja manajemen aset Transjakarta. Kerangka kerja manajemen aset
Transjakarta yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip manajemen aset The Institute of Asset Management (IAM) yang terdiri dari 6 grup subyek dan 39 subyek manajemen aset.;This thesis discusses about asset management in Transjakarta. This research is a case study with a qualitative approach. The research result shows that transjakarta already applying some principles of asset management. Transjakarta has had a strategy and planning as well as SOP and SPM in operational and maintenance. However, some systems have not yet run and owned by Transjakarta as information systems, good monitoring systems and comprehensive risk management. In order for the implementation of asset management can be implemented properly, Transjakarta
requires a guiden as Transjakarta asset management framework. Transjakarta asset management framework which is based on the principles of asset management of The Institute of Asset Management (IAM) consists of six subject groups and 39 subjects asset management, This thesis discusses about asset management in Transjakarta. This research is a case
study with a qualitative approach. The research result shows that transjakarta already
applying some principles of asset management. Transjakarta has had a strategy and
planning as well as SOP and SPM in operational and maintenance. However, some
systems have not yet run and owned by Transjakarta as information systems, good
monitoring systems and comprehensive risk management. In order for the
implementation of asset management can be implemented properly, Transjakarta
requires a guiden as Transjakarta asset management framework. Transjakarta asset
management framework which is based on the principles of asset management of
The Institute of Asset Management (IAM) consists of six subject groups and 39
subjects asset management]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Marantika
"Sistem pemberian subsidi PSO pada KRL Jabodetabek yang berlaku saat ini adalah subsidi dalam bentuk selisih tarif, yaitu selisih antara tarif hasil perhitungan operator dengan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah. Subsidi PSO diberikan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan kepada operator KRL Jabodetabek yaitu PT KAI Commuter. Subsidi diberikan kepada seluruh penumpang KRL Jabodetabek tanpa melihat kondisi sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, meningkatnya jumlah penumpang akan menyebabkan peningkatan jumlah subsidinya. Semakin lama, jumlah subsidi yang terus bertambah akan membebani APBN dan juga membuat operator menjadi tidak mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rumusan kebijakan yang dapat meningkatkan efektivitas pemberian subsidi PSO pada KRL Jabodetabek baik dilihat dari sisi Masyarakat, Pemerintah, maupun Badan Usaha yang terkait dengan KRL Jabodetabek. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dinamika sistem, karena mampu untuk memodelkan sistem pemberian subsidi PSO yang kompleks serta dapat menggambarkannya sesuai fenomena riil. Berdasarkan hasil simulasi dan analisis, kebijakan menaikkan tarif mengakibatkan penurunan jumlah penumpang jika dibandingkan dengan kondisi BAU, namun trend proyeksinya tetap menigkat. Semakin besar kenaikan tarifnya, semakin besar pula penurunan jumlah penumpangnya dan juga jumlah subsidinya. Kebijakan peningkatan pelayanan pada KRL Jabodetabek dapat dilakukan dengan melakukan pembatasan pada load factor. Semakin kecil load factor yang ditargetkan, artinya peningkatan pelayanan yang diberikan semakin besar sehingga penambahan jumlah penumpangnya juga semakin besar. Kebijakan pembatasan subsidi seperti pemberian subsidi hanya untuk golongan dan/atau hari tertentu, berdampak pada penurunan jumlah penumpang, namun dapat meningkatkan pendapatan KRL sekaligus menurunkan jumlah subsidi PSO. Skenario kebijakan yang paling efektif untuk diterapkan pada sistem pemberian subsidi PSO pada KRL Jabodetabek adalah diterapkannya skema penentuan tarif berdasarkan ATP, WTP dan Real Cost, bersamaan dengan peningkatan pelayanan dengan target load factor 1,5. Karena pada tahun 2025, skenario ini sudah tidak lagi membutuhkan subsidi. Walaupun ada peningkatan total biaya IOM sebesar 3,59% dibanding kondisi BAU, namun dengan kenaikan tarif yang mencapai 178,61% dan didukung dengan peningkatan jumlah penumpang sebesar 0,24% dari kondisi BAU, maka peningkatan total pendapatannya jauh lebih besar daripada biaya IOM.

