Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Situmorang, Gabriella Putrijoys
"Ekstrak plasenta sapi mengandung banyak hormon pertumbuhan dan asam amino yang dapat merangsang perkembangan folikel rambut sehingga berpotensi untuk dijadikan sediaan yang memiliki efek sebagai penumbuh rambut. Tonik dan serum rambut merupakan dua bentuk sediaan kosmetik rambut yang umum di pasaran. Konsentrasi zat aktif yang tinggi dalam serum ditujukan untuk meningkatkan kadar obat yang dapat tersuplai ke kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sediaan mana yang memberikan hasil stabilitas fisik dan uji penetrasi paling optimum diantara bentuk sediaan tonik rambut dan serum rambut. Pada penelitian ini dibuat variasi konsentrasi ekstrak plasenta dalam tonik dan serum rambut yaitu F1 (tonik 5%), F2 (tonik 10%), F3 (serum 5%), dan F4 (serum 10%). Pengujian yang dilakukan meliputi uji organoleptis, pH, homogenitas, bobot jenis, daya sebar, viskositas, stabilitas fisik, dan kemampuan penetrasi menggunakan sel difusi Franz. Hasil penelitian menunjukkan keempat formula stabil secara fisik selama penyimpanan selama 8 minggu dan berdasarkan hasil uji penetrasi selama 6 jam, persentase protein yang terpenetrasi pada F1 sebesar 41,745±0,260%, F2 sebesar 52,263±8,131%, F3 sebesar 38,512±9,618%, dan F4 sebesar 30,557±0,040%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa profil penetrasi paling baik yaitu pada Formula 2 yang merupakan sediaan tonik rambut ekstrak plasenta sapi dengan konsentrasi ekstrak plasenta sebesar 10%. Secara keseluruhan, sediaan tonik rambut ekstrak plasenta sapi memiliki kemampuan terpenetrasi yang lebih baik dibandingkan sediaan serum rambut.

Bovine placenta extract is rich in growth hormones and amino acids that can stimulate the development of hair follicles so that it has the potential to be formulated as a product that has the effect of hair growth. Hair tonic and hair serum are two common dosage forms of hair cosmetics on the market. The high concentration of active substances in serum is intended to increase the level of drugs that can be supplied to the skin. This study aims to determine which dosage form provides the most optimum physical stability and penetration test results among hair tonic and hair serum dosage forms. variations of placenta extract concentration in hair tonic and serum were made, namely F1 (5% tonic), F2 (10% tonic), F3 (5% serum), and F4 (10% serum). The tests for each formulation included organoleptic, pH, homogeneity, density, spreadability, viscosity, physical stability, and penetration ability using Franz diffusion cell. The results showed that the four formulas were physically stable during storage for 8 weeks and based on the penetration test results for 6 hours, the percentage of protein penetrated in F1 was 41.745 ± 0.260%, F2 was 52.263 ± 8.131%, F3 was 38.512 ± 9.618%, and F4 was 30.557 ± 0.040%. Based on these results, it can be concluded that the best penetration profile is in Formula 2, which is a bovine placenta extract hair tonic preparation with a placenta extract concentration of 10%. Overall, the bovine placenta extract hair tonic has a better penetrating ability than the hair serum."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Illastria Rosalina
"Ekstrak plasenta mengandung berbagai zat bioaktif dan terbukti memiliki beberapa efek farmakologi diantaranya sebagai penumbuh rambut. Ekstrak plasenta bersifat hidrofilik, sehingga memiliki kemampuan penetrasi melalui kulit yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efek penumbuhan rambut dari ekstrak plasenta sapi dengan yang dienkapsulasi ke dalam vesikel novasom. Dibuat 8 formula novasom, dilakukan evaluasi untuk memilih formula optimal, selanjutnya, formula optimal terpilih digunakan untuk uji in vivo. Untuk mendapatkan formula optimum dibuat delapan formula dengan memvariasikan jenis surfaktan yakni Span 60 dan Span 80, jenis asam lemak yakni asam oleat dan asam stearat, serta rasio surfaktan terhadap asam lemak. Variabel terikat yang diuji meliputi efisiensi penjerapan (%EE), ukuran partikel, indeks polidispersitas (IPD), dan potensial zeta. Formula yang terdiri dari Span 60, kolesterol dan asam oleat dengan perbandingan 10:10:3 menunjukkan karakteristik optimal dengan ukuran partikel 155,0 nm; IPD 0,139; potensial zeta -63,73mV dan Efisiensi penjerapan 79,68%. Hasil uji dengan mikroskop elektron transmisi (TEM) dari novasom optimal menunjukkan nanovesikel berbentuk sferis, oligolamelar non-agregat. Novasom menunjukkan sifat elastis dan stabil selama penyimpanan 90 hari pada suhu 4oC. Studi in vivo menunjukkan bahwa novasom yang mengandung ekstrak plasenta memberikan efek pertumbuhan rambut yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak plasenta dalam liposom dan larutan minoksidil 2%.

