Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213535 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistyo Rini Utami
"Latar Belakang : Gangguan muskuloskeletal akibat faktor risiko ergonomi sering ditemukan pada tempat kerja. Berbagai penelitian dilakukan namun penelitian menggunakan NMQ self administered versi Indonesia belum dilakukan pada pekerja di RS. Tujuan penelitian ini mendapatkan prevalensi gangguan muskuloskeletal dan faktor-faktor yang berhubungan pada pegawai di RSUD melalui skrining menggunakan NMQ self administered versi Indonesia.
Metode : Penelitian cross sectional menggunakan Skor Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Self Administered versi Indonesia, di RSUD pada Desember 2013 dengan 360 responden.
Hasil : Prevalensi gangguan muskuloskeletal sebesar 244 responden (67,8%). Hubungan faktor individu terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada usia, IMT Obese I serta tidak bermakna pada jenis kelamin,sisi tangan dominan.Hubungan faktor pekerjaan terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada posisi kerja dan pekerjaan medis serta tidak bermakna pada masa kerja, lama kerja dan shift kerja.Faktor dominan gangguan muskuloskeletal adalah jenis pekerjaan (ORsuaian=3,798;95%CI=1,008-14,310),posisi kerja (ORsuaian=2,948; 95% CI=1,740-4,997) serta usia (ORsuaian=0,495; 95% CI=0,269-0,911)
Kesimpulan : Dari hasil penelitian disarankan untuk pekerja melaksanakan olah raga, mini break, peregangan ringan,berobat bila gangguan otot. Untuk manajemen RS melakukan follow up dan promosi kesehatan, pendidikan internal mengenai ergonomi, untuk pekerja dengan gangguan muskuloskeletal ditempatkan yang tidak berisiko, menyediakan alat kerja yang ergonomis dilengkapi Standar dan Instruksi Kerja. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan metode dan alat penelitian lain.

ABSTRACT Name : Sulistyo Rini Utami Study Program : Magister Occupational Medicine Title : The prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee in Public Hospital. Skrining using Self Administered Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Indonesian version. Background :Musculoskeletal Disorders due to ergonomics risk factor is often found in the workplace.Various studies conducted, but studies using self-administered NMQ Indonesian version has not been carried out on workers in the hospital.The purpose of this study getting the prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee at the hospital through screening using self-administered NMQ Indonesian version. Methods : a cross sectional study using Score of self Administered Nordic Musculoskeletal Quessionaire Indonesian version, a public hospital in December 2013 with 360 respondents. Results: The prevalence of musculoskeletal disorders 244 respondents (67.8%).The relationship of individual factors on musculoskeletal disorders significantly in age, BMI Obese I and not significant for gender,the dominant hand. Relationship factors work against musculoskeletal disorders significant at the working position and medical work.Not significantly on years of service, duration of employment, shift work. The dominant factor is the type of work musculoskeletal disorders (OR=3.798;95%CI=1.008-14.310),working position (OR=2.948; 95% CI=1.740-4.997), age (OR=0.495; 95% CI=0,269-0,911). Conclusion: From these results it is advisable to carry workers for sports, mini-break, stretching and treatment.For hospital management with health promotion, for hospital worker with musculoskeletal disorders were not placed at risk, provide ergonomic work tools include Standards and Work Instructions.For further research using other research methods and tools. Keywords: hospital worker;musculoskeletal disorders;NMQ "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Jayantini
"Dokter gigi memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami gangguan otot dan tulang rangka dikarenakan aktivitas pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja pada dokter gigi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – November 2022 yang melibatkan 111 dokter gigi yang bekerja di Puskesmas Wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data antara lain form Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF), Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) dan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara; kebiasaan olahraga, faktor fisik pada tangan dan siku, serta tuntutan pekerjaan terhadap gejala gotrak akut dan kronis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan intervensi lebih lanjut untuk mengurangi risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka pada dokter gigi.

