Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nm. Valencia Sarasti Wijaya
"Penyakit gigi dan mulut di Indonesia saat ini masih banyak ditemukan diberbagai kalangan masyarakat. Prevalensi kareis di indonesia masih tergolong tinggi. S.sanguinis bersama dengan S.mutans berperan pada tahap awal pembentukan karies. Ammonium Hexa Fluorosilicate (AHF) merupakan bahan aplikikasi klinis baru yang ditemukan untuk pencegahan perkembangan karies dan pada pengaplikasianya menunjukkan bahwa pengobatan AHF tidak menghasilkan pewarnaan pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan AHF dalam menghambar pertumbuhan S.sanguinis dan S.mutans secara invitro yang di bandingkan dengan SDF dan NaF sebagai kontrol. Konsentrasi AHF yang diuji 100% 50% 25%. Uji difusi dilakukan untuk memperoleh nilai zona hambatan menggunakan media BHI broth dan BHI agar. Dari uji difusi didapatkan zona hambatan: 12,8mm (100%), 7.3mm (50%), dan 7,5mm (25%). AHF memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan S.sanguinis paling efektif pada konsentrasi 100%

Dental and oral diseases in Indonesia is still widely found in different societies. The prevalence of caries in Indonesia is still relatively high. S.sanguinis along with S.mutans plays a role in the early stages of caries formation. Ammonium Hexa Fluorosilicate (AHF) is a new material for clinical application that are found for the development of caries prevention and the treatment of AHF application showed that it produces no staining on the teeth. This study aim is to look at the inhibitory effect on growth of S.sanguinis and S.mutans bacteria invitro than be compared with SDF and NaF as a control. The concentration of AHF tested is 100%, 50%, and 25%. As to measure zone of inhibition, diffusion test was performed on BHI and BHI agar mediums. From the diffusion test on BHA medium, the scores of inhibitory zone are: 12,8mm (100%), 7.3mm (50%), dan 7,5mm (25%). The concluded that AHF has the most effective concentration on inhibiting the growth of S.sanguinis at 100%."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syafi`
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan suatu permasalahan utama mengenai kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Karies gigi dapat terjadi disebabkan oleh bakteri patogen Streptococcus mutans yang menjadi faktor patogen utama terbentuknya karies gigi. Karies dapat terbentuk karena terdapat peran dari bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen antibakteri, salah satu nya terhadap bakteri penyebab karies gigi. Pengembangan agen antibakteri yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bahan alam sebagai agen antibakteri. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah kulit semangka. Kulit semangka (Citrullus lanatus) memiliki banyak manfaat di bidang medis, salah satu nya sebagai agen antibakteri. Kulit semangka ternyata mengandung bahan fitokimia seperti: flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) serta membandingkan efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak kulit semangka terdapat bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak kulit semangka yang digunakan adalah 30%, 20%, dan 10%. Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) dengan nilai KHM 10% dan KBM 10%. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak kulit semangka dengan chlorhexidine (p ³ 0,05). Kesimpulan: Ekstrak kulit semangka (Citrullus lanatus) dapat menghambat pertumbuhan bakteri serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans (ATCC 25175) dan Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) sehingga dapat menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi.

