Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130040 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lalu Ahmad Gamal Arigi
"Latar Belakang: Pendidikan kedokteran dianggap sebagai salah satu pendidikan yang memiliki stressor tinggi. Banyaknya sumber stressor dari mahasiswa tersebut apabila tidak sejalan dengan strategi coping yang baik maka berdampak terhadap keinginan untuk menunda menyelesaikan tugas akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan dan perbandingan jenis penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa kedokteran tahap preklinik. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dilakukan pada 202 mahasiswa semester 2, 4, 6 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram pada April 2023. Data didapatkan menggunakan instrument Brief Cope dan kuesioner Prokrastinasi akademik yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil: Terdapat hubungan antara penggunaan strategi coping dengan prokrastinasi akademik mahasiswa kedokteran Preklinik dengan nilai p=0.002 (<0.05). Terdapat perbedaan nilai penggunaan strategi coping dan Prokrastinasi akademik pada mahasiswa semester 2, 4 dan 6 dengan nilai uji P pada nilai penggunaan strategi coping 0,008 (p<0,05) dan nilai prokrastinasi akademik sebesar 0,010 (p<0,05). Problem focused coping pada aspek planning dan jenis prokrastinasi akademik pada aspek penundaan dalam memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.20 dan 2.55. Kesimpulan: Prokrastinasi akademik pada mahasiswa merupakan masalah yang sering terjadi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu strategi coping. Sehingga diperlukan pengembangan dan penerapan strategi coping yang efektif guna mengurangi prokrastinasi akademik dan meningkatkan prestasi akademik serta kesejahteraan mereka.

Background: Medical education is an education that has a high stressor. The many sources of stress for these students, if not accompanied by effective coping strategies, will have an impact on starting and delaying completing academic assignments. This study explores the relationship and comparison of coping strategies and academic procrastination in medical students at the preclinical stage. Methods: This study used a cross-sectional study design and was conducted on 202 students in grades 2, 4, and 6 of the Faculty of Medicine, University of Mataram, in April 2023. Data were obtained using the Brief Cope instrument and an academic procrastination questionnaire, which had been tested for validity and reliability. Results: There was a relationship between the use of coping strategies and academic procrastination in preclinical medical students, with p = 0.002 (<0.05). There are differences in scores using coping strategies and academic procrastination for students in grades 2, 4, and 6, with a P value of 0.008 (p<0.05) for coping strategies and 0.010 (p<0.05) for academic procrastination. Problem-focused coping on planning aspects and types of academic procrastination on aspects of delays in starting or completing assignments have the highest average scores of 3.20 and 2.55. Conclusion: Academic procrastination among students is a problem that often occurs. One of the factors that can influence it is the coping strategy. It is necessary to develop and implement effective coping strategies to reduce academic procrastination and increase academic achievement and welfare."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raihan Arhab
"Kecurangan akademik dan prokrastinasi akademik merupakan fenomena yang sering dijumpai pada kalangan mahasiswa. Perkembangan teknologi internet yang pesat memungkinkan kecurangan akademik semakin mudah dilakukan oleh mahasiswa. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian terdahulu yang melihat hubungan antara prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik namun pada konteks yang berbeda, yaitu dengan internet. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 118 yang merupakan mahasiswa S1 di Indonesia berusia 18-25 tahun. Penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan teknik analisis Pearson untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik dengan internet. Prokrastinasi akademik diukur dengan Academic Procrastination Scale (APS), sedangkan kecurangan akademik dengan internet diukur menggunakan Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berhubungan secara positif dan signifikan dengan kecurangan akademik dengan internet, r(116) = 0,421, p < 0,001, one-tailed. Temuan penelitian diharapkan mampu untuk memberikan informasi terkait hubungan prokrastinasi akademik dan kecurangan akademik dengan internet.

