Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85140 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhlul Auzan
"Artikel ini membahas tentang pemaknaan gambar kaca patri pada jendela di gereja Katedral Bogor. Gereja Katedral Bogor merupakan gereja tertua yang dibangun pada akhir abad ke-19 dan baru dapat melakukan peribadatannya pada tahun 1905. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai pemaknaan kaca patri pada gereja Katedral Bogor dengan tujuan mengetahui keragaman dan pemaknaan kaca patri bagi jemaat gereja. Dengan menggunakan metode yang dikemukan oleh Sharer & Ashmore yaitu Formulasi, Implementasi, Pengumpulan Data, Pengolahan Data, Analisis, Interpretasi, dan Publikasi. Berdasarkan penggambaran kaca patri pada gereje Katedral Bogor memberikan beraneka ragam motif yang digambarkan. Pemilihan motif juga terlihat dengan perbedaan setiap ruangnya. Motif-motif ini memberikan kesan spiritual bagi para jemaaat gereja Katedral Bogor.

This article discusses the meaning of the stained glass images on the windows of the Bogor Cathedral church. Bogor Cathedral Church is the oldest church that was built at the end of the 19th century and was only able to carry out its services in 1905. The issue raised is regarding the meaning of stained glass in the Bogor Cathedral church with the aim of knowing the diversity and meaning of stained glass for church congregations. By using the method proposed by Sharer & Ashmore namely Formulation, Implementation, Data Collection, Data Processing, Analysis, Interpretation, and Publication. Based on the depiction of stained glass in the Bogor Cathedral church, various motifs are depicted. The choice of motifs is also seen by the differences in each space. These motifs give a spiritual impression to the congregation of the Bogor Cathedral church."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Achmad Faishal
"Gereja Katolik sebagai bangunan ibadah penganut agama Katolik sudah berdiri lama sejak masa kolonialisme bangsa Portugis dan Belanda di Pulau Jawa, namun pada masa awal pemerintahan Belanda, praktik agama Katolik sempat dihentikan dan kemudian pada abad ke-19 mulai berkembang lagi pasca pergantian tahta Raja Belanda. Setelah pergantian tahta oleh raja yang beragama Katolik, barulah didirikan gereja-gereja Katolik berukuran besar. Gereja Katolik yang dibangun pada abad ke-19 dan ke-20 tersebar di beberapa kota besar di Pulau Jawa, di dalamnya terdapat kaca patri sebagai komponen utama gereja Katolik. Kaca patri dapat berfungsi sebagai ornament atau sebagai alat untuk mempelajari agama. Kaca patri yang ada di dalam gereja Katolik ini menjadi daya tarik utama penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi isi keragaman penggambaran dari kaca-kaca patri yang ada di gereja-gereja Katolik di pulau Jawa yang didirikan pada masa kolonialisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai ragam penggambaran pada kaca patri yaitu motif tumbuhan, hewan, dan antropomorfik, yang semua itu merupakan penggambaran yang berhubungan dengan isi Alkitab baik kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Selain itu terdapat juga penggambaran yang tidak berdasarkan Alkitab namun berkaitan dengan teologi Katolik dan ada pula penggambaran yang mengandung unsur lokal (Jawa) yang maknanya belum dapat dipastikan hubungannya dengan teologi Katolik.

