Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maulana Ibrahim
"

Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Root Cause Failure Analysis (RCFA) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis suatu kegagalan.  Metode ini sering digunakan pada industri manufaktur dikarenakan banyak terjadinya risiko kegagalan pada proses produksi. Salah satu kegagalan yang terjadi adalah munculnya defect warna pada produksi label stiker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kegagalan proses yang mengakibatkan defect warna & merancang aksi perbaikan terhadap kegagalan tersebut. Metode FMEA digunakan untuk menentukan prioritas kegagalan yang akan difokuskan sedangkan RCFA digunakan untuk mencari akar masalah dari kegagalan yang terjadi menggunakan tools fishbone analysis, fault tree diagram, dan five why analysis. Dari hasil pengukuran severity, occurrence, dan detection, maka didapatkan 9 prioritas kegagalan dengan nilai RPN tertinggi sebesar 441 yaitu Color Range Board (CRB) belum disetujui pelanggan. Dari hasil prioritas kegagalan telah dilakukan 9 aksi perbaikan terhadap 9 prioritas kegagalan tersebut. Setelah dilakukan aksi perbaikan, maka hasil RPN dihitung kembali dan semua kegagalan sudah masuk dalam zona hijau dan kuning dengan nilai RPN terbesar adalah 120. Selanjutnya persentase defect warna mengalami penurunan dari 2,46% menjadi 0% setelah dilakukan aksi perbaikan.


Failure Mode Effect Analysis (FMEA) and Root Cause Failure Analysis (RCFA) are methods used to analyze a failure. This method is often used in the manufacturing industry because there are many risks of failure in the production process. One of the failures that occurred was the appearance of color defects in the production of sticker labels. This study aims to determine the potential process failures that result in color defect in sticker labels & design corrective actions for these failures. The FMEA method determines the priority of failures to be focused on, while RCFA is used to find the root causes of failures that occur using the tools fishbone analysis, fault tree diagram, and five why analysis. From the results of measuring severity, occurrence, and detection, 9 failure priorities were obtained with the highest RPN value of 441; namely, CRB has not been approved by the customer. From the results of failure prioritization, 9 corrective actions have been taken against the 9 failure priorities. After the corrective action is taken, the RPN results are calculated again, and all failures have entered the green and yellow zones with the most considerable RPN value of 120. Furthermore, the percentage of color defects decreased from 2,46% to 0% after the corrective action was taken.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhanna Fujiko Kamaruddin
"Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) adalah suatu pendekatan terstruktur yang digunakan untuk memperbaiki desain, proses manufaktur, perakitan, serta pelayanan dari suatu produk.
Pada umumnya, para perancang produk selalu melakukan perbaikan atas produk yang dirancangnya. Akan tetapi, produk-produk yang ada di masa kini semakin rumit, dan komponen serta sistem yang saling berkaitan dan saling terganlung satu sama Iainnya, menyebabkan pendekatan analisa kegagalan yang tidak terstruktur semakin tidak dapat mencapai hasil yang diinginkan. Seringkali terdapat kerusakan komponen yang tidak terdeteksi hingga pada tahap penguj ian produk, atau proses manufaktur dan perakitan telah dimulai, bahkan terkadang sampai pada saat produk tersebut dilepas ke pasar. Hal ini akan mengakibatkan desain ulang (redesign) dan pengerjaan ulang (rework) prototipe dan komponen, serta bahkan dapat menjatuhkan reputasi perusahaan.
FMEA merupakan pendekatan terstruktur dan terarah yang dapat mengidentifikasi kecenderungan kegagalan yang potensial, dan kuantifikasi tingkat keseriusan kegagalan serta memberikan peringkat, sehingga tindakan korektif yang sesuai dapat dilaksanakan.
Di dalam penerapan FMEA akan dibentuk suatu kelompok, bik kelompok desain, manufaktur, atau lainnya, yang telah terbukti merupakan Cara yang terbaik untuk memperbaiki desain, serta menghasilkan dan merakit produk yang lebih baik.
Pada beberapa tahun terakhir ini, isu mengenai manufaktur kelas dunia (world class manufacturing) semakin banyak dibicarakan, antara lain mengenai waktu siklus yang cepat, pengenalan produk yang bebas dari kerusakan, TQM dan TPM, perbaikan proses, dan JIT.
