Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126690 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Harimurti
"Sistem nanoemulsi ganda air-minyak-air (w/o/w) merupakan dispersi emulsi tunggal air-minyak (w/o) dalam air sebagai fasa eksternal. Beberapa tahun terakhir ini, sistem nanoemulsi ganda mulai banyak dikembangkan dalam industri nutrasetikal dengan mempertimbangkan keunggulannya dalam melindungi dan mengenkapsulasi senyawa bioaktif yang larut dalam air maupun dalam minyak, serta melepaskan dan menghantarkannya dalam sistem pencernaan tubuh. Pada penelitian ini dikembangkan suatu sistem nanoemulsi w/o/w yang dimuati oleh komponen bioaktif betasianin dari ekstrak naga merah dan kurkumin dari ekstrak temulawak yang memiliki kesamaan sifat fungsional sebagai antioksidan. Pemuatan senyawa hidrofilik dan hidrofobik secara bersamaan dalam sistem nanoemulsi w/o/w diharapkan lebih meningkatkan sifat fungsionalnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan nanoemulsi w/o/w yang stabil dan dapat menghantarkan betasianin sebagai senyawa bioaktif hidrofilik dan kurkumin sebagai senyawa bioaktif hidrofobik. Emulsifikasi dua tahap dilakukan dengan menggunakan tiga cara: ultraturrax – high pressure homogenizer (HPH), HPH - HPH, dan ultrasonic – HPH. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi emulsi w/o dan konsentrasi surfaktan Tween 80.
Nanoemulsi ganda yang dimuati ekstrak jahe dan ekstrak buah naga merah, dipreparasi menggunakan HPH–HPH dengan konsentrasi emulsi w/o 25% b/b dan Tween 80 2,2% b/b terpilih sebagai formula terbaik dengan karakteristik: diameter droplet 201 nm, PDI 0,17, potensial zeta -37 mV dan fasa minyak terpisah dari nanoemulsi 14% v/v. Nanoemulsi ekstrak jahe dan buah naga merah dengan konsentrasi kurkumin 7–121 µg/mL dan konsentrasi betasianin 4–7 µg/mL, memberikan nilai penangkap radikal bebas (IC50) 931–1179 µg/mL, efisiensi enkapsulasi kurkumin 88–97% dan betasianin 97–98%, serta bioaksesibilitas kurkumin 44–72% dan betasianin 35–65%.
Nanoemulsi ganda yang dimuati ekstrak temulawak dan ekstrak buah naga merah, dipreparasi menggunakan ultraturrax–HPH dengan konsentrasi emulsi w/o 15% b/b dan Tween 80 1,5% b/b merupakan formula terbaik dengan karakteristik: diameter droplet 189 nm, PDI 0,16, potensial zeta -32 mV dan fasa minyak terpisah dari nanoemulsi 5% v/v. Nanoemulsi ekstrak temulawak dan buah naga merah dengan konsentrasi kurkumin 807–2246 µg/mL dan konsentrasi betasianin 3–7 µg/mL, memeberikan IC50 908–1074 µg/mL, efisiensi enkapsulasi kurkumin 88–97% dan betasianin 97–98%, serta bioaksesibilitas kurkumin 44–72% dan betasianin 35–65%.
Konsentrasi senyawa kurkumin dalam ekstrak temulawak, ekstrak jahe dan betasianin dalam ekstrak buah naga merah berturut-turut adalah 32,3%, 1,9% dan 0,1% b/b. Berdasarkan nilai IC50, aktivitas ekstrak temulawak (92 µg/mL) lebih rendah dari vitamin C (4 µg/mL), dan lebih besar daripada ekstrak jahe (431 µg/mL) dan ekstrak buah naga merah (1504 µg/mL). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak temulawak dan ekstrak buah naga merah dengan konsentrasi senyawa bioaktif total rendah dalam nanoemulsi ganda w/o/w (0,2%–0,7% b/b), memberikan nilai IC50 9–12 kali lebih besar dari IC50 ekstrak temulawak dan buah naga merah dalam bentuk alami. Hasil uji toksisitas akut terhadap hewan mencit jantan dan betina menunjukkan bahwa nanoemulsi ganda ekstrak temulawak dan ekstrak buah naga merah tidak menyebabkan toksisitas akut yang berbahaya, sehingga nanoemulsi ganda ini aman dan berpotensi sebagai produk tengahan pangan fungsional.

