Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222968 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riki Alkamdani
"Latar belakang: Infeksi saluran kemih ISK merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sering pada anak usia 2 bulan ndash; 2 tahun. Infeksi saluran kemih sulit dideteksi karena gejalanya yang tidak khas. Diagnosis pasti dengan biakan urin membutuhkan waktu yang lama, sedangkan pemeriksaan urinalisis sulit mendeteksi ISK karena pengosongan kandung kemih yang cepat. Pewarnaan Gram urin lebih mudah dilakukan, cepat, dan murah sehingga diajukan sebagai metode diagnosis alternatif.
Tujuan: Mengetahui kesesuaian pemeriksaan pewarnaan Gram urin dibandingkan dengan biakan urin dalam mendiagnosis ISK pada anak usia 2 bulan - 2 tahun.
Metode: Studi potong lintang, di RSCM Jakarta, bulan Mei hingga Desember 2016. Penelitian melibatkan 59 anak usia 2 bulan ndash; 2 tahun dengan klinis tersangka ISK. Urin diambil dengan teknik kateterisasi peruretra. Sampel urin diperiksakan pewarnaan Gram, biakan urin dan urinalisis. Biakan urin sebagai baku emas pemeriksaan, dinyatakan sebagai ISK apabila tumbuh kuman dengan koloni >50.000 cfu/mL. Pewarnaan Gram dinyatakan positif ISK apabila ditemukan satu jenis bakteri per lapang pandang besar.
Hasil: Prevalens ISK pada penelitian ini sebesar 38,9. Sensitivitas pewarnaan Gram urin sebesar 47,8 IK 95 26,8-69,4, spesifisitas 97,2 IK 95 85,5-99,9, NDP 91,7 IK 95 60,3-98,8, NDN 74,5 IK 95 60,3-98,8, LR 17,2 IK 95 2,4-124,6, LR - 0,54 IK 95 0,36-0,8, akurasi 78.
Simpulan: Terdapat kesesuaian antara pemeriksaan pewarnaan Gram urin dengan biakan urin dalam mendiagnosis ISK. Terapi antibiotik dapat segera diberikan apabila hasil pemeriksaan Gram urin positif menunjukkan hasil positif. Pemberian antibiotik dapat ditunda menunggu hasil biakan urin, apabila gejala klinis ISK tidak terlalu khas dan tidak ditemukan bakteri dari pewarnaan Gram urin.

Background: Urinary tract infection UTI one of the most common disease in children age 2 months 2 years. Urinary tract infection in children is often difficult to diagnose because of the atypical symptoms. The definitive diagnosis with urine culture has its limitations because it takes a long time to get results, while it is difficult to detect UTI using urinalysis due to the rapid bladder emptying. Gram staining of urine is thought to be easier, faster, and cheaper, therefore it is proposed as an alternative method for early diagnosis of UTI.
Objective: To compare the diagnostic accuracy of urine Gram staining with urine culture to diagnose UTI in children aged 2 months to 2 years.
Methods: A cross sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital from May to December 2016. The study involved 59 children aged 2 months 2 years drawn through consecutive sampling method with clinically suspected UTI. Urine sample was taken with per urethra catheterization techniques. Urine samples were examined by Gram staining, urine culture and urinalysis. Urine culture as a gold standard examination is expressed as UTI when colonies of bacterias grow 50,000 cfu mL. Gram stain tested positive for UTI if one type of bacteria is found per high power field.
Results: The prevalence of UTI in this study is 38.9. The sensitivity of urine Gram staining is 47.8 95 CI 26.8 to 69.4, specificity of 97.2 95 CI 85.5 to 99.9, NDP 91.7 CI 95 from 60.3 to 98.8, NDN 74.5 95 CI 60.3 to 98.8, LR 17.2 95 CI 2.4 to 124.6, LR 0.54 95 CI 0.36 to 0.8, and accuracy of 78.
