Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taufiqurrahman
"Kurs riil yang lemah (undervalued) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi merupakan jargon yang banyak didengar selama orde baru, dan dalam dunia internasional juga ditunjukkan oleh perkembangan China saat ini. Namun dalam teori pertumbuhan neoklasik yang diawali oleh Solow dan dilanjutkan berbagai peneliti lain, ternyata kurs riil tidak dimasukkan dalam faktor pertumbuhan. Dan ternyata berbagai penelitian menunjukkan pendapat yang berbeda-beda tentang pengaruh kurs yang melemah terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh ketidaksesuaian kurs terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa 1980 - 2010. Dalam rentang waktu tersebut Indonesia mengalami dua fase ekonomi dengan berbagai perbedaan di dalamnya yang dipisahkan oleh structural break berupa krisis ekonomi 1998.
Hasil penelitian ini menunjukkan ternyata pada rentang 1980 - 1998 ketidaksesuaian kurs mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan bernilai negatif, yang berarti semakin rupiah undervalued maka pertumbuhan PDB semakin rendah. Sedangkan pada periode setelah 1998, yaitu 2000 - 2010 ketidaksesuaian kurs tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

The weak real exchange rate to support economic growth is a slogan that was widely heard during the New Order era, and in the international world, it is also shown by China's current development. However, in neoclassical growth theory, which was initiated by Solow and continued by various other researchers, the real exchange rate is not included as a growth factor. And various studies have shown different opinions about the effect of a weakened exchange rate on economic growth.
This study attempts to look at how the misalignment  between the exchange rate and economic growth in Indonesia during the period of 1980-2010. During this period, Indonesia experienced two economic phases with various differences that were separated by a structural break in the form of the 1998 economic crisis.
The results of this study indicate that in the period of 1980-1998, the misalignment  between the exchange rate and economic growth has a negative impact, which means that the more undervalued currency, the lower GDP growth. Meanwhile, in the period after 1998, namely 2000-2010, the misalignment  between the exchange rate and economic growth did not affect economic growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuwat Waluyo
"Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Pada tahap awal pembangunan, penggunaan komponen utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan disadari begitu menguntungkan. Sumber pembiayaan luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembangunan untuk mempercepat proses pembangunan nasional, di mana secara langsung menambah tersedianya dana investasi sehingga mampu mendorong kegiatan produksi dan terciptanya kesempatan kerja. Masuknya modal dari luar negeri juga dianggap sebagai salah satu cara untuk mengatasi hambatan dalam pengelolaan kekayaan alam yang begitu melimpah namun perekonomian dalam negeri belum mampu menyediakan dana untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaari alam.
Meskipun pinjaman diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan namun di lain pihak pinjaman juga menimbulkan biaya. Pada tahun-tahun terakhir ini, biaya tersebut khususnya bagi negara-negara berkembang lebih besar daripada manfaatnya. Biaya terbesar dari semakin besarnya utang adalah cicilan utang (debt servicing). Cicilan utang terdiri dari pembayaran amortisasi (pembayaran utang pokok) dan suku bunga. Apabila utang terus meningkat atau tingkat suku bunganya meningkat maka pembayaran cicilan utang juga akan meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa utang luar negeri yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan perneliharaan infrastruktur fisik akan menunjang kegiatan investasi dan perdagangan, yang pada gilirannya akan meningkatkan PDB. Oleh karenanya, utang luar negeri Indonesia memiliki kontribusi yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian, di mana sumber pembiayaan luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembangunan untuk mempercepat proses pembangunan nasional yang secara langsung dapat menambah tersedianya dana investasi sehingga mampu mendorong kegiatan produksi. Di sisi lain, besarnya akumulasi jumlah utang telah memberikan tekanan terhadap keuangan negara karena tingginya jumlah kewajiban pembayaran bunga dan cicilan pokok utang yang harus dibayar.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa indikator adanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga dapat dilihat dari tingkat suku bunga, inflasi, laju pertumbuhan investasi dan term of trade.