Dentists are at risk for musculoskeletal disorders due to daily work activities. The purpose of this study was to analyze risk factors of work-related musculoskeletal disorder in dentist. This research was conducted in January to November 2022 involved 111 dentists working at the South Jakarta primary health care. This study used a cross sectional study design. The instruments used for data collection included the Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) form, the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) and the Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). The results of this study indicated that there is a significant relationship among exercise habits, physical factors on the hands and elbows, as well as work demands on acute and chronic symptoms of musculoskeletal disorder. Therefore, it is necessary to carry out further control and intervention to reduce the risk of musculoskeletal disorders in dentist."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Rinaldi Ardiansyah
"Perancah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu pekerjaan konstruksi, Pekerjaan perancah berkontribusi pada munculnya faktor risiko gangguan otot tulang rangka akibat kerja (gotrak) atau musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor risiko terjadinya gotrak pekerja perancah di PT X. Jenis penelitian adalah potong lintang dengan responden karyawan di PT X sebanyak 156 karyawan. Penilaian faktor risiko ergonomi di tempat kerja dilakukan dengan pendekatan penilaian tingkat risiko pekerjaan dan keluhan subjektif pekerja. Responden memberikan informasi karakteristik individu, risiko ergonomi menggunakan metode (Rapid Entire Body Assessment atau REBA) dengan hasil yang mencapai nilai tinggi dan sangat tinggi. Tingkat risiko ergonomi menunjukkan 66,23% responden termasuk kategori risiko tinggi dan 33,77 % responden termasuk kategori risiko rendah. Analisis keluhan gotrak pada pekerja menggunakan kuesioner Nordic Body Map menghasilkan 3 keluhan tertinggi yaitu leher bahu dan tangan/pergelangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor risiko terjadinya Gotrak pekerja perancah di PT X pada gotrak 12 bulan yaitu usia ≥ 30 tahun OR 1,91(95% CI 1,37-3,25), masa kerja ≥ 10 tahun OR 2,42(95% CI 1,39-4,19), Jenis Pekerjaan perancah OR 8,77() (95% CI 3,93-19,55) dan Skor REBA tinggi OR 2,81 (95% CI 1,39-5,67). Sedangkan faktor risiko gotrak yang menyebabkan absen 12 bulan terakhir adalah usia ≥ 30 tahun OR 1.32 (95% CI 1.18-1.76), masa kerja ≥ 10 tahun OR 1.65 (95% CI 1.03-2.65), jenis pekerjaan perancah OR 10,98(95% CI 4,26-28,26), skor REBA tinggi 2,53(1,78-3,00), demands at work tinggi OR 1.65 (95% CI 1.02-2.51), work organization and job contents tinggi OR1.44 (95% CI 1.28-2.93), untuk faktor risiko 7 hari terakhir yaitu jenis pekerjaan perancah OR 2,79(95% CI 1,28-6,07), health and wellbeing rendah OR 1.43 (95% CI 1.09-1.84).

Scaffolding is an inseparable part of a construction work. Scaffolding work contributes to the emergence of risk factors for skeletal muscle disorders due to work (gotrak) or musculoskeletal disorders (MSDs). The purpose of this study was to analyze the risk factors for the occurrence of scaffolding at PT X. This type of research was crosssectional with 156 employees as respondents at PT X. Ergonomics risk factor assessment in the workplace is carried out with an approach to assessing the level of occupational risk and subjective complaints of workers. Respondents provided information on individual characteristics, ergonomic risks using the method (Rapid