Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184335 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Ayu Ramadanti
"Kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan global. Modalitas terapi yang digunakan untuk pasien kanker payudara diataranya agen kemoterapi doksorubisin (DOX). DOX digunakan untuk pengobatan kanker dengan mekanisme interkalasi DNA dan penghambatan topoisomerase II, serta penggunaannya mengalami resistensi. Bahan alam berpotensi digunakan untuk terapi kombinasi mengatasi resistensi doksorubisin. Bahan alam yang digunakan diantaranya dari jahe merah yang mengandung 6-shogaol. Senyawa 6-Shogaol sebagai agen kemoterapi yang meregulasi ekspresi gen yang berhubungan dengan proses proliferasi sel. Pada penelitian ini dilakukan analisis ekspresi gen pada basis data Gene Expression Omnibus (GEO) terkait pengobatan doksorubisin (GSE124597) dan pemberian 6-shogaol (GSE36973) dengan tujuan mengetahui perbandingan pola ekspresi gen yang dipengaruhi keduanya terhadap sel kanker payudara MCF7. Dilakukan juga anotasi fungsi gen yang diekspresikan menggunakan Gen Ontologi (GO) dan KEGG, jejaring farmakologi menggunakan basis data STITCH, serta simulasi penambatan molekuler untuk mengetahui mekanisme kerja antikanker. Sifat antikanker doksorubisin, 6-shogaol, dan ekstrak jahe merah kemudian  dikonfirmasi secara invitro meggunakan metode MTT. Hasil analisis Diffrential Expression Genes (DEG) menghasilkan 227 DEG yang sama (DEG bersama) akibat pemberian doksorubisin dan 6-shogaol. Hasil anotasi fungsi gen dengan GO menunjukkan dari 227 DEG terkait dengan proliferasi sel melalui jalur TP53.Demikian juga terkait hasil analisis jejaring farmakologi menunjukkan doksorubisin dan 6-shogaol terhubung dengan protein TP53. Hasil analisis interaksi protein-protein (PPi) menunjukkan jalur persinyalan TP53 terhubung dengan protein CDKN1A, GADD45A, DDIT3 dan CXCL12. Penambatan molekuler senyawa doksorubisin dan 6-shogaol pada protein TP53 menghasilkan energi ikatan berturut-turut -7.97 kcal/mol dan -6.05 kcal/mol. Nilai IC50 senyawa doksorubisin, 6-shogaol, dan ekstrak jahe pada sel MCF-7 berturut-turut adalah: 15.45 µg/ml, 61.24 µg/ml dan 144.99 µg/ml. Hal ini menunjukkan 6-shogaol dapat digunakan sebagai kandidat komplementer antikanker pada sel MCF-7.

Breast cancer is still a global health problem. Therapeutic modalities used for breast cancer patients include the chemotherapeutic agent doxorubicin (DOX). DOX is used for the treatment of cancer with DNA intercalation mechanisms and topoisomerase II inhibition, and its use has experienced resistance, so a combination therapy of natural ingredients is needed. The natural ingredients used include red ginger which contains 6-shogaol. 6-Shogaol compound as a chemotherapeutic agent that regulates gene expression related to cell proliferation processes. In this study, gene expression analysis was carried out on the Gene Expression Omnibus (GEO) database related to doxorubicin treatment (GSE124597) and 6-shogaol administration (GSE36973) with the aim of knowing a comparison of gene expression patterns affected by both of them on MCF7 breast cancer cells. Functional annotations of expressed genes were also performed using Gene Ontology (GO) and KEGG, pharmacological networks using the STITCH database, as well as molecular docking simulations to determine the mechanism of anticancer action. The anticancer properties of doxorubicin, 6-shogaol, and red ginger extract were then confirmed in vitro using the MTT method. The results of the Differential Expression Genes (DEG) analysis yielded the same 227 DEGs as a result of doxorubicin and 6-shogaol administration. The results of gene function annotations with GO showed that 227 DEGs were related to cell proliferation through the TP53 pathway. Likewise, the results of pharmacological network analysis showed that doxorubicin and 6-shogaol were linked to the TP53 protein. The results of protein-protein interaction (PPi) analysis showed that the TP53 signaling pathway was connected to the CDKN1A, GADD45A, DDIT3 and CXCL12 proteins. Molecular docking of the compounds doxorubicin and 6-shogaol to the TP53 protein produces a binding energy of -7.97 kcal/mol and -6.05 kcal/mol, respectively. The IC50 values ​​of doxorubicin, 6-shogaol, and ginger extract in MCF-7 cells were: 15.45 µg/ml, 61.24 µg/ml and 144.99 µg/ml, respectively. This shows that 6-shogaol can be used as a complementary anticancer candidate in MCF-7 cells."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Muqaddam
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan kanker dengan prevalensi terbanyak keempat pada wanita di dunia, sehingga tatalaksana yang tepat dengan efek samping minimal sangat dibutuhkan. Salah satu tatalaksana yang sedang dikembangkan adalah terapi menggunakan herbal jahe (Zingiber officinale) yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan sitotoksik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan dan sitotoksik ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe.
