Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Montanaro, Muhammad Abdul Karim
"Naskah ini menunjukkan bagaimana maskulinitas hegemonik digambarkan dalam kartun AmericanDad!. Tujuan dari naskah ini adalah untuk menunjukkan secara rinci tingkah-tingkah laku yang diasosiasikan dengan maskulinitas hegemonik, dan bagaimana kartun tersebut mengkritiknya. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai maskulinitas hegemonik dalam media dan genre-genre yang berbeda-beda terlalu luas dan tidak dapat menjelaskan secara mendalam tingkah-tingkah laku apa saja yang diasosiasikan dengan maskulinitas hegemonik dan mengapa hal tersebut berbahaya. Dengan berfokus kepada tingkah-tingkah laku dari karakter-karakter tertenti dalam American Dad! tingkah-tingkah laku tersebut dapat diamati secara lebih rinci an mengapa tingkah-tingkah laku tersebut berbahaya dapat dijelaskan dengan lebih jelas. Adegan-adegan tertentu dari episode-episode tertentu yang menggambarkan tingkah-tingkah laku ini dipilih untuk pengamatan ini, dan setiap tingkah laku tersebut diamati dengan rinci untuk memahaminya sebagai satir dan apa yang dapat disimpulkan darinya. Dengan mengamati tingkah-tingkah laku ini dengan lebih rinci, kita akan memahami lebih jelas mengapa mereka berbahaya, dan kita akan dapat mendeskripsikan secara lebih jelas apakah yang dimaksud dengan maskulinitas hegemonik.

This paper presents how hegemonic masculinity is depicted in American Dad! cartoon. The aim is to show how the show in details behaviors that are associated with hegemonic masculinity, and how the show criticizes them. Previous researches about hegemonic masculinity in different media and genres are too spread and could not define deeply what are the behaviours associated with hegemonic masculinity and why they are harmful. By focusing on these behaviours of certain characters in American Dad! they could be observed in more detailed way and why they are harmful could be explained more clearly. Certain scenes from certain episodes that depicts these behaviours are choosen for this observation, and each scene are observed in details to be able to understand it as a satire as well as what it implies. By observing these behaviours in more details, we would understand more clearly why they are harmful, and we would be able to describe more clearly what hegemonic masculinity is.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tsamarah Augustina S
"ABSTRAK
Unbreakable Kimmy Schmidt 2015 merupakan sebuah serial komedi Amerika yang menceritakan tentang Dong, seorang imigran Asia-Amerika yang menginginkan identitas maskulin yang disandangnya diterima dengan baik oleh masyarakat umum. Walaupun sudah banyak studi literatur yang mengkaji penggambaran stereotipe maskulinitas Asia-Amerika dalam serial televisi, hampir tidak ada yang membahas usaha pria Asia-Amerika dalam mengkonstruksi kembali maskulinitas mereka. Artikel ini menerapkan konsep atribusi Asianis dan transgresif yang digagas Iwamoto dan Liu untuk menggali aspek multidimensional dalam konsep maskulinitas Asia dan merekonstruksi gagasan tentang mengeosiasikan maskulinitas Asia melalui analisis terhadap karakterisasi Dong, hubungan antar-ras yang dimiliki tokoh tersebut dengan satu tokoh wanita yang berkulit putih, dan persaingan antar-ras antara Dong dan satu tokoh pria berkulit putih. Artikel ini membuktikan bahwa maskulinitas Asia yang bersifat multidimensional dan tercermin dalam karakter Dong menegaskan kembali posisinya sebagai seorang pria yang maskulin dan menarik di masyarakat.