The water-in-oil-in-water (w/o/w) double nanoemulsion system is a water-in-oil (w/o) single emulsion dispersion in an external water phase. In recent years, double nanoemulsion systems have been developed in the nutraceutical industry due to their advantages in protecting and encapsulating bioactive compounds that are soluble in water and in oil, as well as releasing and delivering them in the digestive system of the body. Water-in-oil-in-water nanoemulsion formulations loaded with bioactive compounds having antioxidant properties, betacyanin from red dragon fruit extract and curcumin from ginger extract, have been developed in this study. The simultaneous encapsulation of hydrophilic and hydrophobic bioactive compounds in a w/o/w nanoemulsion system is expected to further improve their functional properties.
The aim of this study was to obtain the most stable w/o/w nanoemulsion that could simultaneously encapsulate and deliver betacyanin and curcumin, a hydrophilic and a hydrophobic bioactive compound, respectively. The two-stage emulsification was carried out using three homogenization methods: ultraturrax–high pressure homogenizer (HPH), HPH–HPH, and ultrasonic–HPH. The independent variables in this study were the w/o emulsion concentration and the Tween 80 surfactant concentration.
The double nanoemulsion loaded with ginger extract and red dragon fruit extract prepared using the HPH–HPH method with a w/o emulsion concentration of 25% w/w and a Tween 80 concentration of 2% w/w was found to be the formulation with the least oil phase separation of 14% v/v. This nanoemulsion had a mean droplet diameter of 201 nm, PDI of 0.17, zeta potential of -37 mV, bioactive concentration of 72–121 µg/mL (curcumin) and 4–7 µg/mL (betacyanin), encapsulation efficiency of 88–97% (curcumin) and 97–98% (betacyanin), bioaccessibility of 44–72% (curcumin) and 35–65% (betacyanin), and, free radical scavenger value (IC50) value of 931–1179 µg/mL.
The double nanoemulsion loaded with temulawak extract and red dragon fruit extract prepared using the ultraturrax–HPH method with a w/o emulsion concentration of 15% w/w and a Tween 80 concentration of 1.5% w/w was found to be the the most stable formulation overall with oil phase separation of only 5% v/v. This double nanoemulsion had a mean droplet diameter of 189 nm, PDI of 0.16, zeta potential of -32 mV, bioactive concentration of 807–2246 µg/mL (curcumin) and 3–7 µg/mL (betacyanin), encapsulation efficiency of 88–97% (curcumin) and 97–98% (betacyanin), bioaccessibility of 44–72% (curcumin) and 35–65% (betacyanin), and, IC50 value of 908–1074 µg/mL.
The concentration of curcumin in ginger extract, ginger extract and betacyanin in red dragon fruit extract were 32.3%, 1.9% and 0.1% w/w, respectively. Based on the IC50 value, the activity of the temulawak extract (92 µg/mL) was higher than those of ginger extract (431 µg/mL) and red dragon fruit extract (1504 µg/mL), although it still lower than that of vitamin C (4 µg/mL). It can be concluded that ginger extract and red dragon fruit extract with a low total concentration of bioactive compounds in the double nanoemulsion (0.2%–0.7% w/w) gave IC50 value 9–12 times greater than the IC50 values of the extract in their natural form. The results of the in-vivo acute toxicity test on male and female mice showed that the double nanoemulsion of temulawak extract and red dragon fruit extract did not cause acute toxicity. Therefore, this double nanoemulsion is shown to safe and has the potential to be used as a functional food intermediate product.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsaabita Nabila Rifqa
"Penggunaan sediaan deksametason dan deksklorfeniramin maleat cukup tinggi. Namun, sediaan dalam bentuk cair memiliki stabilitas yang buruk. Hal ini penting untuk mengetahui beyond use date (BUD) atau batas waktu penggunaan pada sediaan tersebut untuk menjamin keamanan produk. Penelitian ini bertujuan menunjukkan kondisi analisis yang optimal dan menentukan BUD sirup deksametason dan deksklorfeniramin maleat dengan metode KCKT fase terbalik. Kondisi optimal untuk analisis dicapai pada kondisi isokratik menggunakan campuran air-asetonitril (30:70 v/v) sebagai fase gerak dengan panjang gelombang detektor 262 nm, laju alir fase gerak 1 mL/menit, dan volume injeksi sampel sebesar 20 μL, dan Waters® Spherisorb ODS2 C18 (250 × 4,6 mm, 5 μm) digunakan sebagai kolom. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menganalisis standar dan sampel yang disimpan pada suhu 30oC selama 39 hari. Penentuan BUD dalam sampel berdasarkan t90 dari semua sampel yang dianalisis. Waktu retensi untuk deksametason pada 21,153 menit dan deksklorfeniramin maleat pada 3,442 menit. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang linier dengan koefisien korelasi untuk deksametason dan dekklorfeniramin maleat masing-masing sebesar 0,9997 dan 0,9992. Hasil uji akurasi diperoleh sebesar 101,0193-101,5551% untuk deksametason dan 99,6533-101,1556% untuk deksklorfeniramin maleat dengan KV ≤2%. Serta, nilai LOD dan LOQ untuk deksametason sebesar 0,6824 dan 2,0678 μg/mL. Sedangkan, deksklorfeniramin memiliki nilai LOD dan LOQ adalah 4,8766 dan 14,7760 μg/mL. Metode ini sepenuhnya divalidasi sesuai dengan persyaratan pedoman ICH didapat BUD pada sampel A dan B berturut-turut adalah 6 hari dan 48 hari. Sedangkan, secara fisik, sediaan sirup mengalami penurunan intensitas warna dan bau selama masa penyimpanan.