Metode: Ekstrak jahe yang diujikan adalah ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe. Aktivitas antioksidan ekstrak jahe ditentukan menggunakan metode DPPH [2,2-di(4-tert-octylphenyl)-1-picrylhydrazyl], sedangkan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker serviks HeLa ditentukan dengan metode MTT (3-(4,5-dimetilthiazol-2-yl)-2,5 difenil tetrazolium bromida) assay.
Hasil: Ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap DPPH yang tergolong aktif. Minyak esensial jahe dengan nilai IC50 sebesar 51,33 µg/mL, memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada ekstrak air rebusan jahe dengan nilai IC50 sebesar 91,79 µg/mL. Aktivitas sitotoksik ekstrak air rebusan jahe (IC50=7,33 µg/mL) dan minyak esensial jahe (IC50=7,17 µg/mL) terhadap sel kanker serviks HeLa tergolong aktif dan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Ekstrak air rebusan jahe dan minyak esensial jahe memiliki potensi unutk dikembangkan lebih lanjut sebagai antioksidan dan agen antikanker untuk terapi pengobatan kanker serviks.

Introduction: Cervical cancer is cancer with the fourth most prevalence in women in the world, therefore the proper management with minimal side effects is needed. One of the treatments being developed is therapy using ginger (Zingiber officinale) which is known previously to have antioxidant and cytotoxic activity. This study aims to compare the antioxidant and cytotoxic activity of ginger boiled-water extract and ginger essential oil.
Method: The ginger extracts tested were ginger boiled-water extract and ginger essential oil. The antioxidant activity of ginger extracts was measured by the DPPH [2,2-di(4-tert-octylphenyl)-1-picrylhydrazyl] method, whereas cytotoxic activities of the extracts against HeLa cervical cancer cells were evaluated by the MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2- yl)-2,5 diphenyl tetrazolium bromide) assay.
Result: Ginger boiled-water extract and ginger essential oil showed an active antioxidant activity against DPPH free radical. Ginger essential oil with an IC50 value of 51.33 g/mL, has a greater better antioxidant activity than ginger boiled-water extract with an IC50 value of 91.79 g/mL. Ginger boiled-water extract (IC50=7.33 g/mL) and ginger essential oil (IC50=7.17 g/mL) were classified to have an active cytotoxic activity against HeLa cervical cancer cells, and both of extracts did not show a statistically significant difference.
Conclusion: Ginger boiled-water extract and ginger essential oil both have are potential to be developed for as cervical cancer therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isma Zahira Suhaima
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum terjadi pada wanita dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Tata laksana yang dapat dilakukan antara lain pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi, meskipun metode tersebut tidak jarang menimbulkan berbagai efek samping serta biaya yang mahal. Pengobatan alternatif juga kerap dilakukan untuk membantu penanganan kanker, salah satunya dengan obat-obatan herbal. Hibiscus rosa-sinensis diketahui memiliki berbagai senyawa fitokimia yang berpotensi dikembangkan sebagai antikanker.
Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas Metode: Hibiscus rosa-sinensis kering digiling menjadi serbuk, lalu dibuat menjadi ekstrak dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol. Analisis kandungan fitokimia ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan melalui uji fitokimia dan kromatografi lapis tipis (KLT). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak Hibiscus rosa-sinensis dilakukan menggunakan metode DPPH, sedangkan aktivitas sitotoksik ekstrak Hibiscus rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metode MTT.