The current system for providing PSO subsidies to the Jabodetabek Commuter Line is a subsidy in the form of a difference in fare, namely the difference between the fare calculated by the operator and the fare set by the government. The PSO subsidy is given by the Government, that is the Ministry of Transportation, to the Jabodetabek Commuter Line operator, that is PT KAI Commuter. Subsidies are given to all Jabodetabek Commuter Line passengers regardless of social and economic conditions. Therefore, an increase in the number of passengers will lead to an increase in the amount of the subsidy. Over time, the ever-increasing number of subsidies will burden the state budget and make operators not self-sufficient. This study aims to analyze the policy formulations that can increase the effectiveness of the provision of PSO subsidies to the Jabodetabek Commuter Line both from the perspective of the Community, Government, and Business Entities related to the Jabodetabek Commuter Line. This study using system dynamics approeach, because it is capable to modeling a complex PSO subsidy system and can describe it according to real phenomena. Based on the simulation and analysis results, the policy of increasing fares resulted in a decrease in the number of passengers when compared to Business as Usual (BAU) conditions, but the projected trend will still be increasing. The greater the increase in fares, the greater the reduction in the number of passengers and the number of subsidies. The service improvement policy for the Jabodetabek Commuter Line can be implemented by limiting the load factor. The smaller the targeted load factor, the greater the increase in the services provided so that the increase in the number of passengers is also greater. Policies limiting subsidies, such as providing subsidies only for certain groups and/or days, have an impact on reducing the number of passengers, but can increase revenue while reducing the amount of PSO subsidies. The most effective policy scenario to apply to the PSO subsidy system for the Jabodetabek Commuter Line is the implementation of a tariff determination scheme based on ATP, WTP and Real Cost, together with an increase in service with a target load factor of 1.5. Because in 2025, this scenario no longer requires subsidies. Even though there was an increase in total IOM costs of 3.59% compared to BAU conditions, with a fare increase of 178.61% and supported by an increase in the number of passengers of 0.24% from BAU conditions, the increase in total revenue was far greater than IOM costs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendry Steven Joshua Julius Monang
"Transportasi udara menjadi transportasi dengan peningkatan jumlah penumpang yang signifikan karena menawarkan perjalan yang cepat, efisien, dan ekonomis. Namun, dalam perkembangannya terdapat kejadian yang berbahaya seperti aksi terorisme dan sabotase dalam penerbangan. Hal tersebut menjadikan faktor keamanan menjadi salah satu parameter penting yang perlu diperhatikan dalam dunia aviasi. Sebagian besar aksi teror yang terjadi dikarenakan kelalaian dalam melakukan deteksi barang berbahaya yang umumnya terbuat dari logam. Saat ini, dalam prosedur keamanan di bandar udara, terdapat dua teknologi yang umumnya digunakan untuk dapat mencitrakan barang berbahaya yang disembunyikan pada tubuh penumpang. Teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeterwave bekerja dengan mencitrakan barang berbahaya pada tubuh manusia tanpa harus dilakukan pemeriksaan secara manual terlebih dahulu. Namun pada penerapannya, kedua teknologi tersebut menimbulkan masalah-masalah baru seperti masalah kesehatan, privasi, dan keakuratan sistem. Berdasarkan riset dan penelitian, pencitraan dengan gelombang Terahertz dinilai mampu menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Penggunaan spektrum frekuensi di antara teknologi x-ray backscatter dan teknologi milimeter wave, membuat pencitraan THz tidak mengeluarkan radiasi ionisasi yang berbahaya, memiliki resolusi spasial yang cukup tinggi, namun rentan akan efek difraksi. Pada penelitian ini, dilakukan studi difraksi dan simulasi pencitraan logam dengan menggunakan gelombang Terahertz. Simulasi dilakukan dengan perangkat lunak CST Microwave Studio. Sebagai objek citra, digunakan logam kotak yang terbuat dari nikel dan memiliki panjang, lebar, dan tebal yakni 300 µm, 300 µm, dan 10 µm. Sensor yang digunakan dalam simulasi adalah antena bowtie terkopel bolometer. Antena bowtie terkopel bolometer sebagai sensor digunakan karena memiliki desain yang simpel dan bandwith yang lebar. Simulasi pencitraan dilakukan dengan variasi jenis antena yang memiliki frekuensi kerja 1 THz, 3 THz, dan 5 THz. Variasi jenis polarisasi plane wave (polarisasi Ex & Ey) juga dilakukan untuk masing-masing jenis antena. Simulasi dengan peningkatan frekuensi menghasilkan citra yang lebih akurat karena memiliki efek difraksi yang lebih kecil dan resolusi spasial yang lebih besar. Simulasi dengan polarisasi Ex menghasilkan citra yang lebih baik dalam kontras dibandingkan dengan polarisasi Ey karena memiliki arah pergerakan medan listrik (medan E) yang sejajar.