Conclusion There is a correlation between the urine Gram staining with urine culture in diagnosing UTI in children aged 2 months 2 years. Antibiotics may be administered immediately when urine Gram staining shows positive result. Antibiotics for UTI may be delayed until the results of urine culture, if clinical symptoms of UTI is not very distinctive and urine Gram staining shows negative result.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Rosida
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T57276
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Dewi Pamungkas
"Penelitian ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala ISK pada anak sekolah di SDN Pondok Cina 1 Depok. Penelitian deskriptif korelatif ini bertujuan untuk teridentifikasinya faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala ISK pada anak sekolah. Sampel pada penelitian ini adalah 85 siswa SDN Pondok Cina 1. Faktor-faktor yang diteliti meliputi jenis kelamin, status sirkumsisi pada anak laki-laki, kebiasaan kebersihan diri, kebersihan toilet sekolah,dan kebiasaan menahan BAK. Hasil penelitian ini menunjukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin, status sirkumsisi pada anak laki-laki, kebersihan toilet sekolah, dan kebiasaan menahan BAK dengan gejala ISK (p value > 0.1). Saran bagi penelitian selanjutnya adalah mencari faktor lain yang berhubungan dengan anak yang mengalami ISK.

This study aimed to discuss about related factors of UTI symptom among children of primary schools in SDN pondok cina 1 Depok. Correlative descriptive study used to identify the related factors of UTI symptom among children of primary schools. The examined factors included gender, circumcision status in boys, hygiene behavior, toilets hygiene, and stasis urine behavior with UTI symptom. The research result showed no relationship between gender, circumcision status in boys, toilets hygiene, and stasis urine behavior with UTI symptom (p value > 0.1). The recommendation for the next research is look for other factors related with children who have UTI."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42033
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Suci
"Penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia terus meningkat seiring dengan tingginya angka kejadian serta mempengaruhi pola penggunaan antibiotik difasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika golongan beta laktam pada pasien pneumonia di rumah sakit anak dan bunda harapan kita tahun 2016 yang dilakukan untuk mencapai penggunaan antibiotik yang rasional. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari rekam medik pasien. Sampel merupakan resep pasien pneumonia periode Januari hingga Desember 2016. Studi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Antibiotik yang digunakan adalah ampisilin; amoksisilin; ampisilin-sulbaktam; seftriakson; sefiksim; sefotaksim; seftazidim; sefoperazone dan seftizoksim. DDD dengan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah ampisilin 80,5 sedangkan DDD/100bed/hari dengan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah amoksisilin 34,62 DDD/100bed/hari . Secara kualitatif, antibiotik yang menyusun segmen DU90 ada lima yaitu ampisilin; seftriakson; sefotaksim; sefixim; ampisilin-sulbaktam. Kesesuaian penggunaan antibiotik golongan beta laktam di rumah sakit anak dan bunda harapan kita tahun 2016 dengan Formularium Nasional sebesar 99,55.