Hasil: Hibiscus rosa-sinensis memiliki kandungan fitokimia triterpenoid, alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Ekstrak Hibiscus rosa-sinensis menunjukkan aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dengan nilai IC50 sebesar 1,56 µg/mL untuk ekstrak etil asetat dan 42,30 µg/mL untuk ekstrak etanol. Aktivitas sitotoksik ekstrak etil asetat H. rosa-sinensis terhadap sel kanker payudara MCF-7 dikategorikan moderat dengan nilai IC50 sebesar 79,37 µg/m, sedangkan ekstrak n-heksana dan ekstrak etanol H. rosa-sinensis yang masing-masing memiliki nilai IC50 sebesar 125,23 µg/mL dan 210,77 µg/mL, dikategorikan aktivitas sitotoksik lemah.
Simpulan: Hibiscus rosa-sinensis mengandung beberapa senyawa fitokimia yang memiliki aktivitas antioksidan terhadap radikal bebas DPPH dan menunjukkan aktivitas sit

Background: Breast cancer is the most common type of cancer in women with a very high mortality rate. Treatments for this malignancy are surgery, chemotherapy, and radiotherapy, however those methods can cause adverse effects and quite expensive. Complementary and alternative medicines (CAMs) are also used to support those treatments, one of them is herbal medicine. Hibiscus rosa-sinensis is known to have various phytochemical components which have the potential to be developed as anticancer.
Method: Dry Hibiscus rosa-sinensis was milled to a powder, then extracted by multilevel maceration method using n-hexane, ethyl acetate and ethanol as solvents. Phytochemical components of Hibiscus rosa-sinensis extracts was analyzed using phytochemical tests and thin layer chromatography (TLC). Its antioxidant activity was determined using DPPH method, meanwhile its cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells was evaluated using MTT assay.
Result: Hibiscus rosa-sinensis were proved to contain triterpenoids, alkaloids, flavonoids, tannins and steroids. Hibiscus rosa-sinensis extracts showed antioxidant activity towards DPPH free radicals with IC50 value of 1.56 µg/mL for ethyl acetate extract and 42.30 µg/mL for ethanol extract. Cytotoxicity of Hibiscus rosa-sinensis ethyl acetate extract towards MCF-7 cells was moderately active with the IC50 value of 79.37 µg/mL. Meanwhile, Hibiscus rosa-sinensis n-hexane extract and ethanol extract which had IC50 for 125.23 µg/mL and 210.77 µg/mL, are categorized into weakly active cytotoxicity.
Conclusion: Hibiscus rosa-sinensis contains several phytochemical compounds which showed antioxidant activiy towards DPPH free radicals and cytotoxic activity towards MCF-7 breast cancer cells, thus it can be developed further to be anti-breast cancer agents.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alliya Niandra Diva
"ABSTRACT
Kanker serviks dan payudara adalah dua jenis kanker terjadi pada wanita dan termasuk yang paling mematikan. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, kanker serviks dan payudara terjadi cukup banyak di Indonesia, yaitu dengan angka 0,8 dari seluruh jenis kanker. Terapi yang menarget sel kanker secara spesifik sangat diperlukan. Penelitian ini mengeksplor efek propolis Indonesia dari lebah Tetragonula biroi terhadap sel kanker serviks HeLa dan payudara MCF-7. Ekstrak etanol propolis didapatkan dari propolis padatan dan karang. Sebanyak 250 ppm ekstrak propolis ditambahkan kepada sel kanker untuk analisis. Aktivitas anti kanker propolis diuji menggunakan metode MTT Assay, kemudian didapatkan nilai persentase inhibisi pertumbuhan sel kanker. Ekstrak propolis tersebut juga dianalisis dengan sistem LC-MS/MS untuk mengidentifikasi komponen antikanker yang ada, serta dengan Spektrofotometer UV-Vis untuk kuantifikasi flavonoid dan polifenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa propolis karang memiliki efek sitotoksik yang lebih tinggi dengan persentase inhibisi sebesar 92,42 untuk MCF-7 dan 86,81 untuk HeLa, sedangkan propolis padatan menginhibisi pertumbuhan MCF-7 dan HeLa sebesar 87,60 dan 77,27. Pada kedua jenis propolis dapat ditemukan senyawa antikanker dari golongan flavonoid, fenol, sesquiterpene, dan steroid. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa propolis memiliki potensial untuk terapi antikanker, namun masih harus dilaksanakan penelitian lanjutan.

