Ditemukan 123573 dokumen yang sesuai dengan query
Maria Gabriella Meidiana Anggoro Putri
"Artikel ini bertujuan untuk memberikan analisis mendalam tentang seni AI, meneliti teknik, dampak, dan implikasinya bagi dunia seni. Membahas peran AI dalam proses kreatif, menyoroti bagaimana algoritma pembelajaran mesin dan model generatif digunakan untuk menghasilkan karya seni. Membahas implikasi seni AI bagi dunia seni. Mengeksplorasi dampak karya seni yang dihasilkan AI pada praktik artistik, yang menentang gagasan konvensional tentang hak cipta dan orisinalitas. Selain itu, Artikel ini juga mengkaji bagaimana pengamat, kritikus dan institusi mempersepsi seni AI, menyoroti hubungan antara AI dan kreativitas manusia. Pertimbangan etis seputar seni AI juga dieksplorasi dalam artikel ini, termasuk permasalahan bias dan diskriminasi, transparansi algoritmik, dan peran seniman dalam proses kreatif seni AI. Artikel ini menggunakan metode analisis konseptual. Didasari oleh konsep family resemblance yang dicetuskan oleh Ludwig Wittgenstein, yang membahas akan bagaimana kategorisasi itu penting dalam memahami sebuah konsep.
This article aims to provide an in-depth analysis of AI art, examining its techniques, impact and implications for the art world. Discusses the role of AI in the creative process, highlighting how machine learning algorithms and generative models are used to produce works of art. Discusses the implications of AI art for the art world. Explores the impact of AI-generated artwork on artistic practice, which defies conventional notions of copyright and originality. In addition, this article examines how observers, critics and institutions perceive AI art, highlighting the relationship between AI and human creativity. Ethical considerations around AI art are also explored in this article, including issues of bias and discrimination, algorithmic transparency, and the role of artists in the creative process of AI art. This article uses the method of conceptual analysis. Based on the concept of family resemblance that was coined by Ludwig Wittgenstein, who discusses how categorization is important in understanding a concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nabilla Farah Ardyandini Ideawan
"AI-Generated Art adalah salah satu karya hasil perkembangan teknologi Artificial Intelligence yang berupa karya seni seperti ilustrasi, foto, atau gambar digital. Permasalahan timbul ketika suatu gambar milik orang lain digunakan dalam pembuatan AI-Generated Art secara tanpa izin, baik untuk melatih AI maupun untuk menghasilkan gambar baru yang dapat menyerupai gambar digital yang dijadikan sebagai referensi. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan gambar digital dalam AI-Generated Art yang dinilai telah melanggar Hak Cipta dalam hukum Indonesia dan Amerika Serikat, serta pembebanan tanggung jawab atas risiko pelanggaran hak cipta yang ada dalam AI-Generated Art. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, dan melakukan penulusuran serta perbandingan yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan United States Copyright Act of 1976. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan gambar digital tanpa izin dalam pembuatan AI-Generated Art melanggar hak moral pencipta apabila terjadi modifikasi terhadap suatu gambar digital dan melanggar hak ekonomi apabila bersifat komersial, sedangkan pertanggungjawaban hukum atas risiko pelanggaran hak cipta dalam AI-Generated Art tersebut dapat dibebankan kepada penyelenggara AI karena mengetahui/mengizinkan AI yang dikembangkannya tersebut dilatih menggunakan gambar digital secara tanpa izin, dan Pengguna AI karena dengan sengaja memberikan perintah kepada AI untuk membuat gambar yang mengakibatkan adanya reproduksi suatu gambar digital.
AI-Generated Art is an emerging work of Artificial Intelligence technology in the form of artwork such as illustrations, photographs, or digital images. Problems arise when an image belonging to another person is used in the making of AI-Generated Art without their permission, either to train AI or to produce a new image that can resemble the digital image used as a reference. Thus, it is necessary to conduct a research on the use of digital images in AI-Generated Art that are considered to be copyright infringement in Indonesian and United States law, as well as the liability for the risks of copyright infringement in AI-Generated Art. This research was conducted using the normative juridical approach method, and carried out searches and comparisons based on Law Number 28 of 2014 on Copyright and the United States Copyright Act of 1976. The results of this study indicate that the unauthorised use of digital images in the creation of AI-Generated Art violates the moral rights of the creator if there is a modification of a digital image and violates economic rights if it is commercial in nature, while the legal liability for the risk of copyright infringement in AI-Generated Art can be imposed on the AI Organizers, for knowing/authorising the AI it developed to be trained using unauthorised digital images, and the AI User, for deliberately instructing the AI to create images that result in the reproduction of a digital image."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vania Patricia
"Saat mendengar kata ‘karya seni’ yang hadir di kepala kita mungkin lukisan dari cat, patung, hasil fotografi yang dipajang di bingkai besar, musik, puisi, drama, dan yang lainnya. Karya seni tersebut selama ini dibuat oleh manusia dengan peralatan yang berbeda, dengan penggunaan alat yang berbeda maka hasil yang di dapat juga berbeda. Tetapi bagaimana dengan AI? Bagaimana jika AI menjadi alat yang dapat bekerja tanpa adanya ‘kemampuan khusus’ dari senimannya? Apakah karya yang lahir kemudian dapat dikategorikan sebagai suatu karya seni? Bagi Tolstoy, seni memiliki tujuannya tersendiri, yaitu untuk memberikan sensasi emosi yang menjangkiti pengamat karya tersebut dari seniman melalui karya yang mereka hadapi. Tetapi apakah dengan melalui satu syarat sederhana maka ia layak disebut sebagai seni? Pada tulisan ini penulis melakukan pendekatan filosofis dengan menganalisa karya seni AI dengan menggunakan pemikiran sejumlah filsuf seperti Tolstoy dan Baudelaire untuk kemudian dapat mengetahui di mana tempat karya yang dihasilkan oleh AI seharusnya berada dan menjelaskan urgensi kategorisasi atas seni AI.