Air transportation is becoming transportation with a significant increase in the number of passengers because it offers fast, efficient, and economical trips. However, in its development, there are dangerous events such as acts of terrorism and sabotage in flight. This makes the safety factor an important parameter that needs to be considered in the world of aviation. Most acts of terror occur due to negligence in detecting dangerous goods which are generally made of metal. At present, in the security procedures at the airport, there are two technologies that are generally used to be able to image dangerous goods that are hidden in the body of a passenger. X-ray backscatter technology and millimeter-wave technology work by imaging dangerous goods on the human body without having to be manually checked first. But in its application, both of these technologies cause new problems such as health problems, privacy issues, and system accuracy. Based on research, imaging with the Terahertz wave is considered to be an alternate way to the problem. The use of the frequency range between x-ray backscatter technology and millimeter-wave technology makes THz imaging not emit harmful ionizing radiation, has a high enough spatial resolution but is vulnerable to diffraction effects. In this study, diffraction studies and metal imaging simulations were carried out using Terahertz waves. The simulation is done with CST Microwave Studio software. As an object in the imaging system, a metal box made of nickel and has a length, width, and height of 300 µm, 300 µm, and 10 µm is designed. The sensor used in the simulation is the bowtie antenna coupled bolometer. A bowtie antenna coupled bolometer as a sensor is used because it has a simple design and wide bandwidth. Imaging simulations performed with variations of antenna types that have working frequency of 1 THz, 3 THz, and 5 THz. Variations in the type of plane wave polarization (Ex & Ey polarization) were also performed for each type of antenna. Simulations with increased frequency produce more accurate images because they have smaller diffraction effects and greater spatial resolution. Simulation with Ex polarization produce better image in contrast compared to Ey polarization due to the parallel movement of electric fields (E field) direction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnan Kusuma Putra
"ABSTRAK
PT Transjakrta bersama dengan pihak operator Swasta mulai bersinergi untuk menambah angkutan pengumpan city feeder di wilayah jangkauan di sekitar Jakarta. Salah satunya adalah Layanan City Feeder Lebak Bulus ndash; Senen koridor 6H Transjakarta. Hasil evaluasi dari layanan ini menunjukan bahwa jumlah armada bus yang disediakan tidak mampu memenuhi demand penumpang yang ada. Hal ini ditunjukan dari besarnya nilai faktor muat bus yang memerlihatkan jumah demand penumpang yang tinggi, namun waktu tunggu penumpang lebih besar dari waktu kedatangan bus Waktu antara . Jumlah armada yang ada saat ini juga tidak mampu mencapai standar karena berdasarkan waktu tempuhnya, armada bus yang dibutuhkan adalah 35 unit sedangkan dalam prakteknya hanya mengoperasikan 26 unit kendaraan. Diperlukan perencanaan ulang dengan mempertimbangkan penambahan unit bus agar Pelaksanaan Layanan Bus Feeder Transjakarta Lebak Bulus ndash; Senen sesuai dengan kebutuhan penumpang dan Standar Pelayanan Minimal Transjakarta.

