Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180299 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rakka Deaprilando Malik
"Di masa baru dengan artificial intelligence (AI), algoritme komputer sudah menjadi fitur yang sangat berguna di pasar online. Dengan penghargaan algoritmik, proses penetapan harga untuk suatu barang menjadi lebih cepat dan akurat dengan mempertimbangkan semua data di pasar yang tersedia. Algoritme di kasus ini dapat membuat pasar yang sangat transparan dan sensitif terhadap perubahan. Dengan begitu, sebuah kekhawatiran muncul bahwa penghargaan menggunakan algoritme dapat memfasilitasi kolusi harga atau membuat hasil sebagaimana ada kartel di pasar. Ini berarti bahwa diskusi mengenai penetapan harga algoritmik harus mempertimbangkan legalitasnya dalam Pasal 101 TFEU. Namun, karena pertumbuhannya yang pesat dan tingkat kerumitannya yang tinggi, pengaplikasian Pasal 101 TFEU kepada penetapan harga algoritmik terbukti bermasalah. Artikel ini menganalisa berbagai kategori algoritme di pasar online dan kerangka hukum Article 101 TFEU dan menemukan bahwa tidak semua kategori dapat ditangkap oleh hukum kompetisi EU seperti saat ini. Dalam melakukan itu, pertanyaan riset yang digunakan terbaca: sejauh mana Pasal 101 TFEU, seperti saat ini, dapat menangkap berbagai kategori penetapan harga algoritmik

In the new age of artificial intelligence, algorithms have become a beneficial feature in an online marketplace. Algorithmic pricing in particular shortens the pricing process and produces more accurate price level considering all of the market data available. The algorithms in this case create a highly transparent market that is very sensitive to changes. With that, concern occurred that algorithmic pricing may facilitate price collusion or create cartel-like outcomes. This means that the discussion of algorithmic pricing must consider its legality per Article 101 TFEU. However, the exponential growth and complexity of artificial intelligence have made it difficult to apply Article 101 TFEU to algorithms straightforwardly. This article analyzes the different categories of algorithms in online marketplaces and the legal framework of Article 101 TFEU to find that not all categories could be captured by the existing EU competition law. In doing that, the research question reads: to what extent could Article 101 TFEU, as it currently is, capture the different categories of algorithmic pricing? "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Setiawan
"ABSTRAK
Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi sebuah teknologi yang penting dan berdampak besar pada banyak aspek kehidupan kita. Penelitian ini secara khusus meneliti bagaimana kecerdasan buatan mempengaruhi pengalaman pelanggan dalam industry ritel online. Pengalaman pelanggan adalah factor penting dalam bisnis untuk memberikan keunggulan kompetitif. Karena itu, perusahaan menjadi lebih memperhatikan pengalaman pelanggan. Industri ritel online telah menjadi pengganti belanja ritel tradisional. Perusahaan berbasis e-commerce lainnya telah meningkatkan ketuntungannya dan menjadi lebih kompetitif dengan mengintegrasikan operasinya menggunakan AI. Saat ini, penjualan global e-commerce mencapai $2.304 miliar pada tahun 2017 dan diperkirakan akan tumbuh sebesar $ 4.878 miliar pada tahun 2021, yang berarti penjualan akan dua kali lipat hanya dalam empat tahun. Dengan bantuan AI, pengalaman pelanggan dapat ditingkatkan lebih lanjut. Dengan demikian, penelitian ini meneliti tentang bagaimana AI dalam industry ritel online berperan dalam membentuk keunggulan kompetitif. Teori dasar untuk penelitian ini adalah dari pandangan berbasi sumber daya dan kemampuan dinamis dimana itu menganalisis tentang bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan sumber dayanya dan terus beradaptasi di pasar yang dinamis. Karena ada banyak bukti bahwa kemajuan dalam informasi dan teknologi mempengaruhi kehidupan kita dengan cara yang lebih baik, harapan dalam penelitian ini adalah bahwa AI dapat secara drastic mengubah / meningkatkan cara kerja bisnis, dalam hal ini, pengalaman pelanggan.