When we hear the 'artwork', what comes to our mind may be painting, sculpture, photography that is displayed in large frames, music, poetry, drama, and others. These works of art have been made by humans with different equipment, with the use of different tools, the results obtained are also different. But what about AI? What if AI became a tool that could work without the artist's 'special ability'? Can the work that was born later be categorized as a work of art? For Tolstoy, art has its own purpose, namely to provide an emotional sensation that infects the observer of the work from the artist through the work they encounter. But is it through one simple condition that it deserves to be called art? In this paper, the author takes a philosophical approach by analyzing AI artwork using the thoughts of a number of philosophers such as Tolstoy and Baudelaire to then be able to find out where the work produced by AI should be and explain the urgency of categorizing AI art."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
URANIA 18 (1-3) 2012
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Maharani Diaz Indra Pratiwi
"Ai Qing adalah salah satu penyair terkemuka Tiongkok yang telah menghasilkan berbagai karya dari masa ke masa. Mulai dari masa setelah ia keluar dari penjara, setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, hingga setelah ia kembali dari pengasingannya. Namun ketiga era tersebut menghasilkan karya dengan gaya yang berbeda. Maka dari itu, tulisan ini akan meneliti karya-karya Ai Qing pada ketiga era tersebut. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana gaya dan bentuk puisi Ai Qing dari masa ke masa. Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan ekstrinsik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan yang signifikan pada karya Ai Qing pada ketiga era tersebut. Perbedaan tersebut muncul karena adanya gejolak yang terjadi pada kehidupan Ai Qing. Selain itu, kondisi sosial politik di Tiongkok juga berpengaruh besar pada karya-karya yang ia hasilkan.
Ai Qing is one of China's leading poets who has produced various artworks from time to time. Starting from the time after he was released from prison, after the founding of the People's Republic of China, until after he returned from his exile. But the three eras turned out to produce artworks with different styles. Therefore, this paper will examine the artworks of Ai Qing in the three eras. The purpose of this paper is to find out the style and form of Ai Qing's poetry from time to time. The method that will be used in this research is a qualitative method while the approach used is extrinsic. The results of this research indicate a significant change in Ai Qing's work in the three eras. The difference arose because of the turmoil that occurred in Ai Qing's life. In addition, the socio-political conditions in China also greatly influenced the artworks he produced."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ali Mabuha Rahamad
Malaysia: Balai Seni Visual Negara; National Visual Arts Gallery, 2011
R 708 ALI k
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Azka Amalia
"
ABSTRAKAtmosfer galeri dipengaruhi oleh elemen ruang dan koleksi objek seni di dalamnya. Koleksi objek seni sebagai hal yang visual memberikan unsur materiil seperti skala, material/tekstur, warna, dan form. Sedangkan elemen ruang dapat memberikan unsur materiil dan juga non-materiil seperti cahaya, suara, penciuman, temperatur, juga skala, material/tekstur, warna, dan form. Staging dari berbagai unsur inilah yang memberikan kesatuan sebagai atmosfer yang kemudian dapat memberikan koherensi, keintiman, dan sirkulasi tertentu.
ABSTRACTAtmosphere of a gallery is influenced by its spatial elements and art objects that are displayed within. As a visual display, art objects carry material elements such as scale, material texture, colors, and form. Meanwhile, spatial elements of a gallery may offer both material and immaterial elements such as light, sound, smell, temperature as well as scale, material texture, colors, and form. The staging of these elements defines the atmosphere which then creates certain coherence, intimacy, and circulation."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rayhan Kusuma Wardhana
"Apapun bentuknya, seni adalah sesuatu yang disukai banyak orang, bisa berupa lukisan, musik, menari, dll. Alasan mengapa seni dicintai oleh banyak orang adalah karena seni dapat diekspresikan dalam bentuk apa saja suasana, mulai dari ceria, sedih, dan marah, tidak ada suasana khusus yang tercipta seni, salah satunya adalah seni lukis yang dapat mengungkapkan semua perasaan dan emosi kita. Lembur, Perkembangan teknologi juga berdampak positif bagi perkembangan seni lukis. Ray & Art adalah merek global yang menjual dua jenis lukisan, yaitu lukisan buatan tangan dibuat di atas kanvas dan lukisan digital yang dibuat dengan aplikasi komputer seperti Photoshop atau Corel. Selain menjual lukisan, Ray & Art juga menyediakan masterclass untuk umum tentang cara melukis membuat lukisan bagus di atas kanvas atau secara digital menggunakan aplikasi komputer. Alasan mengapa Ray & Art juga menjual lukisan dalam bentuk digital dikarenakan maraknya perkembangan teknologi, terutama teknologi layar yang membuat gambar terlihat sangat nyata dan tajam. Munculnya perkembangan aset digital seperti NFT juga membuat seni digital bisa dijual dengan harga fantastis harga.