Placenta extract contains numerous bioactive substances and has multiple pharmacological effects, including as a hair growth agent. Placenta extract is hydrophilic, so its ability to penetrate the epidermis is limited. This study aims to improve the hair-growing effect of bovine placenta extract (PE) by loading it into a novasome. Placental extract was formulated into eight novasome formulations, evaluated to determine the optimal formula, and then used for in vivotesting with the selected optimal formula. PE-loaded novasome was prepared by thin layer hydration method. By variying the type of surfactants, the type of free fatty acid (FFA), and the ratio of surfactants to FFA, eight novasome formulations were created. The resulting PE-loaded novasomes were characterized by entrapment efficiency, particle size, polydispersity index, and zeta potential. PE-loaded novasome composed of Span 60, cholesterol and oleic acid (10:10:3) demonstrated the most optimum characteristics with PS 155.0nm; PDI 0.139; ZP -63.73 and EE 79.68%. Transmission electron microscopy of the optimum novasome revealed non-aggregating oligo-lamellar nanovesicles. In addition, novasome showed ultra-deformable properties and good stability during 90 days storage at 4oC. A hair growth study in rats showed that the PE-loaded novasome demonstrated better hair-growing effect compared to PE-loaded liposome and minoxidil 2% solution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviati Panca Sari
"Rambut kepala yang tumbuh subur dan lebat mendukung penampilan seseorang. Bila mengalami kerontokan dan tidak segera diatasi dapat menyebabkan kebotakan. Saat ini telah dikembangkan bahan penyubur rambut yang berasal dari alam. Daun murbei yang telah lama dikenal sebagai bahan pencerah kulit untuk produk kosmetika, secara tradisional juga digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis aktivitas pertumbuhan rambut sediaan hair tonic ekstrak etanol daun murbei dan memperoleh sediaan hair tonic yang stabil dan aman. Hair tonic yang dibuat terdiri dari tiga kadar ekstrak etanol daun murbei, yaitu 4, 8, dan 16% (b/v). Cara pengujian aktivitas pertumbuhan rambut dengan mengoles sediaan pada punggung kelinci jantan galur New Zealand yang telah dibagi menjadi enam bagian perlakuan, yaitu kontrol normal, kontrol negatif (basis hair tonic), kontrol positif (minoksidil) dan ketiga sediaan tersebut. Pengukuran panjang rambut dilakukan pada hari ke-7, 14, 21, 28, 35, dan 42. Untuk ketebalan rambut diukur dengan Scanning Electron Microscope (SEM) pada minggu I dan VI, sedangkan kelebatan dan bobot rambut diukur pada minggu VI. Hasil analisis statistik menunjukkan kadar 4% dan 16% memiliki aktivitas yang setara dengan kontrol positif, sedangkan kadar 8% aktivitasnya lemah pada parameter kelebatan rambut. Sediaan hair tonic ekstrak etanol daun murbei yang dibuat bersifat stabil dalam penyimpanan. Untuk pengujian keamanan menggunakan metode Patch test dan HET-CAM. Hasilnya sediaan hair tonic yang dibuat aman digunakan untuk kulit dan sedikit iritan pada mata.