ABSTRACT
Artificial Intelligence (AI) is becoming an important technology and has substantially impact on many aspects of our lives. This paper specifically examines how Artificial intelligence influence customer experience in the online retail industry. Customer experience is the critical factor of business to provide a competitive advantage. Because of that, companies are becoming more aware of customer experience. The online retail industry has become a substitute for traditional retail shopping. Other e-commerce-based companies also have increased profit and becoming more competitive by integrating its operation using AI. Currently, the global sales of e-commerce are $2,304 billion in 2017 and are forecasted to grow for $4,878 billion in 2021, which means the sales will be doubled in just four years. With the help of AI, the customer experience can be increased further. Thus, this research inspects on how AI in the online retail industry plays a role in shaping competitive advantage. The fundamental theory for this study is resource-based view and dynamic capabilities where it analyses on how companies able to utilize its resource and continuously adapt in the dynamic market. Because there is much proof that advancement in information and technology is affecting our lives in a better way, the expectation in this research is that AI can drastically change/improve how business works, in this case, the customer experience."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Duwiningrum
"Ancaman siber yang semakin canggih dan sering mengincar organisasi menuntut pendekatan keamanan yang lebih kuat. Salah satu solusi yang terbukti efektif adalah penerapan Zero Trust Architecture (ZTA), yang dapat meningkatkan ketahanan jaringan dengan mencegah penyebaran malware dan lateral movement. Namun, implementasi ZTA sering kali memerlukan sumber daya yang besar dan biaya yang tinggi, sehingga sulit dijangkau oleh organisasi dengan keterbatasan anggaran dan infrastruktur. Penelitian ini menghasilkan dan mempublikasikan AutoZT, sebuah alat otomatisasi yang menggabungkan dua fungsi utama: ZTscan, yang mengintegrasikan Masscan dan Nmap untuk mempercepat serta meningkatkan akurasi resource discovery jaringan; dan modul perancangan ZTA yang menyederhanakan proses microsegmentation jaringan. AutoZT dikembangkan untuk membantu administrator jaringan dalam mengidentifikasi aset dan celah keamanan secara efisien, serta mempermudah perancangan kebijakan Zero Trust yang tepat. Alat ini telah dipublikasikan secara terbuka melalui GitHub agar dapat diakses, dievaluasi, dan dikembangkan lebih lanjut oleh siapa pun. Kinerja AutoZT dievaluasi menggunakan skenario berbasis GNS3 dengan metrik utama meliputi akurasi, kecepatan, validitas, dan ketahanan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ZTscan, sebagai bagian dari AutoZT, mampu menyelesaikan pemindaian 10,64% lebih cepat dibandingkan Nmap TCP SYN dengan akurasi 100% serta mencapai peak throughput yang 13,8% lebih rendah dan lebih stabil, sehingga mengurangi risiko lonjakan trafik yang mengganggu. AutoZT diuji pada dua skenario topologi jaringan dan menghasilkan akurasi sebesar 100% dan 92%, serta validitas konfigurasi sebesar 100% dan 76%, menunjukkan efektivitas yang tinggi terutama pada topologi jaringan yang lebih sederhana. Selain itu, AutoZT berhasil meningkatkan ketahanan jaringan terhadap lateral movement, dengan menurunkan potensi serangan dari 100% menjadi 7% pada skenario pertama, dan dari 92% menjadi 7% pada skenario kedua melalui penerapan konfigurasi VLAN dan ACL pada perangkat yang tersedia. Temuan ini menunjukkan bahwa AutoZT merupakan solusi inovatif, praktis, dan terbuka bagi organisasi dengan sumber daya terbatas untuk memulai penerapan ZTA secara efektif, sekaligus meningkatkan postur keamanan jaringan tanpa beban biaya dan kompleksitas yang tinggi.

