Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ketty Sjarifuddin
"Latar Belakang: Kualitas tidur seorang pekerja merupakan hal penting dalam menjaga status kesehatan juga produktivitas kerja karena melalui tidur terjadi proses pemulihan pada tubuh. Kualitas tidur yang tidak baik dapat berdampak buruk pada masalah kesehatan, menurunkan produktivitas kerja, meningkatkan resiko kecelakaan. Kualitas tidur dipengaruhi oleh faktor individu, pekerjaan dan lingkungan. Studi global meta analisis sebanyak 30% pekerja industri mengalami kualitas tidur buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur pekerja teknisi alat berat di perusahaan X dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pekerja dimana belum adanya penelitian yang berfokus pada kualitas tidur teknisi alat berat. 
Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang. Menggunakan data sekunder hasil MCU karyawan Perusahaan X. Total sampling sebanyak 105 teknisi alat berat, dianalisa multivariate dengan regresi logistik batas kemaknaan p<0.05 untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur. Instrumen terdiri dari kuesioner terbuka karakteristik responden, kuesioner PSQI untuk menilai kualitas tidur yang telah divalidasi dalam bahasa Indonesia (α Cronbach 0.79), dan kuesioner SOFI untuk menilai kelelahan yang telah divalidasi dalam bahasa Indonesia (α Cronbach  0.969). 
Hasil: Prevalensi pekerja yang mengalami kualitas tidur buruk didapatkan sebesar 48.6%. Hanya faktor kelelahan kerja yang memiliki hubungan bermakna dengan kualitas tidur  (p=0.026, aOR 11.7, CI95% 1.333- 102.76) 
Kesimpulan: Terdapat kualitas tidur yang buruk pada pekerja teknisi alat berat dengan kelelahan kerja menjadi faktor resiko yang bermakna secara statistik dengan kualitas tidur yang buruk.  

Background: Sleep quality of a worker is important in maintaining health status as well as work productivity because the proccess of recovery is sleeping. Poor sleep quality can have a negative impact on health problems, reduce work productivity, increase the risk of accidents. Sleep quality is influenced by individual, occupational and environmental factors. A global meta-analysis study found that 30% of industrial workers experience poor sleep quality. This study aims to determine the sleep quality of heavy equipment technicians at company X and the factors related to the sleep quality of workers where there has been no research that focuses on the sleep quality of heavy equipment technicians.
Methods: This study uses cross-sectional methods. Using secondary data from MCU result of workers at Company X. A total sample of 105 heavy equipment technicians was analyzed multivariat  using a regression logistic. The instruments consisted of an open questionnaire on respondent characteristics, a PSQI questionnaire to assess sleep quality which had been validated in Indonesian (Alpha Cronbach 0.79), and a SOFI questionnaire to assess fatigue which had been validated in Indonesian (Alpha Cronbach 0.969).
Results: The prevalence of workers experiencing poor sleep quality was 48.6%. Only work fatigue had a significant relationship with sleep quality (p=0.026, aOR 11.7, 95% CI 1.333-102.76).
Conclusion: There is poor sleep quality in heavy equipment technician workers with work fatigue being a statistically significant risk factor for poor sleep quality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Novasari Mei Astuti
"Data Kementerian ESDM mencatat 93 kecelakaan di area pertambangan pada tahun 2021, dengan 36 kecelakaan ringan dan 57 kecelakaan berat, merenggut 11 korban jiwa. Tahun 2019 menjadi tahun terburuk dengan 133 kecelakaan (27 ringan, 106 berat) dan 24 korban jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kelelahan kerja setelah dikontrol oleh variabel confounding pada operator alat berat industri pertambangan PT.X Site A 2024. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penerapan rancangan cross-sectional. Studi ini melibatkan 213 pekerja yang diminta untuk mengisi kuisioner. Analisis data dilakukan menggunakan uji multivariat analisis faktor risiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 49,3% pekerja mengalami kelelahan kerja pada tingkat berat, sedangkan 50,7% responden mengalami kelelahan kerja pada tingkat ringan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan kelelahan kerja (p value=0,011). Pekerja yang memiliki kualitas tidur buruk berisiko 2,38 kali untuk mengalami kelelahan kerja berat dibandingkan pekerja yang memiliki kualitas tidur baik setelah dikontrol oleh variabel masa kerja, waktu perjalanan, lingkungan tidur, dan faktor psikososial (overcommitment) (aOR=2,38 95% CI 1,22 – 4,65).