FMEA memiliki peran dalam seluruh kegiatan ini, di samping menghasilkan metoda analisa terstruktur yang dapat diterapkan ke desain produk, manufaktur, perakitan, dan pelayanan; serta dapat diterapkan sebelum dirancang dan ditetapkan, sepanjang pengembangan produk, dan juga dapat menjadi alat bantu untuk memperbaiki masalah-masalah yang timbul."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S36769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Bowo Leksono
"Sebuah perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksinya memiliki target tertentu untuk mencapai kualitas yang tinggi. Untuk dapat mencapai target tersebut diperlukan perbaikan proses produksi dan peningkatan kualitas secara menyeluruh Serta berkesinambungan.
Kegagalan yang sering terjadi pada suatu proses sangat mempengaruhi kualitas produksi suatu perusahaan Semua itu sangat berhubungan dengan spesifikasi teknis dan kepuasan konsumen. Salah satu teknik yang terstruktur dalam menganalisa kegagalan potensial dan efeknya adalah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).
Pengembangan model FMEA untuk suatu proses manufakur (stamping) secara terstruktur dan sistemalis akan membantu dalam mengidentifikasi, mendeteksi dan mengevaluasi secara dini setiap kecenderungan kegagalan potensial yang mungkin terjadi. Analisa dengan FMEA ini selanjulnya akan membantu dalam menentukan tindakan yang tepat terhadap setiap kecenderungan kegagalan dan permasalahan yang ada serta mendukung sistem pendokumentasian yang Iebih baik.
Pentingnya metode anaiisa kegagalan pada Sebuah proses mendorong dikembangkannya suatu model untuk aplikasl FMEA pada proses manufaktur (stamping). Model ini membantu pelaksanaan FMEA tahap demi tahap. Selanjutnya pengembangan soflware dilakukan demi kemudahan pendomentasian dan kalkulasi saat model FMEA tersebut diaplikasikan. Sehingga fungsi sebuah FMEA sebagai perangkat analisa kegagalan terhadap proses dapat digunakan secara optimal.
Dari hasil aplikasi akan diketahui komponen proses yang memiliki potensi kegagalan dan beberapa rekomendasi tindakan terhadap permasalahan yang ada. Rekomendasi tindakan tersebut secara umum diarahkan untuk mengurangi tingkat keseriusan (severify), frekuensi kejadian (occurrence) dan tingkat deteksi (detection) suatu kegagalan, Serta seoara khusus mengurangi kegagalan proses terhadap part yang di reject alaupun repain Hasil aplikasi model FMEA pada proses stamping juga akan menunjukkan kecenderungan kegagalan, penyebab kegagalan potensial, serta efeknya ditinjau dari segi produk akhir pada part yang di reject atau repair."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S36896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sendhi Rachmawan
"Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan saat ini mendorong industri untuk meningkatkan daya saingnya terhadap kompetitor. Pada penelitian ini studi kasus dilakukan di perusahaan yang memproduksi alat Pumping Unit untuk mengeksplorasi minyak bumi. Permasalahan yang dihadapi perusahaan ini adalah terjadinya inefisiensi atau pemborosan sebagai akibat ketidaksesuaian pada proses produksi. Penelitian ini menggunakan Multi Attribute Failure Mode Analysis (MAFMA) untuk menemukan akar permasalahan dan solusinya. Berdasarkan hasil dari MAFMA didapatkan penyebab terkritis disebabkan oleh cause C, yakni cacat atau defect dari pihak supplier pada bagian gear reducer. Berdasarkan metode tersebut penulis menyarankan untuk melakukan evaluasi supplier sebagai pemecahannya.

