Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146393 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tatik Srisahani
"Bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Bogor merupakan masalah yang penting. Prevalensi BBLR selama 2 tahun terakhir di Kabupaten Bogor cenderung meningkat. Kecamatan Jasinga tercatat sebagai penyumbang kasus tertinggi selama 3 tahun terakhir.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi kunjungan dan pemeriksaan rutin) dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Jasinga. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi studi adalah ibu melahirkan pada periode 1 Januari sampai 31 Desember 2015 di wilayah kerja Puskesmas Jasinga. Jumlah sampel sebanyak 171 terdiri dari 57 kasus dan 114 kontrol. Frekuensi kunjungan kurang dari 4 kali meningkatkan risiko BBLR 1,99 (95% CI: 0,46–8,51) setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, jumlah kelahiran dan konsumsi tablet besi. Pemeriksaan rutin buruk meningkatkan risiko BBLR 1,35  (95% CI: 0,06–28,91) Setelah dikontrol variabel frekuensi kunjungan, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah kelahiran, jarak persalinan, komplikasi kehamilan dan konsumsi tablet besi. Masyarakat khususnya ibu hamil diharapkan memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dan melakukan pemeriksaan rutin secara lengkap.

Low birth weight infants in Bogor Region is observed as a crucial health issue. Jasinga District has been contributing the highest number of such cases in this region for the last 3 years. This study was aimed to find out the relationship between antenatal care quality (based on the frequency of visit and routine check up) and Low Birth Weight Infant cases in the working territory of Jasinga Public Health Center, Jasinga District, Bogor Region. The design of this study was case-control. The population in this study were mothers with birth infants throughout the period of January 1 until December 31, 2015. The sample number was 171, consisting of 57 cases and 114 controls. Visit frequency less than 4 times increasing Low Birth Weight Infant cases 1,99 (95% CI: 0,46–8,51) after being controlled by height, parity dan intake of iron tablets. Uncomplete rountine check up increasing Low Birth Weight Infant cases 1,35 (95% CI: 0,06–28,91) After being controlled by visit frequency, age, level of education, occupation, parity, spacing of pregnancy, pregnancy complications and intake of iron tablets. The society especially pregnant mothers are advised to do a minimum of 4 times antenatal visits throughout their pregnancy periods and undergo routine check up completely."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Alifatus Sajida
"Kecamatan Pancoran Mas merupakan kecamatan di Kota Depok yang angka BBLRnya paling tinggi pada tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran dan determinan BBLR di Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 2016. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif dengan sumber data register kohort ibu yang dikumpulkan oleh Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Depok Jaya, dan Puskesmas Rangkapan Jaya Baru sepanjang tahun 2016 serta data BPS Kota Depok tahun 2016. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa prevalensi BBLR di kecamatan ini adalah sebesar 8,08 . Nilai RR terbesar didapatkan dari variabel usia kurang dari 20 tahun RR: 4,864, 95 CI: 1,72-13,654 , tinggal di Kelurahan Rangkapan Jaya dan Rangkapan Jaya Baru RR: 11,892, 95 CI: 1,552-91,157 , akses terhadap bidan rendah RR: 3,2602, 95 CI: 0,12-0,784 dan melakukan kunjungan antenatal kurang dari empat kali RR: 6,521, 95 CI: 0,401-106,025.