Academic dishonesty and academic procrastination are phenomena that are often found among students. The rapid development of internet technology makes it easier for students to commit academic dishonesty. This research is a replication of previous research which looked at the relationship between academic procrastination and academic dishonesty but in a different context, namely the internet. There were 118 participants in this research who were undergraduate students in Indonesia aged 18-25 years. This research used a correlational design with Pearson analysis technique to determine the relationship between academic procrastination and academic dishonesty with internet. Academic procrastination was measured using the Academic Procrastination Scale (APS), while academic dishonesty with the internet was measured using the Internet-Triggered Academic Dishonesty Scale (ITADS). The results showed that academic procrastination was positively and significantly related to academic dishonesty with internet, r(116) = 0.421, p < 0.001, one-tailed. It is hoped that the research findings will be able to provide information regarding the relationship between academic procrastination and academic dishonesty with the internet.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldeka Kamilia Mufidah
"Pendahuluan: Pendidikan dokter terdiri dari dua tahap pembelajaran, yaitu tahap akademik (preklinik) dan tahap klinik. Dosen yang ideal merupakan komponen terpenting dalam proses pembelajaran tersebut. Kedua tahap pembelajaran tersebut memiliki metode dan lingkungan pembelajaran yang berbeda sehingga diperkirakan terdapat perbedaan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik. Penelitian ini bertujuan membandingkan atribut dosen kedokteran yang ideal antara tahap akademik dengan klinik menurut persepsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang (cross sectional) ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pengisian mandiri kuesioner yang valid dan reliabel (Cronbachs alpha 0.950). Sampel diperoleh secara cluster random sampling dari populasi mahasiswa tingkat tiga dan lima Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebanyak 200 orang. Data yang diperoleh dianalisis bivariat.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa tahap akademik dengan klinik terhadap atribut dosen yang ideal yaitu atribut penuh persiapan (p 0.010), kompetensi klinis (p 0.028), bersikap tidak diskriminatif (p 0.001), pengajaran yang interaktif (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), dan memberikan tugas yang jelas dan sesuai topik (p0.005). Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa berjenis kelamin perempuan dengan laki-laki terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut profesionalisme (p 0.014) dan empati (p 0.010), serta terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dari Jabodetabek dengan luar Jabodetabek terhadap atribut dosen yang ideal, yaitu atribut role model (p 0.027). Hasil analisis peringkat menunjukkan atribut dosen kedokteran yang ideal pada tiga peringkat teratas pada tahap akademik ialah profesionalisme, pengetahuan, komitmen terhadap perkembangan peserta didik, kejelasan, bersikap jujur, respek, mampu membimbing mahasiswanya dalam proses pembelajaran, dan keterampilan komunikasi yang baik. Sedangkan pada tahap klinik ialah pengetahuan, kompetensi klinis, respek, profesionalisme, mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran, ketulusan hati, kejelasan, dan bersikap jujur.
Diskusi: Pada tahap akademik, pembelajaran cenderung lebih terstruktur dan dominan kuliah, dengan lingkungan belajar yang formal sehingga dosen yang penuh persiapan dipersepsi sebagai dosen yang ideal. Sementara di tahap klinik, pembelajaran lebih bersifat experiential, mahasiswa dominan memelajari keterampilan klinik dengan lingkungan belajar tidak formal berupa lingkungan pelayanan kesehatan, sehingga kompetensi klinik dan pengajaran yang interaktif menjadi atribut yang ideal. Baik mahasiswa tahap akademik maupun mahasiswa tahap klinik memandang atribut terpenting yang harus dimiliki seorang dosen ideal adalah penguasaan pengetahuan, profesionalisme, kejelasan dan kualitas personal seperti jujur dan respek.

Medical education consists of two stages of learning, preclinical and clinical. An ideal medical teacher needs attributes for supporting learning process. Both stages have different environments of learning and learning methods, so that the ideal medical teachers attributes in both stages are estimated to be different. This study aims to compare the attributes of ideal medical teacher between preclinical stage and clinical stage according to medical students view in faculty medicine of Universitas Indonesia.
Method: This cross-sectional study using primary data with questionnaire which is valid and reliable (Cronbachs alpha 0.950). The sample was obatained by cluster random sampling from two groups, medical students in third years and fifth years of Faculty Medicine of Universitas Indonesia. Total 200 data were analyzed by bivariate analysis.