Data from the Ministry of Energy and Mineral Resources (ESDM) recorded 93 accidents in mining areas in 2021, with 36 minor accidents and 57 serious accidents, claiming 11 lives. The year 2019 was the worst year with 133 accidents (27 minor, 106 serious) and 24 fatalities. This research aims to determine the relationship between sleep quality and work fatigue after controlling for confounding variables in heavy equipment operators in the mining industry of PT.X Site A 2024. The method used in this research is the application of a cross-sectional design. This study involved 213 workers who were asked to fill out questionnaires. Data analysis was performed using multivariate risk analysis. The results of the study showed that 49.3% of workers experienced severe work fatigue, while 50.7% of respondents experienced mild work fatigue. The results of the study showed that there is a relationship between sleep quality and work fatigue (p value = 0.011). Workers with poor sleep quality were 2.38 times more likely to experience severe work fatigue compared to workers with good sleep quality after controlling for work experience, travel time, sleep environment, and psychosocial factors (overcommitment) (aOR = 2.38 95% CI 1.22-4.65)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devia Putri Lenggogeni
"Perubahan kualitas tidur sering dikeluhkan oleh pasien yang menjalani hemodialisis. Beberapa faktor-faktor diketahui berhubungan dengan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis antara lain faktor demografi, patofisiologis dan psikologis. Disamping faktor tersebut terdapat sebuah faktor baru yang berhubungan dengan kualitas tidur yakni faktor spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah sampel 100 orang. Analisis data menggunakan Chi-square dan Regresi Logistik.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara usia p= 0,003, jadwal hemodialisis p=0,001, adekuasi hemodialisis p=0,000, interdialytic weight gain IDWG p=0,004, depresi p=0,000 dan spiritualitas p=0,000 . Depresi merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis p=0,002; OR=23,063 . Perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur dalam menyusun intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis.

The changing of sleep quality is often being complained by hemodialysis patients. Several influencing factors of sleep quality in hemodialysis patients included demographic, pathophysiological and psychological factors. In addition, there is a new related factor of sleep quality which is spirituality factor. This study is aimed to identify and explain the influencing factors of sleep quality in hemodialysis patients. This study used cross sectional analytic with 100 hemodialysis patients. Chi square and Logistic Regression was used to analyze data.
The results showed there was a relationship between age p 0,003, hemodialysis schedule p 0,001, hemodialysis adequacy p 0,000, interdialytic weight gain IDWG p 0,004, depression p 0,000 and spirituality p 0,000 with sleep quality in hemodialysis patients. Depression is the most influencing factor of sleep quality in hemodialysis patients p 0,002 OR 23,063 . It is necessary to consider influencing factors of sleep quality in developing nursing interventions to improve sleep quality in hemodialysis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Hesti
"Prevalensi Anemia pada Pekcrja Pria serta faktor-faktor yang berhubungan, di Perusahaan X, 2009 Program Studi : Kedokteran Kerja-Pasca Sarjana Latar Belakang Pekerja pada perusahaan migas dalam lingkungan keijanya sehari-hari banyak berhubungan dengan bahan kimia hidrokarbon aromatik terutama BTX (benzena, toluene, xylene). Adanya pajanan benzcna secara kronis dapat menyebabkan gangguan kesehatan tennasuk anemia. Oleh karena itu pcrlu diketahui prevalensi anemia pada pckeija ini sena melihat pula faktor-faktor apa saja ikut yang mempengaruhinya.
Metodologi Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang. Responden diambil secara total sanqyling yaitu sebanyak 121 responden. Setiap responden dilakukan anamncsis, pemeriksaan darah tcpi dan pemeriksaan apusan darah untuk menentukan jenis anemia yang terjadi.