The usage of dexamethasone (DXM) and dexchlorpheniramine maleate (DCM) dosage forms is quite high. However, preparations in liquid form have poor stability. It is important to know these preparations beyond use date (BUD) to ensure product safety. The study aims to show the optimal condition of analysis and determine the BUD of DXM-DCM syrup with RP-HPLC methods. The best separation of the analytes was achieved under isocratic conditions using water-acetonitrile (30:70) as mobile phase, detector wavelength of 262 nm, 1 mL/min of flow rate, 20 μL of injection volume, and Waters® Spherisorb ODS2 C18 (250 x 4,6 mm, 5 μm) column. The DXM-DCM were determined by analyzing the samples stored for 39 days (30oC). The determination of BUD is based on the t90. The retention time of DXM-DCM were 21,153 and 3,442 minutes. The analytical methods have shown a linear result r value for DXM-DCM with the amount of 0.9997 and 0.9992 respectively. The accuracy of this method had justified by the recovery of 101,0193-101,5551% for DXM and 99,6533-101,1556% for DCM with CV ≤2%. The LOD and LOQ for DXM were 0,6824 and 2,8766 μg/mL. Furthermore, DCM was detected with LOD value of 2,0678 μg/mL and LOD value of 14,7760 μg/mL. The method was fully validated according to the requirements of ICH guidelines. The results of BUD in samples A and B were 6 and 48 days. Meanwhile, as a result of physical stability, the syrup showed a decrease in color and odor intensity during the storage period."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Antonio Nathan Bulangan
"Flotasi merupakan suatu pemisahan zat atau unsur kimiawi pada partikel di dalam cairan/larutan memanfaatkan gelembung sebagai teknologi terbaharukan. Partikel yang bersifat hidrofilik karena pengaruh reagent akan berinteraksi pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan. Tidak hanya itu, agregat ini kemudian bergerak dengan vektor yang fluktuatif karena sifat gelembung yang bergolak dengan kacau. Pengaruh gelembung yang bergerak atau dinamis dari nozzle akan menghasilkan perubahan profil aliran di kisaran gelembung, sehingga agregat yang terletak, khususnya di bagian atas dan bawah gelembung akan terganggu oleh vortex di sekitar gelembung. Namun arah aliran dari fluida yang terbentuk dari vortex pada partikel dapat mengacaukan proses pelekatan partikel pada gelembung Dalam proses simulasi, nilai kecepatan aliran di bagian atas partikel berkisar antara 51.5 ? 54.2 mm/s dimana valid dengan kecepatan gelembung yang berkisar 35 ? 37 mm/s. Tidak hanya itu, arah vektor fluida yang ditunjukkan pada hasil simulasi menggunakan Computational Fluid Dynamic menunjukkan besarnya perilaku untuk partikel menggelinding (rolling), meluncur (sliding) atau bertumbuk (bouncing) ke arah samping baik kiri maupun kanan. Selain itu, bentuk partikel juga dapat merubah profil medan aliran kisaran gelembung sehingga pergerakan gelembung akan membentuk profil yang diakibatkan adanya partikel yang melekat pada gelembung.