The growing sophistication and frequency of cyber threats targeting organizations demand a more robust security approach. One proven effective solution is the implementation of Zero Trust Architecture (ZTA), which can improve network resilience by preventing the spread of malware and lateral movement. However, implementing ZTA often requires large resources and high costs, making it difficult to reach for organizations with limited budgets and infrastructure. This research produces and publishes AutoZT, an automation tool that combines two main functions: ZTscan, which integrates Masscan and Nmap to accelerate and increase the accuracy of network resource discovery; and a ZTA design module that simplifies the network microsegmentation process. AutoZT is developed to help network administrators in efficiently identifying assets and security gaps, as well as facilitating the design of appropriate Zero Trust policies. This tool has been openly published through GitHub so that it can be accessed, evaluated, and further developed by anyone. The performance of AutoZT is evaluated using a GNS3-based scenario with the main metrics including accuracy, speed, validity, and resilience. Test results show that ZTscan, as a part of AutoZT, is able to complete scanning 10.64% faster compared to Nmap TCP SYN with 100% accuracy and achieve peak throughput that is 13.8% lower and more stable, thereby reducing the risk of disruptive traffic spikes. AutoZT was tested on two network topology scenarios and produced accuracy of 100% and 92%, as well as configuration validity of 100% and 76%, showing high effectiveness especially on simpler network topologies. In addition, AutoZT successfully increased network resilience against lateral movement by reducing attack potential from 100% to 7% in the first scenario, and from 92% to 7% in the second scenario through the application of VLAN and ACL configurations on available devices. These findings show that AutoZT is an innovative, practical, and open solution for organizations with limited resources to start implementing ZTA effectively, while also improving network security posture without the burden of high costs and complexity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Dwi Putra Widyarman
"Latar Belakang: COVID-19 merupakan penyakit infeksi yang menjadi sebuah pandemi global dalam waktu singkat. Radiologi memegang peranan penting menggunakan modalitas radiografi toraks untuk identifikasi COVID-19 dengan melihat gambaran ground glass opacity (GGO) dan konsolidasi. Melakukan interpretasi radiografi toraks dengan benar masih menjadi tantangan dimana akurasi tertinggi dipegang oleh dokter spesialis radiologi divisi toraks. LUNIT INSIGHT CXR merupakan salah satu sistem artificial intelligence (AI) yang dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi pembacaan radiografi toraks. Hingga saat ini berlum ada sistem AI lain di RSUPN Cipto Mangunkusumo yang dapat menginterpretasi radiografi toraks. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi manfaat sistem AI LUNIT INSIGHT CXR dalam membantu dokter radiologi mendeteksi GGO dan konsolidasi yang merupakan gambaran radiografi toraks paling sering pada pasien COVID-19. Metode: Studi ini merupakan studi retrospektif menggunakan gambaran radiografi toraks pasien tersangka COVID-19. Radiografi toraks diinterpretasi oleh dokter radiologi umum tanpa dan dengan bantuan sistem AI dibandingkan dengan interpretasi dokter radiologi divisi toraks menggunakan variabel ada atau tidaknya lesi, interpretasi GGO, interpretasi konsolidasi serta interpretasi berdasarkan lokasi lapangan paru yang terlibat. Hasil: Kelainan paling banyak ditemukan adalah GGO dengan lokasi di lapangan bawah kedua paru baik oleh dokter radiologi umum dan dokter radiologi divisi toraks. Ditemukan konkordans penilaian GGO yang rendah (< 0,8) sedangkan penilaian konsolidasi ditemukan konkorans baik (> 0,8). Berdasarkan lokasi ditemukan konkordans terendah di lapangan tengah paru kanan (0,773) pada kelompok dengan bantuan sistem AI. Konkordans pada lokasi lain ditemukan baik (> 0,8). Tidak ditemukan perbedaan signifikan pada konkordans antara tanpa dan dengan bantuan sistem AI. Simpulan: Dalam studi ini tidak ditemukan perbedaan kesesuaian penilaian GGO maupun konsolidasi pada radiografi toraks antara dokter radiologi tanpa dan dengan bantuan sistem AI LUNIT INSIGHT CXR

