Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183494 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifia Syadrina
"Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua untuk mengidentifikasi patahan sebagai pemicu peristiwa gempa bumi. Hal ini dilakukan sebab wilayah penelitian berfungsi sebagai kawasan infrastruktur pembangunan jalan tol Trans Papua jalur Jayapura - Illiem - Wamena. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur geologi berupa sesar dan patahan adalah metode gravitasi dengan memanfaatkan data gravitasi satelit GGMPlus. Proses identifikasi sesar yang dilakukan dengan metode analisa FHD dan SVD dapat memetakan sebaran patahan di suatu daerah serta karakteristiknya berupa patahan naik atau turun. Dalam penelitian ini, dilakukan juga metode forward modelling 2D untuk mengetahui gambaran lapisan bawah permukaan di daerah penelitian beserta sesar yang berhasil diidentifikasi dari suatu lintasan. Pengolahan dilakukan dengan membuat peta Anomali Bouguer Lengkap (CBA), kemudian dilakukan pemisahan anomali dengan filter polinomial TSA orde 1 dan 2 serta Bandpass Filter, dan dibuat peta FHD serta SVD. Pemisahan anomali gravitasi dilakukan menggunakan filter TSA dan Bandpass untuk melihat keselarasan pola anomali antara satu sama lain sehingga tingkat keakuratannya dapat diketahui. Slicing data diambil pada peta FHD dan SVD yang dikorelasikan dalam bentuk grafik sehingga patahan dan jenisnya mampu diidentifikasi. Ditemukan ada 3 sesar naik dari hasil slicing pada 2 (dua) lintasan berarah barat daya-tenggara di daerah penelitian. Sesar atau patahan ini yang berhasil diidentifikasi kemudian dikorelasikan dengan peta seismisitas gempa di sekitar daerah penelitian, ditemukan bahwa sesar tersebut tidak mengakibatkan gempa bumi yang bersifat destruktif, sehingga proyek jalan tol Trans Papua di sekitar daerah penelitian hanya perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana gempa bumi.

This research was conducted in Jayapura Regency, Papua Province to identify faults as triggers for earthquakes. This was done because the research area functions as an infrastructure area for the construction of the Trans Papua toll road route Jayapura - Illiem - Wamena. One of the geophysical methods that can be used to identify geological structures in the form of faults and faults is the gravity method by utilizing the GGMPlus satellite gravity data. The fault identification process carried out using the FHD and SVD analysis methods can map the distribution of faults in an area and their characteristics in the form of up or down faults. In this study, the 2D forward modeling method was also used to describe the subsurface layer in the study area and the faults identified from a trajectory. Processing is done by making a Complete Bouguer Anomaly (CBA) map, then separating the anomalies with 1st and 2nd order TSA polynomial filters and Bandpass Filters, and FHD and SVD maps are made. Gravity anomaly separation is carried out using TSA and Bandpass filters to see the alignment of anomaly patterns with each other so that the level of accuracy can be known. Slicing data is taken on FHD and SVD maps which are correlated in graphical form so that faults and their types can be identified. It was found that there were 3 upward faults resulting from slicing on 2 (two) tracks trending southwest-southeast in the study area. These faults or faults which were identified were then correlated with the earthquake seismicity map around the study area, it was found that these faults did not cause destructive earthquakes, so the Trans Papua toll road project around the research area only needs to increase awareness of earthquake disasters."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Sanjaya
"Sesar Besar Sumatra memainkan peran utama dalam permeabilitas sistem panasbumi di lapangan “X”. Jejak Sesar biasanya terlihat di permukaan melalui remote sensing dan pemetaan permukaan, namun adanya aktivitas vulkanik muda dapat menutupi jejak patahan dan membuat tidak semua struktur permukaan dapat teridentifikasi, selain itu kontinuitas jejak sesar dipermukaan kebawah perurmukaan di reservoir ketidakpastian yang besar.