Flotation is a separation of a substance or chemical elements in the particles in fluid / solution utilizing the bubble as renewable technologies. Particles hydrophilic due to the influence of reagent will interact on air bubbles and will carried to the surface of the solution. Not only that, the aggregate is then moved by the vector fluctuating due to the volatile nature of the chaotic bubbles. The influence of bubbles moving or dynamic of the nozzle will produce a change in the flow profile in the range of bubbles, so that the aggregate located, especially at the top and bottom of the bubble will be disturbed by the vortex around the bubble. But the direction of flow of the fluid formed of the vortex in the particle can disrupt the process of attachment of particles on the bubble in the simulation process, the value of the flow velocity at the top of the particles ranging between 51.5 - 54.2 mm / s where the bubbles are valid at speeds ranging from 35-37 mm / s. Not only that, the direction vector fluid shown in the simulation results using Computational Fluid Dynamic shows the behavior of the particles rolling (rolling), sliding (sliding) or fight (bounces) in the direction of either left or right side. In addition, particle shape as well can alter the flow field profile so that the range of movement of the bubbles will bubble forming a profile that caused the particles are attached to the bubble."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T45319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Kristianto
"ABSTRAK
Penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk masih sering terjadi di Indonesia, terutama demam berdarah dengue. Penggunaan minyak cengkeh yang dienkapsulasi berpotensi sebagai insektisida alami yang aman bagi penggunanya. Pemilihan kain sebagai media pengaplikasian, dikarenakan susunan serat kain yang sesuai, serta permukaan kain yang bersifat polar sehingga dapat dimodifikasi dengan TiO2 untuk menghadirkan kemampuan swabersih. Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk memperoleh loading optimum dari dopan CuO pada TiO2 sebagai upaya meningkatkan performa fotokatalis TiO2, serta mendapatkan kain dengan kemampuan swabersih dan antinyamuk yang optimum. Proses deposisi dopan dilakukan dengan metode Photo Assisted Deposition (PAD) yang dilanjutkan dengan kalsinasi. Karakterisasi yang dilakukan pada komposit CuO/TiO2 adalah SEM-EDX dan UV-Vis DRS, sementara karakterisasi yang dilakukan pada kain yang termodifikasi minyak cengkeh-CuO/TiO­2 adalah FTIR dan GC-FID. Uji kinerja yang dilakukan pada komposit CuO/TiO2 adalah degradasi metilen biru, serta uji kinerja swabersih terhadap lumpur dan kemampuan antinyamuk pada kain termodifikasi minyak cengkeh-CuO/TiO2. Hasil SEM menunjukkan bahwa jumlah agregat yang lebih banyak ditemukan sampel CuO/TiO2 dibandingkan TiO2. Kemudian, hasil UV-Vis DRS menunjukkan bahwa keberadaan dopan CuO dapat menurungkan band-gap energy. Hasil tersebut dibuktikan dengan meningkatnya aktivitas fotokatalitik pada sampel 3%CuO/TiO2 yang optimum dalam mendegradasi metilen biru mencapai 95% dalam waktu irradiasi 30 menit. Di sisi lain, sampel katun 38%MC-3%CuO/TiO2 memiliki persentase kemampuan swabersih sebesar 83% terhadap lumpur, karena keberadaan dopan CuO yang meningkatkan jumlah oxygen vacancies dan terdeteksinya ikatan Ti-O-Si pada karakterisasi FTIR sehingga kain yang termodifikasi semakin bersifat hidrofilik. Kemampuan antinyamuk yang optimum diperoleh pada sampel 38%MC-3%CuO/TiO2 dengan rata-rata jumlah nyamuk yang hinggap terkecil, yaitu 4, serta didukung oleh hasil GC-FID dan ikatan aromatik C=C pada FTIR yang menunjukkan adanya eugenol sebagai agen antinyamuk.

ABSTRACT
Diseases that are caused by the mosquito as the vector still often happens in Indonesia, especially dengue hemorrhagic fever. The application of encapsulated clove oil is potentially becoming a natural insecticide without any negative side effects. This research chose cotton fabric as application media due to the suitable fiber structure and the polarity of fabric surface which can be developed by TiO2 to produce self-cleaning properties. The purposes of the research are to get the optimum loading of CuO on TiO­2 to improve photocatalytic performance and producing cotton fabric with optimum self-cleaning and anti-mosquito performances. The dopant deposition process is carried out using the Photo Assisted Deposition (PAD) method, followed by calcination. Characterizations of CuO/TiO2 composite are SEM-EDX and UV-Vis DRS, while on modified cotton by clove oil-CuO/TiO2 composite are FTIR and GC-FID. The performance tests that have been done are degradation organic compound which is modeled by methylene blue for CuO/TiO2 composite and self-cleaning performance test using sludge and anti-mosquito performance for modified cotton with clove oil-CuO/TiO2 composite. SEM results show the morphological differences between CuO/TiO2 and TiO2 are the amount of aggregate, which CuO/TiO2 has higher amount of aggregate. Then, UV-Vis DRS shows the presence of dopant CuO can lower band-gap energy. The result is also confirmed by the increased photocatalytic activity in 3%CuO/TiO2 sample which is optimum in degrading methylene blue reaching 95% in 30 minutes irradiation. This is also in line with the results of the performance of self-cleaning to sludge with a percentage of self-cleaning ability by 83% for cotton 38%MC-3%CuO/TiO2 sample because the existence of CuO dopant which increases the number of oxygen vacancies and Ti-O-Si bond is detected using FTIR, so the modified fabric is increasingly hydrophilic. The optimum anti-mosquito performance is obtained in cotton 38%MC-3%CuO/TiO2 sample with the smallest average of mosquitoes perched at amount of 4, and supported by GC-FID results and aromatic C=C bond in FTIR results that confirm the existence of eugenol as an anti-mosquito agent."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Epin Yunanta
"Rabeprazol merupakan obat golongan penghambat pompa proton yang digunakan untuk pengobatan refluks gastroesophageal. Konsentrasinya sangat kecil dalam plasma sehingga diperlukan metode analisis yang sensitif, selektif, dan akurat. Pada penelitian ini, dilakukan optimasi dan validasi metode analisis rabeprazol dalam plasma in vitro menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi UV-Vis dengan pantoprazol sebagai baku dalam. Pemisahan menggunakan kolom Kromasil® C18, 100-5, (4,6 × 250 mm, 5 μm) dengan fase gerak isokratik yang terdiri dari 50 mM natrium dihidrogen fosfat pH 7,2 - asetonitril (55:45, v/v). laju alir 0,5 mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 294 nm. Waktu retensi rabeprazol dan pantoprazol adalah 8,7 dan 9,8 menit dengan total waktu analisis adalah 12 menit. Sampel plasma (500 μL) diekstraksi menggunakan dietil eter-diklorometan (90:10, v/v).