Diagnosis Anemia berdasarkan kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Semua pemeriksaan dilakukan di sekitar tempat kerja responden dan berlangsung selama kurang lehih 20 menit untuk setiap responden. Pengambilan data dilakukan selama 14 hari mulai tanggal 28 Februaxi 2009 sampai dengan tanggal 7 Maret 2009. Analisis data dilakukan dcngan metode uji statistik kai kuadrat untuk melihat adanya hubungan antara berbagai faktor risiko dengan variabel anemia.
Hasil dan kesimpulan Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa 5(4,1%) orang dengan anemia berdasarkan kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Pajanan benzena yang menjadi faktor risiko dari pckerjaan, diukur bcrdasarkan nilai exposure raling yang berasal dari beberapa indeks pajanan diantaranya perbandingan kadar hasil pengukuran dengan NAB, jenis° APD, perawatan, penggunaan dan durasi pajanan, diperhitungkan untuk menentukan peringkat pajanan benzena terhadap pekcrja. Hasil penelitian ini menunjukkan, tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pajanan benzena dengan anemia.
Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar rcsponden terpajan benzcna. Dari hasil monitoring lingkungan kerja ditemukan pajanan benzena dalam dosis rendah (0 ppm-19,47 ppm), dan pada perhitungan exposure rating benzena ditemukan nilai rendah (0~24,2). Berdasarkan analisa bivariat kebiasaan minum teh yang menunjukkan hubungan bermakna dcngan anemia (p = 0,04; OR = 015; 95% CI = 0,02-0,9), ia menjadi faktor protektif (Odds ratio = 0,15). Hasil dari analisis multivariat menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti tidak menunjukkan hubungan bermakna dengan terjadinya anemia.

Oil company workers exposed to aromatic hydrocarbon chemical agents especially BTX (benzena, toluene, xylene) in their work environment. Chronic Benzene exposure can cause several health disorders, as well as anemia. Therefore, it is necessary to know the prevalence of anemia in these workers as well as its related factors.
Method This study used cross sectional design. Sample selection used total population technique which used 121 respondents. Every respondent was conducted interview, laboratory examination such as haematological count and blood smear examination to confirm the type of anemia.
Anemia was diagnosed from its hemoglobin concentration and erythrocyte count. The study was conducted near the workers workplace and it took time approximately 20 minutes each. It took place for 14 days nom Fenway 28"?, 2009 ami March 1"', 2009. Chi square analysis was used to evaluate the association between anemia and its related factors.
Results, conclusion and suggestion From this study, there were 5 (4,1%) workers suffered from anemia according to hemoglobin concentration and erythrocyte count Benzene exposure that was a risk factor in their jobs, was measured according to exposure rating value that came from some exposure indexes such as ratio between measuring of benzena in workplace and treshold limit value of benzena , type of PPE, maintenance, usage and exposure duration, was count to determine exposure rating index.
This study showed that there were no significant association between benzene exposure and anemia. This study found that there were most of respondents exposed to benzene. Environmental monitoring found benzene exposure in low concentration (O ppm - l9,47 ppm), and benzene exposure rating calculation found it in low value (0 - 24,2),. According to bivariate analysis the worker who have tea consumption showed a signilicant association with anemia (p = 0.04; OR = 0.l5; 95% CI = 0.02-0.9), in other hand this variable became a protectif factor (Odds ratio = 0,l5). Multivariate analysis showed that all variable studied did not show a significant association with anemia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T29147
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiya Aini
"Kualitas tidur yang buruk pada pasien diabetes melitus akan berdampak pada kualitas hidupnya. Kualitas tidur yang buruk disebabkan oleh tanda gejala serta komplikasi diabetes melitus yang mengakibatkan gangguan tidur pada penderitanya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien diabetes melitus.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 106 pasien diabetes melitus di Puskesmas Cimanggis Depok yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pengisian kuesioner. Kualitas tidur diukur dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki kualitas tidur yang buruk dan dari beberapa faktor yang diteliti hanya kondisi cahaya saat tidur (p=0,007), insomnia (p<0,001) dan restless leg syndrome (p=0,019) yang berhubungan dengan kualitas tidur. Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat agar memberikan intervensi yang sesuai untuk mengatasi gangguan tidur yang dialami pasien diabetes melitus agar kualitas tidurnya semakin baik.