Catholic church as a place where the Catholics pray or having a sermon has been built since the colonialism era of the Portuguese and the Dutch within Java Island. In the early years of the Dutch governance, the practice of Catholicism was banned from public until the early of 19th century when a Catholic King in the Netherlands had claimed the throne, and so after that, the practice of Catholicism being brought back to the surface within the Dutch colony and the construction of Catholic church is permitted. The Catholic church that built in Java Island in 19th and 20th century are spread across the island. Inside it has stained glasses as one of the main components of Catholic church whether it is for an ornament or one of media for learning the religion. The stained glasses inside the Catholic church are the main topic of the research to understand and to identify all the variety of the contents of the stained glasses. The results shows that there are various of drawings related to Catholic theology which was brought from the Old Testament and the New Testament. There are also drawings that are not derived from the Bible but related with Catholic theology, nevertheless there are also various depiction of local (Javanese) elements that its meaning are not yet being confirmed and determined in the relation to Catholic theology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Dwi Trisnaedy
"Kehadiran bangsa Belanda yang beragama Protestan di Bogor melatarbelakangi terjadinya pendirian bangunan Gereja Zebaoth. Gereja Zebaoth merupakan gereja tertua di Bogor yang dibangun pada awal abad ke-20 M dan menjadi salah satu bangunan Cagar Budaya yang dilindungi. Sebagai bangunan peninggalan kolonial, Gereja Zebaoth memiliki nilai sejarah penting mengenai gaya bangunan yang diterapkan pada bangunannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini membahas mengenai gaya bangunan pada Gereja Zebaoth Bogor yang didirikan pada awal abad ke-20 M. Penelitian ini akan dilakukan dengan metode penelitian arkeologi menurut Sharer & Ashmore yang terdiri atas formulasi penelitian, implementasi penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan publikasi hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gereja Zebaoth Bogor bergaya Indis.

The presence of Dutch Protestants in Bogor was the reason behind the construction of the Gereja Zebaoth Bogor. Gereja Zebaoth Bogor is the oldest church in Bogor which was built in the early 20th century AD and is one of the protected Cultural Heritage buildings. As a colonial heritage building, Gereja Zebaoth has an important historical value related to the building style applied to the building. Based on this explanation, this study discusses the building style of the Gereja Zebaoth Bogor which was founded in the early 20th century AD. This research will be conducted using archaeological research methods according to Sharer & Ashmore which consists of research formulation, implementation research, data collection, data processing, data analysis, and publication of research results. The results of the study show that the Gereja Zebaoth Bogor has an Indis style.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Chandra Bestari
"Gereja Santo Yoseph Matraman merupakan salah satu gereja yang dibangun pada awal abad ke-20 oleh F.J.L. Ghijsel yang memiliki beberapa keunikan, terutama di bagian fasad dan menaranya. Sebagai salah satu fitur arkeologi, Gereja Santo Yoseph dapat memberikan informasi penting terutama terkait gaya bangunan yang berkembang di Jakarta pada awal abad ke-20. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gaya bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman dengan mengkaji bentuk dan gaya bangunan gereja tersebut melalui tahap observasi, pengolahan data, dan interpretasi. Dalam menganalisis gaya bangunan digunakan metode analisis bentuk (formal analysis), analisis gaya (stylistic analysis), dan analisis komparatif (comparative analysis). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa bangunan Gereja Santo Yoseph Matraman menerapkan empat gaya yang berkembang di awal abad ke-20, yaitu Art Nouveau, Art Deco, Indis, dan Arts and Crafts. Perpaduan gaya ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangunan kolonial yang sejaman dengan gereja tersebut, karena pada umumnya bangunan-bangunan lain hanya menerapkan satu gaya bangunan yang sedang populer pada masanya, sementara Gereja Santo Yoseph memadukan empat gaya yang berbeda pada satu bangunan. Hal ini menjadikan Gereja Santo Yoseph memiliki nilai penting secara arkeologis, historis, dan arsitektural dalam perkembangan gaya bangunan awal abad ke-20 di Indonesia.