A person with lush and healthy hair has a looking good appearance. When hair are lost and were not treated, it can lead to baldness. Mulberry previously known as a skin lightening agent for cosmetic products, traditionally also used for hair growth. The purpose of this research is to analyze the activity of hair growth from hair tonic which contain ethanol extract of mulberry leaves and to obtain a stable and safe hair tonic product. Hair tonic from mulberry leaves was made into three concentration, they are 4, 8, and 16%. Activity of hair growth was tested by applying the product on the dorsal site of New Zealand male rabbits divided into six sections of treatment, namely normal, negative (base hair tonic), positive control (Minoxidil) and three concentrations. Hair length measurements performed on days 7th, 14th, 21st, 28th, 35th, and 42nd. Hair thickness was measured by Scanning Electron Microscope (SEM) at week 1st and 6th, while the hair density and weight were measured at weeks 6th. Statistical analysis showed that the concentration of 4% and 16% have an activity equivalent to the positive control, whereas the levels of 8% has weaker activity on density parameter. This hair tonic containing mulberry leaves extract are stable at storage. Skin safety test using Patch test was safe and HET-CAM methode showed mild eye irritation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T43164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlha
"Latar belakang: Alopesia androgenetik (AAG) adalah kebotakan rambut yang paling umum, ditandai dengan miniaturisasi progresif tanpa jaringan parut pada pria, akibat kerentanan terhadap hormon androgen. Penyakit ini terjadi secara multifaktorial, dari faktor genetik, lingkungan dan hormon androgen. Penyakit ini menyebabkan gangguan kosmetik yang mempengaruhi kualitas hidup dan rasa percaya diri. Hingga saat ini belum ada data mengenai kadar ferritin serum dan rambut pada pria dengan AAG yang dibandingkan dengan kelompok non-alopesia dan dikaitkan dengan densitas dan diameter rambut. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbedaan kadar feritin serum dan besi total rambut pada populasi AAG dan non-alopesia.

Metode: Penelitian ini merupakan suatu studi analitik observasional potong lintang antara dua kelompok. 33 pria dengan diagnosis alopesia androgenetik dan 33 pria tanpa alopesia androgenetik diikutsertakan dalam penelitian ini. Diagnosis alopesia androgenetik ditegakkan secara klinis. Kadar feritin serum dan total besi rambut pasien dibandingkan antara dua kelompok dan dikorelasikan dengan dengan diameter dan densitas rambut.

Hasil: Sebanyak 66 SP mengikuti penelitian dengan median usia 37-38 tahun. Feritin serum dan besi total rambut pada kelompok alopesia androgenetik lebih tinggi dibandingkan kelompok non-alopesia. Median 232 ng/mL, dan 222 ng/mL,  Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p = 0,758). Kadar besi total pada kelompok AAG lebih rendah dibandingkan non-alopesia. (22,65 ng/mL dan 39,67 ng/mL, p= 0,102). Terdapat korelasi positif lemah pada kelompok alopesia androgenetik derajat < 4 terhadap diameter rambut.

Kesimpulan: Kadar serum feritin dan besi total rambut pada pria non-alopesia lebih tinggi dibandingkan pria dengan alopesia androgenetik, namun tidak bermakna secara statistik.


Background: Androgenetic alopecia (AGA) is the most common nonscarring hair loss disorder in men due to susceptibility to testosterone. AGA is amultifactorial disease, due to genetic, hormonal and environmental influence. AGA causes cosmetic disturbances that affects confidence and quality of life. In women, it has been proven correlation between low ferritin serum and AGA occurrences, however not many studies have proven likewise in men. Till now, not many data provides sufficient correlation between ferritin levels and hair iron concentration in men with control group, associated with hair diameter and density. This study aims to compare the differences of serum ferritin and hair iron content between two populations.

Method: This is a cross-sectional analysis of two groups, 33 AGA men and 33 men without AGA were included in this study. Serum ferritin and hair level of iron were measured. Diagnosis of AGA was made clinically. Difference of serum ferritin and hair level of iron was analyzed and correlated with hair diameter and density.

Result: 66 men were included in this study. Median age was 37-38 year-old. Ferritin serum (232 ng/mL) and hair iron (39,67 ng/mL) was slightly higher in control group as compared to alopecia androgenetic group (ferritin 222 ng/mL and hair iron 22,65 ng/mL), but there was no statistically significant result (p = 0,758 and p = 0,102). Hair iron level correlates weakly positive with hair diameter in subgroup analysis.