ABSTRACT
PT Transjakrta together with the private operators have synergized to add the city feeder 39 s unit bus in the Jakarta area. The Transjakarta Lebak Bulus Senen corridor 6H is one of them. The evaluation result of this service shows that the amount of the operated buses was not able to fulfill the demand of existing passengers. This was indicated by the percentage of bus load factor which was showing high demand of the passengers, but the waiting time of passengers are bigger than bus arrival Headway . The number of existing armadas is also not able to carry on the standard. Refering to the travel time, the required bus fleet must be 35 units but it was only operating 26 units of vehicles. There needed re planning by considering the addition of unit bus so that the Implementation of Lebak Bulus Senen Bus Feeder Service can be in accordance with the demand of passengers and Minimum Service Standards Transjakarta.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldiansyah
"

Permasalahan transportasi DKI Jakarta merupakan masalah umum di DKI Jakarta. Untuk itu, Pemprov DKI Jakarta mencari solusi untuk mengurangi permasalahan transportasi, salah satunya melalui peningkatan pelayanan transportasi publik, yaitu MRT Jakarta. Moda transportasi MRT Jakarta dikelola oleh PT MRT Jakarta sebagai sebuah BUMD di DKI Jakarta. Dalam perjalanan pelayanan transportasi publiknya, PT MRT Jakarta dapat menerapkan co-production pada pelayanannya. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan co-production dalam pelayanan transportasi publik oleh PT MRT Jakarta. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis penerapan co-production dalam pelayanan transportasi publik oleh PT MRT Jakarta. Pernyataan Osborne & Strokosch (2013) mengenai enhanced co-production, menjadi landasan teori pada penelitian ini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu post-positivist dengan teknik pengumpulan data melalui survei, wawancara dan studi kepustakaan. Hasil penelitian yang diperoleh dengan melihat penerapan co-production tersebut berdasarkan dimensi operasional dan strategis. Dimensi operasional digambarkan dengan keterlibatan masyarakat, pemerintah, dan lembaga sektor ketiga dalam pengawasan dan evaluasi pelayanan MRT Jakarta. Keterlibatan tersebut seperti monitoring dan evaluasi berkala. Sedangkan pada dimensi strategis digambarkan dengan keterlibatan masyarakat, pemerintah, dan lembaga sektor ketiga dalam perencanaan pelayanan MRT Jakarta. Keterlibatan tersebut seperti identifikasi awal perencanaan dan pemanfaatan TIK dalam perencanaan pelayanan transportasi publik. Oleh karena itu, co-production dalam pelayanan transportasi publik oleh PT MRT Jakarta sudah diterapkan, meskipun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan, evaluasi, dan perencanaan pelayanan tersebut masih rendah.


Transportation has become a common problem in DKI Jakarta. Because of that, DKI Jakartas Provincial Government are looking for the solutions to lower that problems, one of them is by improving the public transportation services, specifically in the MRT Jakarta. The MRT Jakarta is managed by PT MRT Jakarta as a Regional Owned Enterprise in DKI Jakarta. PT MRT Jakarta can implements co-production in its services. The purpose of this research is to analyze the implementation co-production in public transportation services by PT MRT Jakarta. Osborne & Strokoschs (2013) statements regarding enhanced co-production used as the theoretical framework of this study. The data needed for this research is collecting through surveys, interviews, and library studies based on the post-positivist approach. The results of this research shows the application of co-production based on the operational and strategic dimensions. In the operational dimension, it is depicted by the involvement of the citizen, government, and third sector organization in supervision and evaluation MRT Jakarta services. This involvement such like periodic monitoring and evaluation. While in the strategic dimension it is depicted by the involvement of the citizen, government, and third sector organization in the planning of MRT Jakarta services. This involvement such like initial identification of planning and using ICT in public transportation services planning. Therefore, co-production in public transportation services by PT MRT Jakarta has been implemented, even though citizen involvement in supervision, evaluation, and planning of its services is still low.

"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdian Putra
"Sistem Angkutan Massal Umum merupakan solusi yang terbaik untuk mengurangi kemacetan di ibu kota DKI Jakarta. Salah satu SAUM yang terintegrasi untuk wilayah Jabodetabek adalah kereta. Semakin banyaknya penumpang kereta jabodetabek membuat tingkat kenyamanan di dalam kereta sudah jauh berkurang bahkan banyak diantara penumpang tidak terangkut oleh kereta.
Tahap Pertama yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah menghitung jumlah penumpang pada jam sibuk, kemudian menghitung kapasitas gerbong dengan memperhatikan tingkat kenyamanan dan kemudian di simulasikan dengan menggunakan simulasi ProModel. Banyaknya jumlah gerbong dan headway untuk rangkaian krl yang diperoleh dari hasil simulasi akan menjadi hasil akhir dari penelitian ini.