Along with the development of current science to encourage the industry to improve its competitiveness against competitors. In this research, case studies conducted in company that produce a Pumping Unit to explore petroleum. Problems faced by these companies is the inefficiency or waste as a result of a failure in the production process. The author tries to find solutions to these problems by using Multi Attribute Failure Mode Analysis (MAFMA). Based on the results of MAFMA, then found the cause of the most critical due to cause C, the defects are sourced from the supplier on the part gear reducer. Based on these results the authors suggest to perform the evaluation of the supplier as a solution."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42470
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Proses pengembangan produk dimulai dari disain hingga produksi massal atau manufaktur. Setiap tahapan dalam proses tersebut mempengaruhi kualitas produk akhir. Disain yang baik jiga tidak diikuti oleh proses produksi yang baik menghasilkan produk yang buruk kualitasnya. FMEA atau failure mode and effect analysis (analisis modus dan akibat kegagalan) bisa diterapkan untuk menjamin proses produksi yang andal. FMEA diterapkan pada suatu sistem pintu bis dengan mekanisme pneumatik pada PT. RI ditujukan untuk mendapatkan proses produksi yang baik dan tidak mengurangi mutu disain. Pendekatan FMEA yang terstruktur dan sistematis, mengenai potensi kegagalan dari level terendah yaitu komponen. Pendekatan ini sangat bermanfaat untuk melihat kegagalan puncak pada sistem. Sementara perbaikan sendiri tidak langsung pada sistem tapi pada level dimana potensi kegagalan ditemukan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hidayat
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis kegagalan yang terjadi pada proses lekuk botol (necking) dalam pembuatan selongsong munisi kaliber kecil (MKK) 5,56 mm yang terjadi pada PT Pindad. Kegagalan berupa wrinkle pada daerah neck selongong MKK 5,56 mm. Hipotesis penyebab kegagalan adalah bahwa kondisi material awal (brass cup) tidak memenuhi standar yaitu komposisi dan kekerasan. Analisis kegagalan dilakukan dengan membandingkan material yang mengalami kegagalan dan yang tidak. Serangkaian karakterisasi dilakukan untuk membuktikan hipotesa, meliputi pengamatan visual, pengujian komposisi, pengujian kekerasan mikro, dan pengamatan struktur mikro. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemungkinan terbesar penyebab kegagalan wrinkle pada daerah neck selongsong MKK 5,56 mm pada saat proses lekuk botol adalah kekerasan mikro yang tinggi dan kandungan Bi yang melebihi standar yaitu 0,04 %. Kekerasan yang tinggi menyebabkan gaya yang diberikan oleh mesin tidak cukup menghasilkan aliran material yang baik sehingga menyebabkan wrinkle. Kelebihan kandungan Bi menyebabkan terbentuknya inklusi Bi pada struktur mikro. Keberadaan inklusi Bi ini dapat menyebabkan konsentrasi tegangan sehingga memicu terjadinya patahan prematur pada material.
This study is aimed to analyse the failure on the necking process in manufacturing of 5.56 mm calibre bullet shell at PT Pindad. The failure was found in the form of wrinkle on the neck area of the 5.56 mm bullet shells. The initial condition of the incoming material (brass cup) was thought to not meet the standard requirement, i.e. composition and hardness, and this was taken as the hypothesis of this study. The study was conducted by careful observation on the failed products and then compared with the good ones. The observation included, visual observation, compositional analysis by using Optical Emission Spectroscopy (OES), micro Vickers hardness measurement and microscopy. The study showed that the most probable cause for the wrinkle failure during the necking process of the 5.56 mm bullet shell was the high microhardness values and the high Bi content, which exceeded the maximum allowable standard of 0.04 %. The high hardness led to inadequacy of blank holder force applied by the deep drawing machine in necking process, therefore, the force could not result in good material flow and wrinkles occurred. The high Bi content introduced Bi inclusions in the microstructure, which resulted in stress concentration and might lead to premature fracture of the material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandria Dwiartha