The Church of Saint Joseph is one of the churches that built in the early 20th century by F.J.L. Ghijsels which has some uniqueness, especially in its fa�§ade and tower. As one of the archaeological features, the Church of Saint Joseph could provide important informations, especially related to the building style that developed in Jakarta during the early 20th century. This study seeks to find out more about the building style of the Saint Joseph Church by examining the shape and style of the building through stages of observation, data processing, and interpretation. In analyzing the building style, the methods of form analysis (formal analysis), stylistic analysis, and comparative analysis are used. The result of the study shows that the Saint Joseph Church building applies four styles that were popular and developed in the early 20th century, namely Art Nouveau, Art Deco, Indische, and Art and Craft. This makes the Church of Saint Joseph Matraman unique and different from other churches in Jakarta and Indonesia that were built in the same era. This marks the building styles that were popular in the early 20th century and the combination of styles at that time. Therefore, the Church of Saint Joseph Matraman has a significant archaeological, historical, and architectural values in the development of early 20th century building styles in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Zefania Alex Owen
"Skripsi ini membahas tentang kualitas akustik ruang yang terjadi di dalam bangunan Gereja HKBP TMII. Fokus penelitian ini adalah untuk menilai sejauh mana kriteria akustik dapat terpenuhi di dalam ruang ibadah Gereja HKBP TMII. Pendekatan penelitian dilakukan dengan mendefinisikan unsur-unsur akustik yang ada di dalam Gereja HKBP TMII dan kemudian dilakukan pengukuran parameter akustik. Parameter akustik yang dihitung adalah distribusi suara dalam ruang, tingkat kebisingan latar belakang, tingkat intensitas bunyi yang dihasilkan sumber bunyi terhadap pendengar, serta penghitungan waktu dengung di dalam ruang. Proses perhitungan melibatkan pengumpulan data secara langsung di lapangan menggunakan sound level meter serta perhitungan yang dilakukan secara manual. Hasil penelitian dalam skripsi ini mengindikasikan bahwa distribusi suara di dalam Gereja HKBP TMII berlangsung baik, namun kurangnya perhatian terhadap material bangunan menyebabkan tingginya waktu dengung yang terjadi di dalam ruang ibadah Gereja HKBP TMII. Oleh karena itu, penulis menyarankan upaya perbaikan akustik yang berfokus pada penambahan material-material absorban untuk mengoptimalkan kualitas akustik ruang tersebut.

This study delves into the acoustic quality of the space within the HKBP TMII Church building. The primary focus of this research is to assess the extent to which acoustic criteria are met within the worship space of the HKBP TMII Church. The research approach involves defining the acoustic elements present within the HKBP TMII Church and subsequently measuring acoustic parameters. Calculated acoustic parameters include sound distribution within the space, background noise levels, the intensity of sound produced by the sound source to the listener, and the calculation of reverberation time within the space. The calculation process involves collecting data directly in the field using a sound level meter and performing manual calculations. The findings of this thesis indicate that sound distribution within the HKBP TMII Church is satisfactory, but the lack of attention to building materials results in a high reverberation time within the worship space. Therefore, the author recommends acoustic improvement efforts that focus on adding absorbent materials to optimize the acoustic quality of the space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Christina Fara Alfrida
"Penelitian ini merupakan pemaparan mengenai Gereja Katolik Hati Kudus Jakarta sebagai living monument yang dilakukan dengan kajian morfologi melalui upaya rekonstruksi bentuk dan gaya Gereja Katolik Hati Kudus Jakarta (Parochie van het Heilig Hart Batavia – Kramat). Metode penelitian yang digunakan meliputi formulasi, pengumpulan data, analisis data (analisis morfologi dan gaya), dan interpretasi. Selanjutnya pada analisis morfologi dipaparkan informasi mengenai bentuk bangunan gereja pada awal abad ke-20 yang dibandingkan dengan bentuk bangunan gereja saat ini. Pada analisis gaya bangunan dibandingkan dengan bangunan gereja katolik di kawasan yang sama, yaitu Gereja Katedral dan Gereja Santa Theresia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja ini merupakan gereja katolik tertua kedua di Jakarta setelah Gereja Katedral. Gereja ini memiliki bentuk dasar fasad persegi, denah berbentuk persegi panjang, sehingga mempengaruhi bentuk volume bangunannya, atap berbentuk gabel, dan memiliki satu buah menara berbentuk persegi panjang. Gereja ini mengadopsi gaya Indische yang merupakan gaya bangunan Eropa yang berkembang di Indonesia sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