Background: COVID-19 is an infectious disease that quickly became a global pandemic. Radiology holds an important role in COVID-19 early detection using chest radiograph by evaluating ground glass opacity (GGO) and consolidation. Correctly interpreting chest radiograph is still a challenge where chest division radiologists holds the highest accuracy. LUNIT INSIGHT CXR is an artificial intelligence (AI) system that created to increase efficiency and accuracy in interpreting chest radiograph. Until now there are no other AI system in Cipto Mangunkusumo National General Hospital that can interpret chest radiograph. This study aims to evaluate the benefit of LUNIT INSIGHT CXR AI system to help radiologists detect GGO and consolidation, the most common findings in COVID-19 patients. Method: This study is a retrospective study using chest radiograph image of suspected COVID-19 patients. Chest radiograph will be interpreted by general radiologist with and without AI system’s aid, compared with interpretation by chest division radiologist using presence of lesion, GGO interpretation, consolidation interpretation and location of the lesion as variables. Result: Most common findings are GGO with lower lung as the most common location by all interpreter. Concordance of GGO interpretation is low (< 0,8) whereas concordance of consolidation interpretation is good (> 0,8). Based on location, the lowest concordance is on the mid right lung (0,773) in the group with AI system’s aid. Concordance in other locations are good (> 0,8). There is no significant difference of concordance between with and without AI system groups. Conclusion: There are no difference in concordance of GGO and consolidation interpretation in chest radiograph between radiologists with and without LUNIT INSIGHT CXR system’s aid. "
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahimah Rahmadian
"Keadaan geografis Indonesia memberikan kesempatan untuk perusahaan penyedia satelit untuk mengembangkan bisnisnya. Pengembangan tren satelit saat ini mengarah ke High Throughput Satellite (HTS), yang dapat diklasifikasikan sebagai teknologi yang sudah matang, dibuktikan dengan diluncurkannya HTS oleh banyak operator di dunia. PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. Telkom), sebagai perusahaan telekomunikasi milik negara, perlu meluncurkan HTS untuk memenuhi ambisinya untuk menjadi tiga besar penyedia layanan satelit di Asia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis studi kelayakan implementasi HTS di PT. Telkom menggunakan analisis tekno ekonomi, yang menghitung aspek teknis dan ekonomi dalam implementasi HTS. Perhitungan link budget menghasilkan adanya link margin dan kondisi bandwidth limited, yang menunjukkan sistem berada dalam performansi yang layak. Desain layout beam berdasarkan potensi user menghasilkan 43 beams dengan 6 gateway. Sedangkan dari aspek ekonomi, hasil penelitian menunjukkan bahwa Payback Period (PBP) dalam proyek selama 8,46 tahun dengan nilai IRR sebesar 20,61% dan NPV sebesar Rp1.031.349.555,99. Berdasarkan parameter-parameter tersebut dapat dilihat bahwa investasi HTS tergolong layak untuk diimplementasikan di PT. Telkom.

Indonesia’s geographical condition allowed satellite operators to develop their business. Current development of satellite trends leads to High Throughput Satellite (HTS) which could be classified as a mature technology, proven by HTS launched by many operators. PT. Telekomunikasi Indonesia as the biggest state-owned telecommunication companies in Indonesia should launch HTS to fulfil its ambition to be the top 3 full satellite service providers in Asia. This research aims to analyze the feasibility study of HTS implementation in PT. Telkom uses techno-economic analysis, which calculates technical and economic aspects in the implementation of HTS. Link budget calculations provide link margins and bandwidth-limited condition, which shows the system is in decent performance. The beam layout design based on the user's potential produces 43 beams with 6 gateways. From the economic aspect, the results showed that the Payback Period (PBP) duration is 8.46 years with an IRR of 20.61% and an NPV of Rp1,031,349,555.99. Based on these parameters, HTS investment is considered feasible to be implemented in PT. Telkom."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Gita Permata Wansah
"Kesadaran itu bukanlah aktivitas mental yang terbatas pada otak tetapi fenomena kompleks yang diwujudkan dan diatur oleh aktivitas sistem saraf yang dapat disebut sebagai perasaan. Kesadaran terjadi ketika substansi pikiran, seperti persepsi dan/ perasaan secara spontan diidentifikasi sebagai bagian dari organisme/pemilik tertentu. Identifikasi diberikan oleh aliran homeostasis yang berkelanjutan, yang menerjemahkan proses pengaturan kehidupan. Dalam penelitian ini, penulis berupaya untuk mengelaborasi lebih konkret bagaimana kesadaran (persepsi, memori, imajinasi) yang termanifestasi dari homeostasis ini dapat mengambil alih daya kognisi manusia dalam menentukan setiap keputusan yang mengakibatkan intoksikasi politik. Hal ini dipengaruhi cara kerja neuromarketing politik yang membangun algoritma nilai jual terhadap persona kandidat politisi dengan pendekatan neurosains. Menggunakan metode analisis konseptual dan refleksi kritis adanya kecenderungan bias bahwasanya otak menginsinuasikan insting alamiah seseorang dalam bentuk keterikatan emosi terhadap pilihan politiknya pada dimensi sosio-religiositas. Pada akhirnya, penelitian ini membangun perspektif utuh dalam menjabarkan hubungan yang signifikan antara mind subjek, pola perilaku konsumer politik dalam sistem demokrasi dan resiko epistemik etika artificial intelligence.