Whatever its form, art is something that many people like, can be painting, music, dance, etc. The reason why art is loved by many people is that art can be expressed in any atmosphere, ranging from cheerful, sad, and angry, there is no special atmosphere in creating art, one of which is painting that can express all of our feelings and emotions. Over time, technological developments also have a positive impact on the development of painting. Ray & Art is a global brand that sells two kinds of painting, handmade painting that?s made on canvas and digital painting that?s created with computer apps like Photoshop or Corel. In addition to selling paintings, Ray & Art also provide a masterclass for public on how to make great paintings on canvas or digitally using computer apps. The reason why Ray & Art also sells painting in digital form is due to the proliferation of technological developments, especially screen technology that makes images look very real and sharp. The emergence of the development of digital assets such as NFT also makes digital arts able to be sold at fantastic prices."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Alfarida Herlina
"Di masa kontemporer, seni menjadi konsumsi global sehingga genre Global Art menjadi popular. Galeri, rumah lelang, museum, dan tempat pameran seni menjadikan seni adalah konsumsi publik terutama kaum borjuis. Skripsi ini membahas pergeseran yang terjadi dari seni kontemplatif yang hanya untuk seni menjadi seni konsumtif yang tanpa makna. Posisi seni dan seniman dipertanyakan karena tidak ada otonomi atas mereka. Seni hanya dinikmati oleh kaum borjuis dan seniman yang tidak mampu mengikuti standarisasi yang ada akan ternegasi secara tidak langsung. Pemikiran para pemikir seni menampilkan gambaran seni yang kontemplatif dan konsumtif. Pembahasan pergeseran seni akan mengantarkan skripsi ini pada refleksi kritis terhadap perkembangan kehidupan seni.
In contemporary times, the art of being a global consumption so that the genre of the Global Art became popular. Galleries, auction houses, museums, art exhibitions and the making of art is public consumption, especially the bourgeoisie. This paper discusses the shift that occurred from the contemplative art only for art into a consumptive art without meaning. The position of art and artists is questionable because there is no autonomy over them. Art is only enjoyed by the bourgeoisie and the artists who are not able to follow the existing standards will indirectly. Thinkers of art explained of contemplative art and consumptive. The discussion of art will bring this essay to a critical reflection on the development of artistic life."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S13
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Iriantine Karnaya
"Pengembang Real Estate dalam rangka menarik pembeli, selalu dituntut kreatif dalam mengembangkan proyeknya. Strategi tersebut umumnya dengan menampilkan image lingkungan real estate yang anggun, prestigious, dan memberikan segala kemudahan, keamanan, dan amenities yang lebih dari pengembang lainnya. Salah satu cara untuk memberikan nilai tambah adalah dengan memperkenalkan karya seni di lingkungan pengembangnya. Karya seni yang dimaksud merupakan bagian dari karya seni publik, karena diletakkan di ruang publik.
Penelitian ini memaparkan bagaimana keberadaan karya seni publik di kawasan real estate mendukung keberhasilan pengembang. Walaupun keberhasilan pengembang ditentukan oleh beberapa faktor lainnya, penelitian ini membatasi hanya pada penelitian yang berhubungan dengan makna serta keberadaan karya seni publik terkait dengan pendapat masyarakat.
Penelitian ini dimulai dengan kajian tentang seni dan bagaimana peran seni berada dalam area publik serta bagaiman peran karya seni pada kehidupan manusia yang dapat memberikan nilai positif pada karakter, emosi dan nilai sosial bagi masyarakat. Secara khusus seni dalam area publik memberikan value positif pada perumahan yang pada akhirnya bisa meningkatkan market pada perumahan tersebut. Temuan utama dari penelitian ini adalah pentingnya kehadiran seni dari sudut pandang konsumen.
Real estate developers need to be creative in developing the project that can attract customers. One of the strategies is by creating the excellent and prestigious image of real estate environment, which offers better convenience, security and amenities than other developers. One way to add the value of the property is by introducing artworks in the developer environment. Artwork is a part of public art which is located in public space. This study describes how the presence of public art works in real estate environment can support the success of the developer. Although the success of the development is determined by various other factors, the research is focused on the presence of the artwork in relation to the perception of the users. The study begins with the discussion on the presence of art work in public area and the role of art work in developing positive character, emotion and social value for the society. In particular the study found that the presence of art work in public area can add positive value to the housing and eventually raise the market value of the housing. The main finding of this study is on the importance of the presence of art work from the consumers? point of view."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29728
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library