Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nopian Hidayat
"Latar Belakang. Propofol merupakan obat anestesi intravena yang paling sering digunakan dalam pembiusan umum tetapi propofol dapat menimbulkan rasa nyeri pada lokasi injeksi dengan angka kejadian 28-90%. Pemberian lidokain sebelumnya paling sering digunakan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan propofol, akan tetapi tingkat kegagalannya 13-32. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian pre-emptive ketamin 0,1 mg/kg dan lidokain 1 mg/kg untuk mengurangi derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar ganda, bersifat eksperimental. Pasien dengan kriteria klinis ASA I-II sejumlah 50 orang yang akan menjalani operasi elektif dengan pembiusan umum, dilakukan randomisasi sederhana menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I (lidokain 1 mg/kg) dan kelompok II (ketamin 0,1 mg/kg) yang diberikan 1 menit sebelum induksi propofol. Derajat nyeri dinilai berdasarkan Verbal Rating Scale (VRS).
Hasil. Penelitian menunjukkan pemberian pre-emptive ketamin dapat menurunkan derajat nyeri yang lebih baik (84% tidak nyeri, 16% nyeri ringan) dibandingkan kelompok pre-emptive lidokain (56% tidak nyeri, 28% nyeri ringan, 12% nyeri sedang dan 4% nyeri berat) dengan nilai p = 0.021 (p bermakna < 0.05) pada uji statistik menggunakan Mann Whitney.
Kesimpulan. Pemberian pre-emptive ketamin 0.1 mg/kg BB intravena lebih baik dibandingkan dengan pemberian pre-emptive lidokain 1 mg/kg BB untuk mengurangi derajat nyeri akibat penyuntikan propofol intravena.

Background. Propofol is a popular IV anesthetic induction drug that causes pain when given IV. The incidence of which is between 28-90%. Lidocaine pre-treatment has been commonly proposed to decrease propofol induced pain, but its failure rate is between 13-32%. The purpose of this study was to compare a pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg and pre-emptive lidocaine 1 mg/kg to minimize the injection pain of propofol during anesthesia induction.
Methods. A comparative, randomized, double blind study of 50 patients (ASA I-II) scheduled surgery under general anesthesia were randomly allocated into two groups. Group I received lidocaine 1 mg/kg and group II received ketamine 0,1 mg/kg one minute before the anesthesia induction with propofol IV. Each patient’s pain score were evaluated by using Verbal Rating Scale (VRS)
Result. The result of this study described that pre-emptive ketamine had significantly lower incidence of pain and lower pain score (84% no pain, 16% mild pain) compared with pre-emptive lidocaine (56% no pain, 28% mild pain, 12% moderate pain and 4% severe pain) with p value = 0.021 (significant p < 0.05) using Mann Whitney statistic test.
Conclusion. Pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg significantly in reducing degree of propofol pain injection compare with pre-emptive lidocaine 1 mg/kg IV.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza Tjahjono
"Propofol merupakan agen anestesi intravena yang paling banyak digunakan karena menghasilkan anestesi yang baik dengan masa pulih singkat. Namun sering disertai nyeri saat injeksi sampai dengan 70-90% pasien. Di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, nyeri sering diatasi dengan pencampuran lidokain tetapi angka kegagalannya masih mencapai 32%. Sedangkan ondansetron (diberikan sebagai anti muntah) terbukti mengurangi nyeri akibat injeksi propofol sehingga dipilih untuk diujikan pada penelitian ini karena tidak menambah biaya tetapi hanya merubah waktu pemberian.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan nyeri premedikasi ondansetron dengan pencampuran lidokain saat induksi anestesi menggunakan propofol di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Pasien ASA I dan II sejumlah 50 orang yang menjalani operasi elektif dengan pembiusan umum menggunakan Propofol di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Sampel dirandomisasi sederhana menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok Lidokain (lidokain 40 mg dicampurkan dalam 100 mg Propofol yang kemudian disuntikkan intra vena) dan kelompok Ondansetron (injeksi ondansetron 4 mg intra vena 1 menit sebelum propofol). Derajad nyeri kemudian dinilai berdasarkan Observer Pain Scale (OPS) oleh peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ondansentron (68% pasien tidak nyeri, 20% nyeri ringan, 8% nyeri sedang, dan 4% nyeri berat) mengurangi nyeri yang sebanding dengan pencampuran lidokain (72% pasien tidak nyeri, 20% nyeri ringan, dan 8% nyeri sedang) dengan nilai p = 0,700 (p bermakna < 0,05) pada uji Mann Whitney. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa premedikasi ondansetron mengurangi nyeri yang sebanding dengan pencampuran lidokain saat induksi anestesi menggunakan propofol di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

Propofol is the most popular intravenous anesthetic agent used. Propofol is a good anesthetic agent with short recovery time but often accompanied with pain in 70-90% patient. Lidocaine mixture is often used in Saiful Anwar Hospital Malang to relief pain but still with 32% failure. While ondansetron (antivomiting agent) proven to reduce pain caused by propofol injection, therefore chosen to be used because it will not increase medical cost by only changing time of injection.