Pancoran Mas sub district has the highest number of low birth weight LBW babies in Depok city on 2014. This research aims to see the distribution and determinant of LBW babies in Pancoran Mas sub district on 2016. This research used retrospective cohort study design using mother rsquo s cohort register collected by Puskesmas Pancoran Mas, Depok Jaya, and Rangkapan Jaya Baru during 2016, and Depok rsquo s Central Bureau of Statistics BPS data on 2016. This research found that the prevalence of LBW in this district is 8,08 . The highest RR values are on mother being pregnant before 20 years old RR 4,864, 95 CI 1,72 13,654 , living in Kelurahan Rangkapan Jaya and Rangkapan Jaya Baru RR 11,892, 95 CI 1,552 91,157 , low access to midwives RR 3,2602, 95 CI 0,12 0,784 , and having antenatal visits less than four times RR 6,521, 95 CI 0,401 106,025."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Salsabila
"Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR menjadi salah satu penyumbang Angka Kematian Bayi (AKB) baik di Indonesia maupun dunia. Menurut WHO, bayi dengan BBLR mempunyai persentase 60-80% dari total seluruh kematian neonatus. Secara global persentase BBLR yaitu sebesar 15-20% dari total kelahiran di dunia. Sedangkan menurut data Riskesdas pada tahun 2018, angka BBLR sebesar 6,2%.  Penyebab BBLR antara lain yaitu berasal dari faktor ibu, faktor obstetri dan faktor janin. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian BBLR sehingga program pengendalian angka BBLR menjadi lebih terarah dengan mengetahui faktor risikonya. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan menggunakan data SDKI 2017. Sampel dari penelitian ini yaitu bayi yang lahir pada periode 5 tahun sebelum survei dengan berat lahir terdata dan tidak terdapat missing data. Variabel Independen yang diteliti antara lain yaitu usia melahirkan ibu, pendidikan ibu, tempat tinggal, status ekonomi, status merokok, jumlah paritas, komplikasi kehamilan, kepatuhan konsumsi tablet Fe (TTD), jumlah ANC, jenis kelamin bayi, dan kehamilan ganda. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu status ekonomi rendah (p=0.002; OR = 1.32; 95% CI= 1.105-1.586), pernah mengalami komplikasi kehamilan (p=0.000; OR=1.896; 95% CI= 1.557-2.308), frekuensi ANC buruk (< 6 kali) (p=0.000; OR=1.673; 95% CI= 1.355-2.065), tidak patuh konsumsi tablet Fe (<90 tablet) (p=0.001; OR=1.896; 95% CI= 1.557-2.308), serta kehamilan ganda (p=0.000; OR=31.601; 95% CI= 19.023-52.494).

A baby with a Low Birth Weight (LBW) is a baby who has a birth weight less than 2500 grams. LBW is one of the contributors of the Infant Mortality Rate (IMR) both in Indonesia and the world. According to WHO, infants with LBW have a percentage of 60-80% of the total of all neonatal deaths. Globally, the percentage of LBW is 15-20% of the total births in the world. Meanwhile, according to Riskesdas data in 2018, the LBW rate was 6.2%. The causes of LBW include maternal factors, obstetric factors and fetal factors. This study aims to determine what factors associated with the incidence of LBW so that the LBW rate control program becomes more focused on knowing the risk factors. This study uses a cross-sectional study design using the 2017 DHS data. The sample of this study was babies born in the 5-year period before the survey with birth weight recorded and no missing data. The independent variables studied included maternal age at birth, mother's education, place of residence, economic status, smoking status, number of parity, pregnancy complications, adherence to Fe tablet consumption (TTD), number of ANC, sex of the baby, and multiple pregnancies. The results showed that the variables associated with the incidence of LBW were low economic status (p = 0.002; OR = 1.32; 95% CI = 1.105-1.586), had experienced pregnancy complications (p = 0.000; OR = 1.896; 95% CI = 1.557- 2,308), poor ANC frequency (< 6 times) (p=0.000; OR=1.673; 95% CI= 1.355-2.065), non-adherence to Fe tablet consumption (<90 tablets) (p=0.001; OR=1.896; 95% CI = 1,557-2,308), and multiple pregnancies (p = 0.000; OR = 31.601; 95% CI = 19,023-52.494).

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usep Rusependhi
"Bayi berat lahir rendah kurang dari 2500 gram berisiko lebih lambat tumbuh kembangnya dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan normal, dan berisiko terjadinya penyakit Hipertensi, Jantung dan Diabetes di masa dewasa. Beberapa teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa BBLR dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya riwayat anemia ibu hamil, status KEK ibu, status IMT ibu, tinggi badan ibu, penambahan berat badan selama hamil, usia ibu, paritas, jarak kehamilan, kuantitas ANC, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu. Prevalensi BBLR di Kabupaten Kuningan tahun 2018 mencapai 5,2%, dengan prevalensi paling tinggi di UPTD Puskesmas Manggari sebesar 11,8%. Tujuan: menganalisis faktor determinan kejadian BBLR di wilayah kerja UPTD Puskesmas Manggari Kabupaten Kuningan tahun 2018-2019. Metode: desain case control dengan total sampel 93 orang, terdiri dari 31 kasus, dan 62 kontrol sesuai kriteria inklusi. Data dari register kohort ibu hamil dan buku KIA, dianalisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: analisis bivariat dengan uji Chi-Square diketahui ada hubungan yang signifikan (95% CI) antara BBLR dengan status anemia ibu hamil trimester I (p=0,002, OR=4,962), status anemia ibu hamil trimester III (p=0,000, OR=21,667), status KEK ibu (p=0,001, OR=5,675), penambahan berat badan selama hamil (p=0,001, OR=9,158), jarak kehamilan (p=0,005, OR=3,583), dan tingkat pendidikan ibu (p=0,011, OR=3,214). Analisis multivariat dengan regresi logistik ganda, diketahui faktor-faktor risiko yang secara bersama-sama berpengaruh terhadap kejadian BBLR adalah status anemia ibu hamil trimester III (OR=25,247), status KEK ibu (OR=10,212), status IMT ibu (OR=0,066), dan jarak kehamilan (OR=6,934). Kesimpulan: variabel status anemia ibu hamil trimester III, lebih dominan berpengaruh terhadap kejadian BBLR, karena mempunyai nilai Odds Ratio paling tinggi (OR=25,247 (95% CI: 2,705-235,57), artinya bahwa ibu hamil yang anemia trimester III berpeluang 25,247 kali untuk melahirkan BBLR