Variabel suku bunga dan inflasi akan berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan PDB. Kenaikan tingkat suku bunga membuat biaya investasi menjadi bertambah mahal sehingga akan mengurangi investasi. Faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi perkembangan inflasi di Indonesia antara lain adalah ekspektasi inflasi masyarakat yang cenderung meningkat. Peningkatan ekspektasi inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga BBM dan Tarif Dasar Listrik yang dilakukan oleh pemerintah.
Variabel investasi mempunyai elastisitas yang paling besar, hal ini menunjukan bahwa setiap kenaikan nilai investasi yang dilakukan di Indonesia akan berpengaruh besar pada tingkat pertumbuhan ekonomi. Sementara itu variabel term of trade pada periode 1999-2004 berpengaruh negatif terhadap tingkat pertumbuhan PDB. Kondisi ini terjadi karena penerimaan ekspor yang melambat. Nilai ekspor tahun 2004 hanya tumbuh sebesar 8,25% dibanding tahun 2003 sementara di satu sisi peningkatan nilai impor justru menunjukan adanya peningkatan sebesar 13,73%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Rifai
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat utama pembangunan dan pencapaian tujuan ke masyarakat yang lebih sejahtera. Menurut teori ekonomi, pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya pengeluaran pemerintah dan FDI..."
KAJ 19:3 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini menganalisis pengaruh penanaman modal asing [PMA] terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data panel dari 17 subsektor untuk periods 1994-2013 untuk mendapatkan panel yang seimbang dari 34-0 pengamatan digunakan dalam estimasi empiris. Model Efek Tetap adalah model terbaik yang dipilih sesuai uji redundant fixed effect dan uji correlated random effect Hausman untuk menemukan dampak signifikan dari PMA terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil empiris menunjukkan bukti kuat bahwa variabel LFDI memiliki
pengaruh yang signifikan yang pusirif terhadap variabel LGDP. Berdasarkan hasil regresi tersebut dapat dikatakan bahwa secara agregat masuknya PMA ke Indonesia akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Namun demikian, ditemukan fakta bahwa tidak semua subsektor dari PMA tersebut yang berpengaruh signifikan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi.Terdapat hanya empar subsektor dimana variabel LFDI signifikan clan positif terhadap variabel LGDP. Dengan demikian, empat subsektor dari PMA tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sehingga diperlukan dukungan dari pemerintah Indonesia di sektohsektor tersebut. misalnya pemberian insentif pajak, untuk menarik PMA dari subsektor tersebut
menanamkan modalnya di Indonesia."
JBPPK 7:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanda Ardhi Swasono
"Abstract
This research is conducted to investigate the correlation of fiscal deficit to economic growth in Indonesia during 1990-2012. Contribution of this study is the use of cointegration and Error Correction Model, we confirmed mainstream macroeconomic theory where fiscal deficit has positive and signicant impact to economic growth. Government is recommended to undertake fiscal deficit within the 3% boundary allowed by State Budget Law.
Abstrak
Studi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1990-2012. Kontribusi studi ini adalah pengunaan metode kointegrasi dengan Error Correction Model. Kami mengonfirmasi hipotesa teori dan menemukan defisit fiskal berdampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pemerintah disarankan untuk mengambil kebijakan fiskal yang ekspansif dengan memperhatikan undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang menetapkan maksimal defisit sebesar 3%."
2016
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Mansur
"Current account deficit is a common phenomenon in Indonesia. In most years, during the period of 1979-1997, Indonesia experienced current account deficit. Despite the deficit can be solved through foreign direct investment and foreign loan, caution has to be taken to avoid negative effects of the deficit current account, especially on the national economy.
Government efforts in order to solve problems of current account deficit can't rely only on funds from abroad. Some factors influencing deficit current account have to be investigated and dealt with seriously in order for the government to issue policy that will help them achieve the target.
This research aimed to examine the determinant factors that influenced fluctuation of current account deficit in Indonesia from I979 to1997. The research employed co-integration model and error correction model (ECM) that had been currently popular in econometric analysis, especially to estimate short run dynamic relationship and long run static relationship.