Metode ini spesifik karena tidak adanya puncak pengganggu plasma pada waktu retensi analit dan baku dalam. Metode ini valid dan linear pada rentang konsentrasi 10,08 - 1008,00 ng/mL dengan LLOQ 10,0 ng/mL (n = 6, koefisien variasi (KV) = 3,16%). Nilai % diff dan koefisien variasi untuk akurasi dan presisi intra hari dan antar hari tidak lebih dari 15%. Nilai perolehan kembali absolut dari rabeprazol sebesar 76 - 87% (KV = 6,54%) dan baku dalam sebesar 74% (KV = 3,13%). Rabeprazol dalam plasma dinyatakan stabil selama minimal 1 bulan pada suhu -20°C dan -80°C, stabil selama minimal 12 jam pada suhu kamar. Rabeprazol dinyatakan stabil selama 3 siklus beku dan cair. Metode ini memenuhi kriteria penerimaan seperti pada pedoman USFDA dan bisa diaplikasikan untuk analisis rabeprazol dalam plasma in vivo.

Rabeprazole is a proton-pump inhibitor, used in gastroesophageal reflux treatment. Its concentration is very small in human plasma, so it requires a sensitive, selective, and accurate method of analysis. In this study, carried out optimization and validation of rabeprazole analysis in human plasma using high performance liquid chromatography UV-Vis using pantoprazole as internal standard. Separation was performed on Kromasil® 100-5 C18, (4.6 × 250 mm, 5μm) column with an isocratic mobile phase composed of 50 mM sodium dihydrogen phosphate pH 7.2 - acetonitrile (55:45, v/v), flow rate at 0.5 mL/min and was detected at 294 nm. Retention time of rabeprazole and pantoprazole were 8.7 and 9.8 minutes and total analytical run time was 12 minutes. Plasma sample (500 μL) was extracted with diethyl eter - dichloromethane (90:10, v/v).
The method was specific as there were no interfering peaks of human plasma eluting at the retention times of the rabeprazole and the internal standard. The method was valid and linear within the concentration ranges of 10.08-1008.00 ng/mL with LLOQ 10,0 ng/mL (n = 6, coefficient variation (CV) = 3.16%). Intra-day and inter-day accuracy and precision was not more than 15% in both % diff and coefficient of variation. Absolute recovery were 76-87% (CV = 6.54%) for rabeprazole and 74% (CV = 3.13%) for internal standard. Rabeprazole was stable in human plasma for at least 1 month at -20°C and -80°C, and for 12 h at room temperature. Rabeprazole were stable to three freeze thaw cycles. This method also fulfil the acceptance criteria following USFDA guidelines and suitable to be applied for analysis of rabeprazole in human plasma.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43652
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Loedfiasfiati Adawiyah
"ABSTRAK
Kurkumin merupakan senyawa fenol yang umumnya terdapat pada rimpang kunyit (Curcuma longa L.) dari famili Zingiberaceae. Senyawa ini mempunyai aktivitas biologis sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Penelitian menunjukkan bahwa kurkumin dapat mencegah kanker dan penyakit kronis lainnya. Kadar kurkumin dalam plasma perlu diukur dan dipantau, sehingga keamanan, dosis dan efikasi dari penggunaan kurkumin sebagai pencegah kanker dapat dipastikan. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kondisi optimum dan metode yang tervalidasi untuk analisis kurkumin dalam plasma in vitro. Metode analisis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan detektor UV telah dikembangkan dan dioptimasi untuk analisis kurkumin dalam plasma manusia in vitro. Kurkumin diekstraksi dari plasma dengan metode ekstraksi cair¬cair menggunakan etil asetat-metanol (95:5). Analisis dilakukan dengan teknik isokratik pada kolom C18 fase terbalik Kromasil® 100-5 (250 x 4,6 mm, 5µm) dan fase gerak asetonitril-metanol-aquabidestilata-asam asetat (33:20:46:1) pada laju alir 1,0 mL/menit. Baku dalam yang digunakan adalah irbesartan. Deteksi dilakukan pada panjang gelombang 420 nm untuk kurkumin dan 250 nm untuk irbesartan. Pada rentang konsentrasi 20,60 ? 4120,00 ng/mL dihasilkan kurva kalibrasi yang linier dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,9999. Akurasi (% diff) dari metode ini berada diantara -11,97% sampai 14,59% dengan nilai presisi (KV) antara 1,17% sampai 8,51%, dan uji perolehan kembali relatif antara 88,03% sampai 114,59%.