Consciousness is not a mental activity limited to the brain but a complex phenomenon that is realized and regulated by the activity of the nervous system which can be called feelings. Consciousness occurs when thought substances, such as perceptions and/feelings are spontaneously identified as part of a particular organism/owner. Identification is provided by a continuous homeostatic flow, which translates the regulatory processes of life. In this research, the author attempts to elaborate more concretely on how consciousness (perception, memory, imagination) which is manifested from homeostasis can take over human cognitive power in determining every decision that results in political intoxication. This is influenced by the way political neuromarketing works, which builds selling value algorithms for the personas of political candidates using a neuroscientific approach. Using conceptual analysis and critical reflection methods, there is a biased tendency that the brain insinuates a person's natural instincts in the form of emotional attachment to their political choices in the socio-religiosity dimension. In the end, this research builds a complete perspective in explaining the significant relationship between the subject's mind, political consumer behavior patterns in a democratic system and the ethical epistemic risks of artificial intelligence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Hafizh Permana
"Marketplace adalah wadah bagi para pebisnis yang ingin melakukan proses penjualan tanpa toko fisik dan dapat memberikan peluang bisnis yang fleksibel. Pada marketplace terdapat banyak penjual yang melakukan transaksi dibandingkan dengan e-commerce yang hanya memiliki satu penjual saja. Pengguna marketplace di Indonesia sudah cukup masif dengan jumlah revenue dari marketplace di Indonesia mencapai 27 miliar dollar dari segi user, jumlah user marketplace di Indonesia sudah mencapai 129,94 juta user. Pada aplikasi marketplace terdapat gamifikasi yang digunakan pengembang marketplace untuk meraih engagement dari penggunanya. Gamifikasi sendiri merupakan sebuah teknik pengambilan elemen-elemen yang ada pada sebuah game ke aplikasi non-game. Pengimplementasian gamifikasi pada marketplace belum diteliti apakah gamifikasi yang sudah dikembangkan memiliki dampak positif terhadap penggunanya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak masing-masing kategori dari gamifikasi terhadap setiap dimensi yang ada pada brand engagement. Kategori yang diteliti pada penelitian ini adalah gamifikasi yang bersifat immersion, achievement serta social. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode partial least square structural equation modelling (PLS-SEM) dengan survei virtual yang diisi oleh 484 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa setiap kategori gamifikasi (immersion, achievement dan social memiliki dampak yang berbeda-beda. Kategori gamifikasi achievement mempengaruhi semua dimensi dari brand engagement sedangkan kategori immersion tidak mempengaruhi dimensi emotional dan kategori social hanya mempengaruhi dimensi sosial dan cognitive dari brand engagement. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengembang marketplace dalam mengevaluasi setiap pengimplementasian gamifikasi kedepannya.

A marketplace is a place where customers can search for goods or products that match their capacity. The market for Indonesia's marketplace is already huge, as evidenced by the number of marketplace users reaching 129.94 million users. Marketplaces in Indonesia have implemented several gamification features such as badges, levels, rewards, etc. Gamification is used because it has been shown to have a positive impact on its users. One of the positive effects of gamification is increased sales to a brand after gamification is implemented. The implementation of gamification can also affect engagement between brands and their users. This research was conducted to examine the effect of brand engagement and gamification. This research examines the impact of three gamification categories, namely immersion, achievement, and social, on dimensions of brand engagement such as cognitive, social, emotional, and behavioral. Apart from the influence of brand engagement and gamification, this research also looks at the impact between brand engagement and brand awareness. This research was conducted on 484 respondents and processed using the PLS-SEM method. This study indicates that each gamification category has a different impact on the dimensions of brand engagementThe results of this study are expected to assist marketplace developers in evaluating any future implementation of gamification."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangalila, Ferlansius
"Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan pemanfaatan AI oleh individu dan masyarakat telah membawa dampak ambivalensi dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya manfaat positif melainkan juga dampak viktimisasi terkait AI yang terus meningkat. Namun fenomena Viktimisasi AI (VAI) belum diteliti lebih dalam di luar cybercrime terkait AI. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dinamika interaksi antara pengguna dan struktur AI dalam praktik kehidupan sehari-hari, terutama implikasi VAI dalam praktik sosial, bisnis dan politik. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara dengan korban dan pakar terkait, serta analisis berbagai artikel terkait. Hasil analisis mengungkapkan bahwa VAI merupakan produk dari pola hubungan pengguna dan struktur AI yang dinamis dalam praktik kehidupan sehari-hari. Adanya faktor endogen dan faktor eksogen yang mempengaruhi antara lain meliputi ketergantungan terhadap teknologi AI, kerentanan data dan karakter personal, keterpaksaan situasional akibat kebijakan terkait AI, dan kewajiban sistem dalam berbagai model AI. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya kebijakan hukum baru yang mendalam dalam hal pengembangan, implementasi dan penggunaan AI, serta kolaborasi lintas disiplin untuk mengatasi kompleksitas dan risiko yang terkait dengan pemanfaatan AI. Penelitian yang berkelanjutan di bidang viktimologi terkait VAI diharapkan dapat memberikan landasan etis dalam perlindungan dan pelayanan korban di era digital yang semakin maju.

