Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iwan Haryono
"Sungai Jangkok adalah salah satu yang termasuk tercemar berat di NTB. Nilai BOD telah melebihi standar baku mutu air kelas II dan menurut nilai Family Biotic Index (FBI) sungai dalam kategori tercemar berat bahan organik. Tujuan penelitian adalah mewujudkan pengelolaan DAS Jangkok yang berkelanjutan sesuai dengan fungsi sungai melalui penerapan strategi pengendalian pencemaran. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara terhadap masyarakat, dan stakeholder (pemerintah dan LSM). Data kualitas air diperoleh dari DLHK NTB dan DLH Kota Mataram dan dilakukan pengambilan sampel dengan teknik composite sample. Metode yang digunakan adalah STORET, QUAL2Kw, regresi logistik dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum Sungai Jangkok, Kota Mataram dalam kategori tercemar berat dari tahun 2015-2022 dengan rata-rata skor STORET adalah -79,25 dan beban pencemaran BOD, COD dan TSS yang masuk telah melebihi daya tampung beban pencemaran. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kurang baiknya persepsi masyarakat terhadap status pencemaran (67%) dan kebermanfatan sungai (59%), masih adanya perilaku membuang sampah dan/atau BAB di sungai (23%), kurang baiknya perilaku pencegahan (59%), kurang baiknya sarana pembuangan air limbah (40%) dan sampah (58%) dan masih adanya rumah yang membelakangi sungai (59%). Beberapa penyebabnya adalah belum terjadi sinergi lintas wilayah administrasi antarstakeholder, tidak ada penegakan hukum untuk masyarakat, program kerja bergantung anggaran pemerintah dan tidak ada disinsentif. Kesimpulan penelitian ini, strategi yang sesuai adalah membuat suatu program pengurangan beban pencemaran yang terintegrasi lintas kabupaten/kota, terintegrasi lintas lembaga dengan kewenangan berbeda, terintegrasi dengan masyarakat, dan sesuai dengan kondisi aktual sungai dan sosial ekonomi masyarakat.

Sungai Jangkok is one of those considered heavily polluted in NTB. The Biochemical Oxygen Demand (BOD) value has exceeded the standard for Class II water quality, and according to the Family Biotic Index (FBI) value, the river falls under the category of heavy organic pollution. The research objective is to realize sustainable management of the Jangkok Watershed in accordance with its river functions by implementing pollution control strategies. Data collection was conducted using questionnaires and interviews with the public and stakeholders (government and NGOs). Water quality data was obtained from DLHK NTB and DLH Mataram City, and sampling was carried out using the composite sample technique. The methods employed were STORET, QUAL2Kw, logistic regression, and SWOT. The research findings indicate that, in general, the Jangkok River in Mataram City falls into the heavily polluted category from 2015 to 2022, with an average STORET score of -79.25. Moreover, the pollution loads of BOD, COD, and TSS entering the river have exceeded the pollution carrying capacity. The condition is influenced by several factors, including the less favorable perception of pollution status (67%) and the usefulness of the river (59%) by the community. Additionally, the persistent behavior of littering and/or defecating in the river (23%), inadequate preventive practices (59%), insufficient wastewater disposal facilities (40%), and improper waste management (58%) are contributing factors. Moreover, the existence of houses backing up to the river (59%) also plays a role in the current condition. Some of the causes are the lack of synergy across administrative regions between stakeholders, the absence of law enforcement for the community, dependency on government budget for work programs, and the lack of incentives. The conclusion of this research suggests that the most effective strategy for taking is to develop a program for reducing pollutant loads that is integrated across districts and cities, integrated across agencies with various levels of authority, integrated with the community, and in accordance with the river's actual conditions and the socioeconomic community."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mudarisin
"Sungai adalah torehan dipermukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air dan material yang dibawa dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah pengaliran ke tempat yang lebih rendah dan akhirnya bermuara ke laut.
Sungai Cipinang merupakan salah satu dari 13 Sungai di DKI Jakarta yang mengalir melewati Kotamadya Jakarta Timur dengan hulu sungai Situ Jatijajar Kotamadya Depok dan bermuara di Sungai Sunter. DAS Sungai Cipinang meliputi 5 wilayah kecamatan di Kotamadya Jakarta Timur Yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Ciracas, Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Makasar dan Kecamatan Jatinegara. Luas DAS Cipinang 4.526,32 Ha dan panjang sungai 30,165 km.
Di Daerah pengaliran Sungai ini terdapat berbagai kegiatan usaha yaitu kegiatan industri, rumah sakit dan pemukiman. Dengan adanya berbagai kegiatan ini maka sungai Cipinang selain menampung curah hujan juga menampung limbah dari berbagai kegiatan tersebut. Akibat masuknya beban limbah dari berbagai kegiatan tersebut tanpa didukung oleh kemampuan daya tampung sungai yang memadai maka terjadilah pencemaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemantauan kualitas air sungai Cipinang dan pengolahan data dengan metode storet yang dilakukan BPLHD DKI Jakarta.
Adanya industri dan usaha kegiatan lainnya seperti pasar dan rumah sakit di sepanjang daerah aliran Kali Cipinang Jakarta Timur pada satu nisi dapat membawa keuntungan bagi penduduk karena terciptanya lapangan kerja serta meningkatnan pendapatan perkapita, sedangkan dampak yang lebih terasa akibat adanya industri tersebut adalah meningkatnya pencemaran lingkungan. Di sepanjang sungai Cipinang terdapat ± 60 Industri besar dan menengah yang terdiri atas industri makanan, farmasi, tekstil dan proses metal (Elektropating), kemudian 5 rumah sakit , dan 5 pasar yang berpotensi besar sebagai sumber pencemar.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian:
1) Apakah beban pencemar yang berasal dari kegiatan Instansional (industri, rumah sakit dan pasar) lebih besar dari pencemar yang berasal dari kegiatan pemukiman (rumah tangga),
2) Berapa besar nilai kecepatan reakasi orde satu,(k) Sungai Cipinang yang merupakan faktor penting dalam pengendalian pencemaran zat organic,
3) Berapa besar daya tampung sungai Cipinang terhadap beban pencemar baik yang berasal dari kegiatan instansional maupun non-instansional (pemukiman penduduk).
Hipotesis yang disajikan dalam penelitian ini adalah:
1). Beban pencemar organik dari kegiatan permukiman penduduk lebih besar dibandingkan dengan beban dari kegiatan instansional (industri, rumah sakit dan pasar).
2). Jika koefisien kecepatan rekasi orde satu (k) diketahui maka strategi pengendalian pencemaran sungai cipinang dapat dirumuskan.
3). Daya tampung Sungai Cipinang akan meningkat jika pasokan debit ditingkatkan dan pengurangan beban masuk pada Sungai.
Variabel penelitian adalah debit, kecepatan aliran, waktu alir, kadar BOD. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran lapangan kecapatan aliran dengan current meter, pengambilan sampel air limbah untuk dianalisis di laboratorium dan data sekunder dari Pemerintah Daerah DICE Jakarta. Pemilihan lokasi sampling berdasarkan segmentasi/ruas yang ada.
Perhitungan daya tampung beban dilakukan dengan metoda Streeter-Phelp sedangkan nilai kecamatan reaksi orde satu (k) dilakukan dengan metoda Thomas.