Background: Dental caries is a major problem regarding dental and oral health in Indonesia. According to Riskesdas in 2018, caries prevalence in Indonesia reached 88.8%. Dental caries can be caused by the pathogenic bacteria Streptococcus mutans which is the main pathogenic factor for the formation of dental caries. Caries can be formed because of the role of the bacteria Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis. So now it is necessary to develop antibacterial agents, one of which is against bacteria that cause dental caries. The development of antibacterial agents can be done is to using natural ingredients as antibacterial agents. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is watermelon peel. Watermelon peel (Citrullus lanatus) has many medical benefits, one of which is as an antibacterial agent. Watermetoln peel turns out to contain phytochemicals such as flavonoids, terpenoids, tannins, saponins, and alkaloids that can act as antibacterial. Objectives: To determine and determine the effectiveness of watermelon peel extract (Citrullus lanatus) in inhibiting the growth and killing bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) and to compare the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (positive control). Methods: The effectiveness of watermelon peel extract contained Streptococcus mutans(ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) seen from the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test and Minimum Killing Concentration (MBC) test with concentrations of watermelon peel extract used were 30%, 20%, and 10%. Furthermore, these results were analyzed by using One Way Anova statistical test. Results: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) could inhibit the growth and kill the bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) with a MIC value of 10% and MBC of 10%. Through the One Way Anova statistical test, the results showed that there was no significant difference in the effectiveness of watermelon peel extract with chlorhexidine (p ³ 0.05). Conclusion: Watermelon peel extract (Citrullus lanatus) can inhibit bacterial growth and kill bacterial colonies of Streptococcus mutans (ATCC 25175) and Streptococcus sanguinis (ATCC 10556) so that it can be an antibacterial agent against dental caries."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Fajriyah
"Latar Belakang: Karies gigi berkaitan dengan bakteri Streptococcus sanguinis yang berfungsi sebagai pionir pembentukan biofilm, serta Enterococcus faecalis yang ditemukan dalam kegagalan perawatan saluran akar. Propolis dilaporkan sebagai agen antibakteri karena mengandung flavonoid berupa apigenin dan tt-farnesol yang dapat menghambat aktivitas enzim glukosiltransferase dan mempengaruhi integritas membran bakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas pasta gigi ekstrak propolis UI dalam menghambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis atau Enterococcus faecalis.
Metode: Biofilm Streptococcus sanguinis atau Enterococcus faecalis yang telah dipaparkan pasta gigi ekstrak propolis UI dengan konsentrasi 2.5mg/ml, 5mg/ml, dan 10mg/ml kemudian diinkubasi selama 4 jam (fase adhesi), 12 jam (fase akumulasi aktif) dan 24 jam (fase maturasi) pada suhu 37ºC. Persentase potensi hambat pembentukan biofilm dinilai dengan menggunakan MTT assay.
Hasil: Persentase potensi hambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis tertinggi pada fase akumulasi aktif dan Enterococcus faecalis pada fase maturasi dengan konsentrasi 10mg/ml. 
Kesimpulan: Efek paparan pasta gigi ekstrak propolis UI dalam menghambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis atau Enterococcus faecalis berbeda pada tiap durasi pemaparan dan variasi konsentrasi yang digunakan.

Background: Dental caries is related to the Streptococcus sanguinis bacteria which functions as a pioneer in biofilm formation, and Enterococcus faecalis which is found in failure of root canal treatment. Propolis has been reported as a potent antimicrobial material by containing flavonoids such as apigenin and tt-farnesol that inhibit glucosyltransferase enzyme activity and disrupt membrane.
Objective: To analyze the effect of toothpaste containing propolis extract in inhibit Streptococcus sanguinis or Enterococcus faecalis biofilm formation.
Methods: Streptococcus sanguinis or Enterococcus faecalis biofilm that has been exposed by propolis UI extract toothpaste at concentration 2.5mg/ml, 5mg/ml, dan 10mg/ml was incubated for 4 hours (adherence phase), 12 hours (active accumulation phase) and 24 hours (maturation phase) at 37ºC. The percentage of inhibition was tested with MTT assay.
Result: Inhibition percentage of Streptococcus sanguinis the highest is on active accumulation phase and Enterococcus faecalis biofilm is on maturation phase at concentraton 10mg/ml.