Public Mass Transportation system is the best solution to reduce congestion in the capital Jakarta. Lent integrated one for the Greater Jakarta area is buggy. Increasing number of train passengers Jabodetabek create a level of comfort in the train were much reduced and even many of the passengers can not be served by trains.
Phase One is done in this research is to count the number of passengers during rush hour, and then calculate the capacity of the carriage with respect to the level of comfort and then simulated using ProModel simulation. A large number of wagons and headway for KRL series obtained from the simulation will be the final result of this research.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Gunawan
"Transportasi merupakan sarana yang paling krusial dalam menunjang perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat penduduk tinggi di dunia, terdiri dari beragam tingkat perekonomian sehingga tidak semua orang memiliki kendaraan pribadi untuk menjalankan mobilitasnya sehari-hari. Oleh karena itu, pemerintah akhirnya menyediakan suatu jasa layanan angkutan umum yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. 15 Januari 2004 merupakan titik awal beroperasinya Transjakarta-Busway di Jakarta, dengan menawarkan sebuah sarana transportasi yang 'aman, nyaman, cepat dan manusiawi, serta berbudaya dan bertaraf internasional'. Namun dalam prakteknya, konsumen kerap kali tidak mendapatkan hak-haknya sebagaimana penawaran yang 'dijual' oleh pihak pelaku usaha. Konsumen merasa tidak nyaman berkendara dengan menggunakan Transjakarta karena kondisi bus yang sering kali penuh sesak, atau konsumen harus menunggu untuk waktu yang cukup lama dengan kondisi halte yang tidak memberikan kenyamanan hingga bus datang. Berdasarkan Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terdapat hak-hak konsumen dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Banyak hal yang harus dibenahi oleh Transjakarta agar pelayanan yang diberikan dapat maksimal dan hak-hak konsumen dapat terjamin. Selain itu, konsumen sendiri perlu lebih menyadari akan hak-hak yang dimilikinya dan harus lebih berani dalam memperjuangkan haknya yang tidak dipenuhi atau dilanggar.

Transportation is the most crucial medium in supporting the economy of a nation. Indonesia as one of the countries with the highest level in world population consists of various levels of economy so that not everyone has a personal vehicle to run the day-to-day mobility. Therefore, the government finally provided an affordable public transportation that services all level of society. January 15, 2004 was the starting point of the operation of Transjakarta-Busway in Jakarta, by offering a medium of transportation that are 'safe, convenient, quick and humane, and also cultured and internationally'. However, in fact, consumers often don't get their rights as 'sold' by the company. Consumers don't feel comfortable driving with Transjakarta, because the conditions are often too crowded, or the consumers must wait for a very long time in bus's stop which doesn't provide any comfort until the bus comes. Based on Law No. 8 Year 1999 Regarding Consumer Protection Law and Law No. 22 Year 2009 Regarding Traffic and Road Transportation, there are consumer's rights and obligations thst must be met by all the companies when they run their businesses. Many things must be addressed by Transjakarta so their service to the consumers can be maximized and consumers' rights will finally be assured. In addition, consumers themselves need to be more aware of their own rights and be more willing to fight for their rights that are not fulfilled or being violated."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
S55
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Latief
"The infrastructure of the transportation system plays an important and strategic part in the development of a country and serves to support economic progress by enabling the mobility of citizens and the distribution of goods from one region to another. However, communities have unequal access to the system and there are gaps in the regional infrastructure in Indonesia, leading to the requirement for a mapping of all 33 provincial capitals. In this study, we reviewed provisions for road, sea, air, and rail travel. The mapping result is expected to determine the pattern and the prioritization needed for future infrastructure development. A literature review was performed to establish assessment indicators for the mapping. The weighting of each indicator was based on a survey of stakeholders in transportation sectors, which was then analyzed using the Analytical Hierarchy Process. After weighting was completed, the infrastructure of each provincial capital was assessed to determine ratings from the highest to the lowest rank. Jakarta, Medan, Bandung, Surabaya, and Semarang obtained the highest rankings, while Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, and Palangkaraya were at the bottom. This result shows that provincial capitals in western Indonesia had better assessment results than those in the east. Therefore, improvements to the transportation infrastructure of the latter cities should be prioritized."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>