Analisis BOD dilakukan dengan metode Winkler di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI dengan hasil sebagai berikut: JI. Radar AURI ( 12.92 mg/lt), J1. Lap-tembak ( 20 mg/lt), 31. Ciracas ( 34 mg/lt), Lingkar Rambutan (48 mg/lt), JI.Pondok Gede (111 mg/lt), Halim PK ( 66 mg/lt) dan JI. Basuki Rahmat (90 mg/lt)
Hasil perhitungan beban pencemar domestik adalah sebagai berikut: Ruas-1 (1.115 kg/hari), ruas-2 (1.592 kg/hari), Ruas-3 (2.193 kg/hari), Ruas-4 (4.349 kg/hari), Ruas-5(3.740 kg/hari), Ruas-6 (3.064 kg/har), Ruas-7 (5.039 kg/hari). Sedangkan untuk beban pencemar industri adalah : Ruas - 1(7,97 kg/khari), Ruas-2( 97,76 kg/hari), Ruas-3 (56,25 kg/har), Ruas-4 (167,94 kg/hari), Ruas-5 (47,03 kg/hari) dan Ruas- 6(30 kg/hari).
Hasil simulasi perhitungan daya tampung beban pencemar dengan metode Streeter-Pheip dengan nilai (k) =0,28 Jika Debit awal 2,5 m3/lt, BOD = 5 mg/lt, BOD Pddk = 50 mg/lt, dan Industri Zerro adalah sebagai berikut : JI.Radar (1.080 kg/hari), Lap.Tembak (2.220 kg/hari), Ciracas (4.173 kg/hari), Lingkar Ram (6,923 kg/hari), Pondok Gede (12,2914 kg/hari), Halim Pk (16,704 kg/hari), Basuki R (20.182 kg/hari) dan IG.Ngurah Rai (27,53 kg/hari).
Menjawab beberapa rumusan permasalahan di atas, beberapa kesimpulan dibuat sebagai berikut :
1. Beban limbah Domestik mempunyai kontribusi 98 °ft sedangkan beban limbah Industri 2 %, dengan demikian kontribusi beban domestik jauh lebih besar dibandingkan dengan Industri.
2. Nilai kecepatan reakasi orde satu (k) Sungai Cipinang cukup besar yaitu 0,28 / hari hal ini menunjukkan bahwa potutan pada Sungai Cipinang didominasi oleh zat organik dengan demikian sebenarnya Sungai Cipinang mempunyai potensi yang cukup besar untuk melakukan self Purification. Namun karena panjang Sungai hanya ± 30 km sehingga waktu alir relatif singkat maka proses self Purification yang terjadi tidak optimal.
3. Daya tampung Sungai Cipinang pada kondisi existing sangat rendah namun demikian daya tampung dapat ditingkatkan jika pasokan debit dari hulu diperbesar dengan tetap menjaga kualitas, Melakukan intervensi terhadap limbah domestik sambil tetap melakukan pengawasan limbah dari kegiatan Industri sehingga pemulihan sungai terwujud.
Berdasarkan hasil pembahasan, saran-saran yang dapat diberikan adalah :
1. Melakukan pengelolaan secara terpadu melalui pendekatan ekosistem dari hulu sampai hilir antara Pemerintah DKI Jakarta dan Kotamadya Depok dalam melakukan pengendalian pencemaran terutama dalam pasokan debit dan kualitas air di bagian hulu sebelum masuk ke Kotamadya Jakarta Timur.
2. Melalukan pengolahan limbah domestik sebelum dibuang ke sungai dengan membangun IPAL komunal baik dilakukan oleh Pemerintah maupun swadaya masyarakat.
3. Melakukan pembinaan secara intensif kepada para perusaha industri yang dalam proses produksinya mengeluarkan atau membuang air limbah ke Sungai Cipinang, untuk berperan serta aktif dalam mencegah pencemaran dengan mentaati ketentuan beban limbah yang ditentukan.
4. Melakukan pengawasan dan tindakan tegas terhadap para pengusaha yang membuang air limbahnya tidak memenuhi ketentuan serta memberikan pengahragaan kepada pengusaha yang selalu taat dan patuh dalam melakukan pengelolaan lingkungan.
Daftar Kepusatakaan : 40 (1982 ? 2004)

River is engrowing on the earth surface that is representing natural waterway is leading the water and other constituents from the upstream area to the downstream area and finally is flowing into the sea.
Cipinang River is one of 13 (thirteen) river in Jakarta is flowing through the East Jakarta Municipality with upstream of this river is Jatijajar Pond in Depok Municipality and is jointing into the Sunter River. Watershed of Cipinang River is including 5 (five) districts in East Jakarta Municipality namely Pasar Rebo District, Ciracas District, Kramat Jati District, Makasar District, and 3atinegara District. The Cipinang Watershed area is 4,526.32 Ha and length of the river is 30.165 km.
There are various business activities in this river basin such as industrial activity, hospital, and human settlements. Cipinang River is carrying all wastes from those activities too, while it is carrying the rainfall. The impact of all wastes from those activities without supported by river's carrying capacity is created the contamination. It will proved by monitoring the water quality of Cipinang River and data are processing with staret method is done by BPLHD DKI Jakarta, is noted at the following Table 1-1:
The advantages of the industry and other activities existence like traditional markets and hospital to the community who leaves all along this river development basin in East Jakarta are creating some employment and are increasing income per capita, while the impacts of those industries are increasing the environmental stained. There are ± 60 middle and big industries along the Cipinang River such as food industry, pharmacy, textile, and metal process (Electroplating), moreover, 5 (five) hospitals and 5 (five) traditional markets are potentials as wastes production.
Based on the background at the above mentioned, the problems of this research are:
1) Are the institutional activities (industries hospital, and markets) having more waste than household activity's?
2) How fast the first order (k) reaction of Cipinang River that is important factor in organic waste controlling?
3) How big is Cipinang River's carrying capacity from all waste, even they are coming from institutional activities or they are coming from non-institutional activities (human settlement)?
This research's hypotheses are:
1) The human settlement activity has more organic wastes than the institutional activities (industry, hospital, and market),
2) If velocity of the first order (k) has been known, waste controlling at Cipinang River can be formulated,
3) Cipinang River's carrying capacity will be mounted up if there is an increasing discharge from the upstream.
Research variables are discharge, velocity, time, and BOD concentration. Current meter on site did data collection such as velocity measurement, waste sampling was analyzed in laboratory, and secondary data was obtained from DKI Jakarta Local Government. Sampling location was based on water trench.
Carrying capacity was estimated by Streeter - Phelp method, while the first order reaction in each district was estimated by Thomas method. BOD was analyzed in Environmental Health Technical Policlinic Laboratory - Health Department of RI by Winkler method with the following result: 31. Radar AURI (12.92 mg/L), 31. Lap. Tembak (20 mg/L), 31. Ciracas (34 mg/L), Lingkar Rambutan (48 mg/L), 31. Pondok Gede (111 mg/L), Halim PK (66 mg/L), and 31. Basuki Rahmat (90 mg/L).
The simulation result was indicating that domestic wastes were as follows: 1st segment (1,115 kg/day), 2nd segment (1,592 kg/day), 3rd segment (2,193 kg/day), 4th segment (4,349 kg/day), 5th segment (3,740 kg/day), 6th segment (3,064 kg/day), and 7th segment (5,039 kg/day). Meanwhile, the industrial wastes were as follows: 15t segment (7.97 kg/day), 2nd segment (97.76 kg/day), 3rd segment (56.25 kg/day), 4th segment (167.94 kg/day), 5th segment (47.03 kg/day), and 6th segment (30 kg/day).