Result: The results of bivariate analysis showed that there were differences in perceptions between preclinical and clinical students on the ideal attributes of medical teacher, such as well-prepared (p 0.010), clinical competence (p 0.028), non-discriminative (p 0.001), interactive teaching (p 0.035), non-judgmental (p 0.005), and provide clear and on-topic assignment (p 0.005). There are differences in perceptions between female and male students on the ideal attributes of medical teacher, such as professionalism (p 0.014) and emphaty (p 0.010) and there are differences in perceptions between students from Jabodetabek and outside Jabodetabek on the ideal attributes of medical teacher, such as role model (p 0.027).  The results shown that the ideal attributes of medical teacher based on top three in preclinic stage are professionalism, knowledge, commitment to the development of students, clarity, honest, respect, guiding students in the learning process, and good communicator skill. Meanwhile in clinical stages are knowledge, clinical competence, respect, professionalism, creating conducive atmosphere to learning, sincerity, clarity, and honest.
Discussion: In the preclinical stage, learning methods are more structured such as lectures with a formal learning environment, so that the well-prepared attribute is considered as ideal attributes for medical teacher. While in the clinical stage, learning methods are more experiential and students tend to be more in learning clinical skills with a non-formal learning environment, so that the clinical competent and interactive teaching attributes are considered as important attribute for medical teacher. Both students at the preclinical and clinical stages considered the attributes of knowledge, professionalism, clarity, and personal attributes such as honest and respect as the important attributes for ideal medical teacher.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Luthfia
"Prokrastinasi akademik merupakan fenomena yang berkembang secara luas di dalam dunia akademik. Beberapa penelitian menunjukkan prokrastinasi akademik memiliki hubungan yang positif dengan kecemasan, depresi, tingkat stres yang tinggi dan kesehatan yang lebih buruk. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara prokrastinasi akademik dengan tingkat stres pada mahasiswa keperawatan.
Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan sampel mahasiswa tingkat akhir reguler dan ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia sebanyak 143. Penelitian ini menggunakan dua buah instrument kuesioner yaitu Academic Procrastination Scale (APS) dan Student Nurse Stress Index (SNSI). Hasil penelitian dengan CI 95% didapatkan hubungan yang signifikan antara prokrastinasi akademik dengan tingkat stres (p=0,007).
Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa berada pada tingkat prokrastinasi akademik sedang (68,5%) dan tingkat stres rendah (63,6%). Hal tersebut menunjukkan mahasiswa dengan tingkat prokrastinasi akademik tinggi berpeluang untuk mengalami tingkat stres yang lebih tinggi. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah menggunakan teknik pengambilan data total sampling agar gambaran prokrastinasi akademik secara keseluruhan pada populasi mahasiswa dapat terlihat.

Academic procrastination was a widely developed phenomenon in academic environment. Some research shows that academic procrastination has a positive correlation with anxiety, depression, high level of stress, and poor health status. The purpose of this study was to determine the correlation between academic procrastination and stress level in nursing student.
The research design used descriptive correlative study with 143 samples of final year undergraduate nursing student in Faculty of Nursing, University of Indonesia. This study used two questionnaires instrument, Academic Procrastination Scale (APS) and Student Nurse Stress Index (SNSI).
The result showed that with 95% CI there is a significant correlation between academic procrastination and stress level (p=0,007). Result showed that student in a moderate level of academic procrastination (68,5%) and low level of stress (63,6%). Student with high level of academic procrastination was potential to experience more high levels of stress. Suggestion for future research is to use total sampling techniques in data collection, so the overall picture of academic procrastination in student population can be seen."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Robbyah Nauli Mansur
"Bercampurnya mahasiswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda seperti suku bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat dapat memungkinkan terjadinya kontak antar budaya, yang berpotensi menimbulkan gegar budaya. Gegar budaya adalah perasaan kehilangan, kebingungan, dan rasa tidak mampu karena individu memasuki lingkungan yang baru. Hal ini dapat menimbulkan stres yang merupakan masalah yang paling sering dialami oleh mahasiswa kedokteran. Penanganan terhadap stres atau mekanisme koping yang baik membuat seseorang dapat beradaptasi terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara mekanisme koping dan strategi adaptasi terhadap culture shock (gegar budaya) pada mahasiswa asal luar Jawa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Angkatan 2015-2018. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan total samplingdari mahasiswa asal luar Jawa di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2015-2018. Responden diminta secara sukarela untuk mengisi kuesioner Brief COPE, kuesioner strategi adaptasi, dan kuesioner gegar budaya yang telah divalidasi di penelitian sebelumnya dan diujicoba dalam penelitian ini. Jumlah responden yang mengisi kuesioner dengan lengkap dan benar adalah 91 responden (response rate= 95%). Terdapat korelasi positif yang bermakna antaradysfunctional coping/maladaptive coping dengan kejadian gegar budaya (r=0,284, p=0,006). Sebaliknya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara strategi adaptasi dengan gegar budaya (p>0,05). Penelitian ini menunjukkan bahwadysfunctional coping/maladaptive copingmemiliki korelasi positif yang bermakna dengan kejadian gegar budaya, namun strategi adaptasi tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian gegar budaya.