Purpose of this research is to compare pain score between ondansentron premedication with lidocaine mixture during anesthesia induction with propofol in Saiful Anwar Hospital Malang. All 50 patients diagnosed with ASA I and II undergo elective surgery in Sentral Operating Theater Saiful Anwar General Hospital with general anesthesia using Propofol is our sample. All sample undergo simple randomization into two groups. First is Lidocaine Group (Lidocaine 40 mg mixed in 100 mg Propofol and injected intravenously). Second is Ondansetron Group (Ondansetron 4 mg injected intravenously 1 minute before propofol). Pain score is evaluated with Observer Pain Scale (OPS) by the researcher.
Our result shows that ondansentron (68% patient has no pain, 20% mild pain, 8% moderate pain, and 4% severe pain) reduce pain similar with lidocaine mixture (72% patient has no pain, 20% mild pain, and 8% moderate pain) with p value = 0,700 (p significant < 0,05) with Mann Whitney test. Conclusion of this research is that ondansetron premedication reduce pain similar with lidocaine mixture during anesthesia induction using propofol in Saiful Anwar Hospital Malang.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Hadinata
"Latar Belakang. Propofol merupakan salah satu jenis obat induksi intravena yang paling sering digunakan dalam pembiusan umum tetapi propofol dapat menimbulkan rasa nyeri pada lokasi injeksi dengan angka kejadian hingga 88%. Penggunaan campuran lidokain dalam propofol dapat mengurangi nyeri tersebut, akan tetapi nyeri masih dapat terjadi, sementara penggunaan premdikasi lidokain perlakuan torniket jarang digunakan karena prosedur yang lebih lama dan tidak semudah campuran lidokain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan premedikasi lidokain perlakuan torniket selama 1 menit dan campuran lidokain untuk mengurangi derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar tunggal, bersifat eksperimental. Pasien dengan kriteria klinis ASA I-II sejumlah 50 orang dilakukan randomisasi sederhana menjadi 2 kelompok perlakuan dan mendapatkan perlakuan premedikasi lidokain 40 mg iv dengan perlakuan torniket selama 1 menit, diikuti injeksi propofol dan derajad nyeri dinilai berdasarkan verbal rating score. Kelompok lainnya dilakukan pemberian campuran lidokain 40 mg iv dalam propofol dan dilakukan injeksi campuran tersebut serta dilakukan penilaian Verbal Rating Score.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan pemberian lidokain perlakuan torniket dapat menurunkan derajad nyeri yang lebih baik (96% tidak nyeri, 4% nyeri ringan)) dibandingkan kelompok campuran lidokain dalam propofol (40% tidak nyeri, 44% nyeri ringan, 16% nyeri sedang) dengan nilai p = 0.000 (p bermakna < 0.05) pada uji statistik menggunakan mann whitney.
Kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa premedikasi lidokain perlakuan torniket bermakna secara klinis dan statistik dalam menurunkan derajat nyeri propofol dibandingkan pemberian campuran lidokain dalam propofol.

Background. Propofol is one of the intravenous anesthesia drugs mostly used in general anesthesia but It might cause pain during injection with the incidence until 88%. The technique using premixed lidocaine with propofol is commonly used to reduce the pain, but incidence of pain during the injection still can happen, while the use of lidocaine premedication with torniquet is not common due to complicated and longer time to perform the procedure. The aim of the study is to compare the premedication using torniquet for 1 minute and premixed lidocaine with the degree of pain during anesthesia injection with propofol.
Methods. This research is a single blind experimental study. Total of 50 Patient with ASA I-II were divided into two groups using simple randomized method and received 40 mg of iv lidocaine and torniquet performed for 1 minute, followed with propofol injection and pain evaluation using verbal rating score. The other group were given lidocaine 40 mg mixed with propofol and followed with injection of the mixing and evaluated for Verbal Rating Score.