ABSTRACT
Unbreakable Kimmy Schmidt 2015 is an American sitcom that explores the Asian American immigrant Dong as he seeks acceptance of his masculine identity in the society. While many studies have discussed the masculinity stereotypes of Asian Americans in television series, they scarcely analyze the attempts of masculinity reaffirmation. By using Iwamoto and Liu rsquo s framework of Asianized and transgressive attributions, this article aims to discover the multidimensional aspects of Asian masculinity and how it is applied to reconstruct the idea of negotiating Asian masculinity through the analysis of Dong rsquo s personality, his interracial relationship with a white woman, and interracial competition with a white man. This article argues that the multidimensional Asian masculinity that Dong embodies reaffirms his position as an attractive, masculine man in the society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Park, Joung Woo
"Isu-isu yang berkaitan dengan homoseksualitas telah banyak dibahas, contohnya meningkatnya representasi negatif homoseksual di media. Beberapa penelitian menganalisis umumnya homofobia yang berhubung dengan maskulinitas. Modern Family adalah serial TV Amerika yang menggambarkan homoseksualitas dan hubungannya dengan maskulinitas tradisional, yang direpresentasikan oleh salah satu karakter utamanya, Jay Pritchett. Dengan menggunakan konsep Kimmel 1994 tentang homofobia dalam cakupan yang lebih luas, penelitian ini menganalisis maskulinitas Jay, terutama dalam konteks norma maskulin, hubungan ayah-anak, dan kontribusinya terhadap perilaku homofobia melalui analisis tekstual. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai maskulinitas Jay memengaruhi hubungan ayah-anak secara negatif.

Issues related to homosexuality have been widely discussed, for example the increasing problematic representation of homosexuals in the media. Several studies analyze homophobia commonly its relation to masculinity. Modern Family is an American TV series which portrays homosexuality and its relations with traditional masculinity, represented by one of the main characters, Jay Pritchett. Using Kimmel's 1994 concept about the broader range of homophobia, this study analyzes Jay's masculinity, particularly in the context of masculine norms, father son relationships, and their contributions toward his homophobic behaviors through textual analysis. Research findings reveal that Jay's masculine values influence the father son relationship in a problematic way as they contribute to his homophobic behaviors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Trisnayuana
"Tujuan dari intervensi ini adalah untuk menurunkan prasangka remaja Aceh Singkil pasca konflik antar agama. Masalah konflik sosial merupakan isu yang masih menjadi keprihatinan nasional. Kejadian yang terjadi di Aceh Singkil menimbulkan kesan negatif dari kelompok remaja Muslim dan Non-Muslim. Intervensi dilakukan peneliti melalui program ECEP Extended Class Exchange Programme dan PRPIA Prejudice Reduction and Positive Intergroup Attitudes Promotion yang mengarahkan dan mendorong remaja untuk melakukan kontak yang positif. Partisipan dalam intervensi ini sejumlah 35 partisipan dari dua kelompok remaja muslim dan non muslim yang berdomisili di Desa Suka Makmur Aceh Singkil. Pengukuran dampak intervensi hasil pre-test dan post-test skala linkert stereotip dengan uji paired sample test terdapat perubahan penurunan prasangka t hitung = 4,797 dan tingkat Sig 2-tailed = 0,00 < 0,05 . Program intervensi ini berpengaruh positif, dengan tersusunnya rancangan kegiatan bersama atas prakarsa remaja yang melibatkan seluruh stake holder Aceh Singkil dalam rangka menjaga perdamaian, kebhinekaan, dan membangun Aceh Singkil.