Waste carrying capacity was estimated by Streeter-Phelp, which has (kk value = 0.28 if the discharge comes from the upstream was 2.5 m /sec, BOD concentration = 5 mg/L, BOD Pddk concentration = 50 mg/L, and Industrial BOD concentration was zero was as follows: 31. Radar (1.080 kg/day), 31. Lap. Tembak (2,220 kg/day), II. Ciracas (4,173 kg/day), Lingkar Rambutan (6,923 kg/day), 31. Pondok Gede (12,291 kg/day), Halim PK (16,704 kg/day), 31. Basuki Rahmat (20,182 kg/day), and 31. I. G. Ngurah Rai (27,530 kg/day).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alloysius Pamurda Dhika Mahendra
"Mikroplastik merupakan pencemar emerging contaminant yang terdegradasi dari produk plastik tekstil, petroleum, dan peralatan kosmetik dengan ukuran kurang dari 5 mm. Terdapat lebih dari 70.000 pemukiman yang berada di bantaran Sungai Ciliwung di DKI Jakarta yang menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air bersih. Sungai Ciliwung saat ini sudah dapat ditemukan adanya pencemaran mikroplastik yang memberikan dampak adanya paparan terhadap makhluk hidup di sungai. Adapun permasalahannya adalah adanya paparan terhadap 75% ikan kepala timah (Aplocheilus sp.) sebanyak 1,97 partikel per ikan dengan ukuran 300 sampai dengan 500 μm. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis jumlah timbulan dan variabilitas mikroplastik di air dan sedimen Sungai Ciliwung, material komposisi mikroplastik, simulasi fluktuasi pencemaran mikroplastik, dan skenario minimasi mikroplastik pada air Sungai Ciliwung. Metode yang digunakan untuk mengambil sampel air mengikuti SNI dan untuk sampel mikroplastik mengikuti metode NOAA. Prinsip yang digunakan untuk simulasi fluktuasi dan skenario intervensi minimasi adalah kesetimbangan massa. Jika ditinjau dari ketujuh titik yang merepresentasikan Sungai Ciliwung bagian hilir sampai dengan hulu di Provinsi DKI Jakarta, jumlah mikroplastik berada di rentang 320-741 partiklel/L. Untuk bentuk yang mendominasi dapat dianalisis bahwa mayoritas bentuk mikroplastiknya adalah fragmen (97%), diikuti dengan fiber (2.9%) dan pellet (0.1%). Sedangkan pada sedimen, jumlah mikroplastik pada sedimen Sungai Ciliwung berada di rentang 6560-10630 partikel/kg. Pada air saluran drainase, jumlah mikroplastiknya adalah 365-822 partikel/L dengan persentase fragmen sebesari 98% dan fiber 2%. Material penyusun komposisi mikroplastik di air dan sedimen Sungai Ciliwung di antaranya adalah: tencel, PVFM, Polyacetylene, PES, PEI, PEEK, , PVAL, Polivinyl-Pyrrolidone, Polyacrylmide, dan PVB. Pemodelan pencemaran mikroplastik di air Sungai Ciliwung memiliki tingkat akurasi ± 70%. Skenario yang diusulkan untuk meminimasi pencemaran mikroplastik di air Sungai Ciliwung adalah dengan menerapkan revitalisasi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Berbasis Pengolahan Air Limbah Sederhana dengan Menerapkan Sistem Wetland dan Corn Straw and Hardwood Biochar Filter dengan persentase minimasi 49-95%.

Microplastics are emerging contaminants that are degraded from textile, petroleum and cosmetic plastic products with a size of less than 5 mm. There are more than 70,000 settlements on the banks of the Ciliwung River in DKI Jakarta that use river water as a source of clean water. The Ciliwung River can now be found microplastic pollution which has an impact on exposure to living things in the river. The problem is exposure to 75% of tinhead fish (Aplocheilus sp.) with as many as 1.97 particles per fish with a size of 300 to 500 μm. The purpose of this study was to analyze the amount of generation and variability of microplastics in the water and sediments of the Ciliwung River, the material composition of microplastics, simulations of fluctuations in microplastic pollution, and scenarios for minimizing microplastics in Ciliwung River water. The method used to take water samples follows SNI and for microplastic samples follows the NOAA method. The principle used for the fluctuation simulation and minimization intervention scenario is mass balance. If viewed from the seven points representing the downstream to upstream Ciliwung River in DKI Jakarta Province, the amount of microplastics is in the range of 320-741 particles/L. For the dominating form, it can be analyzed that the majority of microplastic forms are fragments (97%), followed by fiber (2.9%) and pellets (0.1%). Whereas in sediments, the amount of microplastic in Ciliwung River sediments is in the range of 6560-10630 particles/kg. In drainage water, the number of microplastics is 365-822 particles/L with a fragment percentage of 98% and 2% fiber. The materials that make up the composition of microplastics in the water and sediments of the Ciliwung River include: Tencel, PVFM, Polyacetylene, PES, PEI, PEEK, , PVAL, Polivinyl-Pyrrolidone, Polyacrylmide, and PVB. Modeling microplastic pollution in Ciliwung River water has an accuracy rate of ± 70%. The proposed scenario to minimize microplastic pollution in Ciliwung River water is to implement a revitalization of Child-Friendly Integrated Public Spaces (RPTRA) Based on Simple Wastewater Treatment by Implementing a Wetland System and Corn Straw and Hardwood Biochar Filter with a minimum percentage of 49-95%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Retnaningdyah
"ABSTRAK
Kali Mas adalah anak cabang bagian hilir Sungai Brantas yang secara khusus melewati deerah perkotaen Surabaya. Berhubung sejak di bagian hulu Sungai Brantas sampal dengan Kali Mas ini menerima limbah padat dan atau cair dari berbagai kegiaten pertanian, industri, dan pemukiman maka kualitas air Sungai Brantas maupun Kali Mas akan mengalami pencemeran yang depat berupa bahan organik, unsur hara, padatan tersuspensi, dari atau bahan toksik. Perum Jasa Tirta (1995) mencatat bahwa 87% pencemar di sepanjang Kali Mas berasal dari limbah domestik.
Surlaktan deterjen sintetik adalah salah satu limbah domestik yang bersifat toksik di perairan. Pengaruh beban masukan deterjen sintetik pads biota perairan dapat tercermin dari perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos yang hidup menetap di substrat perairan. Beban masukan deterjen akan mengakibatkan pemusnahan jenis secara selektif sesuai dengan toleransinya terhadep deterjen.
Dalam rangka upaya pengendalian kualitas air Kali Mas, diperlukan suatu metode evaluasi yang bersifat obyektif. Dalam upaya pendugaan kualitas air, selain dilakukan dengan metode fisika-kimia yang cukup kompleks, juga diperlukan metode bioiogi khususnya untuk mengendalikan bahan pencemar yang bersifat toksik. Komunitas makroinvertebrata bentos dipertimbangkan tepat untuk dijadikan biota indikator perairan sungai oleh karena hidup menetap di dasar perairan dan mempunyai keenekaragaman yang tinggi. Dari perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos yang aktual terjadi, depot dijadikan sebagai dasar informasi tentang tingkat kadar deterjen sintetik. Apabila hal ini dapat dipastikan maka obyek penilaian tingkat pencemaran deterjen sintetik dapat didasarkan pada perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos.
Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk (1) memperoleh informasi tentang kualitas air di Kali Mas Surabaya khususnya berkenean dengan adanya masukan bahan deterjen sintetik, (2) mengetahui perubahan struktur komunitas makroinvertebrata bentos pada berbagai tingkat pencemaran di Kali Mas, dan (3) mengetahui tingkat kepekaan jenis makroinvertebrata bentos terhadap perubahan kandungan surfaktan deterjen sintetik (LAS dan PBS) untuk dijadikan dinar indikasi tingkat pencemaran deterjen.
Penelitian kepekean makrolnvertebrata bentos terhadap tingkat pencemaran deterjen di Kali Mas Surabaya menggunakan metode penelitian Ex Post Facto. Uji toksisitas surfaktan deterjen sintetik (LAS dan ABS) terhadap kelangsungan hidup Jenis makroinvertebrata bentos dilakukan dengan metode eksperimental.
Strategi pendekaten untuk telaah analisis kausatif hubungan antara habitat dan tingkat pencemaran deterjen terhadap struktur komunitas makroinvertebrata bentos di Kali Mas Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Penentuan lokasi penelitian atas dasar kandungan deterjen.
2. Penentuan tingkat pencemaran Kali Mas dengan melakukan pemantauan kualitas air termasuk di dalamnya kandungan deterjen pada tiap lokasi.
3. Telaah struktur komunitas makroinvertebrata bentos pada tiap lokasi.
4. Telaah hubungen fungsional muftifaktor antara kualitas air (DO, TOM, TSS, fosfat, sutfat, dan deterjen) dengan kelimpahan jenis makroinvertebrata bentos yang ditemukan.
5. Analisis kepekaan dari masing-masing Jenis dan kelilmpahan makroinvertebrata bentos terhadap perubahan kadar deterjen.
6. Untuk mengetahui sifat toksik dari surfaktan deterjen, maka Jenis-Jenis yang bersifat peka terhadap perubahan kadar deterjen tersebut kemudian diuji lebih lanjut melalui uji toksisitas dengan metode bioassay lethal acute effect terhadap surfaktan deterjen LAS dan ABS.
Pengambilan sampel air, substrat, dan makroinvertebrata bentos untuk pemantauan kualitas air dilakukan pada 7 lokasi di suatu ruas Kali Mas mulai dari pintu air Wonokromo sampai daerah Ngemplak di Kotamadya Dati II Surabaya. Analisis kualitas kimia dan biologi serta uji toksisitas dilakukan di laboratorium Ekologi Jurusan Biologi F.M1PA Universitas Brawijaya. Studi pendahuluan untuk penentuan lokasi dilakukan tanggal 12 Meret 1996.
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak enam kali (tanggal 11, 15, 19, 23, 27, den 31 Mei 1996). Uji toksisitas dilakukan pada bulan Aguslus sampai September 1996.
Pengambiian sempel air pada tiap stasiun dilakukan pada lapisan permukaan dan lapisan dasar (± 25 cm dari permukaan dan dasar). Pada masing-masing lapisan tersebut dilakukan pengembilan sampel secara komposit pada bagian tepi (kiri dan kanan) dan bagian tengah.
Faktor lingkungan yang diukur dalam penelitian adalah kecepatan arus, lebar sungai, kedalaman, debit, tekstur substrat, padatan tersuspensi total (TSS), suhu air dan udara, konduktivitas air, oksigen tertarut (DO), CO2 bebas terlarut, GODS, COD, TOM, deterjen, total fosfat terlarut, sulfat, ammonium, pH, alkalinitas, dan selinitas. Pengumpulan data kualitas air yang berupa NH3 -N, NO3, NO2, Fe, Hg, Mn, Zn, dan Crs+ diambil dari DPU Pengairan Dati I Jawa Timur.
Untuk penentuan tingkat pencemaran Kali Mas, data hasil pemantauan kualitas air dikompilasi dan dihitung nilai rata-rata serta kesalahan baku untuk masing-masing stasiun dan waktu pantau kemudian dibandingkan dengan nilai baku mutu air golongan B dan C berdasarkan SK Gubernur Kepala Dati lI Jawa Timur No. 413 Tahun 1987. Tingkat pencemaran Kali Mas secara umum ditentukan dengan mencari indeks Pencemaran lmplisit dari Pratis (Ott, 1978). Pengelompokan habitat dan tekstur substrat dinar ditentukan dengan mencari Indeks Kesamaan Bray-Curtis. Untuk mengetahui perbedaan kualitas air antar lapisan air, stasiun, dan antar waktu pantau maka dilakukan uji Anova yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecll (BNT) pada niaai tiap-tiap parameter.
Data hasil identifikasi dan perhitungan kelimpahan Jenis makroinretertebrata bentos digunakan untuk menghitung indeks keanekaragaman Shanon-Wiener, indeks keseragaman (Equability), indeks dominansi, indeks kesamaan komunitas Bray-Curtis, dan Index of dispersion. Untuk mengetahui perbedaan kelimpahan antar stasiun dan waktu pantau dilakukan uji Anova yang dilanjutkan dengan uji BNT pada kelimpahan tiap-tiap Jenis makroinvertebrata bentos yang ditemukan.
Parameter kualitas air penentu kelimpahan makroinvertebrata bentos, ditentukan dengan telaah hubungan fungsional antara tiap-tiap parameter fisik - kimia air dengan kelimpahan jenis makroinvertebrata bentos dalam bentuk model regresi berganda. Kepekean makroinvertebrata bentos terhadap kadar deterjen dihitung dari rumus turunan pertama dan persamaan regresi berganda tersebut terhadap deterjen. Penghitungan uji Move, BNT, den regresi berganda dengen menggunaken SPSS for Windows Release 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air di Kali Mas sudah tidak memenuhi nilai baku mutu golongan B dan golongan C. Parameter kualitas air yang telah melampaui nilai baku mutu adalah BOD5 (6.33 - 19.08 mgA), DO (2.10 - 4.14 mgA), TSS (67.90 - 154.97 mg/I), COD (119.25 - 143.25 mg/I), deterjen (1.9i - 4.30 mgA), fosfat (0.31 --1.21 mgA), ammonia (0.15 - 0.62 mgA), nitrit (0.07 - 0.27 mgA), den besi (5.07 - 7.14 mg11). Tingkat pencemaran di Kali Mas berdeserkan Indeks pencemaran Implisit dari Prati's digolongkan dalam kategori tercemar ringan sampai tercemar (2.87 - 7.65).
Sehubungan dengan pencemaran tersebut, beberapa parameter habitat makroinvertebrata bentos mengalami perubahen secara spasial. Rataan deterjen (1.55 - 4.81 mgA), fosfat (0.32 - 1.20 mg/l), sulfa' (29.80 - 34.14 mgA), BOD5 (7.00 - 21.50 mgA), den DO (2.63 - 4.60 mg11) nyata lebih tinggi pada daerah ke arah hilir. Retain suhu, DHL, pH, TOM, TSS, COD, dan ammonium tidak berbeda nyata secara spasial. Selama penelitian, secara umum ditemui perubahan temporal dari semua parameter kuailtas air yang diamati. Habitat Kali Mas berdasarkan kondisi TOM dapat dibagi menjedi dua kelompok yaitu waktu pantau ke-1,2,3 dengan kadar TOM yang lebih tinggi (630.42 - 660.44 mg/I) den waktu pentau ke-4,5,6 dengan kadar TOM yang lebih rendah (337.33 - 533.25 mgA). Secara keseluruhan, perubahan kualitas air Kali Mas tersebut berdasarkan indeks kesamaan Bray-Curtis pada tingkat kesamaan 90% didapatkan kualitas habitat di stasiun 7 (waktu kadar TOM tinggl} dan stasiun 6 (waktu kadar TOM rendah) berbeda nyata dibandingkan dengan stasiun yang lain dengan natal Indeks kesamaan berturut-turut 88% den 89%.