The use of antibiotics increases as well as number of events and affect the pattern of antibiotic uses in health facilities. This study aimed to evaluate the use of beta lactam antibiotics in patients with pneumonia in Harapan Kita Mother and Children rsquo s Hospital in 2016 which is done to achieve rational drug uses. The design of the study was descriptive with retrospective data collection from patients rsquo medical records. Samples were patients rsquo prescriptions from January to December 2016. The analysis was done using Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose ATC DDD qualitatively and quantitatively. The antibiotics were ampicillin amoxicillin ampicillin sulbactam ceftriaxone cefixime cefotaxime ceftazidime cefoperazone and ceftizoxime. DDD with most antibiotics used is ampicillin 80,5 , while DDD 100bed day with most antibiotics used is amoxicillin 34.62 DDD 100bed day . Five antibiotics which are in segment DU90 are ampicillin ceftriaxone cefotaxime cefixime ampicilin sulbactam. Compatibility of the use of pneumonia drugs with National Formulary are 99.55.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rinciani Putri
"Diare akut adalah proses defekasi yang lebih sering dari biasanya (>3x sehari) dengan durasi < 14 hari. Salah satu penyebab diare akut adalah infeksi bakteri. Adanya infeksi bakteri ini harus ditangani dengan penggunaan antibiotik spesifik terhadap bakteri penyebab secara rasional. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data rekam medis pasien dengan teknik total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia >1 bulan-12 tahun) yang menderita diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 dengan terapi antibiotik. Penelitian dilakukan terhadap 88 data rekam medis yang memenuhi kriteria inklusi. Kuantitas penggunaan antibiotik terbesar yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah seftriakson (152,75) dan DDD/100 pasien/hari terbesar adalah seftriakson (34,56). Antibiotik yang menyusun segmen DU90% adalah seftriakson, sefotaksim, seftizoksim, dan ampisilin sulbaktam. Penggunaan antibiotik untuk terapi diare akut di ruang rawat inap anak RSAB Harapan Kita tahun 2016 90,87% sesuai dengan Formularium Nasional.

Acute diarrhea is a defecation process which happens more often than usual (3x daily) with duration < 14 days. One of its cause is bacterial infections. This bacterial infection needs to be treated by specific antibiotic against the bacteria and used rationally. This research is done to evaluate the uses of the antibiotic for acute diarrhea patient in child inpatiens room Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016. The uses of antibiotic evaluation are done quantitatively and qualitatively. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patients medical records and total sampling technique. Sample of this research is all children patients in age interval of >1 month until 12 years old in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of year 2016 which suffer from acute diarrhea and need antibiotic therapy. The research is done for all 88 medical records which fulfill the inclusion criteria. The largest quantity of used antibiotics is expressed in PDD unit is ceftriaxone (152.75) and the largest of DDD/100 patient/day is ceftriaxone (34.56). Antibiotics that composed in DU90% segment are ceftriaxone, cefotaxime, ceftizoxime, and ampicillin sulbactam. The uses of antibiotic against diarrhea in child inpatiens room in Mother and Child Harapan Kita Hospital of Year 2016 is 90.87% corresponds with Formularium Nasional.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasya Khaerunnisa
"Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri yang timbul sebagai respon tubuh terhadap stimulasi sistem imun. Salah satu obat yang banyak digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut adalah antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak bijak akan mengakibatkan resistensi.
Penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) di RSAB Harapan Kita merupakan salah satu infeksi utama maupun komorbid pada pasien anak yang tatalaksana pengobatannya menggunakan antibiotik. Namun, RSAB Harapan Kita belum menerapkan evaluasi kualitatif penggunaan antibiotik secara rutin. Tujuan dari tugas khusus ini adalah mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK dan mengetahui peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita.
Penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita dievaluasi berdasarkan diagram alir Gyssens meliputi indikasi antibiotik, spektrum, dosis dan interval antibiotik, lama pemberian antibiotik harga, efektivitas dan keamanan antibiotik.
Berdasarkan hasil evaluasi, penggunaan antibiotik pada pasien anak rawat inap dengan ISK di RSAB Harapan Kita masih ada yang tidak tepat. Peran apoteker dalam mengevaluasi penggunaan antibiotik di RSAB Harapan Kita yaitu evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik menggunakan metode ATC/DDD, sedangkan evaluasi kualitatif belum dilaksanakan sepenuhnya di RSAB Harapan Kita dan masih terbatas pada antibiotik profilaksis bedah yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.

Infectious diseases are diseases caused by microorganisms such as bacteria that arise as the body's response to immune system stimulation (Ministry of Health RI, 2021). One of the drugs that are widely used to treat the disease is antibiotics. However, unwise use of antibiotics will result in resistance.