"Perencanaan desain dari suatu lereng tambang umumnya dihadapi oleh berbagai permasalahan seperti ketidakpastian pada data sifat fisik dan mekanik batuan untuk melakukan analisis kestabilan lereng. Metode probabilistik menawarkan cara yang lebih sistematis dalam menangani ketidakpastian tersebut juga sebagai preferensi untuk mengetahui informasi probabilitas kelongsoran (PK) dengan pendekatan nilai faktor keamanan (FK). Perhitungan probabilitas kelongsoran dilakukan dengan pengolahan data statistika deskriptif dan pencocokan jenis distribusi (goodness of fit test) menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan Uji Akaike Information Criterion (AIC). Hasil pengolahan data statistika deskriptif dan pencocokan jenis distribusi digunakan sebagai parameter masukan pada software Slide 6.0 dalam menghitung probabilitas kelongsoran lereng. Analisis kelongsoran dilakukan pada penampang geometri lereng hasil penarikan cross section pada desain Life of Mine PIT batubara dengan kondisi statis dan dinamis menggunakan pembebanan seismik 0,225g. Metode Bishop dan Janbu digunakan dalam mengidentifikasi probabilitas kelongsoran dengan jenis longsoran busur. Hasil analisis kelongsoran yang diperoleh, model lereng A–A’ memiliki geometri yang aman, sedangkan model lereng B–B’ memiliki geometri yang tidak aman dengan nilai FK statis <1,3; FK dinamis <1,1; dan PK >5%. Sehingga, dilakukan rekonstruksi ulang dengan melandaikan sudut kemiringan lereng keseluruhan dari 44° menjadi 26° pada model lereng B–B’. Setelah dilakukan rekonstruksi nilai FK statis; PK statis; FK dinamis; PK dinamis dari model lereng akhir secara berurutan, pada model lereng A–A’ 4,169; 0%; 2,840, 0% menggunakan metode Bishop dan 4,002; 0%; 2,666; 0% menggunakan metode Janbu. Model lereng B–B’ 1,749; 0%; 1,154; 0,3% menggunakan metode Bishop dan 1,756; 0%; 1,138; 0,8% menggunakan metode Janbu.

The design planning of a mine slope is generally faced with various problems such as uncertainty in the physical and mechanical properties of rocks to do slope stability analysis. The probabilistic method offers a more systematic way of dealing with this uncertainty as well as a preference for obtaining information on the probability of failure (PF) using the factor of safety (FS) approach. The calculation of the probability of failure is carried out by processing descriptive statistical data and goodness of fit test using the Kolmogorov-Smirnov (K-S) method and the Akaike Information Criterion (AIC) test. The results of processing descriptive statistical data and matching distribution types are used as input parameters in the Slide 6.0 software to calculate slope probability of failure. Slide analysis was carried out on the geometric cross-section of the slope from Life of Mine PIT coal design with static and dynamic conditions using a seismic loading of 0,225g. The Bishop and Janbu methods are used in identifying the probability of a landslide with the type of circular slide. The results of the slide analysis obtained show that the A–A' slope model has a safe geometry, while the B–B' slope model has an unsafe geometry with a static FS value of <1.3; Dynamic FS <1.1; and PF >5%. Thus, a renovation was carried out by sloping the overall slope angle from 44° to 26° on the B–B' slope model. After reconstructing static FS; static PF; dynamic FS; dynamic PF values from the final slope model sequentially, on slope model A–A' 4,169; 0%; 2,840, 0% using the Bishop method and 4,002; 0%; 2,666, 0% using the Janbu method. Slope model B–B' 1,749; 0%; 1,154; 0,3% using the Bishop method and 1,756; 0%; 1,138; 0,8% using the Janbu method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Mohammad Fikri Paramadina Unggul Yudha
"Korupsi masih menjadi masalah serius bagi banyak organisasi. Hal ini juga dialami oleh BUMN. Langkah yang selama ini diambil kebanyakan berupa penindakan. Peneilitian ini bertujuan mendesain proses bisnis pengadaan elektronik untuk mencegah korupsi. FMEA digunakan untuk mengukur potensi korupsi pada proses pengadaan sebelum dan setelah penerapan pengadaan elektronik. Perubahan proses bisnis yang disarankan untuk mencegah korupsi adalah rekomendasi, validasi, otorisasi, notifikasi dan form standar. Penurunan potensi korupsi terbesar pada potensi korupsi kolusi vendor dan potensi korupsi pengundangan vendor dengan performa buruk.

Corruption is serious problem to many organization. This Problem happened in state owned enterprise as well. Corruption eradication action mainly work in post corruption action. this research aimed to design business process electronic procurement to reduce corruption. FMEA was used to measure corruption potential before and after electronic procurement implementation. Proposed business process in this thesis are recommendation, validation, authorization, notification and standard form. Result from this study find that the biggest risk reduction in implementing electronic procurement are collusion or cartel act from the vendor and bad performing vendor join the procurement process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aulia Syafaat
"PT X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kemasan fleksibel, PT X merupakan perusahaan yang memiliki posisi market share kedua di bidangnya. Oleh karena itu untuk mempertahankan dan sekaligus meningkatlcan daya saingnya di industri pengemasan ini PT X harus mencegah teljadinya kegagalan produksi seperti cacat produk dan waktu yang terbuang.