The purpose of this intervention is to reduce the prejudice of adolescent Aceh Singkil post conflict between religions. The problem of social conflict is an issue that is still a national concern. Events that occurred in Aceh Singkil elicited a negative impression of a group of teenage Muslims and non Muslims. Interventions by researchers through the ECEP program Extended Class Exchange Program and PRPIA Prejudice Reduction and Positive Intergroup Attitudes Promotion that lead and encourage teens to make positive contact. Participants in this intervention were 35 participants from two groups of Muslim and non Muslim teenagers who resides in Suka Makmur Aceh Singkil. Measurement of the impact of the pre test intervention and post test of the stereotyped linkert scale by paired sample test, there were changes in prejudice t 4.797 and Sig 2 tailed 0.00."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pritha Ayunita
"Penggunaan sosok metroseksual dalam eksekusi iklan Men's Biore Black White digunakan sebagai suatu konstruksi dari mitos yang telah secara mendalam tertanam dalam masyarakat. Iklan televisi yang digunakan sebagai medium utama dalam mengiklankan produk karena dinilai sebagai medium yang paling luas jangkuan dan efeknya dirasa paling besar. Dalam iklan televisi yang berdurasi 15 dan 30 detik, beserta shelftalker dengan eksekusi yang kental dengan pendekatan sepak bola, bertujuan untuk membangun kembali awareness khalayak yang menjadi target market karena dirasa banyaknya gempuran merek lain yang merupakan kompetitor dari Men's Biore itu sendiri. Untuk mengetahui bagaimana pengiklan melakukan sebuah konstruksi sosial akan gaya hidup metroseksual terhadap pria yang menjadi target market, maka peneliti menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes untuk membedah iklan dan mengetahui mitos yang dikonstruksikan dalam eksekusi iklan tersebut. Data sekunder yang digunakan adalah wawancara dengan pekerja kreatif yang berada di balik eksekusi iklan tersebut. Dari kedua metode tersebut ditemukan ternyata banyak faktor yang mempengaruhi konstruksi sosial yang berada di dalam eksekusi iklan tersebut, seperti ideologi dari Jepang sebagai negara asal atau cikal bakal terbentuknya PT Kao Indonesia selaku pihak produk dan Dentsu Indonesia selaku agensi iklan, dengan dilakukan adaptasi budaya khalayak Indonesia itu sendiri dengan melakukan FGD (Focus Group Discussion).

Uses of the ideal man or nowadays has becoming more popular with the name metrosexual, in Men's Biore Black White television commercial has becoming a greater issue. It is belief that the television commercial constructed myths which most of people have already known. The agency uses television because it is the most powerful advertising tools that can change men's behavior. Advertising objectives for this 15 and 30 seconds and also the using of shelftalker of the television commercial execution which contains football as the main object, is to rebuild the product awareness to their market. It is because they feel threatened by their competitors. To know how they constructed the metrosexual life style by placing myths, writer used semiotic method of Roland Barthes in order to dig the television commercial. The writer also interviewed with one of the member of the team who handled the product itself to keep the validity of the research. From both methods, the writer found out that many factors which influenced the making and the television commercial itself. The point is that Japan has transferred their ideology to both companies, Dentsu Indonesia and PT Kao Indonesia, by the guideline they purposed to both companies. But the ideology comes in separated ways and they have it adapted with the Indonesian culture by having a Focus Group Discussion."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Quinta Binar Resista
"Skripsi ini membahas tokoh Bean dalam serial televisi Mr. Bean (1990) sebagai contoh parodi terhadap ide maskulinitas Britishman. Parodi terhadap maskulinitas Britishman akan dianalisis melalui cara tokoh Mr. Bean memperlakukan tubuh tanpa memandang konsep heteronormativitas yang hidup di lingkungan sekitarnya, berdasarkan beberapa adegan yang terdapat dalam episode Mr. Bean, The Return of Mr. Bean, dan The Curse of Mr. Bean. Selain itu, parodi terhadap ide maskulinitas karakter Britishman pada teks penelitian akan ditinjau dengan kebiasaan para mahasiswa Oxford dan Cambridge University (Oxbridge Men) di awal abad 19, yang diketahui sebagai cikal bakal konsep Britishman di Inggris. Melalui penelitian ini, penulis menemukan bahwa Mr. Bean adalah seorang dengan identitas jender yang tidak dapat didefinisikan, namun ia telah menjadi subjek atas tubuhnya sendiri.