Result. The result of this study described that premedication of lidocaine using torniquet can decrease degree of pain better than premixed lidocaine and propofol (no pain 96%, mild pain 4% versus no pain 40%, mild pain 44%, moderate pain 16%) with p value of 0.000 (significant p < 0.05) using mann whitney statistic test.
Conclusion. Conclusion of this research is that premedication of lidocaine using torniquet is clinically and statistically significant in reducing degree of propofol pain injection compare with premixed lidocaine in propofol.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Adinugroho
"Latar belakang. Kombinasi spray lidokain dan anestetika intravena saat ini merupakan pilihan utama pada prosedur endoskopi saluran cerna, namun spray lidokain mempunyai kekurangan berupa iritasi lokal, mual, muntah dan rasa pahit. Gel lidokain merupakan alternatif pilihan anestetik lokal. Gel lidokain memiliki keuntungan karena dapat mengurangi gesekan mukosa dengan endoskop saat insersi serta memungkinkan pemberian lidokain yang tebal dan lengket sehingga menghasilkan anestesia lokal yang lebih baik pada rongga mulut dan orofaring dibandingkan spray lidokain. Pada penelitian ini kami ingin mengetahui perbandingan keefektifan gel lidokain dengan spray lidokain dalam mengurangi jumlah penggunaan propofol.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda terhadap pasien endoskopi saluran cerna atas dengan sedasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan Juli-September 2015. Sebanyak 52 subyek diambil dengan metode consecutive sampling dan dibagi ke dalam 2 kelompok (kelompok gel lidokain 2% dan spray lidokain 10%). Pasien secara acak diberikan gel lidokain 2% atau spray lidokain 10% sebagai anestetik lokal. Total dosis propofol, angka kejadian gag refleks, hipotensi, bradikardia, dan desaturasi dicatat pada masing-masing kelompok. Analisis data dilakukan dengan uji t-test tidak berpasangan.
Hasil. Rerata dosis propofol berbeda bermakna diantara 2 kelompok, dimana rerata dosis propofol pada grup gel lidokain 2% adalah 186,92±43,52 mg, sedangkan rerata dosis propofol pada grup spray lidokain 10% adalah 218,85±61,01 mg (p=0.035, IK 95%=31,92).
Simpulan. Gel lidokain 2% lebih efektif dibandingkan spray lidokain 10% dalam mengurangi dosis propofol pada pasien endoskopi saluran cerna atas.

Background. A combination of lidocaine spray and intravenous anesthetics is currently the common choice in gastrointestinal endoscopy procedures, but lidocaine spray has some side efects like local irritation, nausea, vomiting and bitter taste. Lidocaine jelly is an alternative choice of local anesthetic. Lidocain jelly reduce friction of endoscope and enables to apply thick and sticky lidocaine resulting in better local anesthesia in the oral cavity and oropharynx compared to lidocaine spray. In this study, we want to compare the effectiveness between lidocaine jelly and lidocaine spray to reduce the propofol dose.
Methods. This study was a randomized double-blind control trial on upper gastrointestinal endoscopy patiens with sedation in Cipto Mangunkusumo Hospital in July to September 2015. A total of 52 subjects were taken with consecutive sampling method and divided into 2 groups (2 % lidocaine jelly group and 10% lidocaine spray group). Patients were randomly given 2% lidocaine jelly or 10% lidocaine spray as a local anesthetic. Total propofol dose, the incidence of gag reflex, hypotension, bradycardia and desaturation recorded in each group. Data analysis was performed by unpaired t-test.
Results. Mean propofol dose significantly different between 2 groups. The Mean propofol dose 2% lidocaine jelly was 186.92 ±43.52 mg, while the mean propofol dose in10% lidocaine spray group was 218.85 ± 61.01 mg (p = 0.035, CI 95% = 31.92).