Urinary Tract Infection (UTI) at RSAB Harapan Kita is one of the main and comorbid infections in pediatric patients whose treatment uses antibiotics. However, RSAB Harapan Kita has not implemented a qualitative evaluation of routine antibiotic use. The purpose of this special task is to determine the accuracy of antibiotic use in hospitalized pediatric patients with UTIs and to know the role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita.
The use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is evaluated based on the Gyssens flow chart including antibiotic indications, spectrum, dose and interval of antibiotics, duration of antibiotic administration price, effectiveness and safety of antibiotics.
Based on the evaluation results, the use of antibiotics in inpatient pediatric patients with UTIs at RSAB Harapan Kita is still inappropriate. The role of pharmacists in evaluating the use of antibiotics at RSAB Harapan Kita is quantitative evaluation of antibiotic use using the ATC / DDD method, while qualitative evaluation has not been fully implemented at RSAB Harapan Kita and is still limited to surgical prophylactic antibiotics carried out by other health workers.
"
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Shabrina Agustia Rahmah
"Angka prevalensi penemuan pneumonia anak Indonesia pada tahun 2018 sebesar 56,51%. Pneumonia juga menduduki penyebab kematian anak tertinggi di Indonesia pada tahun 2018, yaitu lebih dari 19.000 anak. Bakteri merupakan salah satu penyebab pneumonia, maka dapat diberikan terapi kuratif dengan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tatalaksana penggunaan antibiotik pasien pneumonia anak, yang kemudian dievaluasi secara kualitatif menggunakan metode Gyssens. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan secara observasional dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional). Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan catatan rekam medik selama periode Maret-September 2020. Sebanyak 81 pasien pneumonia anak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita digunakan sebagai sampel dan telah memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data tersebut selanjutnya dianalisis dan dievaluasi menggunakan metode kriteria Gyssens. Pada penelitian ini, kelompok usia berusia 1 bulan hingga 1 tahun (68%). Pasien anak laki-laki (51,85%) lebih banyak dibandingkan pasien anak perempuan (48,15%), dan frekuensi lama rawat paling banyak 6-10 hari sebanyak 36 pasien (44,4%). Penggunaan antibiotik terbanyak di ruang rawat inap RSAB Harapan Kita untuk pneumonia secara beturut-turut adalah seftriakson (30,91%), lalu gentamisin (13,94%), dan azitromisin (12,73%). Total 165 regimen dari 81 pasien diperoleh hasil 109 regimen (66,06%) termasuk ke dalam kategori 0 dan 56 regimen (33,94%) termasuk ke dalam kategori I-VI. Hasil analisis menunjukkan adanya 33,94% ketidaktepatan penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak di RSAB Harapan Kita.

Child mortality rate is due to pneumonia rather than other infectious diseases were the highest, with up to 56,51% cases in Indonesia or more than 19.000 children died in 2018. Since most of pneumonia is caused by bacteria, the therapy given for this infection is antibiotic. The objective of this research was described and evaluated the used of antibiotics qualitatively in pediatric pneumonia patients with Gyssens method. Method used in this study was cross-sectional, observational with descriptive data analysis. Data collection has been conducted retrospectively based on medical records during the period March-September 2020. 81 samples of pediatric pneumonia patients in RSAB Harapan Kita’s inpatient room who met the inclution criteria was taken used total sampling method. Then, data were analyzed and evaluated by Gyseens criteria method. In this research, there group age 1 – 12 months (68%) was being the highest population who used antibiotic due to 6-10 days length of stay (44,4%). It’s consists of male children (51,58%) and female children (48,15%). The most used antibiotic coherently ceftriaxone (30,91%), gentamycin (13,92%), and azithromycin (12,73%). The total 165 regimen, from 81 samples show that 109 regimens (66,06%) were categorized as Category 0 and 56 regimens (33,94%) as Category I-VI. Result show inaccuracy used of antibiotic up to 33,94% in RSAB Harapan kita."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Icang Khairani
