Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84363 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Rizkina Hendra Putri
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan antara Sekolah Alam Bandung dengan kualitas akustik yang dihasilkan. Sekolah merupakan tempat anak menimba ilmu, yang dibantu oleh guru. Penyampaian informasi dan edukasi dalam sekolah berupa speech, sehingga, kualitas akustik yang dibutuhkan adalah dry speech. Kualitas akustik ini didapatkan panjang gema yang rendah. Untuk mengetahui kualitas akustik di dalam ruangan, metode penelitian yang dilakukan adalah metode kuantitatif dan pembacaan langsung, yang kemudian dijabarkan secara deskriptif. Panjang gema dapat diukur melalui luas bidang, volume, dan material yang digunakan pada bangunan. Pada sekolah alam, material yang digunakan adalah material alami, salah satunya kayu. Material alami cenderung memantulkan bunyi, sehingga umumnya menimbulkan panjang gema yang tinggi. Namun dikarenakan sekolah alam memiliki banyak bukaan dan volume ruangan yang kecil, panjang gema yang dihasilkan di dalam ruangan kelas rendah. Selain dari panjang gema, kualitas akustik dapat diukur juga melalui distribusi bunyi melalui taraf intensitas bunyi. Distribusi bunyi pada sekolah alam ini baik. Hal ini dapat terjadi karena material yang digunakan adalah material pemantul bunyi. Hasil dari penelitian ini bahwa lebih baik volume dan luas lantai kelas diperbesar sehingga sesuai dengan peraturan pemerintah dan dapat meningkatkan panjang gema karena panjang gema yang dimiliki sekarang merupakan batas bawah kenyamanan akustik.

This essay is about the relation between Nature School Bandung with its acoustical quality. School is a place to study, and assist by teachers. The educational information is delivered by speech, therefore the acoustical quality needed is dry speech. A shorter reverberation time is needed to achieve the dry speech quality. To quantify the acoustical quality, the survey method are visit the building, then using the sound level meter to measure the sound intensity in the building. After collecting the datas, study is described descriptively. Reverberation time is measured by the equation of area, volume, and material used inside the space. Bandung Nature School uses natural material such as wood, bamboo, and exposed brick. Natural material usually have low absorbent coefficient, they likely to give higher reverberation time. But, having lots of openings give the classroom a shorter reverberation time. In addition to reverberation time, sound distribution is also important as a factor of measuring acoustical quality. Sound distribution is measured by sound intensity. Bandung Nature School’s sound distribution is qualified as good. Having reflector material as main material inside the classroom makes the sound distributed evenly. The result of this study is to extend the floor area and room’s volume to conform with the government’s policy. Floor area and room’s extension might increase the reverberation time to reach the average number of good acoustical quality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Zefania Alex Owen
"Skripsi ini membahas tentang kualitas akustik ruang yang terjadi di dalam bangunan Gereja HKBP TMII. Fokus penelitian ini adalah untuk menilai sejauh mana kriteria akustik dapat terpenuhi di dalam ruang ibadah Gereja HKBP TMII. Pendekatan penelitian dilakukan dengan mendefinisikan unsur-unsur akustik yang ada di dalam Gereja HKBP TMII dan kemudian dilakukan pengukuran parameter akustik. Parameter akustik yang dihitung adalah distribusi suara dalam ruang, tingkat kebisingan latar belakang, tingkat intensitas bunyi yang dihasilkan sumber bunyi terhadap pendengar, serta penghitungan waktu dengung di dalam ruang. Proses perhitungan melibatkan pengumpulan data secara langsung di lapangan menggunakan sound level meter serta perhitungan yang dilakukan secara manual. Hasil penelitian dalam skripsi ini mengindikasikan bahwa distribusi suara di dalam Gereja HKBP TMII berlangsung baik, namun kurangnya perhatian terhadap material bangunan menyebabkan tingginya waktu dengung yang terjadi di dalam ruang ibadah Gereja HKBP TMII. Oleh karena itu, penulis menyarankan upaya perbaikan akustik yang berfokus pada penambahan material-material absorban untuk mengoptimalkan kualitas akustik ruang tersebut.