The result of this research revealed that fluctuation in real effective exchange rate and foreign incomes were variables that significantly influenced the current account deficit fluctuation in Indonesia, either both short-run and Iong run. When the value of rupiah weakens against the value of foreign currencies (depreciation), the current account deficit decreased. On the other hand, deficit current account and foreign incomes has negative relationship, that is an increase in foreign incomes reduced the current account deficit.
The deficit in government budget was another variable affecting the current account deficit, especially in the short-run. The research pointed out that during the study period, deficit on government budget worsened current account position in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T 4515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sakti P
"osisi utang luar negeri Indonesia terus mengalami peningkatan dari
USD2.0 miliar pada tahun 1966 menjadi USD62.0 miliar pada tahun 1997 dan
USD68.0 miliar pada tahun 2004, menurun menjadi USD62.0 miliar pada tahun
2006 dan akhir tahun 2010 meningkat menjadi USD200,4 miliar. Besarnya stok
utang luar negeri Indonesia sudah menjadi permasalahan tersendiri yang dihadapi
Indonesia khususnya terkait dengan peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Banyak penelitian yang sudah dilakukan untuk mengetahui peranan
utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomis baik yang bersifat mendukung
dan tidak sedikit yang menilai bahwa utang luar negeri berdampak negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Untuk kasus Indonesia dalam periode penelitian tahun 2001 sampai dengan
2010 diketahui bahwa utang luar negeri Indonesia tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian diketahui salah satu penyebab tidak
berpengaruhnya utang dimaksud adalah adanya kebijakan transfer negatif sejak
tahun 2004 dimana penarikan pinjaman luar negeri lebih kecil dibandingkan
pembayaran cicilan pokok dan bunga, dengan salah satu tujuannya untuk
refinancing. Selain itu, pemerintah dalam pembiayaan pembangunan (menutup
defisit APBN) lebih mengutamakan sumber dana yang berasal dari Surat Berharga
Negara (SBN) khususnya domestik yang sharenya mencapai 75% dari SBN yang
diterbitkan dalam periode 2006 sampai dengan 2010. Hal ini diperkuat pula
dengan masih rendahnya pengelolaan utang luar negeri mengingat Debt
Management Office (DMO) untuk mengelola utang luar negeri baru efektif
dibentuk pada tahun 2006 serta prudential regulation baik untuk pengelolaan
utang luar negeri Pemerintah dan Swasta masing-masng baru dimulai tahun 2006
dan 2007.
Dalam rangka pengelolaan utang luar negeri Pemerintah yang lebih prudent,
transparan dan akuntabel, maka diperlukan pengaturan pengelolaan utang luar
negeri setingkat undang-undang sehingga memberikan kepastian hukum bagi
pelaksanaan pengelolaan utang luar negeri. Selanjutnya. dalam mendukung
pengelolaan ULN swasta yang prudent, arah kebijakan ULN swasta ke depan
harus lebih difokuskan pada beberapa aspek yaitu (1) penguatan sistem
monitoring ULN swasta melalui peningkatan cakupan informasi laporan yang
disampaikan oleh perusahaan swasta yaitu informasi lokasi bank pembayar
kewajiban luar negeri. Dengan demikian akan dapat diketahui dari mana sumber
valuta asing diperoleh dan dapat diprediksi dampaknya terhadap nilai tukar, (2)
peningkatan komunikasi dengan sektor swasta melalui program kemitraan
strategis, (3) peningkatan good corporate governance dalam pengelolaan utang
luar negeri swasta untuk meningkatkan concern terhadap risiko.

Abstract
Indonesia's foreign debt position continued to increase from USD2.0
billion in 1966 to USD62.0 billion in 1997 and USD68.0 billion in 2004,
decreased to USD62.0 billion in 2006 and the end of 2010 increased to USD200,
4 billion. The magnitude of Indonesia's foreign debt stock has become its own
problems facing Indonesia in particular related to the role of Indonesia's
economic growth. Much research has been conducted to determine the role of
foreign debt on economic growth in both supporting and not a few who conssider
that foreign debt is impacting negatively on economic growth.