"Penyakit pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak di dunia. Kasus kematian anak di Indonesia yang diakibat oleh pneumonia diperkirakan mencapai 23,6 . Antibiotik memiliki peran penting dalam terapi pengobatan pneumonia. Pemberian ampisilin dan seftriakson direkomendasikan untuk pasien pneumonia anak. Analisis Efektivitas Biaya AEB merupakan salah satu metode farmakoekonomi untuk mengetahui obat yang efektif dengan biaya terkecil. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan total biaya medis langsung dan efektivitas yang ditinjau dari lama hari rawat pasien yang menggunakan ampisilin dan seftriakson. Desain penelitian yang digunakan adalah non eksperimental dengan studi penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data sekunder pasien dan data keuangan pasien pneumonia anak di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Tahun 2016. Pengambilan sampel dilkakukan secara total sampling. Jumlah pasien dalam analisis sebanyak 21 pasien, yaitu 8 pasien menggunakan ampisilin dan 13 pasien menggunakan seftriakson. Median total biaya medis antara ampisilin dan seftriakson berturut-turut sebesar Rp 2.717.075,00 dan. Rp 3.333.750,00. Median lama hari rawat ampisilin dan seftriakson berturut-turut 5,5 hari dan 6 hari. Berdasarkan AEB menunjukkan bahwa ampisilin lebih cost-effective dibandingkan seftriakson.

Pneumonia is one of the leading causes of death in children in the world. The case of child mortality in Indonesia caused by pneumonia is estimated at 23.6 . Antibiotics have an important role in the treatment of pneumonia therapy. Provision of ampicillin and ceftriaxone is recommended for pediatric pneumonia patients. Cost Effectiveness Analysis AEB is one of the pharmacoeconomic methods to find out the effective drug with the smallest cost. This study was conducted to compare the total direct medical cost and effectiveness, which was measured from length of stay LOS , of ampicillin and ceftriaxone usage. The research design used was non experimental with cross sectional study. Retrospective data retrieval was performed on patient secondary data and financial data of child pneumonia patient at Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta in 2016. Samples were taken by using total sampling method. The number of patients in the analysis were 21 patients, which included 8 patients with ampicillin and 13 patients with ceftriaxone. Median total medical costs between ampicillin and ceftriaxone were respectively Rp 2,717,075.00 and. Rp 3,333,750.00. Median duration of day of ampicillin and ceftriaxone consecutive 5.5 days and 6 days. An AEB shows that ampicillin is more cost effective than ceftriaxone.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisandy Ramadhanti
"Epilepsi merupakan penyakit neurologis kronis dengan prevalensi tingkat 0,5-1% pada populasi anak dan terjadi puncaknya pada tahun-tahun awal kehidupan. Obat Antiepilepsi (OAE) masih merupakan obat utama dalam pengobatan pasien epilepsi. Hingga saat ini, sebanyak 30 (tiga puluh) Obat Antiepilepsi (OAE) generasi pertama-ketiga digunakan dalam pengobatan penyakit epilepsi. Pilihan monoterapi yang tepat untuk pasien merupakan tantangan klinis yang harus mempertimbangkan mekanisme kerja, spektrum efikasi, efek samping hingga potensi interaksi masing-masing obat. Tantangan tersebut semakin penting apabila diterapkan dalam pengobatan epilepsi pada pasien anak-anak dengan interval waktu pemberian yang tepat terutama jika pasien anak-anak mendapatkan terapi kombinasi 2 atau lebih Obat Antiepilepsi (OAE). Interval waktu pemberian pada terapi kombinasi Obat Antiepilepsi (OAE) dalam mencapai kadar terapeutiknya dipengaruhi oleh profil farmakokinetik masing-masing obat. Obat Antiepilepsi (OAE) perlu dipantau terutama karena variabilitas antar pasien yang tinggi akibat adanya farmakokinetik non-linear serta lingkup terapeutik yang sempit. Melalui tugas khusus ini dapat diketahui bahwa dari 6 Obat Antiepilepsi (OAE) yang digunakan pada pasien pediatrik, Carbamazepine memiliki potensi terdistribusi lebih banyak dalam plasma darah maupun jaringan plasma yaitu dengan nilai Vd sebesar 0,8-2 L/Kg serta Levetiracetam memiliki nilai Tmaks dan T1/2 paling kecil, yaitu Tmaks sebesar 1,3 jam dan T1/2 sebesar 6 jam sehingga Levetiracetam dapat mencapai kadar maksimum dalam darah (Cpmaks) maupun tereliminasi dari tubuh lebih cepat dibandingkan ke 5 (lima) obat lainnya.