This study delves into the acoustic quality of the space within the HKBP TMII Church building. The primary focus of this research is to assess the extent to which acoustic criteria are met within the worship space of the HKBP TMII Church. The research approach involves defining the acoustic elements present within the HKBP TMII Church and subsequently measuring acoustic parameters. Calculated acoustic parameters include sound distribution within the space, background noise levels, the intensity of sound produced by the sound source to the listener, and the calculation of reverberation time within the space. The calculation process involves collecting data directly in the field using a sound level meter and performing manual calculations. The findings of this thesis indicate that sound distribution within the HKBP TMII Church is satisfactory, but the lack of attention to building materials results in a high reverberation time within the worship space. Therefore, the author recommends acoustic improvement efforts that focus on adding absorbent materials to optimize the acoustic quality of the space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendang Belantara
"Arsitektur berkelanjutan mendorong pembangunan arsitektur hijau, salah satunya melalui sertifikasi green building. Pada sertifikasi green building, aspek yang diperhatikan salah satunya adalah kenyamanan dalam ruang, yang meliputi salah satunya tentang kenyamanan akustik. Namun, dalam praktiknya, kenyamanan akustik dalam bangunan hijau sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup dikarenakan lebih mementingkan aspek keberlanjutan lain. Padahal, kenyamanan akustik harus diperhatikan untuk menjaga produktivitas dan kesehatan penghuni. Kenyamanan akustik setiap ruang memiliki kebutuhan berbeda-beda, khususnya ruang untuk berbicara seperti ruang kelas. Oleh karena itu, aspek yang penting dalam ruang kelas seperti speech intelligibility diperlukan untuk menciptakan ruang yang nyaman untuk kegiatan percakapan belajar mengajar. Dengan mengukur komponen yang mempengaruhi speech intelligibility seperti background noise, sound pressure level, signal to noise ratio, noise criteria dan speech transmission index pada studi kasus ruang kelas SD Negeri 08 Ragunan, didapatkan hasil pengukuran akustik yang mengindikasikan desain akustik untuk mencapai speech intelligibility yang sesuai dengan fungsi ruang untuk berbicara belum sepenuhnya diterapkan.

Sustainable architecture encourages the development of green architecture, one of which is through green building certification. In green building certification, one aspect that is considered is indoor comfort, which includes acoustic comfort. However, in practice, acoustic comfort in green buildings often does not receive enough attention because of other aspects of sustainability even though acoustic comfort must be considered to maintain the productivity and health of occupants. The acoustic comfort of each room has different needs, especially rooms for speech such as classrooms. Therefore, important aspects in the classroom such as speech intelligibility are needed to create a comfortable space for conversation involving teaching and learning activities. By measuring components that influence speech intelligibility such as background noise, sound pressure level, signal to noise ratio, noise criteria and speech transmission index in the case study of the classroom at 08 Ragunan Public Elementary School, acoustic measurement results were obtained which indicate the acoustic design achieving good speech intelligibility of rooms for speech has not been fully implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
TA203
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati Atik
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Eviutami Mediastika
Yogyakarta: Andi, 2009
729.29 CHR m (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sitha Christine
"Background: As the second most common congenital structural anomaly, CL/P may functionally disable children with regard to eating, drinking, speaking, breathing, and hearing. Psychosocial health issue is important in school-age children because by the
age of 7 years, children start to make judgments about physical attractiveness in their peers. This study aims to evaluate psychosocial problems in Indonesian cleft center school-age patients identified using CBCL/6-18 despite any surgical interventions. Methods: We conducted a cross-sectional study on patients’ parents from Bandung,
Indonesia from 2011 to 2016, have undergone CL/P associated surgeries in Bandung Cleft Center using the Bahasa Indonesia version of CBCL/6-18 questionnaire (administered orally by phone). The data was entered to the official ASEBA-Web