Gabungan interpretasi struktur permukaan berdasarkan data remote sensing, observasi lapangan dengan pengolahan survey geofisika merupakan salah satu pendekatan untuk mengkarakterisasi sesar/distribusi struktur, peta Complete Bouguer Anomaly (CBA) menunjukkan korelasi yang baik dengan zona Sesar Besar Sumatera berarah baratlaut-tenggara yang diinterpretasikan sebagai graben struktur. Integrasi pengolahan gravitasi, geologi permukaan dan data sumur menunjukkan ada beberapa jenis kelurusan struktur di sepanjang zona Sesar Besar Sumatra di lapangan “X”, selain itu, borehole image log menunjukan arah dominan rekahan terbuka yang berbeda dengan trend dari Sesar besar Sumatra yang menunjukan permeabilitas pada lapangan “X” lebih dikontrol oleh rezim ekstensional dari Sesar Besar Sumatra yang relatif memiliki arah utara-selatan. Untuk mengetahui geometri struktur (dipping) dibawah permukaan, hasil interpretasi kelurusan di integrasikan dengan 3D MT model dan 2D gravity model, integrasi model geofisika, geologi dan geokimia menghasilkan model konseptual 3 dimensi pada lapangan “X” yang mencakup lokasi upflow dan outflow, kedalaman dan batas reservoir serta pola dan distribusi permeabilitas yang mengontrol jalur fluida thermal.
Temuan baru pada berbagai tren sesar/struktur di sepanjang zona Sesar Besar Sumatra di Lapangan panasbumi “X” berdasarkan integrasi data remote sensing, geologi, geofisika dan data sumur sangat membantu untuk penggambaran karakterisasi struktur dan pola permeabilitas di Lapangan Panasbumi “X” yang juga penting dan berguna untuk rencana pengembangan terkait strategi lokasi sumur produksi dan injeksi beserta dengan penargetan sumur mengurangi risiko pemboran yang gagal.

The Great Sumatra Fault (GSF) has been identified to play a major role in controlling the permeability of the geothermal system in “X” field. The main trace of GSF is usually visible on the surface through remote sensing and surface mapping, however young volcanic activities may cover the fault traces or not all identified surface structures extend deep into the reservoir hence the structure identification becomes challenging.
Combined surface structure interpretation based on LiDAR data and field observation with Gravity processing is one of the approaches to characterize the fault/structure distribution, Complete Bouguer Anomaly (CBA) map shows a good correlation with NW-SE trending Sumatran fault zone which interpreted as graben structure. An integration of gravity processing, surface geology and well data suggests numerous types of structure lineaments along the major NW-SE GSF zone. In addition, the borehole image log also confirms different direction of fracture trends as compared to GSF zone which indicates older structural setting from the younger GSF zone. Integration of lineament interpretation with 3D MT model and 2D gravity model was conducted to interpret the geometry of fault in the subsurface (dip direction). The integrated of geophysical, geological and geochemistry model generate 3D conceptual model which explain the upflow and outflow location, depth of reservoir and reservoir boundary also permeability pattern which control the hydrothermal fluid pathway of “X” field.
The new finding on numerous fault/structure trend along the GSF zone based on gravity and image log are helpful for the delineation of the extent of the major faults/structures for permeability characterization at “X” field. Moreover, it is important and useful for future development plan related to well targeting strategy in tapping the permeable zone for more effective fracture intersection and reducing the risk of dry hole.
"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Aulia Zen
"Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Serang, Provinsi Banten untuk mengidentifikasi patahan sebagai pemicu peristiwa gempa bumi. Hal ini dilakukan sebab wilayah penelitian berfungsi sebagai kawasan industri, pelabuhan, dan wilayah padat penduduk. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi patahan adalah metode gravitasi menggunakan data gravitasi satelit TOPEX. Proses identifikasi sesar yang dilakukan dengan metode analisa FHD dan SVD dapat memetakan sebaran patahan di suatu daerah serta karakteristiknya berupa patahan naik atau turun. Dalam penelitian ini, dilakukan juga metode forward modelling 2D untuk mengetahui gambaran lapisan bawah permukaan di daerah penelitian beserta sesar yang berhasil diidentifikasi dari suatu lintasan. Pengolahan dilakukan dengan membuat peta CBA, kemudian dilakukan pemisahan anomali dan dibuat peta FHD serta SVD. Pemisahan anomali gravitasi dilakukan menggunakan filter TSA dan Bandpass untuk melihat pola anomali yang serupa satu sama lain sehingga tingkat keakuratannya dapat diketahui. Slicing data diambil pada peta FHD dan SVD yang dikorelasikan dalam bentuk grafik sehingga patahan dan jenisnya berhasil diidentifikasi. Terdapat 10 patahan naik dan turun yang berhasil diidentifikasi dari 4 (empat) lintasan berarah baratdaya-tenggara di daerah penelitian. Patahan yang berhasil diidentifikasi dan dikorelasikan dengan sebaran gempa di sekitar daerah penelitian tidak mengakibatkan gempa bumi sehingga masyarakat di sekitar daerah penelitian hanya perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana gempa bumi.