Conclusion: Propolis UI extract toothpaste effect on inhibiting biofilm formation of Streptococcus sanguinis or Enterococcus faecalis is different for each time and concentration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Caroline
"Karies merupakan masalah kesehatan gigi mulut yang paling tinggi pada anak usia 3-5 tahun di Indonesia. Mengobati karies sejak dini dapat menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup anak. SDF merupakan salah satu perawatan karies pada gigi sulung. 59 anak usia 3-5 tahun di Serpong diaplikasikan SDF pada permukaan gigi sulung yang karies dan di evaluasi setelah 3 bulan. Ibu subjek diberikan kuisioner pengukuran kualitas hidup sebelum dan sesudah aplikasi SDF. Setelah dioleskan SDF, 89,36% karies terhenti. Kualitas hidup 59 subjek meningkat setelah aplikasi SDF (p < 0,05). SDF efektif dalam menghentikan karies gigi sulung dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Caries is the highest oral health problem in children aged 3-5 yeard old in Indonesia. Early caries treatment can heal tootache and increase quality of life. SDF is one of caries treatment for primary teeth. 59 children aged 3-5 years old were applied SDF and evaluated 3 months later. Mothers are given quality of life questionairre before and after SDF application. After SDF application, 89,36% caries are arrested. Quality of life of the subjects are increased after SDF application (p<0,05). SDF is effective in treating primary teeth caries and increase children quality of life."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yova Nurfania
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui efek aplikasi SDF pada anak usia 36-71 bulan dalam menghentikan karies aktif dan menurunkan faktor risiko karies. Sampel yang digunakan adalah anak-anak PAUD Rama-rama yang dibagi menjadi dua kelompok secara acak: kelompok kontrol dan perlakuan. Skor karies dan pH plak anak diperiksa sebelum dan tiga bulan setelah dilakukan aplikasi SDF. Kuesioner ADA Caries Risk Assessment diisi oleh ibu subjek saat baseline. Terdapat perbedaan bermakna pada jumlah karies aktif dan pH plak anak kelompok perlakuan setelah dilakukan aplikasi SDF. Dapat disimpulkan bahwa SDF berpotensi efektif dalam menghentikan karies aktif gigi sulung dan menurunkan faktor risiko karies.

The study aimed to assess the effect of SDF application to 36-71 months children in arresting active caries and decreasing caries risk factor. Samples were children at PAUD Rama-rama, randomly divided into two groups: control and intervention group. Caries score and plaque pH were examined before and three months after SDF application. ADA Caries Risk Assessment questionnaire was filled by subject’s mother. There were significant differences at number of active caries and plaque pH in intervention group after SDF application. It was concluded that SDF was potentially effective in arresting active caries on primary teeth and decreasing caries risk factor. rama randomly divided into two groups which are control and intervention group Teeth caries score and plaque pH were examined before and three months after SDF application ADA Caries Risk Assessment questionnaire was answered by subject rsquo s mother Result There were significant differences at number of active caries on decayed teeth p 0 000 mean SD 2 61 2 44 extracted teeth p 0 001 mean SD 1 10 2 80 and plaque pH p 0 008 mean SD 6 53 0 40 in control gorup compared to intervention group after SDF application Conclusion SDF was potentially effective in arresting active caries on primary teeth and decreasing caries risk factor."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linni Fitria
"Latar Belakang: Madu diproduksi oleh lebah madu diantaranya Apis malivera dan Apis dorsata. Berdasarkan sumber nectar flora dibedakan monoflora dan polyflora. Madu monoflora seperti madu randu dan madu lengkeng dengan konsentrasi 25% dan 50% telah diteliti memiliki efektivitas anti bakteri terhadap bakteri S. mutans. Salah satu madu polyflora adalah madu putih Dompu yang dihasilkan oleh lebah hutan kering Dompu. Di bidang kedokteran gigi S. mutans khususnya S. mutans serotype c merupakan bakteri utama penyebab karies gigi.
Tujuan: Menganalisa perbedaan zona hambat antara Madu putih Dompu dan madu randu terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans serotype c.
Metode: Desain penelitian Ekperimen laboratorik. Koloni S. mutans serotype c hasil biakan dalam broth TYS20B dengan konsentrasi 28x108 CFU diratakan dalam media agar selektif TYS20B, di tengah medium agar letakkan paper disk dengan diameter 12 mm yang kemudian ditetesi 50 madu putih Dompu dan madu randu yang telah dilakukan pengenceran 12,5%,25% dan 50% dimasukkan dalam jar yang telah diberi gas anaerob di inkubasi selama 46 jam pada suhu 370C. Perhitungan zona hambat dilakukan sebanyak 3 kali dengan mengukur lingkaran terluar dikurangi lingkaran terdalam di bagi dua.