For the case of Indonesia in the study period 2001 to 2010 is known that
Indonesia's foreign debt has no effect on economic growth. From the survey
results revealed no influential one of the causes of the debt in question is the
existence of negative transfer policy since 2004 in which the withdrawal of
foreign loans is smaller compared to payments of principal and interest
installments, with one of his goals for refinancing. In addition, the government in
financing the development (closing the budget deficit) prefer the source of funds
from the Government Securities (SBN), particularly domestic sharenya reach 75%
of government securities issued in the period 2006 to 2010. This is confirmed also
by the still low considering the Debt Management Office (DMO) to manage the
debt effectively formed in 2006 as well as prudential regulation for the
management of government foreign debt and Private each new start in 2006 and
2007.
In order to manage the Government's foreign debt to more prudent,
transparent and accountable, it would require setting the level of foreign debt
management laws so as to provide legal certainty for the implementation of the
management of foreign debt. Futhermore, in supporting the prudent management
of private debt, private debt policy direction in the future should be more focused
on several aspects: (1) strengthening the monitoring system of private debt
through increased coverage of the report submitted by a private company that is
the location information overseas paying bank liabilities. Thus will be known from
which source of foreign exchange earned and predictable impact on the exchange
rate, (2) increased communication with the private sector through a strategic"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29327
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanda Ardhi Swasono
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1990-2012. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square dan Vector Error Correction Model. Tes-tes ekonometri yang dilakukan adalah Dickey Fuller, Augmented Dickey Fuller, dan Philip Perron unit root test, serta uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan dari defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian ini, pemerintah disarankan untuk mengambil kebijakan fiskal yang ekspansif dengan implementasi berupa peningkatan belanja negara sehingga mendorong permintaan agregat. Namun, pemerintah perlu mewaspadai berkurangnya dampak investasi yang diakibatkan dari naiknya suku bunga riil (crowding out). Kebijakan defisit dengan sumbersumber pembiayaan yang mendorong peningkatan jumlah uang beredar pun harus dilaksanakan secara hati-hati. Pemerintah juga perlu meningkatkan penerimaan sektor perpajakan.

This research is conducted to know the influence of fiscal deficit to economic growth in Indonesia from 1990 to 2012. Ordinary Least Square and Vector Error Correction Model are used as research method. Dickey Fuller (DF), Augmented Dickey Fuller (ADF), and Philip Perron unit root test are used as econometric test. Other diagnostic tests like multicollinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation are performed. The result showed that there is a significant influence of fiscal deficit to economic growth. Based on this result, government should take expansive fiscal policy by implementing increase in public expenditure that can encourage agregat demand. However, expansive fiscal policy through fiscal deficit from financing resources that support the increase the amount of money in circulation must be conducted prudently. Government should also increase the capacity of national revenue from tax."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fhad Yasser Alassad
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola migrasi bersih berpengaruh terhadap konvergensi pertumbuhan di Indonesia. Penelitian ini menemukan bukti bahwa terjadinya konvergensi pertumbuhan ekonomi antara provinsi di Indonesia. Analisa β-convergence menggunakan model absolute convergence dan conditional convergence. Hasil estimasi β-convergence menunjukan terjadinya konvergensi pertumbuhan ekonomi anta provinsi di Indonesia periode 2000-2010 dengan laju konvergensi sebesar 2,21% dalam model absolute convergence. Sedangakan hasil conditional convergence dengan menggunakan teknik 2SLS menghasilkan laju konvergensi sebesar 2,36% saat variabel lain seperti net migrasi, rasio ekspor-impor dan share of industry disertakan dalam pengukuran.

This study aims to determine the effect on net migration patterns of growth convergence in Indonesia. This study found evidence that the convergence of economic growth among provinces in Indonesia. β -convergence analysis using a model of absolute convergence and conditional convergence. β-convergence estimation results show the convergence of economic growth in the Indonesian province 2000-2010 period with the convergence rate of 2.21% in the absolute convergence. While the results of conditional convergence by using 2SLS technique produces convergence rate of 2.36% while other variables such as net migration, the export-import ratio and the share of industry are included in the measurement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>