The Industrial Revolution 4.0 which is marked using AI by individuals and society has brings ambivalence to everyday life, not only positive benefits but also the impact of victimization related to AI which continues to increase. However, the phenomenon of AI Victimization (VAI) has not been researched more deeply outside of AI- related cybercrime. This research aims to investigate the dynamics of interaction between users and AI structures in daily life practices, especially the implications of VAI in social, business, and political practices. Using a qualitative approach through interviews with victims and related experts, as well as analysis of various related articles. The analysis results reveal that VAI is a product of user relationship patterns and dynamic AI structures in daily life practices. The presence of endogenous and exogenous factors that influence include, among others, dependence on AI technology, vulnerability of data and personal characteristics, situational compulsions due to AI-related policies, and system obligations in various AI models. The implication of this research is the need for new, in-depth legal policies regarding the development, implementation, and use of AI, as well as cross-disciplinary collaboration to overcome the complexity and risks associated with the use of AI. It is hoped that ongoing research in the field of victimology related to VAI can provide an ethical basis for protecting and serving victims in the increasingly advanced digital era."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ageng Kharisma Putri
"Teknologi 5G saat ini digadang-gadang menjadi primadona operator seluler yang menawarkan jaringan internet dengan kecepatan tinggi bagi penggunanya. Namun dengan adanya keterbatasan spektrum frekuensi, pemerintah perlu mengalokasikan spektrum frekuensi untuk teknologi 5G ini. Salah satu kandidat spektrum frekuensi yang akan dialokasikan untuk implementasi teknologi 5G adalah spektrum frekuensi 3,5 GHz yang saat ini sudah dipakai oleh operator satelit (spektrum frekuensi Extended C-Band), sehingga pemerintah perlu melakukan realokasi frekuensi 3,5 GHz. Pemerintah akan menerima Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang lebih besar dengan adanya realokasi spektrum 3,5 GHz. Namun, apabila teknologi 5G diimplementasikan pada frekuensi tersebut, operator satelit tidak bisa lagi memakai spektrum frekuensi tersebut. Hal ini tentu akan memberikan dampak penurunan terhadap performansi bisnis satelit karena operator satelit kehilangan kesempatan bisnisnya. Pemerintah perlu mempertimbangkan skema perhitungan kompensasi untuk operator satelit. Hasil perhitungan besaran nilai kompensasi tiap satelit akan berbeda, untuk Satelit A sebesar Rp 1.537.750.000.000, Satelit B sebesar Rp 1.476.246.000.000, dan Satelit C sebesar Rp 1.104.926.000.000. Tesis ini akan menganalisis perhitungan kompensasi untuk Satelit A, B, dan C sebagai dampak dari realokasi spektrum frekuensi 3,5 GHz.

Mobile operators believed that 5G could offer high-speed internet networks for their users. However, due to the limited frequency spectrum, the Government needs to reallocate the frequency spectrum for the 5G implementation. One of the frequency spectrum candidates for the 5G implementation is the 3,5 GHz frequency spectrum. But, currently, this frequency is allocated for satellite as Extended C-Band. The government will receive a larger Non-Tax State Revenue (PNBP) with the reallocation of the 3.5 GHz spectrum frequency. However, if 5G technology is implemented on these frequencies, satellite operators may no longer use Extended C-Band due to the interferences impacting the satellite operators' business. Satellite operators will suffer from losses since they lost their business opportunities. With frequency reallocation, it is necessary to provide fair compensation to satellite operators. The results of the compensation calculation is different for each satellite, for Satellite A of Rp. 1.537.750.000.000, for Satellite B of Rp. 1.476.246.000.000, and for Satellite C of Rp. 1.104.926000.000. This research contributes to formulation compensation for satellite A, B, and C as a result of the reallocation of the 3,5 GHz frequency spectrum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pei Wang, editor
"This book is the very first collection in the field of Artificial General Intelligence (AGI) focusing on theoretical, conceptual, and philosophical issues in the creation of thinking machines. All the authors are researchers actively developing AGI projects, thus distinguishing the book from much of the theoretical cognitive science and AI literature, which is generally quite divorced from practical AGI system building issues. And the discussions are presented in a way that makes the problems and proposed solutions understandable. "
Paris: Atlantis Press, 2012
e20406538
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>