ABSTRACT
Cervical and breast cancer are some of the deadliest forms of cancer that may occur in women. According to the Indonesian Ministry of Health, cervical and breast cancer makes up 0,8 of all cancer cases in Indonesia. A form of therapy that specifically targets cancer cells has been a hot topic in novel researches. This research explores the effect of propolis from Indonesian bee Tetragonula biroi on human cancer cell lines HeLa and MCF 7. Ethanolic extract of the Propolis was obtained from raw propolis. 250 ppm of the samples were added to the cell lines. Subsequently, propolis rsquo activity in inhibiting cell growth was analyzed using the MTT Assay method. The inhibition percentage was then obtained. The propolis extracts were also analyzed by LC MS MS to identify anticancer components that exist, also with Spectrophotometer UV Vis to identify the amount of flavonoids and polifenols present in the extract. The results show that rough propolis has the higher cytotoxic effect with inhibition percentages of 92.42 for MCF 7 and 86.81 for HeLa cells, while smooth propolis inhibits MCF 7 growth by 87.60 and HeLa by 77.27. Anticancer components were also found in both types of propolis in forms of phenols, flavonoids, sesquiterphenes, and steroids. It may be concluded in this study that while propolis has potential as an anticancer agent, future research is still very much needed."
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Prihatni Sabarina
"Latar belakang: Kanker payudara adalah kanker yang paling banyak diderita wanita. Terbatasnya akses kemoterapi serta efek sampingnya yang signifikan, mendorong terus ditemukannya obat baru. Penelitian ini mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder dari Orange cup coral (Tubastraea coccinea) dan menilai potensi anti kankernya melalui daya hambatnya terhadap pertumbuhan lini sel kanker payudara MCF-7. Metode: Identifikasi metabolit yang terkandung pada ekstrak etanol, etil asetat dan n- heksana Tubastraea coccinea yang diperoleh dari perairan laut pulau Kalimantan dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS). Uji daya hambat dari ketiga ekstrak T. coccinea terhadap pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 dilakukan dengan metoda MTT pada berbagai variasi konsentrasi (3,125 μg/mL- 200 μg/mL), hasil pengujian dibandingkan dengan doxorubicin sebagai kontrol positif. Hasil: Hasil GCMS menunjukkan adanya kandungan 21 metabolit sekunder dalam ekstrak ethanol T. coccinea dengan persentase tertinggi adalah senyawa 1,2- Benzendicarboxylic acid (13.89 %). Ekstrak etil asetat T. coccinea mengandung 23 metabolit dengan konsentrasi tertinggi adalah senyawa 1,2-Benzenedicarboxylic acid (18.3 %). Ekstrak n-heksana T. coccinea memiliki 28 metabolit, senyawa Cholest-5-en- 3-ol dengan persentase tertinggi (9,06 %). Benzenedicarboxylic acid merupakan metabolit yang teridentifikasi pada ketiga ekstrak. Daya hambat ketiga ekstrak terhadap pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7 meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi. Nilai IC50 dari ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksana masing-masing adalah 12,08 μg/mL, 18,02 μg/mL, 30,66 μg/mL. Nilai IC50 untuk doxorubicin adalah 5,99E-4 μg/mL, lebih rendah secara sangat signifikan dibanding ketiga ekstrak T. coccinea (p<0.01).