Entire Body Assessment or REBA) with the results achieving high and very high scores. The level of ergonomics risk shows that 66.23% of respondents are in the high risk category and 33.77% of the respondents are in the low risk category. The analysis of cough complaints on workers using the Nordic Body Map questionnaire resulted in the 3 highest complaints, namely neck, shoulders and hands/wrist. This study shows that the risk factors for the occurrence of Gotrak scaffold workers at PT X at 12 months old are age 30 years OR 1.91 (95% CI 1.37-3.25), working period 10 years OR 2.42 (95 % CI 1.39-4.19), awkward posture OR 6.24 (95% CI 2.40-16.21). While the risk factors for gotrak that caused the absence of the last 12 months are age 30 years OR 1.32 (95% CI 1.18-1.76), years of service ≥ 10 years OR 1.65 (95% CI 1.03-2.65), type of work OR 10.98 (95% CI 4.26- 28.26), REBA score 2.53 (1.78-3.00), demands at work OR 1.65 (95% CI 1.02-2.51), work organization and job contents OR1.44 (95% CI 1.28-2.93, for risk factors for the last 7 days, namely type of work OR 2.79 (95% CI 1.28-6.07), health and wellbeingOR 1.43 (95% CI 1.09-1.84)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnestifa Dinar
"Perkembangan teknologi membuat perubahan aktifitas pekerja kantor beralih menggunakan Visual Display Unit (VDU) dan berpotensi Muscoloskeletal Disorders (MSDs). MSDs dapat menimbulkan penurunan produktifitas dan kerugian ekonomi. Aktifitas pekerja di PT. X menggunakan VDU selama 8 jam setiap hari. Tidak banyak penelitian yang dilakukan PT X terkait dengan MSDs di perkantoran selama ini. Oleh karena itu tujuan dari tesis ini adalah mengkaji faktor-faktor risiko yang menyebabkan keluhan gejala MSDs antara lain faktor individu, lingkungan, peralatan, organisasi kerja dan psikososial pada pekerja perkantoran. Metode penelitian ini adalah cross-sectional dengan metode proportionale stratifiled random sampling pada 95 orang.
Hasil penelitian ini adalah sebagian besar responden mempunyai keluhan MSDs sebanyak 83,16% dengan rincian keluhan kronis sebanyak 70,52%, keluhan akut sebanyak 1,37%, keluhan keduanya sebanyak 6,71%. Sedangkan 16.84% responden yang tidak mempunyai keluhan MSDs. Faktor yang berhubungan dengan keluhan MSDs adalah BMI (p<0.05), masa kerja (p<0.05), persepsi job stress (p<0.01) dan postur kerja (p<0.05). Postur kerja berhubungan dengan panjang alas duduk (p<0.01) dan tinggi kursi (p<0.05) persepsi job stress berhubungan dengan rincian tugas (p<0.05), durasi kerja (p<0.05), durasi istirahat (p<0.01), tuntutan kerja (p<0.05), dan job control (p<0.01). Faktor dominan dari risiko ergonomi terhadap keluhan keluhan gejala MSDs adalah durasi istirahat (p=0.002), postur tubuh (p=0.017), dan persepsi job stress (p=0.005). Hasil penelitian mengkonfirmasi bahwa durasi istirahat, postur tubuh dan job stress berhubungan dengan keluhan MSDs pekerja perkantoran.

The developments of technology, the office worker change their activity by using Visual Display Unit (VDU) and it potentially causes Muscoloskeletal Disorders (MSDs). MSDs can decrease the productivity and cause economic losses. Employee activities at PT. X use VDU for 8 hours every day. So far, not much research which is related with MSDs in the office conducted by PT X. This thesis aimed to review the risk factors that asosiate with MSDs symptoms include individual, environment, equipment, work organization and psychosocial factor on office workers. The method of this research is cross-sectional with proportionale stratifiled random sampling method in 95 office workers.