Conclusion: Serum ferritin and hair iron level in non-alopecia population is higher compared to alopecia androgenetic men, but statistically insignificant"

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Ratna Wiyanti
"Berdasarkan penelitian sebelumnya, ekstrak teh hijau dalam bentuk mikroemulsi dengan konsentrasi 2,5, 5, dan 7,5% memiliki aktivitas sebagai penumbuh rambut. Mikroemulsi tersebut menunjukkan hasil akhir sediaan berwarna gelap (keruh), untuk memperoleh sediaan yang lebih baik secara estetika dibuat mikroemulsi penumbuh rambut dengan ekstrak teh putih tanpa klorofil dengan teh hijau sebagai pembanding. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi 7,5% memiliki aktivitas yang paling baik sehingga dipilih pada penelitian ini untuk ekstrak teh putih maupun teh hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sediaan mikroemulsi ekstrak teh putih yang lebih baik secara estetika, kemudian diuji kestabilan fisik, keamanan, dan efek terhadap pertumbuhan rambut. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan dua metode yaitu cycling test dan penyimpanan pada tiga suhu yang berbeda: (4±2°C), (28±2°C), dan (40±2°C). Uji keamanan sediaan dilakukan pada lengan atas bagian dalam dari 9 subjek manusia. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan mikroemulsi pada punggung kelinci jantan putih galur New Zealand White dan diukur panjang rambut pada hari ke-7 dan 14. Pada hari ke-21 dilakukan pengukuran panjang dan bobot rambut. Hasil akhir menunjukkan bahwa sediaan stabil secara fisik, aman digunakan, dan mikroemulsi teh hijau konsentrasi 7,5 memiliki aktivitas penumbuh rambut yang lebih baik daripada mikroemulsi teh putih 7,5%.

Based on the previous researches, it was proven that microemulsions contain green tea extracts with concentration 2.5, 5, and 7.5% are able to affect hair growth. The microemulsions are visibly bad, shown black form, so to formulate a better form, preparations in microemulsions were made with white tea extracts without chlorophyll and green tea as comparison. On the previous research it is proven that 7,5% was the best consentration to trigger hair growth, so this concentration were used in this research for both white tea and green tea extract. The purpose of this research was to formulate better form of microemulsions from the extracts of white tea and to test its physical stability, the possibility of irritation, and the hair growth activity. Physical stability tests were performed using two methods which are cycling test and keeping in three different temperatures: (4±2°C), (28±2°C), and (40±2°C). Also, irritation test was carried out towards 9 volunteers upon their upper hands. The hair growth activity was executed by placing the microemulsions on the back of some white male rabbit from New Zealand White Strain. The hair growth then measured on the 7thday and 14thday, meanwhile, the measurement of hair length and the total weight of hair amount were done on day 21. At the very end the result shown that the microemulsions were physically stable in any temperature, safe, and microemulsions that contains green tea extracts 7,5% has shown better result compares to white tea
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Futty Dewi Nuzulia Famini
"Daun waru merupakan tanaman yang memiliki aktivitas pertumbuhan rambut. Pada penelitian ini, sediaan mikroemulsi yang dibuat mengandung 7,5% ekstrak daun waru dengan klorofil dan tanpa klorofil. Penghilangan klorofil pada daun waru diharapkan dapat meningkatkan estetika sediaan, akan tetapi dalam penelitian ini sediaan mikroemulsi ekstrak daun waru dengan klorofil maupun tanpa klorofil memiliki warna sediaan yang sama. Uji stabilitas fisik kedua formula dilakukan dengan metode cycling test, uji sentrifugasi, dan penyimpanan pada tiga suhu yang berbeda: suhu rendah (4±2oC), suhu kamar (28±2oC), dan suhu tinggi (40±2oC). Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan pada kelinci jantan putih dengan pengukuran panjang rambut pada hari ke-7, 14, dan 21, dan penimbangan bobot rambut pada hari ke-21. Uji keamanan dilakukan pada lengan dalam bagian atas sukarelawan. Uji stabilitas fisik menghasilkan kedua formula stabil. Sediaan mikroemulsi ekstrak daun waru dengan klorofil konsentrasi 7,5% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut paling besar. Semua formula mikroemulsi tidak menimbulkan efek iritasi.