Pada daerah penelitian ditemukan 24 jenis makroinvertebrata bentos yang dildentifikasi dan filum Annelida, Mollusca, dari Arthropoda. Adanya perubahan kualitas air di Kali Mas mengakibatkan perubahan komposisi, tipe penyebaran, dan perubahan kelimpahan dari beberapa jenis mekroinvertebrata bentos secara spasial. Secara khusus pada stasiun 1 ditemukan tingkat keanekaragaman (0.35 - 1.14) dan keseragaman (0.12 - 0.36) jenis yang mantap rendah maka dominansi jenis tinggi (0.49 - 0.91), den pada staslun 6 ditemukan tingkat keanekaragaman (2.19 - 2.65) dan keseragaman (0.60 - 0.74) jenis makroinvertebrata yang mantap tinggi maka dominansi jenis rendah (0.19 - 0.29). Sedangkan pada stasiun yang lain ditemukan struktur komunitas yang berubah-ubah yaitu keanekaragaman (0.48 - 1.85) dan keseragaman (0.24 - 0.54) jenis yang rendah sampai sedang maka dominansi jenis sedang sampal tinggi (0.32 - 0.85). Berdasarkan indeks kesamaan Bray-Curtis didapatkan pengelompokan struktur komunitas dan ekotipe dari makrolnvertebrata bentos yang serupa.
Stasiun 6 mempunyai struktur komunitas dan ekotipe yang paling berbeda dibandingkan dengan stasiun yang lain dengan nilai indeks kesamaan 6% dan 9% (pada waktu kadar TOM tinggi) serta 7% dan 996 (pada waktu kadar TOM rendah).
Pada waktu kadar TOM tinggi ditemukan tiga jenis makroinvedebrata bentos yang nyata dipengaruhi oleh deterjen yaitu Bellarnya javanica, Wattebledla insularian, dan Corbicula javanica. Pada waktu kadar TOM rendah ditemukan jenis Lymnaea rubiginosa yang nyata dipengaruhi oleh deterjen. Tingkat kepekaan dan keempat jenis tersebut pada tingkat signifikansi 5% adalah 0.4873 mgA, 1.009 x 10 mgA, 5.0359 x 1010 mgA, dan 3.3645 x 9012 mg/_ Perubahan kader TOM di ruas Kali Mas mengakibatkan perbedaan tingkat kepekaan dari jenis makroinvertebrata bentos terhadap kadar deterjen. Berdasarkan uji toksisitas ditemukan bahwa pada kadar TOM yang lebih rendah, jenis Lymnaea rubiginosa bersifat lebih peka terhadap peningkatan surfaktan LAS dan ABS (nilat LC50-96 jam 9.40 dan 13.59 mgA) dibandingkan dengan Wattebledla insularian (natal LC5rr96 jam 10.73 dan 15.89 mgA).

ABSTRACT
The Sensitivity Of Benthic Macroinvertebrate To Detergent Pollution Level (A Casa Study In Surabaya Mas River)Mas River is a downstream tributary of Brantas River which pass through Surabaya municipality. Since from the upstream of Brantas River up to Mas River it received solid and liquid waste from various agriculture, industry and household activities, therefore, the water quality of both Brantas as well as Mas River are polluted by organic substances, nutrient, suspended solid, and or toxic substances. Perum Jasa Tirta (1995) noted that 87% polutants along Mas River came from domestic wastes.
Synthetic detergent's surfactant is one of the toxic domestic waste in the body of water. The influence of synthetic detergent discharges to the aquatic population are reflected by the changes of benthic macroinvertebrate community structure that live in the aquatic substrate. The load of detergent discharges selectively resulted in the elimination of species according to their selective degrees of tolerance towards the detergent.
In order to control Mas River water quality, the evaluation methods objectively are needed. The physic chemical examinations are complicated methods for assessing water quality and that is why it is needed biological method specially to control toxic substances pollutant. Benthic macroinvertebrate communities are considered as an appropriate bioindicator of rivers because they live In the bottom of the water and have high diversity. The actual change of benthic macroinvertebrate communities can be regarded as basic information on the level of synthetic detergent concentration. If this can be proofed, then, the pollution level of synthetic detergent assessment can be based on benthic macroinvertebrate community structure change.
Based on the above explanation, this research was carried out to obtain information on (1) water quality of Surabaya Mas River, especially those concerning the existing synthetic detergent content, (2) to know benthic macroinvertebrate communities structure changes at different pullution levels In Surabaya Mas River , and (3) to know the sensitivity level of benthic macroinvertebrate species towards the concentration of synthetic detergent surfactant as the basic indicator of detergent pollution level.
The ex post facto method was used to study the sensitivity of benthic macroinvertebrate to detergent pollution level in Surabaya Mas River. The experimental method was used to toxicity test of synthetic detergent's surfactant (LAS and ABS) towards the survival of benthic macroinvertebrate species.
The strategical approach of causative analysis review between habitat and detergent pollution level on benthic macroinvertebrate community structure in Mas River are as follows :
1. To determine the sampling site based on detergent concentration.
2. To determine Mas River pollution level by monitoring the water quality including the detergents'concentration at each sampling site.
3. To analyze benthic macroinvertebrate communities structure at each sampling site.
4. To analyze the multifactor functional Interaction between water quality (DO, TOM, TSS, phosphates, sulfates, and detergent) with species abundance of benthic macroinvertebrates found.
5. To analyze the sensitivity of each benthic macroinvertebrate species abundance towards detergent concentration change.
6. To know the toxicity of detergent surfactant, the sensitive species towards detergent concentration change mentioned above are then tested further by way of toxicity test with bioassay lethal acute effect method towards LAS and ABS detergent surfactant.
The collection of water, substrate, and benthic macroinvertebrate samples to monitor water quality were carried out at 7 locations of Mas River commencing at Wonokromo sluice up to Ngemplak Area in Surabaya municipality. Chemical and biological quality analyses as well as the toxicity test were done at the Ecology Laboratory, Biology Department, Faculty of Mathematics and Science, Brawijaya University, Malang. The preliminary study to determine the location was done on March 12, 1996. The sampling was done six times (11, 15, 19, 23, 27, and 31 May, 1996). Toxicity tests were done between August and September 1996.
The sampling of water at each station was carried out at the surface and bottom layer (± 25 cm from the surface and bottom). In each layer, the sampling is done in composit way at the edges (left and right) and the middle. Environmental factors measured in this research are current velocity, width, depth, discharge, substrate texture, total suspended solid, temperature of water and air, conductivity, dissolved oxygen, dissolved CC2, BOD5, COD, TOM, detergent, total dissolved phosphates, sulfates, ammonium, pH, alkalinity, and salinity. The data of NH3-N, N03, NOj, Fe, Hg, Mn, Zn, and Crs+ were taken from the Irrigation Public Works Department of East Java local government.