online calculator. We depicted the findings using descriptive statistics. Results: There were 104 patents who can be contacted from the Bandung Cleft Center surgery database from 2011 to 2016. The median age was 8 years old, 56.7% of them were male, and 73.0% of them has cleft of lip, gum, and palate. We found that the speech and appearance problem were not perceived on 36 patients (34.6%) after undergoing surgery. We found that 78,8% of the patients had below normal score in Activities scale, while 93.3% of the patient had normal score in the Social scale and 92.3% of the patient had normal score School scale. Seven patients (6.7%) scored Borderline or Clinical Range in the Problem Items section. Sixteen patients (15.4%) were noted for some of the Critical Items put in among the Problem Items checklist as a
red flag indicator. Conclusion: In this study, we found 6.7% of the school-age children population with
CL/P had psychosocial problems. As the Indonesian population is very diverse, a wider sample from all regions of Indonesia are necessary to give more complete understanding. The result of this study hopefully can shed some light in the long-term
psychosocial conditions of the CL/P children post-operatively and be a baseline for further studies and care in Indonesian cleft center

Latar Belakang: Sebagai kelainan kongenital struktural kedua paling umum, CL/P dapat menyebabkan gangguan fungsional dalam hal makan, minum, berbicara, bernapas, dan mendengar. Masalah psikososial menjadi penting pada anak usia sekolah
karena pada usia 7 tahun, anak mulai dapat melakukan penilaian daya tarik fisik pada teman sebayanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi masalah psikososial pada pasien usia sekolah di pusat sumbing Indonesia menggunakan CBCL / 6-18 setelah dilakukan intervensi bedah. Metode: Kami melakukan studi potong lintang pada orang tua pasien dari Bandung,
Indonesia dari tahun 2011 hingga 2016, telah menjalani operasi terkait CL/P di Bandung Cleft Center menggunakan kuesioner CBCL / 6-18 versi Bahasa Indonesia (diberikan secara lisan melalui telepon). Data dimasukkan ke kalkulator online resmi ASEBA-Web. Kami menguraikan temuan menggunakan statistik deskriptif. Hasil: Terdapat 104 pasien yang dapat dihubungi dari database operasi Bandung Cleft
Center dari tahun 2011 sampai 2016. Median umur adalah 8 tahun, 56,7% berjenis
kelamin laki-laki, dan 73,0% diantaranya mengalami celah bibir, gusi, dan lelangit.
Kami menemukan bahwa masalah bicara dan penampilan tidak dikeluhkan pada 36
pasien (34,6%) setelah menjalani operasi. Kami menemukan bahwa 78,8% pasien memiliki skor di bawah normal pada skala Aktivitas, sedangkan 93,3% pasien memiliki skor normal pada skala Sosial dan 92,3% pasien memiliki skor normal Skala Sekolah.
Tujuh pasien (6,7%) mendapat skor borderline atau clinical range di bagian Problem Items. Enam belas pasien (15,4%) dicatat untuk beberapa Critical ITems yang dimasukkan dalam daftar periksa Problem Items sebagai indikator bendera merah. Kesimpulan: Dalam penelitian ini ditemukan 6,7% dari populasi anak usia sekolah dengan CL/P memiliki masalah psikososial. Mengingat jumlah penduduk Indonesia
yang sangat beragam maka diperlukan sampel yang lebih luas dari seluruh wilayah
Indonesia untuk memberikan pemahaman yang lebih lengkap. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjelaskan kondisi psikososial jangka panjang pada anak CL / P
pasca operasi dan menjadi dasar untuk studi dan perawatan lebih lanjut di pusat
sumbing di Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arwan Syarief
"Penyelenggaraan program Sekolah Bertaraf Internasional di SMP Negeri 5 dan SMA Negeri 3 Bandung sudah berjalan dalam waktu 4 tahun. Setelah 4 tahun berjalan implementasi kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional pada kedua sekolah tersebut, perlu dilakukan analisis atau evaluasi untuk mengetahui keberhasilan program tersebut.
Analisis penelitian ini berdasarkan teori yang disampaikan oleh George C. Edward III (1980). Menurut George C. Edward III ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan publik yaitu, faktor komunikasi, faktor sumberdaya,faktor sikap/disposisi dan faktor struktur birokrasi.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, studi eksplorasi terhadap kepustakaan yang relevan. Hasil penelitian ini di SMP Negeri 5 Bandung menunjukkan bahwa, faktor komunikasi masih mengalami hambatan atau kendala di dalam implementasi kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional, terkait masih belum samanya persepsi antara Kepala SMP Negeri 5 Bandung dengan Wakil Kepala SMP Negeri 3 Bandung. Faktor lain yang menjadi hambatan atau kendala adalah faktor sarana dan prasarana terutama, terkait pemenuhan ruang kelas belum seluruhnya berbasis TIK/ICT.
Hasil Penelitian di SMA Negeri 3 Bandung, menunjukkan bahwa, faktor SDM terutama Guru masih menjadi kendala atau hambatan, terutama Guru-guru yang sudah berusia 40 tahun keatasmasih belum maksimal dalam memberikan materi dalam bahasa Inggris. Faktor lainnya adalah faktor saran dan prasarana terkait pemenuhan lahan tanah sebagai pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional.