Poor sleep quality may negatively impact on the quality of diabetic patient‟s life, resulting from the signs, symptoms, and complications of diabetes experienced by the patients. This study aimed to identify factors associated with sleep quality among patients living with diabetes.
This descriptive study used cross sectional design, involving 160 respondents in the Cimanggis Health Center who were selected by using consecutive sampling technique. Data were collected by questionnaires to measure the respondent‟s sleep quality.
The study revealed that the majority of respondents had poor sleep quality according to the Pittsburgh Sleep Quality Index. The study further showed that lighting (p = .007), insomnia (p < .001), and restless leg syndrome (p = .019) were significantly associated to sleep quality. Interventions to enhance sleep quality can be suggested to patients by nurses as part of diabetes nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Sari Eprina
"Coronary Artery Bypass Graft (CABG) merupakan tindakan revaskularisasi pada pembuluh darah koroner yang tersumbat, operasi mayor, pemulihan yang lebih lama dan resiko komplikasi tinggi. Prevalensi kualitas tidur buruk cukup tinggi pada pasien paska operasi CABG. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien paska operasi CABG. Metode penelitian ini menggunakan cross sectional, consecutive sampling dengan jumlah 100 responden. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kualitas tidur buruk (51%) cukup tinggi dibandingkan kualitas tidur baik (49%). Fraksi ejeksi (p 0,031; OR 4,718) dan usia (p 0,039; OR 3,309)) memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur paska operasi CABG pada hasil analisis bivariat. Hasil regresi logistik: fraksi ejeksi, usia, beta bloker dan diabetes melitus memiliki hubungan dengan kualitas tidur paska operasi CABG, fraksi ejeksi (p 0,017 OR 5,520) sebagai prediktor kualitas tidur. Implikasi: perawat sebaiknya melakukan pengkajian dan indentifikasi kualitas tidur dengan memperhatikan variabel tersebut, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat untuk meningkatkan kualitas tidur pasien paska operasi CABG.

Coronary Artery Bypass Graft (CABG) is a revascularization procedure for coronary artery occlusion, major surgery, longer recovery time and high risk of complication. Prevalence of poor sleep quality is quite high in patient post-CABG surgery. This study aims to identify factors associated with sleep quality in patient post-CABG surgery. This research method used cross sectional, consecutive sampling with 100 respondents. The questionnaires used ini this study were Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), dan Depression Anxiety Stress Scale (DASS).
The results showed that the prevalence of poor sleep quality (51%) was quite high compared to good sleep quality (49%). Ejection fraction (p 0,031 OR 4,718) and age (p 0,039; OR 3,309) and had a significant relationship with post-CABG sleep quality on the results of bivariate analysis. Results of logistic regression: ejection fraction, age, beta blockers and diabetes mellitus had a relationship with post-CABG sleep quality, ejection fraction (p 0,017; OR 5,520) was a dominant factor of sleep quality. Implication: nurses should conduct assessment and identification of sleep quality and be considered of those variables, so that nurse can determine the appropriate intervention to improve sleep quality in patient post-CABG surgery.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zukhrida Ari Fitriani
"Intensitas: bising 85 dB atau lebih menyebabkan kerusakan reseptor Corti. Perusahaan X telah melakukan program konservasi pendengaran untuk mencegah terjadinya noise induced hearing loss (NIHL). Akan tetapi; penurunan pendengaran masih ditemukan. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan perilaku kurang dengan NIHL serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan NIHL pada pekerja Perusahaan X.
Metode: Penelitian kasus kontrol teJah diiakukan pada pekerja laki-laki usia 20 59 tiga kompattemen Perusahaan X. Data didapatkan dari kuesioner dan tes audiometri screening tahun 2010. Odd ratio dan analisis multivariat menggunakan SPSS 17 dilakukan terhadap 62 kasus NIHL dan 62 kontrol.