Introduction: Breast cancer is the most prominent cancer affects women in the world. This research is aimed to explore the potency of Orange cup coral (Tubastraea coccinea) as a new nature derived cancer drug, through the identification of secondary metabolites from its extract, and explore its potency in inhibiting breast cancer cell line MCF-7 growth. Method: Identification and analysis of metabolites from ethanol, acetic ethyl, and n- hexane extracts of Tubastraea coccinea, obtained from Kalimantan island, was done using Gas Chromatography Mass Spectrometry (GCMS). MTT assay using various concentration (3,125 μg/mL-200 μg/mL) was done to analyse the cytotoxicity of all the extracts to MCF-7 cell line compare to doxorubicin. Result: Ethanol extract of Tubastraea coccinea was identified to contain 21 metabolites, with the highest concentration was 1,2-Benzendicarboxylic acid (13.89 %). 23 metabolites was identified from acetic ethyl extract, with 1,2-Benzenedicarboxylic acid, mono (2-ethylhexyl) ester as the highest concentration (18.3 %), whereas from n-hexane extracts was found to have 28 metabolites, and Cholest-5-en-3-ol was the most prominent (9.06 %). Benzenedicarboxylic acid is identified in all extracts. MTT assay showed that the cytotoxicity of all extracts is concentration dependent, with IC50 12.08 μg/mL, 18.02 μg/mL, 30.66 μg/mL, for extracts of ethanol, acetic ethyl and n-hexane respectively. Compared to all the extracts of T. coccinea, doxorubicin showed significantly stronger effect in the inhibition of growth of MCF-7 cell line (p<0.01) , with IC50 5.99E-4 μg/mL. Conclusion: Extracts of Tubastraea coccinea contain metabolites that give it potency to be used as breast cancer chemotherapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang: Kanker payudara masih merupakan kanker yang paling umum
pada wanita. Identifikasi sel punca kanker payudara sangat penting dalam
memberantas penyakit ini dari akarnya. Beberapa riset telah mengisolasi sel punca
kanker payudara berdasarkan protein membran sel CD24/CD44 dan menemukan
sel punca kanker payudara pada sel CD24-/CD44+ yang menunjukkan sifat
pluripotensi. Namun, beberapa riset lainnya menemukan CD24-/CD44+ tidak
ditemukan pada seluruh tipe kanker payudara, dan tidak selalu berhubungan
dengan perkembangan tumor. Maka dari itu, tingkat pluripotensi dari sel tersebut
masih diperdebatkan. Dalam riset ini, sifat pluripotensi sel punca kanker payudara
dinilai berdasarkan ekspresi gen SOX2 yang merupakan gen untuk sifat
kepuncaan dimana gen ini dapat mendorong pembelahan sel dan invasi.
Metode: Sampel diambil dari situs primer kanker payudara dan difraksinasi
melalui pemisahan sel magnetik. RT-qPCR dan elektroforesis digunakan untuk
mempelajari tingkat ekspresi gen SOX2 antara fraksi-fraksi sel punca kanker
payudara.
Hasil: Kami berhasil memisahkan sel pluripoten dari spesimen klinis kanker
payudara. Fraksi CD24-/CD44- menunjukkan ekspresi gen SOX2 yang lebih
tinggi secara signifikan dibanding CD24-/CD44+. Setelah melewati proses ultralow
attachment, CD24-/CD44+ menunjukkan peningkatan ekspresi gen SOX2
walaupun lebih rendah dari CD24-/CD44-.
Kesimpulan: Pluripotensi yang tinggi, berdasarkan tingkat ekspresi gen SOX2,
ditemukan pada fraksi CD24-/CD44-. Tingkat pluripotensi fraksi CD24-/CD44+
lebih rendah dibandingkan fraksi CD24-/CD44-.;Background: Breast cancer remains as the most prevalent cancer in women.
Identification of breast cancer stem cell (CSC) is crucial in eradicating the disease
from its root. Multiple research has isolated breast CSC based on CD24/CD44
surface marker and discovered that CD24+/CD44- fraction indicates stemness and
pluripotent characteristics. However, it was also found that CD24+/CD44- breast
CSC is not present in all breast cancer types, and not always associated with
tumor progression. Therefore, its pluripotency level remains debatable. In this
research, pluripotency of breast CSCs was assessed. Pluripotency was determined
based on SOX2 gene expression, a gene responsible for stem-like properties,
which can drive cellular proliferation and invasion.
Method: The samples were taken from primary site of breast cancer and
fractionated through magnetic cell sorting. RT-qPCR with subsequent
electrophoresis was used to study the expression level of SOX2 gene among
breast CSC fractions.
Results: We managed to separate the pluripotent cells from the bulk clinical
specimen. CSC subset CD24-/CD44- showed a significantly higher SOX2
expression in comparison to CD24-/CD44+. Following ultra-low attachment,
CD24-/CD44+ showed an increase in SOX2 expression level although still lower
than CD24-/CD44-.
Conclusions: A high pluripotency based on SOX2 gene expression level was
found in fraction CD24-/CD44-. The pluripotency level of fraction CD24-/CD44+
was lower in comparison to fraction CD24-/CD44-., Background: Breast cancer remains as the most prevalent cancer in women.