Factors that influence the implementation of international school policy in SMP Negeri 5 Bandung and SMA Negeri 3 Implementation of international school program at Junior High School 5 and SMA Negeri 3 Bandung has been running in 4 years. After 4 years of running international school policy implementation at both schools, the need to do analysis or evaluation to determine the success of the program. The analysis of this study is based on the theory presented by the George C. Edward III (1980). According to George C. Edward III, there are four factors that influence the successful implementation of public policy, namely, communication factors, resource factors, factor the attitude / disposition and bureaucratic structure factor.
This study uses a quantitative approach, in which the framework of theoretical concepts to the development of strategies to be assessed and analyzed through exploratory study of the relevant literature.
The results of this study in SMP Negeri 5 Bandung indicates that, the communication factor is still experiencing delays or obstacles in the implementation of international school policy, is still associated with him in perception between the Head of Junior High School 5 deals with the Deputy Head of SMP Negeri 3 Bandung. Another factor is a barrier or obstacle is a factor, especially infrastructure, related to the fulfillment of the classrooms have not been entirely based ICT / ICT. Outcomes Research in SMA Negeri 3 Bandung, showed that, human factors, especially Guru is still an obstacle or hindrance, especially teachers who are aged 40 years and over still have not been up to provide material in English. Another factor is the factor of suggestions and related infrastructure land as the fulfillment of international school development."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30430
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Rahadianty
"Pertemanan merupakan salahsatu kunci keberhasilan dari dibentuknya pendidikan inklusif. Berdasarkan penelitian terdahulu, peneliti menduga terdapat permasalahan pada keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus yang dapat berpengaruh pada kemampuan membangun dan mempertahankan pertemanan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Selian itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan jenis disabilitas. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang memiliki satu jenis disabilitas dengan tingkat keparahan ringan dan bersekolah di sekolah dasar inklusif N = 84. Rentang usia responden pada penelitian ini 7 tahun-12 tahun. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionnaire FQQ Parker Asher, 1993. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara keterampilan asertif dan kualitas pertemanan r = .321, p < .01. Hal ini menandakan semakin tinggi keterampilan asertif anak berkebutuhan khusus, akan semakin tinggi kualitas pertemanannya. Selain itu hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang antara kualitas pertemanan yang signifikan antara responden laki-laki dan perempuan, namun tidak ada perbedaan pada keterampilan asertif. Hasil lain dari penelitian ini mengindikasikan tidak ada perbedaan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis disabilitas. Seluruh jenis disabilitas menunjukkan keterampilan asertif dan kualitas pertemanan yang tergolong tinggi.

Friendship between special needs children and typical children is one of the keys to the success of inclusive education. Based on previous studies, we assume there is a lack in assertive skill among special needs children which can affect their ability to initiate and maintain friendship. The purpose of this study is to examine the relationship between assertive social skill and friendship quality of special needs children in inclusive setting. This study is also purposed to examine the difference between assertive skill and friendship quality based on gender differences and type of disability. This is a correlational study, using special needs children with one type of disability with mild severity as research sample, with age ranging from seven to twelve years old based N 84. Instruments used in this study are Social Skills Inventory Scale SSIS Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire FQQ Parker Asher, 1993 . Result shows there is a significant positive relationship between assertive skill and friendship quality r .321, p .01. The conclusion is the increase in assertive social skill on special needs children will increase their friendship quality. The study also shows there is a significance difference in friendship quality based on gender, but no significance difference found in assertive skill. Another results indicate there is no difference in both assertive skill and friendship quality based on types of disability. Both assertive skill and friendship quality are relatively high based on types of disability."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Vidiyanto
"ABSTRAK
Quality of School Life (QSL) adalah kesejahteraan dan kepuasan peserta didik
secara umum pada kehidupan di sekolahnya, dipandang dari pengalaman positif
dan negatif mereka di sekolah dan aktivitasnya di sekolah (Linnakyla, 1996). QSL
merupakan salah satu bentuk dari persepsi sosial. Sebagaimana dikatakan oleh
Baron dan Byrne (2000) bahwa persepsi sosial merupakan proses yang terjadi
manakala seseorang berusaha untuk mengetahui dan memahami orang lain atau
situasi, maka dalam QSL hendak dilihat bagaimana peserta didik mempersepsi
kehidupan di sekolahnya. Menurut William dan Batten (dalam Mok & Flynn,
1997) dalam QSL terkandung 7 dimensi yang terkait dengan kepuasan peserta
didik terhadap sekolahnya, yaitu kepuasan peserta didik secara umum terhadap
sekolahnya, perasaan negatif peserta didik terhadap sekolahnya (karena samasama
membahas tentang perasaan peserta didik maka oleh peneliti kedua dimensi
ini digabungkan dalam dimensi perasaan-perasaan peserta didik selama di
sekolah), dimensi hubungan dengan guru, sense of achievement di sekolah,
peluang (opporiunily) peserta didik menghadapi masa depan, pembentukan
identi.tas peserta didik di sekolah, serta harga diri dan status peserta didik di
sekolah.
