Ditemukan 149726 dokumen yang sesuai dengan query
Yulia Rahma Wati
"Ojek online merupakan salah satu transportasi paling banyak digunakan untuk mobilitas. Jam kerja yang berlebih menjadi hal umum bagi pengendara ojek online sehingga meningkatkan kualitas tidur buruk. Tingkat kualitas tidur buruk dan kurangnya jam tidur yang dimiliki meningkatkan resiko terjadinya kejadian excessive daytime sleepiness. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kualitas tidur dan kejadian excessive daytime sleepiness pada pengendara ojek online. Kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) dan excessive daytime sleepiness (EDS) diukur dengan kuesioner Epworth Sleepiness Scale (ESS). Desain penelitian digunakan adalah deskriptif pendekatan cross sectional pada 107 responden yang dipilih dengan metode non random sampling dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis uji chi-square mendapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan kejadian excessive daytime sleepiness pada pengendara ojek online (
p = 0,019). Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengetahuan dalam promosi terkait dengan kualitas tidur dan mencegah excessive daytime sleepiness.
Online motorcycle taxis (ojek online, are one of the most frequently used methods of transportation for mobility. The drivers of ojek online often experience overworking which increases the occurrence of poor sleep aualty, Poor sleep quality and reduced sleeping time also increase the risk of excessive daytime sleepiness (EDS) for the drivers. This research aimed to discover the relationship betveen sleep quality and the occurence of EDS among the drivers. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)l was used to measure sleep quality whereas Epworth Sleepiness Scale (ESS) was used to measure the occurrence of EDS Descriptive cross-sectional research design was chosen in this research.Non-random sampling method of purposive sampling technique was used to select 107 respondents. The result analysis using the chi-square test yielded that there was a statistically significant relationship between sleep quality and the occurrence of EDS (p < 0,05). The result of this research is expected to provide additional information in health promotion concerning sleep quality and the prevention of EDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Wiwik Antaroza
"Kualitas tidur yang buruk dapat memengaruhi kejadian Excessive Daytime Sleepiness. Kejadian EDS merupakan kantuk yang berlebihan pada siang hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan hubungan antara kualitas tidur dan kejadian Excessive Daytime Sleepiness pada perawat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain analitik korelasional cross sectional menggunakan sampel perawat yang bekerja di salah satu rumah sakit di Kota Depok sebanyak 174 responden. Responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi, yaitu perawat yang melaksanakan dinas kerja shift. Kualitas tidur diukur dengan instrumen Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan kejadian EDS diukur menggunakan instrumen Epworth Sleepiness Scale (ESS). Uji hipotesis menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa prevalensi kualitas tidur yang buruk cukup tinggi terjadi pada perawat dan prevalensi yang cukup rendah pada perawat yang mengalami kejadian EDS. Sebanyak 98 perawat (56,3%) memiliki kualitas tidur yang buruk dan 24 perawat (13,8%) mengalami EDS. Sebanyak 13,4% perawat yang mengendarai kendaraan sendiri mengalami kejadian EDS. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan kejadian EDS (p = 0,015). Perawat yang kualitas tidurnya buruk sebanyak 3,4 kali untuk mengalami EDS (95%CI 1,2; 9,6; OR = 3,4). Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dan kejadian EDS (OR = 6,2; p = 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka perlunya dilakukan manajemen untuk mengatasi kualitas tidur yang buruk dan meningkatkan kualitas tidur perawat yang sudah baik serta menangani masalah atau gangguan tidur dengan mengoptimalkan kesejahteraan perawat sehingga tidak mengalami kejadian EDS yang berisiko terhadap kecelakaan saat berkendara.