Hasil: Nilai rerata zona hambat madu putih Dompu 25% terhadap koloni S. mutans serotype c menunjukkan nilai tertinggi (4,1633±0.9312) dan zona hambat madu randu 50% terhadap S. mutans serotype c menunjukan nilai terendah (2,106±1,264). Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan tidak bermakna antara zona hambat madu putih Dompu dan madu randu pada semua konsentrasi (p>0,01).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara zona hambat pada madu putih Dompu dan madu randu terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans serotype c.

Background: Honey is produced by honey bee include Apis mellifera and Apis Dosrsata. Based on the nectar source, honey was differentiated become monoflora and polyflora. Monoflora honey such as randu honey and polyflora honey such as Dompu white honey with a concentration of 25% and 50% have been investigated that antibacterial effectiveness against bacteria S. mutans. In dentistry, S. mutans especially S. mutans serotype c is a major cause of dental caries.
Objective: To analyze the differences of inhibition zone between Dompu white honey and randu honey on the growth of bacteria S. mutans serotype c.
Method: Design of research is laboratory experiments. Colonies of S. mutans serotype c from the results of TYS20B broth culture in a concentration of 28x108 CFU flattened in an agar medium selective TYS20B, in the middle of the medium, in order to place the paper disk with its diameter of 12 m, then etched with 50 of Dompu white honey and randu honey have been diluted 12 5%, 25% and 50% put in a jar that had been gassed with anaerobic incubation for 46 hours at a temperature of 370C. Calculations of Inhibition zone was done 3 times by measuring the outermost circle minus the innermost circle divided by two.
Results: The mean of inhibition zone Dompu white honey 25% towards the colonies of S. mutans serotype c show the highest value (4.1633 ± 0.9312) and inhibition zone randu honey 50% towards S. mutans serotype c shows the lowest value (2.106 ± 1.264). Statistical test results showed no significant difference between the inhibition zone Dompu white honey and randu honey in all concentrations (p> 0.01).
Conclusion: There are no significant differences of inhibition zone between Dompu white honey and randu honey on the growth of bacteria S. mutans serotype c.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Sunggoro Moeis
"Penelitian dilakukan dengan tujuan memberi informasi mengenal efek pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung, mengingat hingga kini belum ada laporan mengenai hal tersebut di Indonesia. Penelitian deskriptif-analitik secara restrospektif dilakukan terhadap 114 anak berdomisili di Jakarta sejak lahir, berusia dari dua hingga lima tahun yang datang ke suatu klinik spesialis anak di Jakarta Utara. Pemeriksaan karies gigi sulung dilakukan dengan bantuan data yang berasal dari catatan medik penderita serta wawancara terbuka. Ternyata karies gigi sulung antara anak yang diberi dengan yang tidak diberi tablet fluor berbeda bermakna dengan p [ 0,05, terutama bila diberikan secara teratur pada anak. Karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor setelah usia 6 bulan dalam tahun pertama kehidupan, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang mulai diberi tablet fluor pada usia 1-6 bulan. Karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu 1-1,5 tahun, tidak berbeda bermakna dengan karies pada anak yang diberi tablet fluor dalam jangka waktu lebih dari 1,5 tahun. Dengan demikian penelitian ini memper--lihatkan efek positif pemberian tablet fluor terhadap karies gigi sulung. Hal ini terutama bila diberikan secara teratur pada tahun pertama kehidupan anak dan dalam jangka waktu yang sesuai dengan periode perturnbuhan serta perkembangan gigi sulung."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T4162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lieando Chandra
"Karies merupakan penyakit infeksius yang paling sering terjadi pada anak di Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi yang dapat mengatasi karies, salah satunya dengan aplikasi Silver Diamine Fluoride (SDF).
Tujuan: membahas evaluasi aplikasi SDF dalam mengatasi karies anak dan faktor-faktor yang berhubungan dengan persentase karies terhenti setelah aplikasi SDF.
Metode: Studi kohort untuk evaluasi dan cross sectional dengan subjek penelitian 115 anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies dentin aktif. Kuesioner diisi oleh orangtua untuk mengetahui faktor risiko karies.