Identification of breast cancer stem cell (CSC) is crucial in eradicating the disease
from its root. Multiple research has isolated breast CSC based on CD24/CD44
surface marker and discovered that CD24+/CD44- fraction indicates stemness and
pluripotent characteristics. However, it was also found that CD24+/CD44- breast
CSC is not present in all breast cancer types, and not always associated with
tumor progression. Therefore, its pluripotency level remains debatable. In this
research, pluripotency of breast CSCs was assessed. Pluripotency was determined
based on SOX2 gene expression, a gene responsible for stem-like properties,
which can drive cellular proliferation and invasion.
Method: The samples were taken from primary site of breast cancer and
fractionated through magnetic cell sorting. RT-qPCR with subsequent
electrophoresis was used to study the expression level of SOX2 gene among
breast CSC fractions.
Results: We managed to separate the pluripotent cells from the bulk clinical
specimen. CSC subset CD24-/CD44- showed a significantly higher SOX2
expression in comparison to CD24-/CD44+. Following ultra-low attachment,
CD24-/CD44+ showed an increase in SOX2 expression level although still lower
than CD24-/CD44-.
Conclusions: A high pluripotency based on SOX2 gene expression level was
found in fraction CD24-/CD44-. The pluripotency level of fraction CD24-/CD44+
was lower in comparison to fraction CD24-/CD44-.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Chrysna Winandha K.
"Gen SOX2 telah dilaporkan memegang peranan penting dalam menginduksi sel punca progenitor dari sel fibroblast manusia dewasa. Peningkatan ekspresi gen SOX2 berkorelasi dengan peningkatan tingkat keparahan kanker payudara. Namun, bagaimana SOX2 memiliki sifat onkogenik belum diketahui secara pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai ekspresi gen SOX2 pada sel kanker payudara CD44+/CD24-dan CD44-/CD24-yang di ko-kultur dengan Mouse Embryonic Fibroblast (MEF) berdasarkan waktu pengkulturan sel sebagai upaya untuk mempelajari ekspresi gen dan sifat dari sel punca kanker payudara pada sel kanker payudara dari pasien kanker payudara wanita Indonesia.
Tingginya ekspresi gen SOX2 diasumsikan dapat menjadi indikasi untuk menentukan kondisi optimum pada kultur sel kanker payudara. Level RNA gen SOX2 diukur dengan menggunakan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) dan dinormalisasi dengan menggunakan housekeeping gene PUM1 sebagai kontrol dalam. Hasil menunjukkan bahwa ekspresi gen SOX2 tertinggi di hari ketiga pada kultur sel punca kanker (CD44+/CD24-), demikian pula dengan kultur sel non punca (CD44-/CD24-), dan di hari pertama pada kultur sel kanker payudara (CD44/CD24).

SOX2 gene has been reported to play an important role in inducing stem cell progenitor cells from adult human fibroblasts. Increase in SOX2 gene expression known to correlate with the increase of breast cancer severity. However, the oncogenic properties of SOX2 has not been confirmed yet. This research aimed to obtain information about the level of SOX2 gene expression of breast cancer cells CD44+/CD24-dan CD44-/CD24-in co-culture with Mouse Embryonic Fibroblast (MEF) based on time of cell culture, in an attempt to study the gene expression and the nature of cancer stem cells in breast cancer cell in Indonesian female breast cancer patient.
High SOX2 gene expression was assumed as the indication of the optimum culture condition of breast cancer cell. SOX2 gene RNA level was measured performing reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR) and normalized using the housekeeping gene PUM1 as an internal control. Results showed that the highest SOX2 gene expression was found in day 3 for cancer stem cell cultures (CD44+/CD24-) as well as for non cancer stem cell cultures (CD44-/CD24-), and in day 1 for breast cancer cell cultures (CD44/CD24).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S359
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik Kurniawan
"Latar Belakang : Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi akibat kanker pada wanita di Indonesia. Hal ini diantaranya disebabkan karena adanya resistensi terhadap terapi berlandaskan ROS seperti pada radioterapi maupun kemoterapi. Sel punca kanker payudara (cancer stem cells, CSCs) memiliki peran pada mekanisme resistensi ini. Penelitian terhadulu menunjukkan kemampuan CSCs untuk bertahan terhadap kondisi stress oksidatif pada pemberian rotenon. Karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis terhadap faktor transkripsi NF-kB pada sel kanker payudara baik CSC maupun non CSC, terkait peran NF-kB dalam mempertahankan viabilitas sel kanker pada kondisi stress oksidatif.