Low birth weight babies less than 2500 grams are at risk of slower growth and development than babies born with normal weight, and the risk of developing hypertension, heart disease and diabetes in adulthood. Several theories and research results state that LBW can be caused by various factors, including a history of anemia in pregnant women, mother's KEK status, mother's BMI status, maternal height, weight gain during pregnancy, maternal age, parity, pregnancy distance, quantity of ANC, occupation. mother, and mother education. The prevalence of LBW in Kuningan Regency in 2018 reached 5.2%, with the highest prevalence in the UPTD Puskesmas Manggari at 11.8%. Objective: to analyze the determinants of the incidence of LBW in the work area of the Manggari Public Health Center, Kuningan Regency in 2018-2019. Methods: case control design with a total sample of 93 people, consisting of 31 cases and 62 controls according to the inclusion criteria. Data from the cohort register of pregnant women and the KIA handbook were analyzed univariate, bivariate, and multivariate. Results: bivariate analysis with Chi-Square test found that there was a significant relationship (95% CI) between LBW and anemia status of pregnant women in trimester I (p=0.002, OR=4,962), anemia status of third trimester pregnant women (p=0.000, OR=21.667), mother's KEK status (p=0.001, OR=5.675), weight gain during pregnancy (p=0.001, OR=9.158), pregnancy interval (p=0.005, OR=3.583), and mother's education level (p = 0.011, OR=3,214). Multivariate analysis with multiple logistic regression, it is known that the risk factors that simultaneously affect the incidence of LBW are anemia status of third trimester pregnant women (OR=25.247), maternal KEK status (OR=10.212), maternal BMI status (OR=0.066 ), and pregnancy interval (OR=6,934). Conclusion: the anemia status variable for pregnant women in the third trimester has a more dominant effect on the incidence of LBW, because it has the highest Odds Ratio value (OR=25,247 (95% CI: 2,705-235,57), meaning that pregnant women who have anemia in the third trimester are likely to be 25,247 times to give birth to LBW"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malika Mutia
"Proporsi BBLR hasil Riskesdas 2018 adalah 6,3% dengan jumlah kasus terbanyak di Provinsi Jawa Barat. Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur atau BBLR. Program pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil diberikan untuk memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepatuhan konsumsi suplemen besi selama kehamilan dengan BBLR setelah mengendalikan seluruh variabel confounding. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kasus kontrol dengan rasio 1:3. Sampel penelitian berasal dari data sekunder Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 khusus Provinsi Jawa Barat. Jumlah kasus untuk penelitian ini adalah 180 sampel dan kontrol 540 sampel. Variabel kovariat dalam penelitian ini adalah usia bersalin, tingkat pendidikan, status bekerja, wilayah tempat tinggal, riwayat hipertensi, adanya komplikasi, status merokok, status merokok pasif dan usia gestasi saat melahirkan. Hubungan variabel dinilai dengan analisis bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna (p>0,05) dengan peluang risiko 1,268 kali lebih besar pada ibu yang tidak patuh mengkonsumsi TTD untuk melahirkan bayi BBLR (OR= 1,268 95%CI 0,87-1,847) setelah dikontrol variabel kovariat.