The mixed of students who come from different ethnicities, religions, languages, and customs enable intercultural contact, which may lead to culture shock. Culture schock can be defined as a feeling of loss, confusion, and a sense of inadequacy because individuals enter a new environment. It can cause stress which is the most common problem experienced by medical students. Response to stress or coping mechanism enables someone to adapt to their environment. The purpose of this study is to assess the relationship between coping mechanisms and adaptation strategies with culture shock of students from out of Java in Faculty of Medicine Universitas Indonesia from academic year 2015 to 2018. This study was a cross sectional study with a total sampling of students whocome out of Java in Facultyof Medicine Universitas Indonesia from Academic Year 2015to 2018. A total of 91 respondents (response rate = 95%) completedthe BriefCOPE, Adaptation Strategies, and Culture Shock questionnairesthat had been validated in previous studies. There was a significant positive correlation between dysfunctional/maladaptive coping and the incidence of culture shock (r = 0.284, p = 0.006). On the other hand, there is no significant relationship between adaptation strategies and culture shock (p> 0.05). This study shows that dysfunctional/maladaptive coping correlates positively with culture shock whereas adaptation strategy does not correlate with culture shock."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragatama Riyanto
"Latar Belakang Pandemi COVID-19 telah menyebabkan perubahan besar dalam pendidikan kedokteran, dengan masuknya berbagai metode pembelajaran daring, termasuk simulasi virtual dan gamifikasi. Penggunaan kedua metode tersebut disebutkan cukup baik dalam meningkatkan pembelajaran pada berbagai topik. Inovasi tersebut juga muncul untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran seperti pada pembelajaran pengobatan rasional (POR). Penelitian ini bertujuan sebagai asesmen awal untuk menggambarkan persepsi mahasiswa preklinik FKUI terhadap pembelajaran daring menggunakan simulasi virtual berbasis web dan gamifikasi yang nantinya akan menjadi dasar perancangan pada pembelajaran POR. Metode Penelitian ini dilaksanakan dengan menyebarkan survei daring dengan consecutive sampling. Pengumpulan data berlangsung sejak bulan Agustus–Desember 2022. Analisis data menggunakan NVIVO 12 secara kualitatif dengan analisis tematik. Hasil Berdasarkan hasil analisis tematik 282 mahasiswa preklinik FKUI, didapatkan tiga tema besar, yakni optimisme, pesimisme, dan netralitas pada persepsi terhadap simulasi virtual berbasis web dan gamifikasi. Optimisme meliputi persepsi positif pada simulasi virtual, sementara pesimisme meliputi persepsi negatif. Terdapat subtema pada masing-masing tema, seperti kebermanfaatan simulasi virtual, output pembelajaran, motivasi mahasiswa, karakteristik pembelajaran, realisme simulasi virtual, sarana dan prasarana penyelenggaraan simulasi virtual serta impresi terhadap simulasi virtual. Pada tema netralisme didapatkan satu subtema berupa familiaritas mahasiswa terhadap simulasi virtual. Kesimpulan Persepsi mahasiswa kedokteran terhadap simulasi virtual, baik berbasis web dan berbasis gamifikasi dalam pembelajaran penggunaan obat rasional (POR), bervariasi. Meskipun begitu, optimisme terhadap manfaat teknologi tersebut besar. Dengan implementasi H5P dan pesatnya perkembangan teknologi, simulasi virtual berpotensi untuk diterapkan ke depannya dalam pendidikan kedokteran, khususnya pembelajaran POR.