Metode: Penelitian dilakukan pada sel punca kanker payudara manusia (CD24-/CD44+) maupun non sel punca (CD24-/CD44-) yang diberi H2O2 dengan konsentrasi 1.1µM, 11µM, dan 110µM dengan kontrol sel yang tidak diberi H2O2. Penilaian dilakukan terhadap parameter ekspresi mRNA NF-kB, dan viabilitas sel. Uji statistik dilakukan menggunakan IBM-SPSS dengan nilai α < 0.05.
Hasil: Pemberian H2O2 pada konsentrasi 11µM menunjukkan peningkatan yang signifikan pada ekspresi mRNA NFkB CSCs dibanding non CSCs (p<0.05). Sedangkan untuk hasil uji viabilitas pada seluruh konsentrasi H2O2 nampak bahwa CSCs mampu mempertahankan viabilitasnya dibandingkan dengan non CSCs yang mengalami penurunan viabilitas (p<0.05)..
Kesimpulan: Kondisi stres oksidatif akibat pemberiaan H2O2 dapat meningkatkan ekspresi mRNA NF-kB pada CSCs sehingga viabilitasnya tetap dapat dipertahankan.

Introduction: Breast cancer is one of the highest causes of death from cancer in women in Indonesia. This is partly due to the resistance to ROS-based therapies such as radiotherapy and chemotherapy. Breast cancer stem cells (cancer stem cells, CSCs) have a role in this resistance mechanism. Previous studies demonstrated the ability of CSC to survive oxidative stress conditions due to rotenone administration. Therefore, in this study an analysis was carried out on the transcription factor NF-kB in breast cancer cells, both CSCs and Non CSCs, related to the role of NF-kB in maintaining the survival of cancer cells under conditions of oxidative stress.
Methods: The study was conducted on human breast cancer stem cells (CD24-/CD44+) and non stem cells (CD24-/CD44-) which were given H2O2 at concentrations of 1.1µM, 11µM, and 110µM with control cells not given H2O2. Assessment was carried out on the parameters of NF-kB mRNA expression, and cell viability. Statistical tests were performed using IBM-SPSS with a value of α < 0.05.
Results: Administration of H2O2 at a concentration of 11µM showed a significant increase in the expression of NFk-B CSCs mRNA compared to non CSCs (p<0.05). As for the viability test results at all concentrations of H2O2 it appears that CSCs was able to maintain its viability compared to non CSCs which experienced a decrease in viability (p<0.05).
Conclusion: Conditions of oxidative stress due to administration of H2O2 can increase the expression of NF-kB mRNA in CSCs so that its viability can be maintained.
In this study, conditions of oxidative stress due to administration of H2O2 led to an increase in the expression of NF-kB mRNA in CSCs so that cell viability could be maintained.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shadira Anindieta Irdianto
"Indonesia merupakan negara biodiversitas tinggi yang memiliki 7.000 dari 30.000 jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional. Salah satunya tanaman bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) yang mengandung berbagai senyawa antioksidan sehingga diperkirakan dapat mengakibatkan kematian pada sel kanker. Beberapa studi menunjukkan bahwa ekstrak bajakah tampala dapat mengakibatkan apoptosis pada sel T47D kanker payudara selama 24 jam. Namun, penelitian terkait uji sitotoksisitas ekstrak bajakah tampala terhadap sel kanker payudara MCF-7 belum ditemukan sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menemukan konsentrasi optimal ekstrak bajakah tampala yang dapat menghambat 50% proliferasi sel. serta mengetahui efek sitotoksisitas ekstrak bajakah tampala. Metode penelitian ini menggunakan sel MCF-7 dan batang bajakah tampala yang diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%. Selanjutnya, dilakukan uji MTT dan flow cytometry. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol bajakah tampala memiliki nilai IC50 sebesar 104 ppm dan menghasilkan efek sitotoksisitas yang dapat menyebabkan apoptosis pada sel MCF-7. Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak bajakah tampala dengan pelarut etanol 96% tergolong dalam kelompok senyawa yang bersifat kurang aktif sebagai antikanker.