Epilepsy is a chronic neurological disease with a prevalence rate of 0.5-1% in the pediatric population and peaks in the early years of life. Antiepileptic drugs (OAE) are still the main drugs in the treatment of epilepsy patients. Until now, as many as 30 (thirty) first-third generation Antiepileptic Drugs (OAE) are used in the treatment of epilepsy. The choice of the right monotherapy for a patient is a clinical challenge that must consider the mechanism of action, spectrum of efficacy, side effects to the potential interactions of each drug. This challenge is even more important when applied in the treatment of epilepsy in pediatric patients at the right time interval, especially if the pediatric patient is receiving combination therapy of 2 or more Antiepileptic Drugs (OAE). The time interval for administration of antiepileptic drug combination therapy (OAE) in achieving therapeutic levels is influenced by the pharmacokinetic profile of each drug. Antiepileptic drugs (OAE) need to be monitored, especially because of high inter-patient variability due to non- linear pharmacokinetics and a narrow therapeutic scope. Through this special assignment it can be seen that of the 6 Antiepileptic Drugs (OAE) used in pediatric patients, Carbamazepine has the potential to be distributed more in blood plasma and plasma tissue with a Vd value of 0.8-2 L/Kg and Levetiracetam has a Tmax value and the lowest T1/2, namely Tmax of 1.3 hours and T1/2 of 6 hours so that Levetiracetam can reach maximum levels in the blood (Cpmax) and be eliminated from the body faster than the other 5 (five) drugs."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bernita Kusumanti
"ABSTRAK
Persalinan preterm merupakan kejadian yang disebabkan oleh multifaktorial salah satunya adalah infeksi pada ibu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi persalinan preterm di RSCM pada tahun 2011, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kejadian persalinan preterm dengan ibu positif ISK dan ibu negatif ISK, serta mengetahui korelasi persalinan preterm dengan ISK pada ibu. Metode penelitian cross-sectional pada 2005 sampel. Data yang diambil berupa data sekunder. Kemudian data diolah menggunakan spss 11.5 for windows dan dianalisis dengan uji chi square untuk uji perbedaan. Hasil penelitian didapat Prevalensi persalinan preterm di RSCM tahun 2011 adalah sebesar 27%. Tidak ada perbedaan bermakna kejadian persalinan preterm antara ibu positif ISK dengan ibu negatif ISK di RSCM pada tahun 2011 (P>0,05).

ABSTRACT
Preterm labor is an incident caused by a multifactorial one of which is an infection in the mother. This study was conducted to determine the prevalence of preterm delivery in RSCM in 2011, to determine whether there are differences of preterm labor in positive UTI’s mother and negative UTI’s mother, to determine the correlation of preterm labor with maternal UTI . Methods Cross-sectional study in 2005 samples. Data taken the form of secondary data. Then the data is processed using the SPSS 11.5 for Windows and analyzed by chi-square test for testing the differences. Research results obtained prevalence of preterm birth in the RSCM in 2011 amounted to 27%. There is no significant difference of preterm delivery between positive UTI’s mother and negative UTI’s mother in RSCM in 2011 (P> 0.05). And the results showed no significant correlation between preterm labor and maternal UTI in the RSCM in 2011"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>