Hibiscus tiliaceus, Linn. leaves are a plant having affect on hair growth. In this research, the microemulsion preparations are made containing 7.5% extracts Hibiscus tiliaceus, L. leaves with chlorophyll and without chlorophyll. The removal of chlorophyll in the Hibiscus tiliaceus, L. leaves is expected to improve the aesthetics of the preparation, but in this research the microemulsion contains extracts Hibiscus tiliaceus, L. leaves with and without chlorophyll has the same color preparations. Physical stability test are performed using methods cycling test, centrifugation test, and keeping in three different temperatures: low temperature (4 ± 2°C), room temperature (28 ± 2°C) and high temperature (40 ± 2°C). The hair growth activity is executed on some white male rabbits were by hair length measurements on day 7, 14, and 21, and total weights of hair on day 21. Irritation test is done on the upper hands volunteers. Physical stability test has resulted both of formulas was stable. The microemulsion contains extracts Hibiscus tiliaceus, L. leaves with chlorophyll in concentration of 7.5% has the greatest hair growth activity. All of the microemulsion formulas do not cause irritation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Indriwinarni
"ABSTRAK
Ekstrak daun waru (Hibiscus tiliaceus Linn.) secara empiris telah dikenal sebagai tanaman penyubur rambut dan mencegah kerontokan rambut. Pada penelitian ini, 1%, 2% dan 3% (%b/b) ekstrak daun waru diformulasikan dalam sediaan gel karena lebih mudah dibersihkan dan tidak lengket dalam penggunaannya dibandingkan salep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah formulasi gel tersebut memiliki stabilitas fisik, aktivitas pertumbuhan rambut dan aman untuk digunakan. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan pengamatan gel yang disimpan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4±2°C), suhu kamar (28±2°C), suhu tinggi (40±2°C) dan cycling test. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan mengoleskan sediaan gel pada punggung tikus dan diukur panjang rambut pada hari ke-7 dan 14. Pada hari ke-21 dilakukan pengukuran panjang dan bobot rambut. Keamanan sediaan gel tersebut dilakukan dengan melakukan uji iritasi pada lengan atas bagian dalam manusia. Hasil penelitian menunjukkan kestabilan fisik pada penyimpanan suhu kamar (28±2°C), suhu rendah (4±2°C) dan cycling test. Selain itu, sediaan gel dengan kandungan ekstrak daun waru 3% memiliki aktivitas pertumbuhan rambut yang paling besar, sedangkan uji iritasi menunjukkan seluruh sediaan gel ekstrak daun waru tidak menimbulkan efek iritasi.

ABSTRACT
Waru leaves extract is widely used for hair growth and prevent of hair fall. In this research, 1%, 2% and 3% (%w/w) waru leaves extract were formulated in gel because it due to easier to clean and not sticky like ointment. This research was intended to figure out whether the gel had physical stability, hair growth activity and safe to use. The physical stability test including the storage at low temperature (4±2°C), room temperature (28±2°C), high temperature (40±2°C) and cycling test. The hair growth activity test was conducted by applying the gel on mice?s dorsal and the length measured on day 7 and 14. On the 21 th day, the length and weight of hair were measured. The safety of realted was tested by implemanting irritation test on human?s forearm. This research resulted that shown waru leaves gel 1%, 2% and 3% have physical stability with storage at low temperature (4±2°C), room temperature (28±2°C) and cycling test. Beside that, 3% concentration of waru leaves gel showed the best hair growth activity, while all kinds of gel were save to used. "
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S934
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Febriani
"ABSTRAK
Kerontokan rambut yang sering diakhiri kebotakan merupakan problema estetis
yang sangat dikhawatirkan setiap orang. Daun dan bunga kembang sepatu telah
diakui memiliki aktivitas pertumbuhan rambut berdasarkan penggunaan
tradisional. Pada penelitian ini, 2,5%, 5% dan 10% ekstrak daun kembang sepatu
diformulasikan dalam bentuk hair tonic karena penggunaannya lebih mudah dan
tidak lengket seperti sediaan semisolid. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui aktivitas pertumbuhan rambut ektrak etanol daun kembang sepatu
stabilitas fisik dan keamanannya. Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan
dengan mengoleskan sediaan hair tonic pada punggung kelinci dan diukur
panjang rambut, ketebalan rambut (diameter rambut), kelebatan rambut (bobot
rambut) dan kepadatan rambut (densitas rambut). Uji stabilitas fisik dilakukan
pada penyimpanan suhu rendah (4oC±2oC), suhu ruang (25oC±2oC) dan suhu
tinggi (40oC±2oC) serta cycling test. Uji keamanan dilakukan dengan uji iritasi
mata dengan metode HET-CAM dan uji iritasi kulit dengan metode patch test.
Hasil menunjukkan bahwa sediaan hair tonic ekstrak daun kembang sepatu 10%
memiliki aktivitas pertumbuhan rambut yang lebih baik dibandingkan kontrol
positif minoksidil 2%. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan sediaan hair tonic
ekstrak daun kembang sepatu memiliki stabilitas fisik yang baik. Dari hasil uji
keamanan iritasi kulit tidak terjadi iritasi, sedangkan hasil uji iritasi mata
menunjukkan sediaan mengiritasi mata.