Hasil: Faktor·faktor seperti perokok sedang berat, I intenshas bising 85-95 dB meningkatkan risiko terjadinya NJHL masing·masing sebesar I 0,73(95%CI 2.85-40.38),5.49), 34(95%C!=0.46·3.89. Penelitian ini tidak bisa mendapatkan hubungan intensitas bislng >95 dB dengan NIHL.
Kesimpulan: Perilaku kurang meningkatkan risiko tetjadinya NIHL di Perusahaan X. Program.

Backgrounds: Noise intensity 85 dB (decibels) or more may damage the Corti receptors. The X Company had conducted hearing conservation program to prevent noise induced hearing loss (PllHL), However, hearing loss still can be found 17Jis study idenlifles the correlation between unsafe behaviors and NIHL also the other foctors related with NIHL among The X Company's workers.
Methods: A case conrrol th1'ee compartments of X Company Data was obtained from questionnaires and scree11ing audiometric test 201(}, Odd ratio and multivariate analysis using SPSS 1 7 had been done to 62 cases N!HL and 62 controls.
Results: Factors such as medium-heavy smokers, unsafe behaviors, light smokers, noise intensity 85-95 dB increase the risk of NIHL by 10.73(95%CJ=2.85-40.38), 4.36(95%Cl=l.70-11.20), 2.23(95%CI=0.91-5.49), I.34(95%CI=0.46-3.89. This study cannol obJain the relation between noise intensity >95 dB and NIHL.
Conclusions: Unsafe behaviors increase the risk of NIHL in X Company. Hearing conservation program need to be improved.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
T31643
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Dwi Apriyanto
"Industri penjualan alat berat merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di tanah air, ini ditandai dengan banyak bermunculannya distributor alat berat baru. Tiap distributor alat berat saling bersaing untuk mendapatkan pelanggan dan memperebutkan market share terbesar, yang salah satu caranya dengan pelayanan dari front office. Pelayanan front office kepada pelanggan dipengaruhi oleh pelayanan pricing team di head office atas permintaan update harga dari front office. PT United Tractors adalah perusahaan yang perhatian terhadap kepuasan pelanggannya.
Untuk dapat mengetahui seberapa baik tingkat pelayanan pricing team PT United Tractors, dilakukan pengukuran terhadap kualitas pelayanan pricing team dengan menggunakan metode E-Servqual, yaitu mengukur persepsi dan ekspektasi front office disetiap dimensi kualitas pelayanan. Selanjutnya dihitung gap yang terjadi antara ekspektasi dan persepsi front office yang menggambarkan nilai kualitas pelayanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pricing team PT United Tractors belum dapat memenuhi ekspektasi dari front office sehingga perlu memperbaiki kualitas pelayanannya.

Heavy equipment industries represent one of industries which is grow rapidly in Indonesian. The growth marked by many popping out new heavy equipment distribution. Every distribution Company competes to get passenger and fight over for biggest market share, services from front office is one of the exampe way. Front office services to customer affected by the pricing team services at head office based on price updated request from the front office. PT United Tractors as one of distribution company also concern to customer satisfactions.