Hasil: Evaluasi pada 3 dan 10 bulan memperlihatkan permukaan karies aktif berpeluang terhenti 9.9 dan 6.8 kali setelah diaplikasi SDF, dibandingkan dengan yang tidak diaplikasi.
Kesimpulan: SDF efektif menghentikan karies aktif anak serta meringankan rasa sakit yang diderita anak akibat karies sehingga berpotensi meningkatkan quality of life anak.

Dental caries is one of the most prevalent infectious disease in children in Indonesia. Therefore, solution to overcome caries is needed.
Objective: evaluate Silver Diamine Fluoride (SDF) applications to overcome caries in children and factors related to the percentage of arrested caries after SDF application.
Method: Cohort study to evaluation and cross sectional with 115 children aged 3-5 years old who had active dentin caries were the subjects. Caries risk factors questionnaires filled by parents subject.
Results: Active caries which were applied SDF had odd ratios 9.9 and 6.8 times being arrested after 3 and 10 months, respectively, compared with those not applied.
Conclusion: SDF is effective to arrest caries and decrease toothache suffered by children, thus potentially increase the quality of life of children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risqa Rina Darwita
Jakarta: UI-Press, 2012
PGB 0271
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Susanti
"Pemanfaatan pelayanan proram UKGM dipengaruhi oleh perilaku ibu dan pengelolaan program oleh Puskesmas. Karies masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbesar dan cakupan pembinaan kesehatan gigi di masyarakat masih rendah yaitu 19,6 %. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan program UKGM oleh ibu yang memiliki anak usia 2 sampai 5 tahun di Posyandu Kecamatan Medan Satria Kota Bekasi. Penelitian ini adalah penelitian sekuensial eksplanatori (mixed methods) dengan desain cross sectional dan jumlah sampel 400 responden. Untuk menggali lebih mendalam permasalahan rendahnya pemanfaatan program UKGM, penelitian ini dilengkapi dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam kepada manajemen puskesmas dan diskusi kelompok terarah kepada kader posyandu mengenai permasalahan yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, pekerjaan, dukungan keluarga dan kebutuhan perawatan gigi dan mulut anak merupakan variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan program UKGM di posyandu. Sedangkan sikap, dukungan keluarga dan kebutuhan perawatan gigi dan mulut anak merupakan variabel paling signifikan dalam pemanfaatan program UKGM di posyandu. Berbeda dengan hasil pendekatan kualitatif yang memperlihatkan bahwa justru fasilitas yang lebih mempengaruhi pemanfaatan program UKGM. Selain itu monitoring dan evaluasi belum dilakukan secara rutin. Rekomendasi pada penelitian ini adalah diharapkan untuk melengkapi fasilitas terutama alat peraga penyuluhan dan alat periksa gigi (diagnostic set), memberikan pelatihan UKGM pada kader posyandu serta melakukan monitoring setiap bulan dan evaluasi setiap tiga bulan sekali.

The utilization of UKGM program is influenced by maternal behavior and program management by the Puskesmas. Caries is still among the top ten diseases and the scope of dental health development in the community is still low at 19.6%. The purpose of this study was to determine the factors that influence the utilization of the UKGM program by mothers who have children aged 2 to 5 years at Posyandu, Medan Satria District, Bekasi City. This research is an explanatory sequential study (mixed methods) with a cross sectional design and a sample of 400 respondents. To find out more about the problem of the low utilization of the UKGM program, this study was supplemented by a qualitative approach through in-depth interviews with puskesmas management and focus group discussions on posyandu workers regarding existing problems.
Based on the results of quantitative research, work, family support and dental and oral care needs of children were variables related to the utilization of the UKGM program at the posyandu. Whereas attitudes, family support and children's dental and oral care needs were the most significant variables in the utilization of the UKGM program at the posyandu. It is different from the results of a qualitative approach that shows that it is precisely the facilities that influence the utilization of the UKGM program. In addition, monitoring and evaluation have not been carried out routinely. Recommendations in this study are expected to complement facilities, especially counseling teaching aids and dental kits (diagnostic set), provide UKGM training to posyandu workers and conduct monitoring every month and evaluation every three months.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>