This research was conducted in Serang Regency, Banten Province, to identify fault as a trigger for earthquake events. The writer did this research because the research area works for industrial sites, ports, and densely populated areas. One of the geophysical methods that can be used to identify faults is the gravity method using TOPEX satellite gravity data. The fault identification process using FHD and SVD analysis methods can map the distribution of faults in an area and their characteristics in the form of reverse or normal faults. In this study, a 2D forward modelling method was also carried out to describe the description of the subsurface layer in the study area along with the identified faults. Processing is done by making CBA maps, separating anomalies, and making FHD and SVD maps. Separation of gravity anomalies was carried out using TSA and Bandpass filters to see anomalous patterns that are similar to each other so the level of accuracy can be known. Slicing data is taken on FHD and SVD maps which are correlated in graphical form, so the faults and their types are identified. There are ten reverse and normal faults that have been identified from 4 (four) southwest-southeast trending paths in the study area. The distribution of earthquakes around the study area will be correlated with the identified faults. Based on the results of this research, the identified faults do not cause earthquakes, so people around the study area only need to increase their awareness of earthquake disasters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Rashid Haikal
"Pulau Lombok berada di zona aktif tektonik yang menyebabkan maraknya kejadian gempa bumi. Hal ini menyebabkan pulau Lombok menjadi daerah yang rawan bencana. Kerawanan suatu daerah terhadap bencana gempa bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keberadaan sedimentasi tebal, kontras densitas tinggi antara lapisan batuan dengan batuan basement, dan keberadaan struktur sinklin dibawah permukaan. Penelitian ini menggunakan prinsip metode gravitasi untuk mengidentifikasi keberadaan struktur patahan di Pulau Lombok sebagai studi pendahuluan untuk evaluasi daerah rawan bencana gempabumi di Pulau Lombok. Dengan analisis gabungan dari peta anomali gravitasi regional, residual, first horizontal derivative, second vertical derivative, struktur patahan di Pulau Lombok dapat teridentifikasi. Hasil penelitian kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan dalam usaha mitigasi bencana gempa bumi di pulau Lombok.

Lombok island is located on a tectonically active zone which causes a great number of earthquakes to happen. This occurrence makes Lombok Island to be a disaster-prone area. The susceptibility of an area to earthquake disaster is affected by several factors namely: the presence of thick sedimentation, high density contrast between a layer of rocks with the basement, and the presence of syncline structures below the surface. This study uses the principle of the gravity method to identify the presence of fault structures on the island of Lombok as a preliminary study to evaluate earthquake-prone areas on the island of Lombok. With the combined analysis of regional gravity anomaly maps, residuals, first horizontal derivatives, second vertical derivatives, fault structures on Lombok Island can be identified. The results of the study can then be used as a reference for decision making in earthquake disaster mitigation efforts on the island of Lombok."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasdy Muhammad
"Kecamatan Maos di Kabupaten Cilacap pada tahun 1916 dan 1923 pernah mengalami gempa bumi yang mengakibatkan perekonomian lumpuh. Tidak menutup kemungkinan gempa bumi dapat terjadi kembali. Oleh sebab itu, perlu tindakan meminimalisir dampak gempa bumi dengan salah satu caranya membuat Peta Kawasan Rawan Gempa Bumi yang telah diatur melalui Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2007. Peraturan ini mengklasifikasikan kawasan rawan gempa bumi berdasarkan kajian tipologi informasi geologi. Informasi geologi diambil dari pemetaan geomorfologi pada Kecamatan Maos dimana diketahui bahwa litologi umum di Maos berupa batupasir dan tanah aluvium dengan tingkat kemiringan lereng dibawah 10 hingga 30% dimana terdapat sesar naik di sisi barat dan tenggara Maos serta sesar normal di barat laut Maos. Nilai kegempaan Maos dapat diketahui dari nilai PGAnya sebesar 0,6869 - 0,8764 g. Dari informasi geologi ini, dilakukan skoring dan pembobotan sehingga didapatkan nilai kestabilan wilayah Kecamatan Maos ada di rentang 33 hingga 51 dimana terdapat lima kelas klasifikasi tipologi di Kecamatan Maos yaitu Kelas A, Kelas B, Kelas C, Kelas D, dan Kelas E. Direkomendasikan bagi daerah yang berada di kawasan Kelas E untuk tidak membangun kawasan budidaya dan infrastruktur sebab di kawasan ini memiliki potensi bahaya tinggi jika terjadi bencana gempa bumi. 