To identify the level of service provided by pricing team of PT United Tractors, there is a need to measure their service quality which is conducted by using E-Servqual method, by measuring the front office perceptions and expectations in all service quality dimensions. Afterwards, the gap between front office perceptions and expectations is calculated. The gaps represent the value of service quality. The result from this research indicates that pricing team PT United Tractors needs to improve it service quality in each E-Servqual service dimensions because it has not yet fulfilled their front office expectations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51710
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Susanto
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja pada shift malam dengan sistem Double Shift Di PT. X Proyek Y Th. 2016. Seperti kita ketahui bahwa angka kecelakaan kerja pada industri konstruksi sangat tinggi yang menelan korban jiwa yang tidak sedikit dan kerusakan properti yang cukup besar. Salah satu faktor yang berkontribusi pada kecelakaan kerja adalah kelelahan yang dialami para pekerja. Banyak defenisi tentang kelelahan, tetapi secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Kerangka Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teori dari Grandjean (1988) yang ditulis dalam bukunya yang berjudul "Fitting The Task to The Man". Dimana pada tahapan sensasi kelelahan dipengaruhi oleh faktor pekerjaan yang monoton, faktor intensitas dan faktor durasi tekanan fisik dan mental pekerjaan, faktor kondisi lingkungan; suhu, pencahayaan dan kebisingan, penyakit dan faktor nutrisi yang buruk dan faktor beban mental; tanggung jawab, kekhawatiran dan adanya konflik. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya manajemen kelelahan guna meminimalkan risiko kecelakaan kerja. Rekomendasi yang diberikan diharapkan manajemen Proyek Y dimasa yang akan datang dapat memenuhi aspek keselamatan dalam melaksanakan sistem Double Shift dengan cara menerapkan Manajemen kelelahan secara konsisten dan menyeluruh untuk mencegah dan meminimalkan risiko akibat bekerja malam pada sistem Double Shift ini.

The objective of this research is to analyze the risk factors related to the fatigue level of night shift workers of Double Shift system in Project Y, X Company, year 2016. Work-related accidents on construction industry have resulted in a high number of fatalities and sizeable property damage. One of the contributing factors in workrelated accidents is fatigue felt by the workers. There are many definitions of fatigue, but the one which is generally agreed is that of a pattern which arises in a situation where individuals are no longer able to perform their activities. The theory framework used in this research is the one by Grandjean (1988), written in his book "Fitting the Task to the Man". The stages of fatigue are influenced by factors such as monotonous work, intensity and duration of work?s physical and mental stress, environmental conditions (temperature, lighting, and noise), diseases or illnesses, and poor nutrition, and mental load factors (responsibilities, worries, and conflicts). It is to be hoped that the result of this research will raise awareness of the importance of fatigue management in order to minimize the risk of work-related accidents. Recommendations given in this research are intended to help the Y Project management meet the safety aspects in the Double Shift system with the constant and thorough implementation of fatigue management to prevent and minimize risks caused by the system?s working nights."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Yustrianita
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bagian finishing PT. X di Proyek Apartemen Serpong pada tahun 2014. Faktor-faktor yang diteliti yaitu faktor internal meliputi sikap dan pengetahuan, faktor eksternal meliputi ketersediaan APD, kenyamanan APD, pengawasan dan peraturan APD. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum penggunaan alat pelindung diri pada pekerja Bagian finishing PT. X masih kurang, dari 50 responden didapatkan 36 responden (72%) tidak menggunakan APD.
Hasil uji statistik dengan Chi Square, menujukan pada faktor internal: tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,623 > 0,05) dan sikap (p=0,311 > 0,05) dengan penggunaan APD. Faktor eksternal : terdapat hubungan yang bermakana antara ketersediaan APD (p=0,026 < 0,05), kenyamanan APD (p=0,039 < 0,05) dan pengawasan (p=0,036 < 0,05) dengan penggunaan APD dan tidak terdapat hubungan yang bermakna (p=0,607 > 0,05) antara penggunaan APD dengan peraturan APD.

This study discusses the use personal Protective equipment of PT. X finishing workers in Apartement Serpong site, 2014. The variables studied were internal factor (knowledge and attitude) and external factor (availability of PPE, comforbility of PPE, supervision and regulation PPE). The result of this study show that 36 of 50 workers (72%) don?t use PPE.
The result of chi square test show that internal factor : there are no significant relationship between knowledge (p=0,623 > 0,05) and attitude (p=0,311 > 0,05) with the use personal protective equipment. External factor : there are significant relationship between availability of PPE (p=0,026 < 0,05), comfortability of PPE (p=0,039 < 0,05) and supervision (p=0,036 < 0,05) with the use personal protective equipment but there are no significant relationship between regulation PPE (p=0,607 > 0,05) with the use personal protective equipment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>