Based on Riskesdas 2018, the proportion of LBW in Indonesia is 6.3% with the highest number of cases in West Java Province. Iron deficiency in pregnant women can cause restricted fetal growth, prematur birth or LBW. This study aims to look at the relationship between compliance with iron supplement consumption during pregnancy with LBW after controlling for all confounding variables. The method used in this study is case control with a ratio of 1: 3. The research sample is derived from secondary data used from the 2018 Basic Health Research in West Java Province. The number of cases for this study were 180 samples and 540 controls. The covariate variables in this study were maternal age during pregnancy, education level, work status, area of residence, history of hypertension, complications, smoking status, passive smoking status and gestational age at delivery. The relationship of variables was assessed by bivariate and multivariate analysis. The results showed no significant relationship (p> 0.05) with a 1.268 times greater chance of risk for mothers who consumed less iron supplements than 90 tablets to deliver LBW babies (OR = 1.268 95% CI 0.87-1.847) after covariate controlled variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusiana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan studi cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita usia subur usia 15-49 tahun yang mempunyai anak lahir hidup sejak Januari 2012 dan Januari 2017. Hasil analisis menggunakan regresi logistik ganda memnunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan <2tahun dan >5tahun (p value : 0.017, OR:1.9), paritas >2 (p value: 0.014, OR: 1.7, riwayat BBLR (p value: 0.000, OR: 7.2), tidak sekolah (p value:0.000, OR:9) dengan BBLR. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan keluarga berencana untuk mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak, serta dukungan dari sektor lain untuk membantu meningkatkan pendidikan wanita usia subur agar dapat meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan.

This study aims to identify risk factors for the incidence of low birth weight babies. This research in quantitative study with a cross sectional study design. The sample used in this study were women of childbearing age (15-49) who had live birth since January 2012 and januari 2017. The result of the analysis using multiple logistic regression showed that there was a significant relationship between gestation spacing <2 years and >5 years (p value: 0.017, OR:1.9), parity >2 (p value:0.014, OR: 1.7), history of low birth weight (p value: 0.000, OR: 7.2), not going to school (p value: 0.000, OR: 9) with low birth weight. There are effort to help improve family palnning services to regulate pregnancy spacing and the number of children, as well as support from other sectors to help improve the education of women of reproductive age in orser to increase access to healt service."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Madya Kharimah
"ABSTRAK
Selama dua tahun berturut-turut Kecamatan Jasinga memiliki prevalensi BBLR tinggi di Kabupaten Bogor dan menjadi satu-satunya Kecamatan yang jumlah kasusnya secara absolut melebihi 100 kasus pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran determinan dan besar hubungannya dengan kejadian BBLR di Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor Tahun 2014-2015. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan jumlah kasus sebanyak 97 dan kontrol sebanyak 97. Sumber data yang digunakan ialah register kohort ibu di seluruh puskesmas di Kecamatan Jasinga Tahun 2014-2015. Variabel independen yang diteliti antara lain faktor ibu yaitu umur, paritas dan jarak antar kehamilan serta faktor pelayanan kesehatan antara lain usia kehamilan ibu saat melakukan K1 dan jumlah kunjungan antenatal. Proporsi kejadian BBLR ditemukan lebih tinggi pada kelompok berisiko dari seluruh variabel independen. Paritas dan jarak antar kehamilan memiliki nilai p < 0,05 dan OR masing-masing sebesar 2,476 [95 CI: 1,377-4,452] dan 2,031 [95 CI: 1,147-3,599]. Sementara umur ibu, usia kehamilan saat K1 dan jumlah kunjungan antenatal memiliki nilai p > 0,05 dan OR masing-masing sebesar 1,162 [95 CI: 0,544-2,843]; 1,249 [95 CI: 0,696-2,243]; dan 1,444 [95 CI: 0,678-3,077]. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa paritas dan jarak antar kehamilan memiliki hubungan dengan kejadian BBLR di Kecamatan Jasinga Tahun 2014-2015.