Conclusion. 2% Lidocaine gel was more effective than 10% lidocaine spray in reducing the propofol dose in patients with upper gastrointestinal endoscopy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Supono
"ABSTRAK
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) adalah dialisis yang dilakukan
melalui rongga peritonium (rongga perut) dengan selaput/membran perutonium
berfungsi sebagai filter. Tindakan CAPD dilakukan dengan insisi kecil pada dinding
abdomen untuk pemasangan kateter, risiko komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi
pada peritonium (peritonitis). Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktorfaktor
yang berkontribusi terjadinya peritonitis pada pasien CAPD di Rumah Sakit
Umum Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur. Jenis penelitian deskkriptif korelasi
dengan rancangan Cross Sectional study. Jumlah sampel penelitian 22 pasien peritonitis
CAPD dan 13 perawat dialisis, dengan tehnik pengambilan sampel total sampling. Hasil
penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara status nutrisi (p=0.032),
kemampuan perawatan (p=0.024) dengan kejadian peritonitis pada pasien CAPD. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara umur (p=0.702), jenis kelamin (p=0.669), tingkat
pendidikan (p=0.771), penghasilan (p=1,000), personal hygine (p=0.387), supot sistem
(p=1,000), fasilitas perawatan (p=0,088), standar struktur (p=0.203), standar proses
(p=0.559) dengan kejadian peritonitis pada pasien CAPD. Rekomendasi untuk perawat
meningkatkan kunjungan rumah untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan dialisis dan pengeloaan nutrisi seimbang. Saran untuk pasien diharapkan
mengikuti prosedur standar perawatan yang telah diajarkan.

ABSTRACT
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) was dialysis with cavum of
peritoneal as filter. The procedure of CAPD is inserted catether in to abdoment wall with
small incision, the commone complication of this intervention is peritonitis. The purpose
of study was to identify the relation of peritonitis factors on CAPD patiens at Public
Hospital of Dr. Saiful Anawar Malang. The Design of study was cross sectional, with 22
samples patiens of peritonitis and 13 nurses dialysis, that was taken with total sampling.
The result was showed significant correlation between peritonitis insident with nutrition
status (p=0.032) and self care (p=0.024) but not significant corelation with gender
(p=0.669), level of education (p=0.771), income (p=1,000), personal hygiene (p=0.387),
suport system (p=0,088), home care facilities (p=1,000), standard of structur (p=0.203),
standard of proces (p=0.559). The conclusion of this study the decrease of self care of
dialysis, result increasing of peritonitis incidence. It is recomended for the nurses
provide health education self care dialysis to manage of balance and for patiens to folow
self care standard."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Astuti
"Latar Belakang: Propofol adalah salah satu agen induksi yang sering digunakan dalam anestesia umum. Efek samping yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien adalah nyeri injeksi. Telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengatasi nyeri injeksi propofol. Lidokain 40 mg disertai dengan oklusi vena menggunakan turniket adalah metode yang banyak digunakan dan paling efektif. Ondansetron rutin digunakan sebagai pencegahan PONV pada pasien anestesia umum dan terbukti memiliki potensi analgesia serta efektif dalam mencegah nyeri injeksi propofol. Penelitian uji klinis acak tersamar ganda ini membandingkan efektivitas pemberian premedikasi lidokain 40 mg dengan ondansetron 8 mg disertai penggunaan turniket untuk mencegah nyeri injeksi propofol.
Metode: Penelitian ini bersifat uji klinis acak tersamar ganda pada pasien yang menjalani anesthesia umum di Instalasi Bedah Kirana RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Setelah mendapatkan izin komite etik dan informed consent, sebanyak 104 subyek didapatkan dengan consecutive sampling pada bulan Juli hingga September 2016. Setelah pemasangan turniket selama 60 detik diikuti dengan pemberian liodakin 40 mg atau ondansetron 8 mg, dilakukan penilaian nyeri menggunakan verbal rating scale pada detik 0 injeksi propofol 0,5 mg/kg dan 20 detik pascainjeksi propofol. Dengan menggunakan uji Chi square dengan alternatif fisher dilakukan perbandingan keefektifan antara kedua kelompok.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna kekerapan nyeri injeksi propofol pada kelompok lidokain 40 mg disertai turniket dan ondanetron 8 mg disertai turniket pada detik 0 dan detik 20 pascainjeksi propofol p 0,051 dan p 0,062.
Simpulan: Pemberian ondansetron 8 mg intravena disertai dengan penggunaan turniket memiliki efektivitas yang sama dengan lidokain 40 mg intravena disertai dengan penggunaan turniket untuk mencegah nyeri injeksi propofol.

Background: Propofol is one of the induction agent that is often used in general anesthesia. Pain on injection propofol often cause discomfort in patient. A number of research has been done to solve this problem. Lidocaine 40 mg accompanied by venous occlusion using a tourniquet is a method that is widely used and most effective. Ondansetron routinely used as PONV prevention in patients with general anesthesia and shown to have analgesia potential as well as effective in preventing propofol injection pain. This randomized double blind clinical trial compared the effectiveness of premedication with lidocaine 40 mg ondansetron 8 mg with the use of a tourniquet to prevent pain on injection propofol.