ABSTRACT
Curcumin is a phenol compound commonly found in turmeric (Curcuma longa L.) family Zingiberaceae. These compounds have biological activity as anti¬inflammatory and antioxidant. Research showed that curcumin can prevent cancer and other chronic diseases. The levels of curcumin in the plasma needs to be quantified and monitored, so that the safety, dosage and efficacy of the use of curcumin as a cancer preventer can be ascertained. The aim of this study was to obtain the optimum conditions and validated methods for analysis of curcumin in plasma in vitro. The method of analysis using High Performance Liquid Chromatography (HPLC) with UV detector has been developed and optimized for analysis of curcumin in human plasma in vitro. Curcumin was extracted from plasma by liquid-liquid extraction method using ethyl acetate-methanol (95:5). The analysis was done by using isocratic technique on reverse phase C18 column Kromasil® 100-5 (250 x 4,6 mm, 5µm) and mobile phase consisted acetonitrile-methanol-aquabidest-acetic acid (33:20:46:1) at a flow rate of 1,0 mL/min. Irbesartan used as internal standard. Detection at a wavelength of 420 nm and 250 nm for curcumin to irbesartan. Linearity was established for range concentration of 20,60 -4120,00 ng/mL with correlation coefficient (r) of 0,9999. Accuracy (% diff) of this method is between -11,97% to 14,59% with precision (CV) between 1,17% to 8,51%, and test the relative recovery between 88,03% to 114,59% .
"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S941
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muchamad Fandi
"Studi penelitian ini menjelaskah perkembangan dari metode langsung
dan-cepat yang berbasiskan kromatografi dan spektroskopi dalam
mengidentifikasi dan menganalisis minyak tanah dalam minyak solar.
Penelitiaan ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi minyak opiosan berikut komposisi
campuran dari bahan bakar minyak solar dan minyak tanah yang menjadi
BBM pencampurnya.
Metode ini didasarkan pada pengolahan data karakteristik dari minyak
tanah dan minyak solar yang merupakan hasil dari penggunaan instrumen
kromatografi gas dan spektrofotometri UV-Vis yang berupa kromatogram dan
spektra absorpsi.
Spektrum absorbsi menjelaskan secara kualitatif keberadaan minyak
tanah dalam suatu sampel minyak opios pada Amax651 nm. Pada uji aplikasi
dari kedua sample (A dan B) diperoleh kadar minyak tanah adalah 30% (A)
dan 40% (B), sedangkan Kromatogram yang dialurkan tinggi-tinggi pea/cnya
menjelaskan karakteristik dari minyak tanah dan minyak solar yang masing-
/
masing dapat diketahui dari peak Cn dan C21.