ABSTRACT
For two consecutive years Jasinga District has the high prevalence of LBW in Bogor Regency and become the only district that has number of cases exceeded 100 in 2015. This study aims to know the description and the relationship of determinants with LBW in Jasinga District of Bogor Regency Years 2014 2015. This study uses case control design with 97 cases and 97 controls. The source data of this study is register cohorts of women in all primary health care in Jasinga District Years 2014 2015. The independent variables are maternal factors such as age, parity, pregnancy spacing and health service factors include gestational age at K1 and the number of antenatal visits. The proportion of LBW found to be higher in risk group of all independent variables. Parity and pregnancy spacing have p value 0.05 and OR respectively 2.476 95 CI 1.377 to 4.452 and 2.031 95 CI 1.147 to 3.599 . While maternal age, gestational age at K1 and the number of antenatal visits have p value 0.05 and OR respectively 1.162 95 CI 0.544 to 2.843 1.249 95 CI 0.696 to 2.243 and 1.444 95 CI 0.678 to 3.077 . In conclusion, parity and pregnancy spacing have a relationship with LBW in Jasinga District Years 2014 2015."
2017
S66675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Selvianita
"BBLR terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara global. Laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi BBLR yaitu sebesar 35,3%. BBLR tidak hanya menjadi prediktor utama mortalitas dan morbiditas prenatal, tetapi BBLR juga meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular di kemudian hari. Faktor kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayi yang dilahirkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kejadian BBLR di Indonesia. Desain penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 Tahun 2014. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menentukan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian BBLR. Responden penelitian sebanyak 5064 WUS yang mempunyai anak terakhir lahir hidup. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan responden (OR= 1,56; 95% CI= 1,25-1,74); status ekonomi keluarga (OR= 1,43; 95% CI= 1,21-1,69); usia saat hamil (OR= 1,28; 95% CI= 1,08-1,51), paritas (OR= 1,41; 95% CI= 1,15-1,73), usia kehamilan (OR= 4,59; 95% CI= 3,72-5,65), antenatal care (OR= 1,28; 95% CI= 1,03-1,59), dan konsumsi TTD (OR= 1,23; 95% CI= 1,06-1,45) dengan kejadian BBLR. Faktor yang paling dominan terhadap kejadian BBLR adalah usia kehamilan (p-value= < 0,001; OR= 4,61), usia kehamilan preterm memiliki peluang 4,61 kali terhadap kejadian BBLR setelah dikontrol oleh variabel pendidikan, status ekonomi keluarga, dan paritas. Kolaborasi multisektoral sangat diperlukan dalam meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan meningkatkan status gizi ibu selama kehamilan.

Low Birth Weight (LBW) continues to be a significant public health problem globally. Indonesia Health Profile Report in 2019, the most common cause of neonatal death is LBW conditions, as much as 35.3%. LBW is not only a major predictor of prenatal mortality and morbidity, but LBW also increases the risk of non-communicable diseases such as diabetes and cardiovascular disease in later life. The condition of the mother before and during pregnancy greatly determines the condition of the baby is born. This study aims to determine the determinants of the incidence of LBW in Indonesia. The design of this study is cross sectional. This research is a quantitative study using secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5 in 2014. Bivariate analysis using chi-square test. Multivariate analysis using multiple logistic regression to determine the factors that contribute to the incidence of LBW. Research subjects are 5064 eligible women who have the last child born alive. The results showed that there was a significant relationship between the respondent's education (OR= 1,56; 95% CI= 1,32-1,85); family economic status (OR= 1,43; 95% CI= 1,21-1,69); maternal age (OR= 1,28; 95% CI= 1,08-1,51), parity (OR= 1,41; 95% CI= 1,15-1,73), gestational age (OR= 4,59; 95% CI= 3,72-5,65), antenatal care (OR= 1,28; 95% CI= 1,03-1,59), iron during pregnancy (OR= 1,23; 95% CI= 1,06-1,45) with the incidence of LBW. The most dominant factor for the incidence of LBW is gestational age (p-value < 0,001; OR= 4,61), preterm gestational age has a 4.61 times chance of the incidence of LBW after being controlled by the variables of education, family economic status, and parity. Multisectoral collaboration is needed in increasing access to the use of antenatal care and improving the nutritional status of mothers during pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Irawati
"Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang substansial di setiap negara, karena menimbulkan berbagai konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang mempengaruhi kehidupan penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko paling dominan dan perbedaan proporsi kejadian bayi berat lahir rendah berdasarkan faktor janin, faktor ibu dan obstetri, dan faktor sosiodemografi pada balita di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan data Riskesdas 2018. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional dengan analisis univariat, bivariat (chi-square), dan multivariat (uji regresi logistik ganda). Data penelitian menggunakan data Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebesar 4255 balita yang bertempat tinggal di Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi BBLR di Jawa Tengah berdasarkan data Riskesdas, yaitu sebesar 5,8%. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi BBLR yang signifikan ditemukan pada variabel kehamilan ganda, paritas, komplikasi kehamilan, frekuensi kunjungan ANC, usia gestasi, dan status pendidikan ibu (p-value<0,05). Usia gestasi ditemukan sebagai faktor dominan terkait kejadian BBLR pada balita di Jawa Tengah (OR=15,50). Sosialisasi mengenai standar antenatal care yang dianjurkan dan penggalakan program-program, seperti kelas ibu hamil dapat dilakukan untuk membantu mencegah BBLR di Jawa Tengah.