Introduction The COVID-19 pandemic has caused major changes in medical education, with the introduction of various online learning methods, including virtual simulations and gamification. The use of these two methods is said to be quite good in improving learning on various topics. This innovation also appears to increase learning success, such as in rational drug use learning (RDU). This research aims as an initial assessment to describe FMUI pre-clinical students' perceptions of online learning using web-based virtual simulations and gamification which will later become the basis for designing RDU learning. Method This research was carried out by distributing an online survey with consecutive sampling. Data collection took place from August–December 2022. Data analysis used NVIVO 12 qualitatively with thematic analysis. Results Based on the results of the thematic analysis of 280 FMUI pre-clinical students, three major themes were obtained, namely optimism, pessimism and neutrality in perceptions of web-based virtual simulations and gamification. Optimism includes positive perceptions of the virtual simulation, while pessimism includes negative perceptions. There are subthemes in each theme, such as the usefulness of virtual simulations, learning output, student motivation, learning characteristics, realism of virtual simulations, facilities and infrastructure for organizing virtual simulations and impressions of virtual simulations. In the theme of neutralism, one sub-theme was found in the form of students' familiarity with virtual simulations Conclusion Medical students' perceptions of virtual simulations, both web-based and gamification-based in learning rational drug use (POR), vary. Even so, there is great optimism regarding the benefits of this technology. With the implementation of H5P and the rapid development of technology, virtual simulation has the potential to be applied in the future in medical education, especially POR learning."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima E. Delta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Prokrastinasi Akademis dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Prokrastinasi akademis adalah suatu perilaku menunda untuk memulai atau menyelesaikan suatu tugas dalam konteks akademis (Ferrari, 1995). Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto field study. Prokrastinasi Akademis diukur dengan skala Prokrastinasi Akademis yang terdiri dari 20 item (a= .833). Motivasi Berprestasi diukur dengan Skala Motivasi Berprestasi yang terdiri dari 30 item (a = .833).
Hasil penelitian pada 57 orang mahasiswa (41 perempuan, 16 laki-laki) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan rentang angkatan 2003, 2004, 2005, 2006 dengan korelasi pearson menunjukkan hubungan yang signifikan secara negatif antara prokrastinasi akademis dengan motivasi berprestasi (r = - .382**,p<.01) yang berarti semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademisnya maka akan semakin rendah motivasi berprestasi. Sementara dengan menggunakan analisa regresi dengan metode stepwise, ditemukan bahwa dimensi tangguh dari motivasi berprestasi paling mempengaruhi prokrastinasi akademis (0.518, p=.000<.05).
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk mengambil sampel yang lebih luas, tidak hanya di Fakultas Psikologi, namun juga di Fakultas/Jurusan lainnya. Kemudian dapat dikombinasikan dengan metode wawancara agar hasil penelitian lebih optimal.

Purpose of this study is to find out the correlation between Academic Procrastination with Achievement Motivation at Student College in Faculty Psychology University of Indonesia. Academic procrastination can define as delaying behavior to start or to finished tasks in context academic. (Ferrari, 1995). This study are constitute of ex post facto field study. Using correlation pearson and regresi analyse for statistic method. Academic Procrastination measured by Academic Procrastination scale, that consist of 20 item with (a= .833). Furthermore, Achivement motivation measure by Achivement Motivation Scale, that consist of 30 item with (a = .833).
Result of this study at 57 university student (41 women, 16 men) at Faculty of Psychology University Indonesia with distance lift 2003, 2004, 2005, 2006 . Statistical correlation pearson show significan correlation negatively between academic procrastination with achievement motivation (r = - .382**,p<.01) which mean, more and more score of academic procrastination, then so get lower the score of achievement motivation. Meanwhile, using analyse regresion with stepwise method. This study findout that dimension sturdy of achivement motivation is the most have great influence to academic procrastination (0.518, p=.000<.05).