The purpose of this final thesis is to analyze the character of Bean in the Mr. Bean tv shows (1990) as a form of parody toward the concept of Britishman masculinity. The analysis is conducted by examining how Mr. Bean treats his own body without a regard to the concept of heteronomativity around him, based on several scenes from the episodes of Mr. Bean, The Return of Mr. Bean, and The Curse of Mr. Bean. Furthermore, the parody toward the concept of Britishman masculinity in this paper will be examined in its connection with the habit of students from Oxford and Cambridge University (Oxbridge Men) in the beginning of 19th century, which has been known as the role model of an ideal Britishman in England. Through this study, the writer found that Mr. Bean is a gender entity who can't be easily defined, and instead mould his own identity as a subject based on his body."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43429
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosalina
"ABSTRAK
Iklan adalah salah satu cara untuk mempromosikan produk. Diantara iklan yang
muncul di media massa, terdapat iklan yang menggunakan ilustrasi imaji
maskulinitas. Media secara teoritis dapat mengembangkan imaji tersebut menjadi
konsep yang sering tidak disadari oleh khalayak. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkap representasi dan konsep maskulinitas dalam iklan-iklan produk
minuman berenergi, produk rokok, serta pelembap wajah khusus pria serta untuk
menggali ideologi apa yang ada di balik penggambaran maskulinitas pada ketiga
iklan tersebut. Analisis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
semiotik dan menggunakan paradigma critical constructionism. Dengan
perbandingan karakteristik maskulinitas pada tiga iklan, yaitu minuman berenergi
Extra Joss, rokok Surya Pro Mild dan Vaseline Men Face Moisturiser. Penelitian
ini menemukan iklan dibuat oleh produsen dengan melanggengkan ideologi
patriarki di Indonesia supaya industri tetap berjalan sesuai dengan kepentingan
para elit kapitalis. Sehingga iklan bukan sekedar mengemas produk, tetapi juga
bagaimana para produsen menggunakan imaji maskulinitas sebagai komoditas
bagi produk mereka. Para produsen berusaha memberi masukkan ideologi kepada
khalayak, yang akhirnya memperlihatkan sebuah kesadaran palsu.

ABSTRACT
Advertising is one way to promote products. Among the ads that appear in the
mass media, there are ads that use illustration images of masculinity. Media
theoretically can develop that image become the concept that is often not aware of
it by audience. This research aims to uncover the representation and the concept
of masculinity in the advertisements of products, namely energy drinks, cigarettes
and face moisturizer for men products as well as to explore what ideology what is
behind depiction masculinity in third those ads. Analysis of this research was
conducted by using semiotic analysis and using the paradigm of critical
constructionism. By comparing the characteristics of masculinity in three ads, i.e.
energy drink Extra Joss, cigarettes Surya Pro Mild and Vaseline Men Face
Moisturiser. This research found ads created by the producer with a patriarchal
ideology in Indonesia perpetuate that industry continue to run according to the
interests of capitalist elites. So the ads not just pack the products, but also how the
producers use images of masculinity as a commodity for their products. The
producer tried to put in ideology to public, that eventually show a false
consciousness."
2012
T30777
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Nurfaidah
"Tesis ini membahas representasi maskulinitas yang terdapat dalam korpus berupa film yang berjudul Malaikat Bayangan dan Malaikat Tanpa Sayap. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian kualitatif melalui pendekatan cultural studies. Penelitian ini menggunakan beberapa teori berikut, yaitu maskulinitas Reeser dan Beynon, metafora konseptual dari Lakoff dan Johnson, metafora multimodal Forceville, dan struktur film dari Boggs dan Petrie, serta Nathan Abrams, et.al. Reeser dan Beynon memandang maskulinitas sebagai satu konsep yang dinamis, cair, dan kompleks. Kedua korpus penelitian tersebut memiliki perbedaan, antara lain, dalam latar tahun produksi, genre, atau setting. Film Malaikat Bayangan mengangkat tema maskulinitas imperial dengan latar era kolonial. Sosok maskulin imperial, Thomas, mengabdikan diri sepenuhnya pada kepentingan negara tanpa mengaharapkan imbalan materi. Untuk itu maskulin imperial dituntut untuk tidak menjalin hubungan yang terlalu intim dengan lawan jenis serta memiliki kemampuan untuk menguasai diri seutuhnya. Jika dikaitkan dengan teori Reeser, sosok maskulin imperial dalam film Malaikat Bayangan tidak berkonstitusi dengan jenis maskulinitas lain. Namun, dalam sebuah penyamaran, Thomas tidak dapat menghindari untuk mengadopsi unsur-unsur dari kluster lain, seperti metroseksual dan narcissist. Sementara itu, Film Malaikat Tanpa Sayap mengangkat konsep maskulinitas breadwinner yang dapat berkonstitusi dengan jenis maskulinitas lain, yaitu new man as a nurturer dan maskulinitas imperial. Sosok maskulin yang diangkat di dalam tesis ini merupakan sosok yang dianggap sebagai malaikat (malaikat metaforis). Metafora konseptual yang muncul sebagai penguat tokoh malaikat metaforis cenderung untuk mengarah pada sikap, sifat, serta peristiwa yang dialami oleh para tokoh. Dalam film Malaikat Bayangan, sosok Thomas memenuhi kriteria sebagai malaikat karena ia mengabdi dengan sepenuh hati tanpa pernah memikirkan imbalan materi; memiliki kekuatan fisik dan batin yang prima; patuh pada aturan, dan cernat. Sementara itu, film Malaikat Tanpa Sayap menampilkan tokoh Amir sebagai sosok yang dianggap sebagai malaikat. Tokoh Amir tanpa menunjukkan kontak fisik mampu memberikan kontribusi besar bagi anaknya sendiri dan orang lain. Konsep maskulinitas tersebut didukun unsur sinematografis (teknik pengambilan gambar, penentuan ukuran gambar, teknik pencahayaan) dan unsur naratif (tema, alur, latar, dan penokohan).