Pada penelitian ini, hendak dilihat bagaimana persepsi QSL antara peserta
didik yang berasal dari SMU di daerah rural dan urban Bekasi karena
sebagaimana prinsip reciprocal determinism yang diutarakan oleh Bandura
(dalam Hall & Lindzey, 1985) bahwa perilaku manusia selalu berhubungan
dengan lingkungan dan proses persepsinya. Sehingga dari penelitian ini dapat
diketahui apakah ada persamaan atau perbedaan persepsi terhadap QSL antara
peserta didik di rural dan urban serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
persamaan maupun perbedaan tersebut. Penelitian ini menjadi penting karena
persepsi peserta didik terhadap sekolah akan berpengaruh terhadap tingkat
kenyamanan selama berada di sekolahnya yang kelak akan berimbas pada hasil
prestasi belajarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan
data melalui wawancara. Wawancara dilakukan terhadap 4 subyek yaitu 2 subyek
berasal dari SMU di daerah rural dan 2 subyek dari SMU di daerah urban Bekasi.
Subyek diambil dari peserta didik SMA dikarenakan ketika SMA, seseorang
mulai memasuki masa remaja akhir dimana perubahan emosinya semakin
meninggi seiring perubahan pada fisik dan psikologisnya (Hurlock, 1992),
tekanan peer group-nya pun semakin besar (Papalia, Olds & Feldman, 2001),
serta mulai dituntut untuk mempersiapkan karir dan vikasionalnya (Havighurst
dalam Sukadji, 2000).
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada beberapa persamaan dan tidak
ditemukan perbedaan yang cukup besar mengenai gambaran QSL antara peserta
didik SMU yang berada di daerah rural dan urban Bekasi. Persamaan utama yang
dijumpai diantaranya, keempat subyek sama-sama merasa nyaman di sekolah
dikarenakan dapat berinteraksi dengan teman-teman dan merasa tidak puas
dengan fasilitas yang tersedia di sekolahnya, hal ini terkait dengan aspek dalam
QSL yaitu pembentukan identitas peserta didik di sekolah dan aspek perasaanperasaan
peserta didik selama berada di sekolah. Persamaan lainnya adalah samasama
menilai kepuasan terhadap aspek hubungan dengan guru berdasarkan
potensi dan kepribadian guru. Selain itu, terkait dengan dimensi peluang
(opportunily) peserta didik menghadapi masa depan, semua subyek menyatakan
bahwa sekolah belum memberikan bekal yang cukup untuk menghadapi masa
depan.
Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran guna memperbaiki
penelitian selanjutnya, diantaranya melengkapi pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini dengan metode kuantitatif agar dapat diperoleh gambaran QSL dari
peserta didik secara menyeluruh. Selain itu, perlu juga ditambahkan data dari
significant others serta penentuan lokasi rural yang masih belum banyak terkena
imbas modernisasi agar terlihat perbedaannya. Kemampuan peneliti dalam
menggali dan mengolah data pun perlu ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan
kredibilitas penelitian. Adapun saran praktis yang dapat peneliti sampaikan
diantaranya; sekolah hendaknya mampu mengefektifkan peran bimbingan
konseling (BK) guna membantu peserta didik mengarahkan karir dan
vokasionalnya, guru pun hendaknya mampu menjalin komunikasi yang baik serta
memberikan teladan pada peserta didik. Selain itu, pihak sekolah diharap dapat
menyertakan peserta didik dalam penetapan suatu kebijakan lokal di sekolah dan
mampu pula mengusahakan kelengkapan sarana dan prasarana sehingga aktivitas
belajar mengajar dapat berjalan optimal."
2004
S3446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>