Hasil kalibrasi dari Peak Qn didapatkan bahwa kandungan konsentrasi
minyak tanah pada kedua sampel pada uji aplikasi masing-masing sebesar 40%, sedangkan konsentrasi minyak solar dari normallsasi peak C21
diperoieh masing-masing sebesar 63,1% dan 67,3%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Gunawan Haryanto
"ABSTRAK
Enzim selulase banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri deterjen, bioethanol, pakan ternak, tekstil dan kertas. Akan tetapi saat ini kebutuhan enzim selulase paling banyak didapat dari impor. Salah satu bakteri penghasil enzim selulase adalah Eschericia coli BPPT-CC EgRK2. Bakteri hasil rekombinasi yang dapat memproduksi enzim protein endo- 𝜷-1,4-glukanase, diteliti di dalam kultur batch untuk ditentukan parameter-parameter kinetikanya seperti konstanta Michaelis-Menten (Km) dan kecepatan maksimum (Vmax). Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 dikultur di dalam media cair Luria Bertani. Selanjutnya dilakukan purifikasi dan karakterisasi dari enzim selulase. Purifikasi menggunakan metode kromatografi penukar ion dan filtrasi gel setelah itu dianalisis aktifitas enzim dengan substrat carboxymethyl cellulose (CMC), kadar protein menggunakan metode Bradford, berat molekul menggunakan sodium deodecyl sulfate (SDS-PAGE) dan kinetika enzim menggunakan plot Michaelis-Menten. Hasilnya menunjukkan aktivitas enzim tertinggi adalah 3.114 U/ml dan konsentrasi selulase 0.723 mg/ml. Konstanta Michaelis-Menten (Km) dan kecepatan maksimum (Vmax) untuk hidrolisis substrat CMC adalah 0.314 μmol/ml and 3.511 μmol/ml/sec. Hasil dari analisis berat molekul selulase menggunakan metode SDS-PAGE adalah 58 kDa pada 7.5% stacking gel. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 menjadi sebuah sumber terbarukan dari enzim selulase untuk aplikasi pada skala industrial

ABSTRACT
Cellulase enzymes are widely used in various industries such as detergent industry, bioethanol, animal feed, textile and paper. This research is focused on characterization cellulase enzyme from bacteria. One of the bacteria producing cellulase enzyme is Eschericia coli BPPT-CC EgRK2. Recombinant bacteria that can produce protein enzymes endo- β-1,4-glucanase. Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 is cultured in 1 litre liquid medium Luria Bertani. Because the bacteria is intracellular, need sonication to break the cell to get the cellulase enzyme. Then purification with ion exchange chromatography and gel filtration to purified the enzyme. After that analyzed the enzyme activity with carboxymethyl cellulose (CMC) substrate at different concentration, protein content analysis using Bradford method, molecular weight analysis using sodium deodecyl sulfate (SDS-PAGE) and enzyme kinetics using Michaelis-Menten plot. This results showed the highest enzyme activity is 3.11 U/ml at 2% CMC and the cellulase concentration is 0.723 mg/ml. The Michaelis-Menten constant (Km) and maximum velocity (Vmax) for CMC substrate hydrolysis is 0.314 μmol/ml and 3.511 μmol/ml/sec. The results of cellulae enzyme molecular weight is 58 kDa using SDS-PAGE with 7.5% stacking gel. The result of this research have known that Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 become a promising renewable source for cellulase enzyme for industrial application."
2018
T51406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Khadija Ambarputri
"

Aflatoksin merupakan metabolit sekunder yang diproduksi oleh jamur Aspergillus. Ketersediaan standar aflatoksin untuk penelitian di Indonesia terbatas karena harga yang mahal dan harus impor. Hal ini dapat diatasi dengan memanfaatkan makanan yang sudah terkontaminasi aflatoksin sebagai substrat untuk memproduksi aflatoksin. Salah satu produk makanan yang mudah terkontaminasi aflatoksin adalah oncom. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi fermentasi oncom terbaik. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh pelarut terbaik antara metanol dan asetonitril untuk mengekstraksi aflatoksin dari oncom, memperoleh kondisi analisis optimum aflatoksin, dan menetapkan konsentrasi aflatoksin dari oncom. Oncom hitam dan merah ditutup dengan karung goni basah lalu difermentasi selama 3, 6, dan 9 hari kemudian diekstraksi dengan asetonitril dan metanol. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi Shimadzu LC-10ATvp dengan detektor fluoresensi, panjang gelombang eksitasi 365 nm dan emisi 455 nm, kolom YMC C18, fase gerak air-metanol (60:40), laju alir 0,8mL/menit, dan suhu kolom 40°C. Kondisi analisis yang telah dioptimasi kemudian divalidasi mencakup selektivitas, linieritas, batas deteksi, batas kuantitasi, akurasi, dan presisi. Hasil validasi aflatoksin B2 pada rentang memberikan regresi linier y=5111,5x-589,6 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9997. Nilai LOD dan LOQ yang diperoleh, yaitu 0,6818 pg dan 2,2727 pg. Didapatkan nilai akurasi dengan rentang %UPK 68,1363-71,7401% dan presisi dengan %KV 0,1784-1,2939%.  Hasil yang diperoleh, yaitu oncom hitam fermentasi 9 hari yang diekstraksi dengan metanol memberikan konsentrasi aflatoksin B2 paling besar. Sampel tersebut diekstraksi lagi dalam skala besar. Pada ekstraksi skala besar yang dilakukan dalam kondisi yang sama, diperoleh konsentrasi aflatoksin B2 3,6555; 3,5566; dan 3,5926 ppb.