Methods: This study was a double blind randomized clinical trial in patients undergoing general anesthesia in at Kirana surgical center Cipto Mangunkusumo. The study has been approved by FKUI RSCM Research Ethical Committee Jakarta. A total of 104 obtained by consecutive sampling in July until September 2016. After placement a tourniquet for 60 seconds followed by administration of 40 mg lidocaine or 8 mg ondansetron, an assessment of pain using a verbal rating scale is done at seconds 0 propofol injection of 0.5 mg kg and 20 seconds after the injection. By using the chi square test and fisher as an alternatives, were compared effectiveness between the two groups.
Result: There were no significant differences in the incidence of propofol injection pain in group lidocaine 40 mg with the use of tourniquet and 8 mg ondansetron with a tourniquet in seconds 0 and 20 seconds after injection of propofol p 0.051 and p 0.062.
Conclusion: Ondansetron 8 mg with the use of a tourniquet has the same effectiveness with Lidocaine 40 mg with the use of a tourniquet to prevent pain on injection propofol
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Setyo Rini
"Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah suatu kondisi yang irreversible dimana terjadi penyempitan saluran udara, peningkatan obstruksi aliran udara dan hilangnya rekoil elastis paru. Efikasi diri yang rendah pada pasien PPOK menyebabkan penurunan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup pasien PPOK di RS Paru Batu dan RSU Dr. Saiful Anwar Malang Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel 84 responden dipilih dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil analisis menggunakan korelasi Uji Chi Square menunjukkan ada hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup (P Value: 0,022, α: 0,10). Variabel confounding terhadap hubungan efikasi diri dengan kualitas hidup adalah dukungan keluarga, pekerjaan, status merokok, lama menderita PPOK dan umur. Berdasarkan hal tersebut, perawat perlu melakukan pengkajian, perencanaan dan intervensi efikasi diri dalam meningkatkan kualitas hidup dalam memberikan asuhan keperawatan pada pengelolaan pasien PPOK.

Chronic Obstructive pulmonary Disease (COPD) is an irreversible condition of airway alteration resulted from narrowing of airways, increasing airflow obstruction and loss of lung elastic recoil. Low of self efficacy in patients with COPD causes a decrease in their quality of life. This research aimed to determine the correlation between self efficacy and quality of life among COPD at Paru Batu Hospital and Saiful Anwar Malang General Hospital East Java. The research used the analytic design of correlation with crosssectional methode. The research recruited 84 respondents by consecutive technique sampling.
The results showed that there was correlation between self efficacy and quality of life (P value: 0.022, α:0.10). The confounding variables of the correlation between self efficacy and quality of life were the family support, employment, smoking status, COPD periode and age. Nurses need to conduct assessment, intervention and implementation of self efficacy integrated in nursing care of COPD patients in order to improve quality of life based.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Edhie Renanta
"Latar Belakang : Pemberian tiopental intravena dengan turniket selama 30 detik sebelum penyuntikan propofol akan mengurangi nyeri yang diakibatkan propofol. Penelitian ini akan membandingkan keefektifan antara tiopental dan lidokain dalarn pencegahan nyeri yang disebabkan oleh penyuntikan propofol.
Metode : Acak, tersamar ganda . Sebanyak 124 pasien (N=62) , ASA 1-2 dibagi dalam 2 kelompok secara acak. Kelompok L mendapat Lidokain 2% (30 mg), Kelompok T mendapat Tiopental 37.5mg , kedua kelompok obat dibuat daiam L5 ml. Propofol diberikan setelah oklusi pada lengan atas dilepas. Penilaian nyeri 10 detik setelah penyuntikan propofol, dinilai dengan Verbal Kategori Scoring dan VAS (Visual Analog Scale).
Hasil :Sebelas pasien (19,4%) mengeluh nyeri pada kelompok lidokain, pada kelompok tiopental dua pasien (3,2%), 1 pasien nyeri ringan dan 1 pasien nyeri sedang Hasil statistik didapat perbedaan bermakna dengan p < 0.05.
Kesimpulan : Pemberian tiopental 37.5 mg dengan oklusi selarna 30 detik dapat digunakan sebagai altematif untuk mencegah nyeri akibat penyuntikan propofol .

Background : Thiopental administered intravenously (IV) after tourniquet for 30 second immediately before injection of propofol, will reduce pain induced by propofol injection. In this study, these two different techniques in reducing propofol injection pain with thiopental were compared with lidocaine to evaluate the most effective method in reducing propofol injection pain.