Poor sleep quality can affect the incidence of Excessive Daytime Sleepiness. EDS is excessive sleepiness during the day. This study aims to identify the relationship between sleep quality and the incidence of Excessive Daytime Sleepiness in nurses. This study is a quantitative study with a cross sectional correlational analytic design using a sample of nurses working in one of the hospitals in Depok City as many as 174 respondents. Respondents were selected using purposive sampling technique with inclusion criteria, namely nurses who carry out shift work services. Sleep quality was measured using the Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI) instrument and the incidence of EDS was measured using the Epworth Sleepiness Scale (ESS) instrument. Hypothesis testing using the Chi-Square test showed that the prevalence of poor sleep quality was quite high among nurses and a fairly low prevalence among nurses who experienced EDS events. A total of 98 nurses (56.3%) had poor sleep quality and 24 nurses (13.8%) experienced EDS. A total of 13.4% of nurses who drove their own vehicles experienced EDS. There is a significant relationship between sleep quality and the incidence of EDS (p = 0.015). Nurses with poor sleep quality were 3.4 times more likely to experience EDS (95%CI (95%CI 1,2; 9,6; OR = 3.4). There is a significant relationship between gadget use and the incidence of EDS (OR = 6.2; p = 0.05). Based on the results of this study, it is necessary to carry out management to overcome poor sleep quality and improve the quality of sleep of nurses who are already good and deal with problems or sleep disorders by optimizing the welfare of nurses so that they do not experience EDS events that are at risk of driving accidents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Desta Bambangsafira
"Kejadian Excessive Daytime Sleepiness (EDS) merupakan gejala yang timbul dari kecenderungan untuk merasakan kantuk yang berlebihan pada periode terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian EDS dengan kualitas tidur pada mahasiswa baru di rumpun ilmu kesehatan. Desain penelitian ini adalah dengan pendekatan potong lintang menggunakan sampel mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia sebesar 107 responden yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling. Kejadian EDS diukur menggunakan kuesioner Epworth Slepiness Scale (ESS), sedangkan kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian EDS dan kualitas tidur yang buruk cukup tinggi terjadi pada mahasiswa. Sebanyak 52 orang (48,6 %) mengalami EDS dan sebanyak 80 orang (74,8 %) memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,617 : x2= 0,249) antara kejadian Excessive Daytime Sleepiness dan kualitas tidur. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor ? faktor yang dapat memengaruhi kejadian EDS dan kualitas tidur. Selain itu, upaya promotif dan preventif dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan akibat kualitas tidur yang buru.
Excessive Daytime Sleepiness (EDS) is a symptom that arises from the tendency to feel excessive sleepiness during the awake period. This study aimed to identify the relationship between excessive daytime sleepiness and sleep quality among first year students at faculty of health sciences. This study used cross sectional design, involving 107 samples of students from the faculty of health science at University of Indonesia. Samples were selected by proportional stratified random sampling. EDS was measured by using Epworth Sleepiness Scale (ESS) while sleep quality was measured by using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results shows that the prevalence of EDS and poor sleep quality is high enough among college students. A total of 52 people (48.6%) experienced EDS and as many as 80 people (74.8%) had poor sleep quality. The result showed that there was no significant relationship (p = 0,617 : x2= 0,249) between excessive daytime sleepiness and sleep quality. This study recommended health promotion as a preventive effort to reduce the number of EDS and to increase students sleep quality. In addition, further studies are required to identify factors affecting sleep quality or contributing to the incidence of EDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65633
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Levina Putri Siswidiani
"Obstructive sleep apnea atau OSA adalah salah satu bentuk gangguan tidur yang disebabkan oleh gangguan pernapasan, dimana terjadi obstruksi saluran napas atas berulang selama seseorang tidur. OSA dapat menyebabkan fragmentasi tidur dan akhirnya menyebabkan rasa mengantuk di siang hari. Ketika seseorang mengantuk, terjadi penurunan kemampuan persepsi dan perubahan emosi, yang mengarah pada penurunan produktivitas kerja. Pegawai administrasi yang dirasa memiliki tingkat rasa mengantuk yang tinggi saat jam kerja merupakan subjek dari penelitian ini. Subjek yang diteliti yaitu pegawai administrasi di Pusat Administrasi Universitas Indonesia yang dirasa menggambarkan karakteristik pegawai administrasi Indonesia. Subjek diminta untuk mengisi kuesioner Epworth Sleepiness Scale untuk mengukur tingkat rasa mengantuknya di siang hari dan kuesioner STOPBANG untuk mengetahui risiko OSA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa walaupun pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia yang berisiko tinggi OSA mengalami mengantuk di siang hari, namun jumlahnya hanya sedikit. Sebagian besar pegawai tidak mengantuk di siang hari. Karenanya, tidak terdapat hubungan antara risiko OSA dengan tingkat rasa mengantuk pada pegawai Pusat Administrasi Universitas Indonesia. Hal ini disebabkan karena tingginya nilai kuesioner Epworth tidak dapat menentukan risiko OSA, melainkan hanya menunjukkan bahwa seseorang memiliki kualitas tidur di malam hari yang buruk.