To determine the Mas River pollution level, the data of water quality monitoring result is compiled and the average value as well as its standard error for each station end sampling period are calculated then compared with water quality standard values of class B and C based on the Governor of East Java Province decree No. 413 (1987). The Mas River pollution level is, in general, determined by looking for Prati's Implicit Index of Pollution (Ott, 1978). The grouping of Mas River habitat and the substrate texture are determined by searching for the Bray-Curtis similarity Index. Anova test Is used to find out the water quality difference between water layer, station, and inter-sampling period. It is continued with Least Significance Difference (LSD) test at each parameter's value.
The results of identification and species abundance of benthic macroinvertebrate calculation was used to compute the Shanon-Wiener Diversity Index, Equitability Index, Dominance Index, Bray-Curtis Community Similarity Index and Index of Dispersion. To find out the difference of species abundance inter stationally and sampling period, the Anova test was carried out and followed by LSD test on abundance of each species of benthic macroinvertebrates found.
Water quality determinants of benthic macroinvertebrate abundance are determined by reviewing the functional Interactions between each physic chemical parameter of water and species abundance of benthic macroinvertebrate in the form of multi regression model. The sensitivity of benthic macroinvertebrate towards detergent concentration was calculated from the formula of first derivation of multi regression equation towards the detergent. The calculations of Anove, LSD test, and multi regression took place by using SPSS for Windows Programme release 6.0.
The result of this research showed that the water quality of Mas River is not eligible for raw water of drinking water (class B) as well as for fishery requirements (class C). Water quality parameters exceeded the quality standard values are BOD5 (6.33 - 19.08 ppm), DO (2.10 - 4.14 ppm), TSS (67.90 - 154.97 ppm), COD (119.25 - 143.25 ppm), detergent (1.91 - 4.30 ppm), phosphates (0.31 - 1.21 ppm), ammonia (0.15 - 0.62 ppm), nitrite (0.07 - 0.27 ppm), and iron (5.07 - 7.14 ppm). The Pollution level of Mas River, based on Prati's Implicit Index of Pollution Is classified in categories of slightly polluted to polluted water (2.87 - 7.65).
Some parameters of the benthic macroinvertebrate habitat has been changed because of the pollution level in Mas River. The average concentration of detergent (1.55 - 4.81 ppm), phosphates (0.32 - 1.20 ppm), sulfates (29.80 - 34.14 ppm), BOD5 (7.00 - 21.50 ppm), and DO (2.63 - 4.60 ppm) tend to increase in the down stream. The average of water temperature, pH, TOM, COD, and ammonium at the bottom layer do not show spatial change. All of the water quality parameters show temporal change. Based on TOM condition, Mas River habitat can be divided into two groups namely sampling period 1,2,3 with higher TOM content (630.42 - 660.44 ppm) and sampling period 4,5,6 with lower TOM content (337.33 - 533.25 ppm). Based on the Bray-Curtis similarity index it was found that there is significance difference of the habitat quality of station 7 (on the high TOM content periods) and station 6 (on the low TOM content periods) compared to the other station at 90% similarity level with the similarity index value are 88% and 89% respectively.
There are 24 species of benthic macroinvertebrates in the study area, classified as Annelida, Mollusca, and Arthropoda phyltum. The change of water quality in the Mas River has changed the composition, dispersion type, and spatial abundance of some benthic macroinvertebrate species. Station 1 and 6 have special structure of benthic macroinvertebrate community. Station 1 has low species diversity (0.35 - 1.14) and equitability (0.12 - 0.36) and that is why there is high species dominance (0.49 - 0.91). Station 6 has high species diversity (2.19 - 2.65) and equitability (0.60 - 0.74) and that is why there is low species dominance (0.19 - 0.29). The other stations have lower to intermediate species diversity (0.48 - 1.85) and equitability (0.24 - 0.54) so that the species dominance are intermediate to high (0.32 - 0.85). Based on the Bray-Curtis similarity index it was found that there is similar the grouping of community structure and ecotype of benthic macroinvertebrate. It was found that there is difference of community structure end ecotype of benthic macroinvertebrate between station 6 compared to the other stations with the similarity index value are 6% and 9% (on the high TOM content periods) and 7% and 9% (on the low TOM content periods).
Bellarnya javanka, Wattebledia insular,,,, Corbicula javanica (on the high TOM content periods) and Lymnaea rubiginosa (on the low TOM content periods) were affected by detergent concentration. The sensitivity level of those species at the significance level of 5% are 0.4873 ppm, 1.009 x 10 ppm, 5.0359 x 1010 ppm, and 3.3645 x 1012 ppm respectively. The change of TOM content in the Mas River has changed the sensitivity level of benthic macroinvertebrate species to detergent concentration. Based on the toy icity test it was found that Lymnaea tublglnosa was more sensitive to LAS and ABS surfactant concentrations on the low TOM content periods (L.C50-96 hours are 9.40 and 13.59 ppm respectively) compared to Wattebledia insular (LC50-96 hours are 10.73 and 15.89 ppm respectively).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihya Sulthonuddin
"Sungai Cimanuk adalah sungai terpanjang kedua di Provinsi Jawa Barat. Sungai Cimanuk sebagai sumber daya air dimanfaatkan untuk sumber air baku di PDAM dan berperan menjaga kelestarian lingkungan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan sosial masyarakat di sekitarnya. Sungai Cimanuk bagian hilir terindikasi tercemar akibat aktivitas masyarakat yang tidak terkendali di sempadan sungainya. K ualitas air sungai Cimanuk bagian hilir harus dikelola dan dikendalikan tingkat pencemarannya. Riset ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai, menganalisis aktivitas masyarakat di sempadan sungai, dan merumuskan strategi pengendalian pencemaran air Sungai Cimanuk bagian hilir. Analisis kualitas air sungai diuji berdasarkan 7 parameter fisika-kimia dibandingkan dengan 6 baku mutu air sungai yang ditetapkan IDN, WJP, UKTAG, USEPA, MOEG, dan DOE. Pengambilan sampel air sungai dilakukan di Boyongbong, Sukaregang, Tomo, dan Jatibarang. Penentuan status mutu air sungai Tahun 2013-2018 menggunakan metode IP. Perumusan strategi pengendalian pencemaran air sungai menggunakan metode SWOT. Hasil riset menunjukkan kualitas air Sungai Cimanuk bagian hilir berada pada kondisi buruk ditandai dengan konsentrasi TSS (81,57 ± 132,69 mg/L), BOD (8,41 ± 6,53 mg/L), COD (33,92 ± 26,51 mg/L), DO (5,54 ± 1,67 mg/L), dan Amonia (0,21 ± 0,31 mg/L) tidak memenuhi baku mutu air sungai. Sungai Cimanuk bagian hilir dinyatakan tercemar ringan-sedang ditandai dengan nilai IP sebesar 1,04-7,51. Pencemaran Sungai Cimanuk bagian hilir terjadi disebabkan oleh aktivitas masyarakat (pembuangan limbah domestik, pembuangan sampah, pembuangan limbah peternakan ayam dan kambing, serta pembuatan batu bata) yang tidak terkendali di sepanjang sempadan sungainya. Strategi pengendalian pencemaran air Sungai Cimanuk bagian hilir yang direkomendasikan adalah strategi pertumbuhan yang progrefis, yaitu menerapkan kebijakan dengan cara (a) meningkatkan infrastruktur pengendalian pencemaran air melalui pembuatan tempat pengelolaan akhir sampah terpadu dan IPAL komunal, (b) meningkatkan peran dan partisipasi akademisi, peneliti, dan kelompok masyarakat dalam setiap kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pengendalian pencemaran air sungai, dan (c) meningkatkan koordinasi instansi/lembaga pemerintah dengan berbagai pihak dalam hal penentuan kebijakan pengendalian pencemaran air di Sungai Cimanuk bagian hilir.