Low birth weight (LBW) is a major public health challenge worldwide, with significant short-term and long-term consequences for individuals and societies. This study aims to examine the most dominant risk and variations in the proportion of LBW based on fetal factors, maternal and obstetric factors, and sociodemographic factors among toddlers in Central Java Province, utilizing the 2018 Riskesdas data. The research design employed in this study is cross-sectional, utilizing univariate, bivariate (chi-square), and multivariate analysis (multiple logistic regression). The dataset utilized for the research comprises 4255 toddlers residing in Central Java, derived from the 2018 Riskesdas data. The findings indicate that the prevalence of LBW in Central Java, as indicated by the Riskesdas data, stands at 5.8%. The analysis reveals significant disparities in the proportion of LBW concerning variables such as multiple pregnancies, parity, pregnancy complications, frequency of antenatal care visits, gestational age, and the mother's educational status (p-value <0.05). Gestational age was found to be the dominant factor related to the incidence of LBW in toddlers in Central Java (OR=15,50). Socialization regarding recommended ANC standards and promotion of programs, such as classes for pregnant women can be carried out to help prevent LBW in Central Java."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryasni
"Latar belakang: Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu bentuk gangguan pertumbuhan janin yang terbagi menjadi pertumbuhan janin terhambat dan pertumbuhan kecil masa kehamilan. Sebanyak 6,2% anak di Indonesia lahir dengan BBLR setiap tahunnya. Evaluasi pertumbuhan janin dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun penggunaan indeks pertumbuhan jarang diteliti meskipun dapat mendiagnosis lebih dini masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggunakan indeks pertumbuhan untuk memprediksi kejadian kecil masa kehamilan pada janin.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode Nested case control yang membandingkan indeks pertumbuhan antara bayi sesuai masa kehamilan dan kecil masa kehamilan. Subjek dari penelitian ini merupakan bayi yang dilahirkan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada Januari 2015 hingga Desember 2019 dan telah dilakukan pemeriksaan USG dua kali dengan interval 3-6 minggu. Janin dengan kelainan kongenital atau kehamilan ganda dieksklusi dari penelitian. Berat badan lahir dibagi menjadi kecil masa kehamilan dan sesuai masa kehamilan.
Hasil: Dalam penelitian ini didapatkan 38 bayi kecil masa kehamilan dan 152 bayi sesuai masa kehamilan. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi positif antara pertambahan diameter biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang femur selama masa gestasi dengan kejadian pertumbuhan kecil masa kehamilan (p < 0,05). Kejadian kecil masa kehamilan dapat diprediksi dengan perubahan HC < 4,9 mm/minggu dan perubahan AC < 6,9 mm/minggu.
Kesimpulan: Kejadian kecil masa kehamilan pada janin dapat diprediksi dengan pertumbuhan lingkar kepala < 4,9 mm/minggu dan pertumbuhan lingkar perut < 6,9 mm/minggu.

Background: Low birth weight (LBW) is one a form of growth disturbance, divided into fetal growth restriction and small gestational age. About 6.2% of all children in Indonesia were born with LBW. Evaluation of growth restriction can be utilized using various methods. However, use of ultrasound growth index is understudied despite its usefulness in early diagnosis of fetal growth restriction. This study aims to utilize growth index for predicting small gestational age babies.
Method: This study was a observational analytic study using nested case control method comparing fetal growth index between small gestational age and appropriate gestational age babies. Subjects of this study were babies born in Cipto Mangunkusumo National General Hospital on January 2015 to December 2019 and had been examined twice using ultrasound examination, three to six weeks apart. Fetus with congenital abnormalities or twin pregnancy were excluded from this study. Birth weight was divided into small gestational age and appropriate gestational age.
Result: There were 38 small gestational age subjects and 152 appropriate gestational age subjects included in this study. There was positive correlation between growth of biparietal diameter, head circumference, abdominal circumference, femur length, and incidence of small gestational age birth weight. (p < 0.05). Incidence of small gestational age birth weight was predicted using head circumference growth < 4,9 mm/weeks and abdominal circumference growth < 6,9 mm/weeks.
Conclusion: Small gestational age fetus could be predicted using head circumference growth < 4,9 mm/weeks and abdominal circumference growth < 6,9 mm/weeks.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>