Obstructive sleep apnea, also known as OSA, is one of sleep-related breathing disorders in which there are repeated obstructions in the upper airway during nighttime sleep. OSA can cause fragmentation of sleep that leads to excessive daytime sleepiness. When someone is sleepy, there is a slight reduction of perception and change of emotion, which leads to a decrease in work productivity. Our research subjects are administration staff of Universitas Indonesia whom we feel possess the characteristics of administration staff. They were asked to fill in the Epworth Sleepiness Scale questionnaire to grade daytime sleepiness and the STOPBANG questionnaire to predict the risk of OSA. The results showed that although the staffs those are at high risk of OSA suffer excessive daytime sleepiness, but the proportions were insufficient. Hence, there was no correlation between the values of daytime sleepiness and the risk of OSA in administration staff of Universitas Indonesia. This might be because a high score of Epworth questionnaire could not determine the risk of OSA, but only show a lack of night-time sleep."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Noviana Tricipta Dewi
"Prevalensi perilaku napping, Excessive Daytime Sleepiness (EDS), dan disfungsi di siang hari tinggi pada mahasiswa, serta berdampak pada kehidupan akademik dan sehari-hari. Penelitian ini meneliti hubungan perilaku napping dengan EDS dan disfungsi di siang hari pada 288 mahasiswa di Universitas Indonesia. Metode kuantitatif digunakan dengan desain cross-sectional. Kuesioner yang digunakan adalah Napping Behavior Questionnaire, Epworth Sleepiness Scale, dan Daytime Feelings and Functioning Scale. Hasil menunjukkan hubungan yang signifikan antara perilaku napping dengan EDS dan disfungsi di siang hari. Sebanyak 72,9% mahasiswa melakukan napping, 69,1% mengalami EDS, dan rerata fungsi di siang hari adalah 16.47. Mahasiswa yang napping mengalami kejadian EDS dan disfungsi di siang hari yang lebih tinggi. Mahasiswa disarankan untuk memperbaiki pola tidur dan mengurangi durasi napping. Perlu dilakukan promosi kesehatan tidur, napping, EDS, dan disfungsi di siang hari di lingkungan kampus.
The prevalence of napping behavior, Excessive Daytime Sleepiness (EDS), and dysfunction during the day is high among college students, and has an impact on academic and daily life. This study examined the relationship between napping behavior and EDS and daytime dysfunction in 288 students at the University of Indonesia. The quantitative method was used with a cross-sectional design. The questionnaires used are the Napping Behavior Questionnaire, the Epworth Sleepiness Scale, and the Daytime Feelings and Functioning Scale. The results showed a significant relationship between napping behavior and EDS and daytime dysfunction. As many as 72.9% of students did napping, 69.1% experienced EDS, and the average function during the day was 16.47. Students who napped experienced higher incidence of EDS and dysfunction during the day. Students are advised to improve sleep patterns and reduce napping duration. It is necessary to promote sleep health, napping, EDS, and daytime dysfunction in the campus environment."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Desta Bambangsafira
"
ABSTRAKKejadian Excessive Daytime Sleepiness (EDS) merupakan gejala yang timbul dari kecenderungan untuk merasakan kantuk yang berlebihan pada periode terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian EDS dengan kualitas tidur pada mahasiswa baru di rumpun ilmu kesehatan. Desain penelitian ini adalah dengan pendekatan potong lintang menggunakan sampel mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan sebesar 107 responden yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling. Kejadian EDS diukur menggunakan kuesioner Epworth Sleepiness Scale (ESS), sedangkan kualitas tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian EDS dan kualitas tidur yang buruk cukup tinggi terjadi pada mahasiswa. Sebanyak 52 orang (48,6%) mengalami EDS dan sebanyak 80 orang (74,8%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p= 0,617 : x2= 0,249) antara kejadian Excessive Daytime Sleepiness dan kualitas tidur, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait faktor-faktor yang dapat memengaruhi kejadian EDS dan kualitas tidur. Selain itu, upaya promotif dan preventif dapat dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan akibat kualitas tidur yang buruk.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
610 JKI 20:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Anastasia Asmoro
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi chronotype dan prevalensi mengantuk berlebihan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI, serta mengetahui hubungan antara chronotype dan mengantuk berlebihan. Pada studi case-control ini, 149 orang mahasiswa mengisi 2 kuesioner yaitu Reduced Morningness-Eveningness Questionnaire dan Epworth Sleepiness Scale. Kemudian data dianalisis menggunakan Chi-square test. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara chronotype dan mengantuk berlebihan. Kebanyakan mahasiswa tidak termasuk chronotype manapun 54.4, terdapat lebih banyak tipe pagi 26.2 dibanding tipe malam 19.5. Prevalensi mengantuk berlebihan sangat tinggi 57. Penelitian ini tidak menemukan hubungan bermakna antara chronotype dan mengantuk berlebihan. Juga didapatkan bahwa prevalensi mengantuk berlebihan sangat tinggi, terutama pada mahasiswa tingkat pertama dan berusia lebih muda.