Basic on result, suggest to take sample more widely, not only in Faculty of Psychology but at other Faculty. Also, can combine with interview methode for optimal and enrichment result.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiya Zhafirah Wahyuningtyas
"Perilaku prokrastinasi akademik umum terjadi pada mahasiswa, diperkirakan sebanyak 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik. Maka dari itu, penting untuk diteliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berkaitan agar dapat menambah pengetahuan dalam rangka menangani prokrastinasi akademik. Penelitian korelasional ini bertujuan untuk mengonfirmasi kemungkinan peran coping adaptif sebagai mediator dalam hubungan antara conscientiousness dan prokrastinasi akademik, yang hingga saat ini belum diteliti pada mahasiswa Indonesia. Penelitian korelasional ini dilakukan dengan pengumpulan data yang menggunakan kuesioner daring. Semua alat ukur yang digunakan telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia, yaitu Academic Procrastination Scale (Dzakiah & Widyasari, 2021) untuk mengukur prokrastinasi akademik, IPIP-BFM 50 (Akhtar & Azwar, 2019) untuk mengukur conscientiousness, dan COPE (Widiastari & Suwartono, 2021) untuk mengukur coping adaptif. Sebanyak 238 mahasiswa S1 usia 18-25 dari berbagai daerah berpartisipasi dalam mengisi kuesioner. Berdasarkan analisis regresi berganda ditemukan bahwa semakin tinggi conscientiousness dan coping adaptif maka semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik individu. Akan tetapi, coping adaptif tidak memediasi hubungan conscientiousness dalam memprediksi prokrastinasi akademik. Conscientiousness merupakan faktor yang kuat dalam memprediksi prokrastinasi akademik.

Academic procrastination behavior is common among students, it is estimated that as many as 70% of students do academic procrastination. Therefore, it is important to investigate further about the related factors in order to increase knowledge in dealing with academic procrastination. This correlational study aims to confirm the possible role of adaptive coping as a mediator in the relationship between conscientiousness and academic procrastination, which has not been studied in Indonesian students until now. Data was collected using an online questionnaire. All instruments already adapted to Bahasa Indonesia, namely the Academic Procrastination Scale (Dzakiah & Widyasari, 2021) to measure academic procrastination, IPIP-BFM 50 (Akhtar & Azwar, 2019) to measure conscientiousness, and COPE (Widiastari & Suwartono, 2021) to measure adaptive coping. A total of 238 respondents which are undergraduate students aged 18 - 25 participated in completing the online questionnaire. Based on multiple regression analysis, it was found that the higher the conscientiousness and adaptive coping in someone, the lower the level of academic procrastination they have. However, adaptive coping does not mediate the relationship of conscientiousness in predicting academic procrastination. Conscientiousness is a strong factor in predicting academic procrastination."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Lathifah Tyas Utami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara strategi koping dan distres psikologis pada mahasiswa FKUI. Penelitian terkait dengan strategi koping serta distres psikologis masih sedikit dibahas pada mahasiswa kedokteran di Indonesia. Hal ini penting untuk diteliti mengingingat banyaknya kompetensi yang harus dipenuhi oleh mahasiswa kedokteran dan dapat menimbulkan stres pada diri mereka. Jika tidak ditangani dengan baik, maka hal tersebut mampu memunculkan distres pada diri individu yang kemudian dapat menghambat pendidikannya. Sebanyak 187 partisipan yang merupakan mahasiswa FKUI mengisi alat ukur Kuesioner Kesehatan Umum untuk mengukur tingkat distres psikologis, dan The Brief COPE untuk mengukur strategi koping. Pengolahan data dilakukan menggunakan teknik statistik pearson correlation menunjukkan tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara strategi coping dengan distres psikologis dengan nilai korelasi yaitu r = 0,035 dan p = 0,637 two tailed. Tidak terdapat korelasi negatif yang signifikan antara jenis koping problem-focused coping dengan distres psikologis, kemudian distres psikologis dan emotion-focused coping juga ditemukan tidak berkorelasi positif secara signifikan. Artinya, semakin tinggi tingkat penggunaan problem-focused coping individu maka semakin tinggi pula tingkat distres psikologis individu tersebut. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara distres psikologis dengan adaptive coping, dan begitu pula pada distres psikologis dan maladaptive coping. Semakin tinggi tingkat penggunaan maladaptive coping maupun adaptive coping maka akan semakin rendah tingkat distres psikologis yang dialami. Namun jika dilihat dari korelasinya maka individu yang menggunakan strategi maladaptive coping memiliki distres psikologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang menggunakan strategi adaptive coping.