Pada PT X terjadi banyak kegagalan produksi pada proses laminasi ekstrusi. Oleh karena im PT X membutuhkan sebuah metode pendekatan bam untuk mencegah, mendeteksi dan mengurangi tcrjadinya kegagalan produksi. Dan salah satu alat bantu yang paling sesuai untuk itu adalah dengan menggunakan Metode Failure Mode Effect and Analysis (FMEA).
Dalam tulisan ini akan diielaskan pengembangan model FMEA yang dipergunakan untuk menentukan titik krisis proses laminasi ekstrusi yang menyebabkan banyaknya kegagalan produksi disertai usulan perbaikan pada titik krisis tersebut. Metodologi yang dipergunakan untuk mengembanglcan model FMEA adalah dengan mengkombinasikan Braistorming tim FMEA dan Diagram Fishbone untuk menghasill-can form FMEA PFOSSS laminasi ekstrusi.. Langkah selanjumya adalah menentukan titik krisis proses Iaminasi ekstrusi berdasarkan nilai RPN tertinggi yang disertai usulan perbaikan pada titik tersebut.

PT X major business is in packaging industry.P'l` X have a second market share position. Because of that to maintain and also improve competitive power in this packaging industry , PT X must have prevent ,detect and eliminate production failure such as defect and lost time.
There is many production failure in process extruding laminator. Because of that PT X need a new approach methode to prevent , detect and eliminate produstion failure. And one of the most powerful tools to get appropriate methode for PT X is by using Failure Mode Effect and Anabfsis (FMEA) methode.
This paper describes the development FMEA model which used to decide critical point of cxtruding laminator process which has caused many production failure including recommended action in that critical point.
The methodology of the proposed methode used is to conjoin the Brainstoming FMEA tim and Fishbone Diagram to provide form Process FMEA in extruding laminator. Then the next step is to decide critical point of extruding Iaminator process based on higher RPN number with including recommended action in that critical point.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Fawzi
"ABSTRAK
Energi listrik merupakan kebutuhan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan listrik semakin meningkat. Heat Recovery Steam Generator HRSG merupakan salah satu alat yang sangat penting dalam PLTGU. Kegagalan atau kerusakan pada HRSG tentu menjadikan unit PLTGU tidak efektif dalam menghasilkan listrik. Pada Penelitian ini dengan menggunakan metode FMEA Failure Mode and Effect Analysis bertujuan untuk menentukan, mengklasifikasikan dan menganalisa mode kegagalan. Sebagai hasil dari perkalian S severity , O occurrence , dan D detection sehingga diperoleh RPN Risk Priority Number . Hasil FMEA diperoleh 10 mode kegagalan kritis dari 26 mode kegagalan yang terjadi. Urutan RPN tertinggi adalah 245 Pada Superheater dengan mode kegagalan : bocor pada tube , RPN 216 Pada economizer dengan mode kegagalan bocor pada tube , kemudian RPN 210 Pada Superheater dengan mode kegagalan : bocor pada U-Bend , dan tujuh kegagalan lainnya. Tindakan penanganan risiko dilakukan untuk kesepuluh mode kegagalan tersebut.

ABSTRAK
Nowadays, Electricity is an important needs people. By the time, people needs of electricity increasing. Heat Recovery Steam Generator HRSG has important role as a part of PLTGU stands for Integrated Gasification Combined Cycle Plants . HRSG rsquo s failures or damages surely impact on ineffectively electricity producing by PLTGU. This research, using Failure Mode and Effect Analysis FMEA , aims to determine, classify, and analyze failure modes. As the result of S Severity , O Occurrence , and D Detection multiplication, RPN Risk Priority Number would be achieved. FMEA result shows that 10 critical failure modes occurs from 26 failure modes. The highest RPN is 245 in Superheater with failure mode tube leakage , after that is RPN 216 in Economizer with failure mode tube leakage , then RPN 210 in Superheater with failure mode U Bend leakage , and the seven other failures. Risk Treatments are being held for the 10 failure modes."
2017
S67830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>