The objective of this study is to observe the distribution of chronotypes and prevalence of daytime sleepiness in medical students in Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI, and to observe the relationship between chronotype and daytime sleepiness. In this case control study, 149 students answered two different questionnaires the Reduced Morningness Eveningness Questionnaire and Epworth Sleepiness Scale. The data was analyzed using a Chi square test. There was no statistical significance between chronotype and daytime sleepiness. Most students were neither chronotype 54.4, and there were more morning type 26.2 compared to evening type 19.5. The prevalence of excessive daytime sleepiness is high 57. This study did not find a significant association between chronotype and daytime sleepiness. This study also observed a higher prevalence of excessive daytime sleepiness, especially among the first year and younger students. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aldriana Amanda Shafira
"Depresi dan Excessive Daytime Sleepiness merupakan suatu fenomena yang sering kali terjadi pada populasi mahasiswa. Banyak dampak negatif yang muncul dari kejadian depresi dan EDS pada mahasiswa. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi hubungan Depresi dengan Kejadian Excessive Daytime Sleepiness pada Mahasiswa di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik Quota Sampling dan pendekatan Convenience Sampling. Penelitian ini melibatkan 442 mahasiswa di Kota Depok. Data dianalisis dengan menggunakan Chi-Square untuk mengetahui hubungan yang bermakna antara Depresi dan EDS (OR = 2,00; p = 0,000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengalami Depresi sebanyak 184 mahasiswa (41,6%) dan mahasiswa yang mengalami EDS sebanyak 208 mahasiswa (47%). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan mahasiswa dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kebutuhan tidurnya dan instansi pendidikan keperawatan diharapkan dapat membentuk strategi khusus untuk melakukan penyelenggaraan evaluasi kesehatan mental dan promosi kebutuhan tidur yang efektif untuk menekan dan mencegah terjadinya EDS dan depresi.
Depression and Excessive Daytime Sleepiness is a phenomenon that often occurs in the student population. Many negative impacts arise from the incidence of depression and EDS in students. This study aims to identify the relationship between depression and the incidence of Excessive Daytime Sleepiness in college students in Depok City. This study used a cross sectional design with Quota Sampling technique and Convenience Sampling approach. This study involved 442 students in Depok City. Data were analyzed using Chi-Square to determine the meaningful relationship between Depression and EDS (OR = 2,00; p = 0,000). The results showed that students who experienced Depression were 184 students (41.6%) and students who experienced EDS were 208 students (47%). Based on the results of the study, researchers suggest that students can increase awareness of their sleep needs and nursing education institutions are expected to form a special strategy for organizing mental health evaluations and promoting effective sleep needs to reduce and prevent the occurrence of EDS and depression."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indah Rahmawati
"Latar belakang: Gangguan tidur merupakan keluhan yang sering terjadi pada rinitis kronis, dengan penyebab tersering adalah hidung tersumbat. Hidung tersumbat juga merupakan faktor risiko terjadinya sleep disordered breathing (SDB). SDB memiliki spektrum penyakit yang luas, salah satunya adalah obstructive sleep apnea (OSA). Walaupun berbagai literatur telah membuktikan adanya gangguan tidur pada pasien rinitis alergi, penelitian mengenai gangguan tidur pada pasien rinitis nonalergi masih terbatas. Tujuan penelitian: Membandingkan derajat gangguan tidur antara kelompok rinitis alergi dan rinitis nonalergi di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 11 subjek rinitis alergi dan 11 subjek rinitis nonalergi yang berusia 18-60 tahun di Poliklinik THT RSUPN Ciptomangunkusumo. Derajat obstruksi nasal dinilai menggunakan kuesioner NOSE. Derajat gangguan tidur dinilai secara subjektif dengan kuesioner ESS, PSQI, dan ISI serta secara objektif dengan polisomnografi. Hasil: Tidak didapatkan perbedaan pada hasil skor NOSE, ESS, RSI, PSQI, ISI, maupun parameter polisomnografi antara kelompok rinitis alergi dengan kelompok rinitis nonalergi (p > 0,05). Didapatkan hubungan bermakna antara RDI NREM, RERA, saturasi minimum oksigen dan saturasi baseline oksigen dengan klasifikasi OSA pada kelompok rinitis kronis (p< 0,05). Kesimpulan: Tidak didapatkan perbedaan derajat gangguan tidur antara rinitis alergi dan rinitis nonalergi.