Cimanuk River is the second longest river in West Java Province. The Cimanuk River as a water resource is used for raw water sources in the PDAM and plays a role in preserving the environment, increasing economic growth and social welfare of communities. However, the Cimanuk River downstream indicated to be polluted due to uncontrolled community activities in the river border. The water quality of the Cimanuk river downstream must be managed and controlled for its pollution level. This research aims to analyze river water quality, analyze community activities in river border, and formulate a water pollution control strategy in the Cimanuk River downstream. Analysis of river water quality based on 7 physicochemical parameters compared to 6 river water quality standards set by IDN, WJP, UKTAG, USEPA, MOELG, and DOE. Water sampling point of the Cimanuk River at Boyongbong, Sukaregang, Tomo, and Jatibarang. Assessment of the water quality status for 2013-2018 used the PI method. Formulation of the water pollution control strategies used the SWOT method. The results shows the water quality of the Cimanuk River downstream in a poor condition characterized by concentration TSS (81,57 ± 132,69 mg/L), BOD (8,41 ± 6,53 mg/L), COD (33,92 ± 26,51 mg/L), DO (5,54 ± 1,67 mg/L), and Ammonia (0,21 ± 0,31 mg/L) not meet the water quality standards. The PI value of the Cimanuk River downstream between 1.04-7.51 indicates slightly to moderately polluted. Pollution of the Cimanuk River downstream caused uncontrol community activities (domestic waste disposal, trash disposal, chicken and goat farm waste disposal, and brick industry). The recommended of the water pollution control strategies for Cimanuk River downstream is a growth strategy. Implementation of policies by (a) improve the facilities and infrastructure monitoring river water quality and wastewater quality (b) increase the role and participation of academics, researchers, and community in activity of planning and act river water pollution control, and (c) improve coordination between government agencies/institutions and various parties in determining water pollution control policies in the Cimanuk River downstream. "
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan disungai cikaniki , salah satu anak sungai cisadane , di Jawa Barat yang melalui kawasan penambangan emas pongkor dan tercemar oleh merkuri dari ekstraksi emas."
551 LIMNO 21:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Salam
"ABSTAK
Sejak tahun 1989, Program Kali Bersih (Prokasih) gencar dicetuskan dan dibahasa dalam berbagai kesempatan dan media karena dianggap sebagai hal yang sangat mendasar bagi hidup dan kehidupan masyarkat, terutama mereka yang berdomisili di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS).
Pemerintah DKI Jakarta telah menyelenggarakan Prokasih sejak awal, kegiatannya dilaksanakan oleh kelompok kerja (Pokja) yang dibentuk dan dievaluasi setiap awal tahun anggaran sebagai kelembagaan yang mengelola Prokasih. Upaya ini telah membuahkan hasil berupa penghargaan sebagai penyelenggara terbaik [ertama Prokasih selama 3 tahun berturut-turut dan menjadi terbaik kedua pada tahun keempat se-Indonesia. Berdasarkan hasil tersebut di satu sisi, sementara di sisi lain keadaan kali yang kini masihtercemar (menurut laboratorium KP2L), semakin hitam dan semakin berbau (menurut pengamatan dan keterangan masyarakat setempat), serta belum tercapainya baku mutu yang telah ditetapkan (menurut data yang ada pada Sekretariat Prokasih dan Biro BLH), menimbulkan keinginan untuk meneliti bagaiman performance (tampilan, pelaksanaan, penyelenggaraan) kelembagaan Prokasih serta faktor apa yang menentukan/menghambat keberhasilan kelembagaan Prokasih di Jakarta ini.
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan kelembagaan Prokasih dalam upaya mengembalikan kebersihan kali dan meningkatkan kualitas air kali sesuai dengan baku mutu peruntukannya. Secara khusus bertujuan untuk mengembangkan model kelembagaan berupa lembaga pengelola sungai dengan garis tugas yang jelas dan tegas dalam upaya mewujudkan tujuan Prokasih di DKI Jakarta.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat antara lain berupa konsep tentang pengelolaan sungai yang secara khusus ditujukan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan secara umum sebagai contoh bagi pemerintah Daerah lainnya di Indonesia.
Untuk maksud tersebut, dilakukan penelitian pustaka dan penelitian lapangan yang difokuskan kepada lembaga dan kelembagaan dalam mengelola 3 sungai utama Prokasih di DKI Jakarta, yaitu Sungai Ciliwung, Cipinang dan Mookervart.
Populasi penelitian ini adalah lembaga-lembaga yang mengelola Prokasih seperti Dinas, Badan, Biro, lembaga lain yang terkait, serta masyarakt sekitar DAS Prokasih. Sampel penelitian ditentukan dari populasi yang ada, pilihan didasarkan pada unsur/sub bagian lembaga yang mengelola bagian tugas prokasih, serta anggota masyarakat dan industry yang dipilih secara pusposif (pertimbangan, yaitu sampel pertimbnagan menurut konteks dan kondisinya.
Responden penelitian ini dipilih dengan mempertimbnagkan erat tidaknya tugas yang dikelolanya pada lembaga responden dengan performance Prokasih serta anggota masyarakat dan atau industry yang dipilih secara purposive sebagai bagian dari sampling purposive.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka tentang penyelenggaraan Prokasih di DKI Jakarta. Cara ppengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microstat, menerapkan rumus Chi Kuadrat (x2) yang antara lain berfungsi untuk mnegukur derajat hubungan antar variabel dan keterkaitan antar aspek kelembagaan Prokasih yang berarti keterpaduan antar lembaga pengelolanya.
Dari hasil analisis diperoleh temuan bahwa performance (penyelenggaraa) Prokasih belum optimal, masih terdapat kelembagaan yang overlapping (tumpeng tindih) dalam mengelola sungai, serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dan pengusaha industry dalam menunjang Prokasih di DKI Jakarta. Kenyataan ini dibuktikan dengan keadaan kali yang masih belu memenuhi syarat sesuai baku mutu dan peruntukkannya.
Untuk mengatasi hal tersebut aspek kelembagaan Prokasih di DKI Jakarta harus dilaksanakan secara terpadu, terarah dan serentak dengan memrioritaskan pada perlakuan lembaga terkait untuk mewujudkan performance Prokasi yang lebih baik dari yang ada kini, kemudian pemantauan efluen dan badan air perlu ditingkatkan frekuensinya dan diikuti dengan tindak lanjut dari pemantauan tersebut baik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah secra langsung maupun dengan melibatkan masyarakat setempat, serta diperlukan upaya untuk menyamakan persepsi antar lembaga terkait agar lebih terjalin koorsdinasi yang lebih baik dari yang ada sekarang ini. Mengikuti hasil analisis tersebut, barangkali kini sudah waktunya untuk meningkatkan piranti hukum dan penerangan, agar lembaga Prokasih bekerjasama dengan lembaga berwenang mau dan mampu menerapkan sanksi yang lebih tegas kepada para pencemar sungai tanpa kecuali bila ingin mengendalikan pencemaran sungai ini."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayrisna Sari
"Pencemaran yang terjadi di sekitar daerah aliran sungai di pengaruhi oleh faktor penggunaan tanah dan aktivitas penduduk di sekitar daerah aliran sungai. Permasalahan yang timbul adalah bertambahnya jumlah total beban pencemar di yang terdapat di daerah aliran sungai yang menyebabkan penurunan kualitas air. Pemodelan merupakan metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan manajemen daerah aliran sungai (DAS) yang baik karena memenungkinkan untuk dilakukan peramalan terhadap dampak-dampak yang mungkin akan terjadi. Model sistem dinamik telah digunakan beberapa peneliti untuk mempelajari pencemaran air sungai.