This research is an description of the Hati Kudus Catholic Church in Jakarta as a living monument with a morphological study through effort to reconstruct form and style of the Catholic Church Hati Kudus Jakarta (Parochie van het Heilig Hart Batavia - Kramat). The methods used formulation, data collection, data analysis (morphology and style analysis) and interpretation. Furthermore, In the morphological analysis, information about the shape of the church building in the early 20th century is presented which is compared with the shape of the church building today. In the analysis, the building style is compared with the catholic church buildings in the same area, namely the Cathedral Church and the Church of Santa Theresia. The results showed that this church is the second oldest Catholic church in Jakarta after Cathedral Church. This church has basic shape of a square fasad, rectangular floor shape, so that it affects the volume of the building, the roof is gable, and has one rectangular tower. This church adopted Indische style which is a European building style that developed in Indonesia around the late of 19th century to early 20th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Maulana
"SMAN 9 Kota Bogor Jalan Kartini merupakan bangunan sekolah kolonial yang memiliki bentuk bangunan yang unik, yaitu bentuk bangunannya menyudut. Hal tersebut memunculkan hipotesis adanya penerapan bangunan sudut pada bangunan ini sehingga menarik untuk dianalisis gaya bangunannya. Kini, bangunan tersebut mengalami perubahan-perubahan fungsi untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang sehingga menarik untuk dikaji bentuk-bentuk adaptasi dan revitalisasi pada bangunan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan bentuk bangunan sudut, gaya bangunan, adaptasi, dan revitalisasi pada SMAN 9 Kota Bogor Jalan Kartini?”. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan metode penelitian arkeologi, yaitu pengumpulan data dengan melakukan studi pustaka dan lapangan melalui kegiatan observasi dan perekaman data, pengolahan data yang dilakukan dengan metode analisis deskriptif, dan terakhir merupakan eksplanasi untuk menjawab permasalahan penelitian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bangunan ini merupakan bangunan sudut yang berfungsi sebagai sekolah, bangunan ini memiliki beberapa persamaan karakteristik dengan SMPN 5 Bandung sebagai bangunan sudut sehingga menunjukkan adanya indikasi karakteristik bangunan sudut yang berfungsi sebagai sekolah. Hasil analisis gaya bangunan menunjukkan perkembangan bangunan dan percampuran budaya. Hasil analisis adaptasi dan revitalisasi diketahui empat bentuk kegiatan adaptasi dan revitalisasi, yaitu perubahan material bangunan lama, penambahan komponen bangunan baru, perubahan atau penambahan ruang, dan penambahan bangunan baru.

SMAN 9 Bogor Jalan Kartini is a colonial school building with a unique form, namely the angular shape building. That raises the hypothesis of the application of corner buildings in this building, so it is interesting to analyze the style of the building. Now, the building is changing its function to meet the present needs, so it is interesting to study the forms of adaptation and revitalization of the building. Based on this explanation, the problem in this research is "How is the application of corner building forms, building styles, adaptation, and revitalization at SMAN 9 Bogor at Kartini Street?". This research was conducted with three stages of archaeological research methods: data collection by conducting library and field studies through observation and data recording, data processing carried out by descriptive analysis methods, and finally, an explanation to answer research problems. The results of his research indicate that this building is a corner building that functions as a school. This building has several characteristics in common with SMPN 5 Bandung as a corner building so that it shows an indication of the elements of a corner building that functions as a school. The analysis results of the style building show the development of the building and the mixing of cultures. Based on the analysis of adaptation and revitalization, it is known that there are four forms of adaptation and revitalization activities, namely changes in old building materials, the addition of new building components, modifications or additions to space, and addition of new buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boston, Michael