Aflatoxin is a secondary metabolite produced by Aspergillus fungi. The availability of standard aflatoxin for research in Indonesia is limited due to the expensive price and should be imported. This can be solved by utilizing food that has been contaminated with aflatoxin as a substrate to produce more aflatoxin. One of the naturally contaminated food is oncom. This study aims to obtain a better oncom fermentation condition and a better solvent between methanol and acetonitrile to extract aflatoxin from oncom, to acquire optimum analysis conditions, and to determine aflatoxin concentration from oncom. The black and red oncom was covered with wet burlap sacks and left fermented for 3, 6, and 9 days then extracted using acetonitrile and methanol. Analyses were performed using high performance liquid chromatography Shimadzu LC-10ATvp with fluorescence detector, excitation and emission wavelength 365 nm and 455 nm, YMC C18 column, water-methanol (60:40) mobile phase, flow rate 0.8mL/min, and column temperature 40°C. Analysis conditions that have been optimized are then validated include selectivity, linearity, limit of detection, limit of quantitation, accuracy, and precision. The result of validation of aflatoxin B2 provides a linear regression y=5111.5x-589.6 with coefficient of correlation value (r) 0.9997. The values of LOD and LOQ are 0.6818 pg and 2.2727 pg. The percentage of recovery is in the range of 68,1363 -71,7401% and %CV 0,1784-1,2939%.  Black oncom which was fermented for 9 days and extracted with methanol produced the most aflatoxin B2. Then that sample was extracted again on a large scale. On large-scale extraction which carried out under the same conditions, the concentration of aflatoxin B2 obtained was 3,6555; 3,5566; and 3,5926 ppb.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triisnaini Habibah
"Irbesartan adalah obat golongan penghambat reseptor angiotensin yang diperuntukkan pada pengobatan hipertensi. Irbesartan memiliki indeks terapi yang sempit sehingga kadarnya di dalam darah perlu dipantau. Pemisahan obat dari ikatannya dengan protein plasma merupakan hal yang penting pada analisis obat dalam plasma. Pengendapan protein dalam plasma harus optimum agar analisis berjalan dengan baik. Irbesartan dalam plasma dipisahkan dari ikatannya dengan protein salah satunya dapat dilakukan melalui metode pengendapan protein.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan pengendap protein terbaik dan volume terbaik dengan digunakan beberapa pelarut organik yang dapat bercampur dengan air seperti metanol, etanol, asetonitril, dan aseton. Kondisi optimum dengan hasil area kromatogram paling besar ditunjukkan oleh pelarut etanol dengan penambahan etanol tiga kali dari volume plasma. Analisis irbesartan menggunakan KCKT dengan kolom Kromasil® C18 (5 m; 250 x 4,6 mm), komposisi fase gerak asetonitril-larutan asam format 0,85% pH 3,75 (46:54) (v/v), dan kecepatan alir 1,0 ml/menit. Linearitas yang baik dicapai pada konsentrasi 10,20-5100,00 ng/ml dengan koefisien korelasi (r) 0,9999. LLOQ dari metode yaitu 10,20 ng/ml dan koefesien variasi (KV) 4,47-6,51 %. Nilai % diff selektivitas -11,03-17,63%, uji perolehan kembali relatif 86,19-105,98 %, dan uji perolehan kembali absolut 91,07-118,61 %.

Irbesartan is an angiotensin receptor blocker intended for treatment of hypertension. Irbesartan has a narrow therapeutic index, so the concentration of irbesartan in human plasma must be monitored. Separation of the drug from its binding with plasma proteins is important in the analysis of drugs in plasma. For the ideal analysis, precipitation of proteins must be optimum. Irbesartan in plasma is separated from its binding with proteins can be done through the method of protein precipitation.
The aims of this study was to obtain optimum protein precipitation and optimum volume used organic solvent which can be mixed with water such as methanol, ethanol, acetonitrile, and acetone. Optimum condition was shown ethanol with the three times volume from plasma to give the large chromatogram?s area. Analysis of irbesartan was conducted by HPLC used Kromasil® C18 column (5 m; 250 x 4,6 mm), mobile phase composition of acetonitrile-formic acid 0,85% pH 3,75 (46:54)(v/v) and flow rate was 1,0 ml/min. Good linearity was obtain at concentrations of 10,20 to 5100,00 ng/ml with a correlation coefficient (r) was 0,9999. LLOQ was 10,20 ng/ml and coefficient variation (CV) was 4,47-6,51%. The value of %diff selectivity was -11,03-17,63%, the relative recovery test was 86,19-105,98%, and absolute recovery was 91,07-118,61%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1172
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>