Indonesia is a high biodiversity country with 7,000 of 30,000 plant species that can be used as traditional medicine. One of them is the bajakah tampala plant (Spatholobus littoralis Hassk.) which contains various antioxidant compounds that are assumed can cure cancer. Further studies revealed that bajakah tampala extract can induce apoptosis in T47D breast cancer cell lines. However, studies related to the cytotoxicity test of bajakah tampala extract on MCF-7 breast cancer cells have not been discovered. Hence, it is necessary to analyze the cytotoxicity effect of bajakah tampala extract on MCF-7 breast cancer cells. This study aimed to find the optimal concentration of bajakah tampala extracts that can inhibit 50% of cell proliferation and to know the cytotoxicity effect of bajakah tampala extract. This research used MCF-7 breast cancer cell lines and bajakah tampala stems. The stems were extracted by maceration method using 96% ethanol. These research methods are viability tests with MTT reagents and anti-cancer activity tests using flow cytometry. The results showed that the ethanol extract of bajakah tampala has an IC50 value of 104 ppm and can induce an apoptosis effect in MCF-7 cells. This study concludes that the anti-cancer activity of bajakah tampala extract is weak against MCF-7 breast cancer cell lines."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Husna
"Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian utama secara global, dengan angka kematian yang terus meningkat, khususnya pada wanita. Kasus kematian kanker payudara pada umumnya terjadi karena metastasis yang dipengaruhi oleh faktor Epithelial-mesenchymal transition (EMT). Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) diketahui berperan dalam proses deregulasi EMT. Penggunaan jaringan asli dan kultur primer dari pasien kanker payudara memainkan peran penting dalam memeriksa perilaku kanker payudara, khususnya proses migrasi sel dan karakterisasi molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kultur eksplan dalam memprediksi kemampuan migrasi sel kanker payudara in vitro, serta analisis ekspresi gen ZEB1 dari penderita kanker payudara. Penelitian ini menggunakan jaringan dari penderita kanker payudara yang dikultur dengan metode eksplan dan diamati dibawah mikroskop, kemudian gen ZEB1 diisolasi dan dianalisis menggunakan qPCR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sel BC02 yang dikategorikan ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi, membutuhkan waktu kurang dari tujuh hari untuk bermigrasi dari tumor primer, sedangkan BC01 yang dikategorikan jinak membutuhkan waktu 21 hari. Laju migrasi sel dari jaringan diperkirakan bergantung pada status keganasan jaringan. Ekspresi gen ZEB1 pada jaringan dan hasil kultur primer tidak berbeda nyata (p>0.05). Ekspresi ZEB1 pada S04 dan S09 yang dikategorikan sel ganas berdasarkan nilai imunohistokimia dan patologi anatomi berkorelasi positif dengan kemampuan migrasi berdasarkan tingkat keganasan sel kanker payudara. Penelitian ini menunjukkan bahwa kultur eksplan dapat digunakan untuk mempelajari karakteristik migrasi sel kanker. Selain itu, berdasarkan penelitian ini diketahui adanya hubungan ekspresi ZEB1 dengan tingkat keganasan sel kanker.

Breast cancer is one of the leading causes of death globally, with cases of death increasing, especially in women. Cases of death in breast cancer occur due to metastases mediated by Epithelial-mesenchymal Transition (EMT) factors. Zinc finger E-box binding homeobox 1 (ZEB1) has been reported to play a role in the EMT deregulation process. The use of patient-derived primary cultures from breast cancer patients plays an important role in examining the behavior of breast cancer, in particular the process of cell migration and molecular characterization. This study aims to determine the potential of explant culture in predicting the migration ability of breast cancer cells in vitro, and molecular characterization by studying the expression of the ZEB1 gene in breast cancer patients. The results showed that BC02 cells took less than seven days to migrate from the primary tumor, while BC01 cells took 21 days. The rate of cell migration from the tissue was found to depend on the malignant status of the tissue. ZEB1 gene expression in tissue and primary culture were not significantly different (p>0.05). ZEB1 expression in S04 and S09 which were was positively correlated with migration ability based on the malignancy level of breast cancer cells. Furthemore, ZEB1 expression was found to be correlated with the grade of malignancy of breast cancer cells"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>