ABSTRACT
Hair loss is often terminated to alopecia is a very aesthetic problems of everyone
feared. Leaves and hibiscus flowers have been recognized to have hair growth
activity based on traditional use. In this study, 2.5%, 5% and 10% of hibiscus leaf
extract in the form of hair tonic formulated for use easier and not sticky like
semisolid dosage. The purpose of this study was to determine the activity of the
ethanol extract of hair growth hibiscus leaves, physical stability and safety. Hair
growth activity test carried out by applying hair tonic on the rabbit's back and
measured hair length, hair thickness, hair weight and hair density. Physical
stability test performed at low temperature storage (4 °C ± 2 °C), room
temperature (25 ° C ± 2 ° C) and high temperature (40 ° C ± 2 ° C) as well as the
cycling test. Safety test was done by eye irritation test with HET-CAM method
and skin irritation test with patch test method. The results showed that extract of
hibiscus leaf hair tonic 10% have hair growth activity better than the positive
control minoxidil 2%. Physical stability test showed extract of hibiscus leaf hair
tonic has good physical stability. From the results of safety test showed there’s no
skin irritation, meanwhile eye irritation test show that extrac of hibiscus leaf hair
tonic irritating to the eyes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T42038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peppy Fourina
"Latar belakang: Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim yang besar.
Hijab dipakai oleh banyak wanita di Indonesia, sedangkan hijab berpotensi mengurangi
serapan sinar matahari di kulit yang memengaruhi sintesis vitamin D. Beberapa
penelitian telah mengaitkan defisiensi kadar 25-hydroxyvitamin D serum dengan
kerontokan rambut, tetapi tidak pernah dilakukan pada kelompok perempuan berhijab.
Tujuan: Mengetahui hubungan kadar 25-hydroxyvitamin D serum dengan kerontokan
rambut pada perempuan dewasa usia subur berhijab (H) dan tidak berhijab (TH).
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan sepanjang bulan November 2019
hingga Maret 2020. Data terkait pemakaian hijab, kerontokan rambut, skor pajanan
sinar matahari, jumlah rambut rontok harian, hair pull test, dan kadar 25-
hydroxyvitamin D serum dievaluasi pada masing-masing 30 subjek berhijab dan tidak
berhijab yang tidak menderita penyakit sistemik maupun kejiwaan.
Hasil: Median kadar 25-hydroxyvitamin D serum pada kelompok H adalah 8,70 (6,13-
34,10) ng/mL dan mean kadarnya pada kelompok TH adalah 16,70 6,30 ng/mL.
Median jumlah rambut rontok harian pada kelompok H adalah 28,62 (3,00-118,50) helai
dan pada kelompok TH adalah 18,25 (3,50-134,50) helai. Berdasarkan uji korelasi
Spearman, didapatkan koefisien korelasi r = -0,190 pada kelompok H (p = 0,315), dan r
= 0,193 pada kelompok TH (p = 0,308).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan kadar 25-hydroxyvitamin D serum dengan
kerontokan rambut baik pada perempuan dewasa usia subur berhijab maupun tidak
berhijab.