The result of this research is most of respondents have MSDs complaint as much as 83,16% with details chronic complaint is 70,52%, acute complaint is 1,37%, both complaint is 6,71%. While 16,84% of respondents did not have MSDs complaints. Related factors to MSDs complaints were BMI (p <0.05), length of service (p <0.05), job stress perception (p <0.01) and work posture (p <0.05). Work posture relates to seat length (p <0.05) and height of chair (p <0.01) job stress perception related to job description (p <0.05), duration of work (p <0.05), duration of rest (p <0.01), work demands (p <0.05), and job control (p <0.01). The dominant factors of ergonomic risk to complaints of symptoms of MSDs were duration of rest (p = 0.002), work posture (p = 0.017), and job stress perception (p = 0.005). The results are confirmed that the duration of rest, posture and job stress associated with MSDs complaints office workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellgi Safirda
"Penuaan mempengaruhi perubahan tubuh termasuk sistem muskuloskeletal. Penurunan yang terjadi dikarenakan berkurangnya massa otot, kekakuan jaringan penghubung, dan penurunan kepadatan tulang mengakibatkan kelambanan bergerak,gangguan keseimbangan, dan koordinasi gerak sehingga mudah jatuh. Jatuh berdampak secara fisik maupun psikis lansia. Sebagai intervensi risiko jatuh, latihan keseimbangan dapat dijadikan referensi latihan bagi lansia. Latihan keseimbangan meningkatkan kekuatan otot dan keseimbangan untuk mencegah tubuh jatuh. Latihan keseimbangan dilakukan setiap hari (11 pertemuan) dengan durasi 10 - 15 menit perhari. Sebelum latihan penulis malakukan skreaning MMSE, dilanjutkan dengan instrument skrining jatuh (MFS, BBT, dan TUG). Saat latihan peneliti akan melakukan pengukuran tanda vital sebelum dan sesudah latihan, pengkajian TUG, dan melakukan gerakan latihan keseimbangan. Latihan keseimbangan yang dilakukan rutin signifikan terhadap keseimbangan postural terlihat dari adanya perubahan dalam stepping, gaya berjalan mulai membaik, postur tubuh saat berjalan mulai tegak, peningkatan nilai BBT dari skor 46 menjadi 50, dan penurunan waktu TUG dari 14 detik menjadi rata – rata waktu 12,5 detik selama intervensi. Pelaksanaan intervensi memerlukan seorang pendamping yang bertugas mengawasi dan menjaga lansia agar tidak jatuh, sekaligus menciptakan perasaan aman bagi lansia saat latihan. Sangat disayangkan intervensi ini sulit dilakukan secara berkelanjutan dikarenakan kekurangan sumber daya serta petugas sosial dan perawat panti memiliki tugas dan kewajiban lainnya yang perlu dilakukan sehingga untuk melakukan intervensi latihan keseimbangan akan sulit terlaksana. Untuk itu saya menyarankan bagi mahasiswa yang berpraktik di panti untuk melanjutkan intervensi ini sebagai intervensi pencegahan risiko jatuh pada lansia yang terdapat di panti.

Aging affects changes in the body including the musculoskeletal system. The decrease that occurs due to reduced muscle mass, stiffness of connective tissue, and decreased bone density results in sluggishness of movement, balance disorders, and coordination of motion so that it is easy to fall. Falls have a physical and psychological impact on the elderly. As a fall risk intervention, balance exercises can be used as an exercise reference for the elderly. Balance exercises improve muscle strength and balance to prevent the body from falling. Balance exercises are carried out every day (11 meetings) with a duration of 10-15 minutes per day. Before the exercise, the author conducted MMSE screening, followed by fall screening instruments (MFS, BBT, and TUG). During exercise, researchers will measure vital signs before and after exercise, assess TUG, and perform balance exercise movements. Balance exercises performed routinely are significant for postural balance as seen from changes in stepping, gait begins to improve, posture when walking begins to straighten, increases BBT scores from 46 to 50, and decreases TUG time from 14 seconds to an average time of 12. ,5 seconds during the intervention. Implementation of the intervention requires a companion who is in charge of supervising and keeping the elderly from falling, while creating a feeling of security for the elderly during exercise. It is unfortunate that this intervention is difficult to carry out in a sustainable manner due to lack of resources and social workers and nursing home nurses have other duties and obligations that need to be carried out so that it will be difficult to carry out balance training interventions. For that I suggest for students who practice in nursing homes to continue this intervention as an intervention to prevent the risk of falling for the elderly who are in nursing homes"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Joko Purwanto
"Penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di tingkat global. Upaya tindakan pencegahan dan tatalaksana terus dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini. Perawat spesialis memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung, menerapkan evidence base nursing dan melakukan inovasi keperawatan. Praktik residensi spesialis keperawatan medikal bedah telah dilaksanakan untuk mengaplikasikan peran tersebut. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan pada 30 kasus kelolaan resume dan kasus kelolaan utama ADHF dengan teori Model Adaptasi Roy. Peran sebagai peneliti dijalankan dengan melakukan edukasi self-care pasien gagal jantung menggunakan metode teach-back. Peran perawat sebagai inovator dilakukan dengan menyusun proyek inovasi tentang penggunaan Munro Pressure injury Risk Assessment Scale untuk mencegah kejadian Perioperative related Pressure injury. Hasil analisis praktik menunjukkan bahwa Model Adaptasi Roy efektif digunakan untuk pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular, edukasi self-care pada pasien gagal jantung dengan metode teach-back dapat meningkatkan pengetahuan, efikasi diri dan kemampuan self-care. Selain itu Munro Pressure injury Risk Assessment Scale dapat diterapkan untuk mencegah kejadian Perioperative related Presure Injury.