Maos District in Cilacap Regency in 1916 and 1923 experienced an earthquake which resulted in the economy being paralyzed. It is possible that an earthquake could occur again. To anticipate that, action is needed to minimize the impact of an earthquake by making an Earthquake Hazard Map which has been regulated in Minister of Public Works Regulation No. 21/PRT/M/2007. This regulation classifies areas prone to earthquake disasters based on geological information typology. Geological information was taken from geomorphological mapping in Maos District where it is known that the general lithology in Maos is sandstone and alluvial soil with a slope level <= 10 - 30% where there are thrust faults on the west and southeast sides of Maos and normal faults on the northwest side of Maos. The seismicity value of Maos can be known from its PGA value of 0.6869 - 0.8764 g. From this geological information, scoring and weighting were carried out to obtain a regional stability value for Maos District in the range of 33 to 51 where there are five typological classification classes in Maos District, namely Class A, Class B, Class C, Class D and Class E. Recommended for areas in Class E are not to build cultivation areas and infrastructure because this area has a high potential for danger if an earthquake occurs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Jaya Santosa
"ABSTRACT
Gempa bumi yang terjadi pada 17/09/2008 22:04:80 dan 14/11/2008 00:27:31.70 UTC dekat Semangko dianalisis untuk identifikasi bidang
patahannya. Kedua gempa bumi tersebut direlokasi untuk
menilai pandangan fisis terhadap ketidakpastian hiposenter.
Data yang digunakan untuk menentukan parameter gempa kedua sumber adalah seismogram penuh tiga komponen lokal direkam oleh Geofon IA broadband stasiun jaringan (MDSI, LWLI, BLSI dan RBSI) untuk gempa pada 17/09/2008 dan untuk gempa pada tanggal 14 /11/2008 oleh stasiun jaringan (MDSI, LWLI, BLSI dan KSI). Jarak dari
semua stasiun menuju pusat gempa kurang dari 5°. Solusi momen tensor dari kedua gempa dianalisis bersamaan dengan
penentuan posisi pusat gaya (centroid)-nya. Analisis simultan meliputi posisi hiposenter, posisi centroid dan bidang nodal dari gempa menunjukkan bidang patahan Semangko. Arah strike dari dua gempa ini sesuai dengan arah Zona Sesar Sumatera. Menimbang bahwa zona sesar Semangko merupakan daerah rawan gempa, identifikasi atas bidang patahan seismik ini penting untuk meneliti bahaya seismik daerah tersebut.

Abstract
The 17/09/2008 22:04:80 UTC and 14/11/2008 00:27:31.70 earthquakes near Semangko fault were analyzed to identify
the fault planes. The two events were relocated to assess physical insight against the hypocenter uncertainty.
The data used to determine source parameters of both earthquakes was three components of local waveform recorded by Geofon
broadband IA network stations, (MDSI, LWLI, BLSI and RBSI) for the event of 17/09/2008 and (MDSI, LWLI, BLSI and KSI) for the event of 14/11/2008. Distance from the epicenter to all station was less than 5°. Moment tensor solution of two events was simultaneously analyzed by determination of the centroid position. Simultaneous analysis
covered hypocenter position, centroid position and nodal planes of two events indicated Semangko fault planes. Considering that the Semangko fault zone is a high seismicity area, the identification of the seismic fault is important for the seismic hazard investigation
in the region. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam], 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Marsono
"Metoda dekonvolusi dan inversi diterapkan pada rekaman seismogram gempa Biak 17 Februari 1996 untuk mendapatkan informasi distribusi spasial dan temporal momen seismik pada bidang sesar. Bidang sesar direpresentasikan dengan bidang planar seluas 200 x 100 Km berdasarkan distribusi gempa susulan dengan orientasi sesuai dengan solusi bidang sesar (4)5=129°, 5=18°, X=73° ; USGS). Pada bidang sesar tersebut dibuat grid 20 x 20 Km sebagai tempat kedudukan subevent.