Penelitian ini dilakukan pada Kali Caringin, Kali Angsana, dan Ci Putat yang merupakan anak sungai dari Kali Angke dan Kali Pesanggrahan yang tersebar di Kecamatan Sawangan Kota Depok. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil simulasi model dinamik terhadap sumber pencemar dan kualitas air parameter fosfar, nitrat, dan nitrit. meluasnya willayah pemukiman akan meningkatkan nilai sumber pencemar dalam sungai di Kecamatan Sawangan Kota Depok. Hasil penelitan menunjukan bahwa model sistem dinamik dapat menghasilkan simulasi yang baik pada wilayah yang memiliki karakteristik yang homogen.

Contamination that occurred around the watershed is influenced by land use factors and people's activities around the watershed. The problem that arises is increasing the total amount of pollutant load contained in the watershed that led to a decrease in water quality. Modelling approach is widely used to get best management in watershed because it is possibility to do forecasting of impacts could be happened in future. Model System Dynamic has been used to study of river water pollution.
This research is take place at Kali Caringin, Kali Angsana, and Ci Putat located in Kecamatan Sawangan, Kota depok. That hugging of residencial area will cause increasing pollutan sources and phospat and nitrat consentration in the rivers. This research tells us that model system dynamic can make good simulation in watershed that homogeneous area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Amira
"Air adalah subtansi penting keberadaannya bagi berbagai makhluk hidup termasuk manusia. Kontaminasi air permukaan sudah menjadi permasalahan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sungai Krukut adalah sungai di wilayah DKI Jakarta yang memiliki peruntukan sebagai air baku air minum. Akan tetapi, masalah yang dihadapi adalah ketika nilai kualitas air Sungai Krukut tidak memenuhi baku mutu
yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air Sungai Krukut, DKI Jakarta dengan menggunakan data 3 tahun. Setelah itu, dilakukan alisis pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat yang mempengaruhi kualitas air Sungai Krukut, analisis perhitungan potensi beban pencemar di Sungai Krukut, dan tujuan terakhir adalah membangun model beban pencemar dan kualitas air BOD dan DO Sungai Krukut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode analisis utama yang digunakan untuk membangun model kualitas air adalah dengan metode system dynamics. Hasil dari penelitian ini adalah parameter kualitas air Sungai Krukut selama 3 tahun terakhir cenderung melewati baku mutu. Hasil analisis sosial dan ekonomi masyarakat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kesadaran. Selain itu, salah satu dari aspek tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat kesadaran, dan persepsi pemanfaatan sungai juga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hasil dari analisis beban pencemar adalah, beban pencemar terbesar berada di segmen 2 dengan nilai 4.077 kg hari. Hasil pembangunan model penduduk, BOD dan DO adalah valid karena memiliki AME di bawah 30. Setelah dijalankan simulasi selama 5 tahun menggunakan model yang sudah divalidasi, nilai BOD dan DO hasil simulasi tidak memenuhi ekspektasi. Nilai BOD dan DO sungai tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga dilakukan intervensi model dengan melakukan peningkatan partisipasi
masyarakat di bidang sanitasi.

Water is an important substance for various living things including humans. Surface water contamination become a problem throughout the world, including Indonesia.
Krukut River is a river in the DKI Jakarta area that has a function as raw water for drinking water source. However, the problem is the Krukut Rivers water quality
value does not meet the established quality standards because of pollution. Therefore, the purpose of this study is to analyze the water quality of the Krukut
River, DKI Jakarta using 3 years data. After that, an analysis of the social and economic aspects of the community that affects the quality of the Krukut River
water, analysis of calculation of potential pollutant loads in the Krukut River, and the final goal is to develop a model of pollutant load and water quality BOD and DO to control Krukut River pollution. This study uses a quantitative approach. The main analytical method used to build a water quality model is the system dynamics
method. The results of this study are the Krukut River water quality parameters over the past 3 years tend to pass the quality standard. The results of social and economic analysis of the community show that there is a relationship between the community knowledge and the community awareness. In addition, one aspect of the community education, community income level, community awareness, and perception of river use also has a relationship with the community participation. The results of the pollutant load analysis are, the largest pollutant load is in segment 2 with a value of
4.077 kg day. The results of the development of the population model, BOD and DO are valid because they have an AME below 30. After running 5 years simulation using a validated model, the result of BOD and DO values from
simulation did not meet expectations. The BOD and DO values of the river do not meet the established quality standards, so a model intervention is carried out by
increasing community participation in sanitation.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idi Namara
"Sungai Cisadane Kota Tangerang, merupakan salah satu sungai penting di Indonesia. Sungai ini menjadi sumber air baku bagi PDAM Kota Tangerang dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, namun sayangnya kualitas air sungai ini cenderung menurun akibat pencemaran. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam mengelola kualitas air sungai tersebut, tetapi belum membawa perubahan positif. Permasalahan semakin kompleks karena perubahan tata guna lahan yang membawa pengaruh pada beban pencemaran. Diperlukan pengelolaan yang lebih tepat, terpadu, dan komprehensif. Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini dengan berbagai metodologi sesuai tahapan penelitian, diantaranya; analisis kualitatif dan kuantitatif, GIS, statistik, manajemen risiko, dan System Dynamic. Hasil akhir penelitian ini berupa pengembangan kebijakan dalam tata kelola kualitas air sungai, yakni manajemen tata guna lahan, pemisahan saluran drainase dengan saluran limbah domestic, peningkatan cakupan layanan IPAL, dan penguatan aspek kelembagaan dan peraturan terutama dalam komitmen pendanaan.
Kata kunci : Pencemaran Air Sungai, Tata Guna Lahan, Pendekatan Proyek Fisik, IPAL dan Drainase, Aspek Hukum dan Kelembagaan, Manajemen Risiko dan System Dynamic.

Cisadane River, Tangerang City, is one of the important rivers in Indonesia. This river is a source of raw water for the supply of clean water in Tangerang City and Soekarno-Hatta International Airport, but unfortunately the quality of this river water tends to decrease due to pollution. Many things have been done by the government in managing the river water quality, but it has not brought positive change. The problem is increasingly complex because the population growth and development of the City of Tangerang continues to run which also affects changes in land use and also has an effect on pollution. More precise, integrated and comprehensive management is needed. The approach taken in this study with various methodologies in accordance with the stages of research, including; qualitative and quantitative analysis, GIS, analysis, risk management, and System Dynamic. The final result of this research is the development of policies in river water quality management, namely land use management, separation of drainage channels with domestic sewage channels, increasing the scope of WWTP services, and strengthening institutional and legal aspects, especially in funding commitments.
Keyword : River Water Pollution, Land Use, Project Construction Approach, WWTP and Drainage, Legal Aspect and Institution, Risk Management, and System Dynamic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>