Background: Indonesia has a large muslim population. As hijab is considered
compulsory for most, wearing it may potentially reduce skin absorption of sunlight
which plays important role in vitamin D synthesis. Several studies had described
significant correlation between serum 25-hyroxyvitamin D level and hair loss, but never
specifically conducted in hijab wearing women.
Objective: To assess the correlation between serum 25-hydroxyvitamin D level and
hair loss in adult childbearing-age women who wear (H) and do not wear hijab (NH).
Methods: This cross-sectional study was conducted from November 2019 to March
2020. Data concerning hijab use, hair loss, sun exposure score, daily hair loss, hair pull
test, and serum 25-hydroxyvitamin D level were evaluated in 30 subjects of each group.
Results: The median level of serum 25-hydroxyvitamin D in the H group was 8,70
(6,13-34,10) ng/mL while the mean serum level in the NH group was 16,70 6,30
ng/mL. The median number of daily hair loss in the wearing hijab group was 28,62
(3,00-118,50) and in the not-wearing hijab group was 18,25 (3,50-134,50). Based on
Spearman’s correlation test, r = -0,190 in the H group (p = 0,315) and r = 0,193 in the
NH group (p = 0,308).
Conclusion: There was no significant correlation between serum 25-hydroxyvitamin D
level and hair loss in both groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Sri Kuncari
"Seledri telah dikenal luas mampu merangsang pertumbuhan rambut. Salah satu senyawa utama yang terkandung di dalam seledri adalah apigenin. Tesis ini membahas tentang aktivitas dan stabilitas gel yang mengandung apigenin dan perasan herba seledri terhadap pertumbuhan rambut tikus putih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar apigenin dalam perasan herba seledri dibandingkan dengan apigenin standar, menguji aktivitas dan stabilitas gel yang mengandung apigenin dan perasan herba seledri terhadap pertumbuhan rambut tikus putih dan uji iritasi. Metode yang digunakan adalah KLT-Densitometer, evaluasi gel, stabilitas fisik, uji iritasi dan aktivitas rambut.
Hasil KLT-Densitometer menunjukkan kadar apigenin dalam perasan seledri 0,65% dari apigenin standar. Gel yang mengandung apigenin dan perasan seledri menunjukkan aktivitas menambah panjang rambut lebih baik (p<0,05) dibandingkan kontrol normal tanpa perlakuan. Sedangkan untuk parameter menambah tebal rambut, apigenin terbukti lebih baik secara nyata (p<0,05) dibanding kontrol normal namun seledri tidak terbukti secara nyata (p>0,05). Gel apigenin dan perasan seledri menunjukkan stabil fisik pada penyimpanan 28±2 °C dan 40±2 °C, namun kurang stabil pada penyimpanan 4±2 °C selama 14 minggu. Berdasarkan indeks iritasi primer, keempat sediaan gel tidak menimbulkan iritasi pada kulit tikus putih. Dapat disimpulkan pemberian gel yang mengandung apigenin dan perasan herba seledri dapat memperpanjang rambut tikus putih bila dibandingkan dengan kontrol normal tanpa perlakuan apapun.

Celery (Apium graveolens L.) juice is widely used for promoting hair growth. One of the main compounds contained in celery is apigenin. This thesis discusses about the activity and stability of gel containing apigenin and celery juice as hair growth of male S-D mice. The purpose of this study was to quantify the levels of apigenin in the fresh celery juice compared with standard apigenin, to test the activity and stability of the gel containing apigenin and celery juice for hair growth of male S-D mice and irritation test. The method used were TLC-Densitometer, gel evaluation, physical stability, irritation test and hair growth activity.
Based on the result of the TLC-Densitometer, showed that apigenin in celery juice was 0,65% of standard apigenin. Gel containing apigenin and celery juice showed better in promoting hair growth (p<0,05) than control without treatment. Apigenin showed better activity (p<0,05) in increasing hair thickness as well than control without treatment. However treatment of celery juice did not significantly (p>0,05) increase hair thickness. Gel containing apigenin and celery juice showed good physical stability at 28±2 °C and 40±2 °C, but less stable at 4±2 °C for 14 weeks. Based on primary index irritation, all of four gel formulas did not cause skin irritation on the mice. It can be concluded that gel containing apigenin and celery juice may result in better hair growth promoting of mice compared to control without treatment.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T36018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>