Cardiovascular disease is one of the leading causes of death globally. Efforts to carry out management and prevention are always being developed to overcome this problem. Nurse specialists have a role as direct nursing care providers, applying evidence-based nursing and carrying out nursing innovations. The residency practice of medical-surgical nursing specialists has been implemented to apply for this role. The role of a direct nursing care provider is carried out by providing nursing care in 30 resume cases and ADHF main cases with Roy’s Adaptation Model theory. The role of a researcher is carried out by conducting self-care education for heart failure patients with the teach-back method. The role of nurses as innovators is carried out by developing an innovative project, namely "Using the Munro Pressure Injury Risk Assessment Scale to Prevent Perioperative-Related Pressure Injury." The results of practice analysis show that the Roy Adaptation Model is effective for patients with cardiovascular system disorders, and self-care education in heart failure patients with the teach-back method can improve knowledge, self-efficacy, and self-care abilities. In addition, the Munro Pressure Injury Risk Assessment Scale can be applied to prevent perioperative-related Pressure injury events."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Frida Avianing Isnanda
"Latar Belakang: Self-perceived pada penyakit periodontal yang sering ditemui pada anak-anak umur 12-15 tahun masih rendah dan masih memiliki disparitas yang signifikan dengan diagnosis klinis.
Tujuan: Menganalisis self-perceived dan diagnosis klinis status gingiva pada anak usia 12-15 tahun di Jakarta.
Metode: Penelitian dengan desain cross sectional menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi self-perceived dan pemeriksaan indeks plak dan gingiva dilakukan pada 494 anak di enam SMP Negeri di Jakarta.
Hasil: Persentase plak dan prevalensi gingivitis masing-masing adalah 99,6 dan 95,7 . Sensitivitas dan spesifisitas pada diagnosis klinis plak dengan cut-off point= 0,74 yang paling baik masing-masing adalah 86 yaitu kebutuhan perawatan gigi dan mulut dan 89 yaitu gusi bengkak sedangkan pada diagnosis klinis indeks gingiva dengan cut-off point= 0,51 yang paling baik masing-masing adalah 85 yaitu kebutuhan perawatan gigi dan mulut dan 88 yaitu gusi bengkak, namun, kedua variabel self-perceived tersebut tidak menunjukkan keseimbangan antara nilai spesifisitas dan sensitivitasnya.
Kesimpulan: Gingivitis masih lazim. Penggunaan kuesioner untuk menilai self-perceived terhadap status gingiva rendah.

Background: Self perceived of periodontal diseases which is commonly found among 12 15 year old children is still low and has significant disparity with clinical diagnosis.
Objective: The study aims to analyze self perceived and clinically diagnosed of gingival status among 12 15 year old children in Jakarta.
Methods: A cross sectional study using questionnaire to obtain self perceived information and clinical examination using plaque and gingival index was performed on 494 children in six junior high school in Jakarta.
Results: Plaque percentage and gingivitis prevalence respectively were 99,6 and 95,7. The highest sensitivity and specificity of clinically diagnosed plaque with 0,74 cut off points were respectively 86 for dental treatment need and 89 for swelling gums, meanwhile for gingival index with 0,51 cut off points were respectively 85 for dental treatment need and 88 for swelling gums, nevertheless both self perceived variables didn rsquo t show balanced values.