This thesis discusses the representation of masculinity in Malaikat Bayangan (1987) and Malaikat Tanpa Sayap (2012). This is a qualitative research with cultural studies approaches. There are several theories used in this study: Reeser (2010) and Beynon (2002) masculinities, Lakoff and Johnson's (2003) conceptual metaphor, Forceville's (1996) multimodal metaphor, and film structures from Boggs & Petrie (2008) and Nathan Abrams, et al (2001). Both movies have differences, especially in these points: year of production, genre, or setting. However, they were assumed to share common concepts of masculinity. Malaikat Bayangan provided representation of imperial masculinity. The imperial masculine gave his life serving the state totally without material orientation. He was not allowed to have an overly intimate relationship with women and ought to have a perfect stamina. Based on Reeser's view, the imperial masculine figure in Malaikat Bayangan can not be substituted with another type of masculinity. However, on certain occasions, the main character must be adaptive to elements of other clusters, such as metrosexual and narcissist. On the other hand, Malaikat Tanpa Sayap provided a fluid masculinity concept. The breadwinner can be subsituted with other types of masculinity, such as nurturer or imperial masculinity. The thesis focuses on masculine figures that are metaphorically regarded as angels. Conceptual metaphor application is related to their attitudes, characteristics, and experiences. In Malaikat Bayangan, Thomas gives his total commitment for the state without material reward. He has the most powerfull energy, obedient, and has good precision. Meanwhile, Malaikat Tanpa Sayap is featuring Amir as a metaforic angel in a different way. Through his own fight, without physical contact as Thomas, which is associated to the contemporary period, Amir fulfills his angelic criteria. The concept of masculinity that emerges in both movies is supported by the cinematographic elements (shooting technique, size of the image, or lighting techniques) and narrative elements (theme, plot, setting, and characterization)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tiara Chairunnissa
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas homofobia di dalam film Sasha dalam kaitannya dengan maskulinitas Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan studi kepustakaan Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa homofobia yang direpresentasikan di dalam film dapat hadir karena adanya konsep maskulinitas dan paham patriarki mengakar kuat di dalam masyarakat Balkan sehingga mereka menilai homoseksualitas sebagai suatu penyimpangan seksual Maskulinitas ditelaah dalam kerangka wacana heteroseksualitas ABSTRAK

ABSTRACT
This thesis discusses about homophobia in the film Sasha in relation to masculinity This research used descriptive analysis and literature study methods The results of this study stated that homophobia which is representated in the film occurs due to the concept of masculinity and patriarchy in the Balkan society hence they consider homosexuality as a sexual disorder Masculinity is reviewed in the concept of heterosexuality discourse "
2014
S60639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>