"Gedung gereja adalah tempat di mana umat Kristiani melakukan kegiatan ibadahnya. Dalam menjalankan ibadah, dibutuhkan sesuatu yang mempresentasikan kehadiran Tuhan untuk mendukung kegiatan tersebut. Cahaya yang bagi umat Kristiani merupakan simbol kebenaran, kesucian, keadilan, bahkan merupakan simbol akan Tuhan perlu dihadirkan pada ruang dalam gereja untuk membentuk karakteristik ruang yang sakral, suci, dan kudus.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang kehadiran cahaya alami pada ruang dalam gereja, bagaimana pengaruhnya secara fisik maupun psikologis. Beberapa hal mempunyai peran penting dalam penciptaaan nuansa sakral antara lain bentuk dari bukaan, penempatan bukaan, komposisi bukaan, penggunaan stained glass dengan gambar-gambarnya. Semua ini dengan pengaturan sedemikian rupa dapat menghasilkan nuansa sakral yang diinginkan pada suatu bangunan gereja. Dengan semua ini dapat dihasilkan suasana yang akan mendukung kegiatan ibadah di dalam gereja."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Poetiray, Krystle Anastasia
"Gereja sebagai tempat beribadah bagi umat Kristiani membutuhkan kualitas ruang akustik yang baik bagi kegiatan speech dan musik. Sebagai salah satu gereja tua di Indonesia, GPIB Immanuel Jakarta sudah menjadi cagar budaya dan memiliki persyaratan dalam merawat dan pemugaran bangunan. Bentuk gereja yang melingkar dan berkubah memungkinkan gereja memiliki permasalahan secara akustik. Menurut tinjauan teori akustik dan desain gereja, kriteria akustik gereja yang ideal dapat dihitung dengan parameter waktu dengung dan pengukuran kekerasan dalam ruang menggunakan sound level meter.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa GPIB Immanuel Jakarta memiliki kekerasan yang merata dengan baik dalam ruang namun memiliki waktu dengung dan kekerasan bising yang melebihi ideal ruang ibadah. Sehingga akustik ruang secara alami tidak dapat memproyeksikan suara dengan kejelasan yang baik. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan menambah elemen penyerap dalam ruang untuk mengurangi waktu dengung tanpa mengubah bentuk ruang dan merusak struktur dan material asli bangunan dan juga menggunakan distribusi sound system yang baik.

Church as a place of worship for Christians requires a good acoustical quality for speech and music. As one of the oldest church in Indonesia, GPIB Immanuel Jakarta has become a cultural heritage and have specific requirements in the care and restoration of the building. The circular shape and vaulted church allows the appearance of acoustic problems. According to the review of acoustical and church design theories, the ideal acoustical requirements for a church can be calculated by using reverberation time parameter and the sound pressure level measurements using a sound level meter.
The results show that the church has uniform sound pressure level in every parts of the room but has reverberation time and noise level that exceeds the ideal time. So, the natural acoustics space cannot project sound with a good clarity. Those problems can be overcome by adding absorbing elements inside the room to reduce reverberation time without changing the shape of the room and damaging the building's original structure and materials, and also by using distributed sound system and.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetelepta, Yudhistira M.
"Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa terjadi penyatuan jemaat dalam Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB), antara jemaat berbahasa Belanda dan jemaat berbahasa Indonesia. Terjadinya kegiatan pelayanan jemaat dalam dua bahasa telah terjadi sebelum GPIB terbentuk dan masih dikelola sepenuhnya oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) sejak masa kolonial. Terjadinya pemisahan yang disebabkan perbedaan bahasa, terus diupayakan untuk dipersatukan semenjak GPIB terbentuk pada tanggal 31 Oktober 1948. Namun kelompok Jemaat berbahasa Belanda tetap menginginkan terjadinya pemisahan karena adanya perbedaan pola pikir dan tingkah laku dengan Jemaat berbahasa Indonesia. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan dan sosial antara kedua bagian jemaat sebagai pengaruh kehidupan kolonial. Sebaliknya jemaat berbahasa Indonesia tidak memiliki masalah jika jemaat dipersatukan. Usaha untuk rnempersatukan tidak pernah sungguh-sungguh tercapai hingga tahun 1958 ketika terjadinya pemulangan besar-besaran warga negara Belanda kembali ke negaranya. Pemulangan tersebut disebabkan mernburuknya hubungan politik kedua negara (Belanda dan Indonesia) karena kasus Irian Barat. Pulangnya warga negara Belanda berdampak terhadap berkurangnya anggota jemaat berbahasa Belanda. Akibatnya proses ke arah kesatuan jemaat dapat segera diwujudkan. Pada Sidang Sinode V GPIB (1958) diputuskan untuk menyatukan kedua bagian jemaat. Faktanya penyatuan itu baru terwujud hingga 1 Juni 1961 ketika Jemaat Jakarta mengakhiri ibadah/kebaktian berbahasa Belanda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>