Conclusions: Gingivitis is still prevalent, however the use of questionnaire as a self perceived assessment has low value to gingival status among 12 15 year old children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Laura Gabriella
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi rawat inap cardiovascular disease di FKRTL oleh Peserta JKN di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018-2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2018-2020. Uji hubungan dianalisis dengan menggunakan Chi-square. Hasil penelitian didapatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat inap di Sumatera Utara pada tahun 2018-2020 yaitu sebesar 876.636 kunjungan yang meningkat pada tahun 2019 dan mengalami penurunan kunjungan pada tahun 2020 dengan otal kunjungan rawat inap cardiovascular disease sebanyak 96.366 kunjungan. Utilisasi rawat inap cardiovascular disease banyak diakses oleh usia lansia (22,4%), jenis kelamin perempuan (11,1%), status kepemilikan FKRTL milik pemerintah (10,1%), segmen Bukan Pekerja (23,6%), hak kelas rawat I (16,3%), lama hari rawat 4 hari, lokasi FKRTL di Kabupaten (10,1%), lokasi tempat tinggal peserta di kabupaten (10%), tempat tinggal peserta berada di wilayah II (10.9%), kunjungan berada di wilayah dengan jumlah Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah lebih dari satu orang (9,8%), serta berada di wilayah dengan jumlah rumah sakit lebih dari tiga rumah sakit (9,9%). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan rawat inap cardiovascuular disease adalah umur peserta.

This study aims to determine the factors associated with cardiovascular disease inpatient utilization at FKRTL by JKN Participants in the Province of North Sumatra in 2018-2020. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using BPJS Health Sample Data for 2018-2020. Relationship test was analyzed using Chi-square. The results showed that the utilization of inpatient health services in North Sumatra in 2018-2020 amounted to 876,636 visits, which increased in 2019 and decreased visits in 2020 with a total of 96,366 visits to inpatient cardiovascular disease. Cardiovascular disease inpatient utilization is mostly accessed by the elderly (22.4%), female (11.1%), ownership status of government-owned FKRTL (10.1%), non-employee segment (23.6%), rights class I treatment (16.3%), length of stay 4 days, location of FKRTL in the district (10.1%), location of the participant's residence in the district (10%), participant's residence in region II (10.9%), visits were in areas with more than one Cardiovascular Specialist (9.8%), and in areas with more than three hospitals (9.9%). The most dominant variable related to cardiovascular disease hospitalization is the age of the participants"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Asri Lestari
"Latar Belakang: Salah satu tujuan dalam keikutsertaan Indonesia pada program pembangunan global berkelanjutan (SDGS) yaitu meningkatkan status kesehatan. Upaya tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor pendukung seperti ketersediaan sumber daya tenaga medis, kemudahan akses manusia terhadap fasilitas kesehatan, sehingga manusia dengan mudah berkunjung dan mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dan pelayanan kesehatan tooth decay dan filling di Indonesia. Metode: Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 yang diklasifikasikan berdasarkan umur WHO sebanyak 14.031 mengenai variabel karakteristik sosidemografi (umur, jenis kelamin, tempat tinggal, status pekerjaan, dan tingkat pendidikan), utilisasi frekuensi kunjungan dan total decay serta filling. Pada Rifaskes 2019 menggunakan data sebanyak 17.741 fasilitas kesehatan. Jumlah dokter gigi menggunakan data Konsil Kedokteran Indonesia hingga bulan Desember 2021 sebanyak 22.926 dokter gigi. Variabel-variabel tersebut di uji secara statistik kemudian dipetakan menggunakan QGIS.
Hasil: Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok jenis kelamin, lokasi tempat tinggal dan pencarian pengobatan terhadap tooth decay dan filling. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan utilisasi frekuensi kunjungan. Sedangkan Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat korelasi antara jumlah dan rasio fasilitas kesehatan serta dokter gigi terhadap tooth decay dan filling.
Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat hubungan antara faktor sosidemografi dan pelayanan kesehatan yang memengaruhi tooth decay dan filling. Upaya pemerataan distribusi fasilitas kesehatan dan dokter gigi, serta intervensi dalam meningkatkan utilisasi dengan melihat aspek karakteristik sosiodemografi.

Backgorund: One of the goals of Indonesia's participation on sustainable development goals is improving health state. Efforts made to achieve health improvement is increasing availability of health care facilities so people can easily access and get treatment for dental and oral health.