Menggunakan rekaman seismogram fase P periode panjang untuk jarak teleseismik ( 30° < A < 90°) dan 8 stasiun, metoda inversi dilakukan dengan menerapkan kombinasi rise time T1 = 5 detik dan rupture time r2 = 11 detik. Dari hasil perhitungan diperoleh 9 subevent signifikan yang menyertai gempa Biak dengan waktu yang terkonsentrasi pada detik ke 13 - 42 setelah gempa utama. Subevent ini menyebar ke arah Barat Laut - Barat - Barat Daya.
Dengan membandingkan hasil tersebut dengan momen seismik gempa-gempa sebelumnya, diperkirakan bahwa momen seismik gempa-gempa sebelumnya ini tidak cukup "kuat" untuk membuat slip daerah ini secara signifikan. Diperlukan gempa sebesar gempa Biak 1996, dengan momen seismik total 6.849 x 10v dyne-cm untuk membuat daerah ini mengalami slip yang cukup berarti.
Dari model distribusi momen seismik diperkirakan bahwa bidang sesar terdiri atas bagian asperities dan bagian barrier. Bagian asperities yang merupakan bagian lemah, terdapat di sebalah timur pada kedalaman 20 Km memanjang ke arah tenggara-barat daya sekitar 40 - 60 Km, di bagian tengah bidang sesar dan cenderung melingkar, serta bagian kecil di bagian barat, sedangkan bagian barrier merupakan bagian terbesar di bidang sesar.

Deconvolution and inversion method are applied to Biak earthquake record to determine the spatio-temporal seismic moment distribution information over the fault plane. This plane is represented by planar of 200 x 100 Km base on the aftershock distribution, oriented following the Focal Mechanism Solution (4 = 129°, 8 = 18°, X = 73° , USGS). This plane is gridded by 20 x 20 Km to place some sub events.
Using the teleseismic ( 30° < A < 90°) long period P fase record from 8 stations, inversion method is applied with the combination of rise time = 5 sec and rupture time = 11 sec. We have determined 9 sub events with are concentrated at the second of 13 to 42 following the first nucleation time. These sub events were scattered in NW - SW direction.
We also have determined that the seismic moment of several events prior to Biak earthquake are not sufficient to slip the area significantly. It needed to have a great event as Biak earthquake with the total seismic moment of 6.849 x 1027 dyne-cm to make significant slip over the area.
Base on this distribution, we have estimated that the area consisted of asperities and barrier. The asperities are in the eastern part with the depth and width of 20 and 20 to 40 Km respectively, clustering at the center, and in small area at the western part, while the barrier is in the most part of the plane.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Octa Desi Ayuningtyas
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26516
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Yerrie
"Penelitian ini menghubungkan antara mitigasi bencana gempa bumi dengan penataaan perkotaan di Provinsi DKI Jakarta. Pendekatan penelitian kualitatifeksploratif. Unit analisis penelitian adalah gedung tinggi di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata letak DKI Jakarta terhadap zona subduksi Selat Sunda/Sunda Megathrust memiliki implikasi yang signifikan terhadap Jakarta. Mitigasi bencana gempa bumi dalam rencana, perizinan, dan pengelolaan bangunan tinggi di kota DKI Jakarta masih sangat minimal, karena unsur bencana gempa bumi belum menjadi pertimbangan utama, dan mayoritas bangunan tinggi belum memenuhi standar anti-gempa dengan skala besar. Begitu pula respon masyarakat tentang kesiapan mitigasi bencana sejauh ini masih relatif lemah.

The research related the earthquake disaster mitigation with urban planning in DKI Jakarta province. This research used qualitative-explorative approach. The unit analysis was high buildings in DKI Jakarta. The result showed that DKI Jakarta's layout towards subduction zone of Sunda Strait/Sunda Megathrust had significant implications for Jakarta. The planning, licensing, and management of high buildings in DKI Jakarta related to the earthquake disaster mitigation was still implemented in a very minimal scale, because the earthquake disaster element had not been put into main consideration, and the majority of high buildings had not fulfilled the anti-earthquake standard in large scale. The citizens response about the readiness of disaster mitigation also stated that so far it?s still relatively low.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>