Background: Sleep disturbance is common in chronic rhinitis, primarily caused by nasal congestion. Nasal congestion is also a risk factor for sleep disordered breathing (SDB). SDB refers to a spectrum of breathing abnormalities, one of which includes obstructive sleep apnea (OSA). Although many studies have linked sleep disturbance with allergic rhinitis, data regarding its association with nonallergic rhinitis seem to be limited. Aim : To compare the severity of sleep disturbance between allergic and nonallergic rhinitis. Methods: This cross-sectional study consisted of 11 subjects with allergic rhinitis and 11 subjects with nonallergic rhinitis at ORL-HNS outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital. NOSE questionnaire was used to assess the degree of nasal obstruction. The severity of sleep disturbance was subjectively assessed using ESS, PSQI, and ISI questionnaires and objectively assessed using polysomnography. Results: No significant differences in NOSE, ESS, RSI, PSQI, and ISI scores were found between both groups (p > 0,05). There was a significant relationship between RDI NREM, RERA, minimum oxygen saturation and baseline oxygen saturation with OSA classification in the chronic rhinitis group (p <0.05). Conclusion: The type of rhinitis (allergic or nonallergic) did not influence the severity of sleep disturbance."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Yarra Fadenia Benning
"Media sosial cukup populer di kalangan remaja, mereka cenderung menghabiskan waktu kesehariannya untuk mengecek media sosial. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, salah satunya gangguan tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan Kantuk Berlebihan di Siang Hari pada remaja SMA. Desain penelitian menggunakan analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling dan simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 414 orang yang berasal dari 10 SMA di Jakarta Timur. Kecanduan media sosial diukur dengan Skala Kecanduan Media Sosial-Bentuk Siswa (SMAS-SF), sedangkan kejadian Kantuk Berlebihan di Siang Hari diukur dengan Skala Kantuk Epworth (ESS). Penelitian ini menggunakan uji statistik Mann Whitney U test. Media sosial yang paling sering digunakan oleh remaja adalah Instagram, sebanyak lebih dari separuh remaja sudah kecanduan media sosial dan hampir 50% remaja mengalami Kantuk Berlebihan di Siang Hari. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan media sosial dengan Kantuk Berlebihan di Siang Hari (p = 0,022). Oleh karena itu, peneliti berharap agar para orang tua dapat lebih meningkatkan kesadaran, mengingat dampak negatif serius dari kecanduan media sosial dan EDS. Perawat diharapkan mampu menjadi pendidik dan fasilitator melalui promosi kesehatan, seminar, atau interaksi kelompok terkait dampak negatif akibat penggunaan media sosial yang berlebihan dan dampak negatif EDS.
Social media is quite popular among teenagers, they tend to spend their daily time checking social media. Excessive use of social media can cause several negative impacts, one of which is sleep disturbances. This study aims to determine the relationship between the intensity of social media use and excessive daytime sleepiness in high school adolescents. The research design used correlative analytic with cross-sectional approach. The sample was selected using cluster sampling technique and simple random sampling. The sample in this study amounted to 414 people from 10 high schools in East Jakarta. Social media addiction was measured by the Student-Shape Social Media Addiction Scale (SMAS-SF), while the incidence of excessive daytime sleepiness was measured by the Epworth Sleepiness Scale (ESS). This study used the Mann Whitney U test statistical test. The social media most often used by teenagers is Instagram, as many as more than half of teens are addicted to social media and nearly 50% of teenagers experience excessive daytime sleepiness. The results showed that there was a significant relationship between the intensity of social media use and excessive daytime sleepiness (p = 0.022). Therefore, the researchers hope that parents can raise awareness more, given the serious negative effects of addiction to social media and EDS. Nurses are expected to be able to become educators and facilitators through health promotion, seminars, or group interactions related to the negative impact due to excessive use of social media and the negative impact of EDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library