Methods : In a randomized, double blind treatment, 124 patients were included into this study. Patients in group L were pretreated with lidocaine 2% (30 mg) IV , and group T received thiopental 2.5% (37.5 mg). All pretreatment drugs were made in 1.5 ml and were accompanied by manual venous occlusion for 30 second. Propofol was administered after release of venous occlusion. Pain was assessed with a verbal category scoring system and VAS .
Result : In group of Lidocaine 12 (19.4%) patients were complained pain. Thiopental group 2 (3.2 %) patients complained pain , 1 patient with mild pain , and 1 patient moderate pain. There was significant difference between thiopental and lidocaine in reducing propofol injection pain using a tourniquet technique.
Conclusion : We conclude that IV retention of thiopental is better than lidocaine and may be a usefull alternative for reducing pain on propofol injection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Hidayatulloh Syam Putra
"ABSTRAK
Ranitidin dan Antasida obat yang digunakan pada pasien yang mengalami keluhan lambung. Ranitidin dan antasida digunakan sebagai premedikasi tindakan anestesi. Bahaya timbul jika cairan lambung masuk paru-paru (mendelsons syndrome) disertai pH<2,5, volume >0,4 cc/kgBB. Ibu hamil terjadi perubahan fisiologi anatomi yang mendukung terjadinya resiko aspirasi. Penelitian dilakukan tiga kelompok perlakuan. Pertama ranitidin intra vena 50 mg, kedua antasida sirup 10 ml ketiga kombinasi keduanya. Desain penelitian true experimental design dilakukan pengukuran pH pada menit 0, 5, 15, 30, 45, 60. Analisis statistik menggunakan one way anova. Tidak didapatkan hasil yang signifikan dari tiap perlakuan.

ABSTRACT
Ranitidine and antacids are drugs commonly used in gastric complaints . Ranitidine, antacids used as premedication, given prior to anesthesia . Dangerous will happen if the gastric fluid come into the lungs, Mendelsons syndrome, pH < 2.5 and volume > 0.4 cc / kg. Pregnant women, changes in physiology, anatomy contribute risk of aspiration . This study conducted with three groups . First, ranitidin 50mg intravenously , second antacid syrup 10 ml , third uses combination. Design of this study is a true experimental design, the changes in pH values are measured at minute 0 , 5 , 15 , 30 , 45 and 60 . Statistic analysis performed by one way ANOVA . There were no significant results from each treatment groups."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuswantoro Rusca Putra
"Pelaksanaan praktik keperawatan tidak terlepas dengan adanya lingkungan kerja perawat dan karakteristik perawat. Komponen lingkungan kerja yang dimaksud di atas meliputi kepemimpinan, manajemen dan budaya; kendali terhadap beban kerja; kendali terhadap praktik; dan sumber yang memadai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lingkungan kerja perawat dan karakteristik perawat dengan pelaksanaan praktik keperawatan. Penelitian dilakukan di IRNA I dan IRNA II RSU Dr. Saiful Anwar Malang pada tanggal 1 Mei sampai dengan 20 Mel 2006 menggunakan desain penelitian deskripsi korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional terhadap 196 orang perawat pelaksana dengan tiga jenis instrumen yang terdiri atas Lingkungan Kerja Perawat, Karakteristik Individu, dan Pelaksanaan Praktik Keperawatan.
Hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan Pearson's Product Moment Correlation Coeficient, test dan anova menunjukkan bahwa variabel lingkungan kerja perawat (kepemimpinan, manajemen dan budaya; kendali terhadap beban kerja; kendali terhadap praktik dan sumber yang memadai) secara statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan pelaksanaan praktik keperawatan (p < 0,05). Sedangkan variabel confounding tidak memiliki hubungan dengan pelaksanaan praktik keperawatan dan tidak mempengaruhi pelaksanaan praktik keperawatan. Subvariabel yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan praktik keperawatan adalah kendali terhadap praktik. Kesimpulannya bahwa kendali terhadap praktik merupakan suatu otoritas dan tanggung jawab perawat dalam memberikan praktik keperawatan secara akontabel yang merupakan elemen penting bagi keperawatan profesional. Implikasi terhadap keperawatan pada penelitian ini adalah perlu dilakukan upaya agar perawat memiliki kendali terhadap praktiknya melalui penerapan jenjang karir klinik bagi perawat yang mengatur tanggung jawab perawat dalam melakukan asuhan kepada klien yang disesuaikan dengan kompetensi dan pendidikan pada jenjang karirnya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>