Objective: This study aimed to determine relationship between sociodemographic and health services factors that affect tooth decay and filling in Indonesia.
Methods: A cross sectional study using secondary data from Riskesdas 2018 as classified based WHO age as much 14.031 subject are sociodemography factors, utilization dental visit, total decay and filling. Rifaskes 2019 data’s using 17.741 healthcare facilities. Number of dentist as much 22.926 using data Indonesia Medical Council on December 2021. These variabels were tested statistically then mapping using QGIS.
Results: Mann-Whitney test showed a significant difference (p<0,05) between groups of gender, place of residence towards tooth decay and filling. Kruskal-Wallis test showed a significant difference (p<0,05) between groups of occupational status, education level, and frequency utilization towards tooth decay and filling. Spearman test showed a correlation statistically (p<0,05) between amount and ratio of healthcare facilities and dentist towards tooth decay and filling.
Conclusion: In this study there are relationship between sociodemographic factors and healthcare services that affect tooth decay and filling. Efforts to equitable distribution of healthcare facilities and dentist, as well as intervention to increase utilization by looking all aspect of sociodemographic characteristics.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelmi Silvia, auhtor
"Latar Belakang : Industri pemotongan batu memiliki potensi bahaya berupa debu batu yang dihasilkan dari proses pemotongan batu. Debu batu berpotensi besar masuk dan mengendap di saluran napas pekerja yang terpajan debu batu tersebut. Dalam penelitian ini ingin diketahui hubungan pajanan debu batu dan faktor lainnya dengan gangguan fungsi paru.
Metode Penelitian : Desain penelitian cross sectional dengan analisis regresi logistik. Subjek penelitian diambil secara cluster sampling. Tingkat pajanan debu batu ditentukan dengan metode semikuantitatif dan faktor-faktor lainnya dengan kuesioner. Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat spirometer.
Hasil : Subjek penelitian adalah 70 pekerja laki-laki industri pemotongan batu informal dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. Sebanyak 21,4% subjek mengalami gangguan fungsi paru, dengan gangguan fungsi paru restriksi sebanyak 14,3% dan gangguan fungsi paru obstruksi sebanyak 7,1%. Faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru adalah tingkat pajanan debu batu. Faktor umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, masa kerja, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD) dan penyediaan APD tidak memperlihatkan hubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru. Subjek dengan tingkat pajanan debu batu tinggi mempunyai risiko 5,889 kali mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan subjek dengan tingkat pajanan debu batu rendah [ odds rasio suaian (ORa) = 5,889; interval kepercayaan (CI) 95% = 1,436-24,153)].
Kesimpulan : Didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu dengan gangguan fungsi paru. Perlu dilakukan pengendalian terhadap pajanan debu batu untuk mencegah risiko gangguan fungsi paru pada pekerja industri pemotongan batu.

Background : Stone cutting industry have a potential hazard in stone dust resulted from stone cutting process. Stone dust has a significant potential to enter and settle inside exposed worker’s respiratory tract. This study aims to identify the relationship between stone dust exposure and other factors with lung function disorder.
Method : This study was a cross-sectional study with logistic regression analysis. Study’s subjects were taken with cluster sampling method. Level of stone dust exposure was determined by semi-quantitative method and the other factors were identified by a questionnaire. Lung function was tested with a spirometer.
Results : Study’s subject was 70 male informal stone cutting industry workers with more than 5 years of service. In this study, it was found that lung function disorders was 21.4%, which restrictive lung function disorder was 14.3% and the obstructive lung function disorder was 7.1%. Risk factor significantly related to lung function disorder was stone dust level of exposure. Age, education, nutritional status, exercise habit, smoking habit, length of employment, habit of using personal protective equipment (PPE) and provision of PPE showed no significant relationship with lung function disorder. Subjects with high level of stone dust exposure had 5.889 times the risk of lung function disorder compared to subjects with low level of stone dust exposure [adjusted odds ratio(ORa) = 5.889; 95% confidence interval (CI) = 1.436 - 24.153)].
Conclusion : The level of stone dust exposure significantly related to lung function disorder. Control measures are needed for stone dust exposure to prevent the risk of lung function disorder in stone cutting industry workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>