Indonesian medical students are very prone to stress because of the high standards of competencies that they must fulfill in order to become future doctors. This puts the individuals at risk of further distress that might eventually become a barrier for their education. A lot of research under the topic of psychological distress have not yet focused on Indonesian medical students particular condition. Therefore, it is urgent to dig deeper upon the problem in this current research.This research aims to unravel the relationship between coping strategy and psychological distress in medical students in University of Indonesia. As much as 187 medical students from University of Indonesia participated in the study. They completed a questionnaire on general health Kuesioner Kesehatan Umum in order to measure their level of psychological distress and the Brief COPE to measure their coping strategy.The final data were produced by using Pearson correlation statistics, which showed that there was no significant positive correlation between coping strategy and psychological distress, with r 0,035 and p 0,637 two tailed. There was no signicificant negative correlation between problem focused coping and psychological distress. Furthermore, the positive correlation between psychological distress and emotion focused coping was also found to be insignificant. This means that the more a person uses problem focused coping strategy, the higher the psychological distress level that the person has. There were, however, a significant negative correlation between psychological distress and adaptive coping, and also between psychological distress and maladaptive coping. Both the users of adaptive coping and maladaptive coping seem to have lower levels of psychological distress. However, judging from the correlation, individuals who use maladaptive coping strategy actually have higher levels of psychological distress compared to their counterparts who use adaptive coping.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Adyaksa Bagaskara
"Perubahan metode pembelajaran pada mahasiswa dari tatap muka menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat mengakibatkan berbagai masalah pada mahasiswa, antara lain masalah academic burnout yang ditandai oleh kondisi kelelahan fisik, perilaku sinis yang ditandai dengan menurunnya motivasi, dan kurangnya efikasi diri yang disebabkan oleh banyaknya tuntutan akademik (Schaufeli et al., 2002). Salah satu faktor yang dapat memengaruhi academic burnout mahasiswa adalah perilaku prokrastinasi akademik. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara prokrastinasi akademik dan academic burnout di situasi PJJ selama pandemi Covid-19. Pengukuran academic burnout dilakukan dengan menggunakan Maslach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS), sedangkan pengukuran prokrastinasi akademik dilakukan dengan menggunakan Academic Procrastination Scale-Short Form (APS-S). Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (N=201; perempuan = 82.6%). Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara prokrastinasi akademik dan academic burnout pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia r(201)= .19, p < 0.01. Kemudian, terdapat hubungan yang signifkan antara prokrastinasi akademik dan dimensi academic burnout yaitu exhaustion r(201) = .35, p < 0.01, cynicism r(201) = .36, p < 0.01, dan academic inefficacy r(201) = .46, p < 0.01. Temuan penelitian ini memberi masukan bahwa perilaku prokrastinasi akademik berhubungan dengan adanya kecenderungan academic burnout mahasiswa.

Changes in learning methods for students from offline to distance learning (PJJ) can cause various problems for students, including academic burnout which are characterized by physical exhaustion, cynical behavior marked by decreased motivation, and lack of self-efficacy caused by academic demands (Schaufeli et al., 2002). One factor that can influence student academic burnout is academic procrastination. This study wants to examine the relationship between academic procrastination and academic burnout during the PJJ situation. Measurement of academic burnout was carried out using Maslach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS), whereas measurement of academic procrastination was carried out using Academic Procrastination Scale-Short Form (APS-S). The participants of this study were students of the Faculty of Psychology, University of Indonesia (N=201; female = 82.6%). Pearson Correlation analysis shows that there is a significant positive correlation between academic procrastination and academic burnout r(201)= .19, p < 0.01. Furthermore, there is a significant correlation between academic procrastination and the dimensions of academic burnout, namely exhaustion r(201) = .35, p < 0.01, cynicism r(201) = .36, p < 0.01, and academic inefficacy r(201) = .46 , p < 0.01. Findings of this study provide input that academic procrastination is related to the tendency of academic burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>