Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219624 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lydia Wangke
"Neonatus kurang bulan (NKB) merupakan kelompok risiko tinggi yang rentan terhadap masalah perkembangan. Selama beberapa dekade terakhir, kemajuan teknologi di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) telah meningkatkan kelangsungan hidup NKB. Perawatan NKB adalah tidak hanya untuk menurunkan angka kematian tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup bagi neonatus yang hidup. Penelitian ini bertujuan untuk melihat luaran perkembangan dan faktor risiko gangguan dari neonatus kurang bulan pascarawat di RSCM. Ini merupakan suatu studi analitik dengan metode potong lintang terhadap NKB pascarawat di RSCM selama periode April-Agustus 2023. Penilaian perkembangan menggunakan instrumen Bayley Scales of Infant and Toddler Development edisi III. Hubungan antara usia kehamilan, kecil masa kehamilan, status gizi, brain injury, sepsis neonatal dengan luaran perkembangan dianalisis dengan uji Fisher exact. Dari 75 subjek, sebesar 29,3% neonatus kurang bulan mengalami gangguan perkembangan. Gangguan motor merupakan gangguan perkembangan yang paling banyak ditemukan, yaitu sebesar 21,3%, diikuti gangguan bahasa, kognitif, dan sosial-emosional, yaitu 18,7%, 10,7% dan 1,3%, secara berurutan. Status gizi berhubungan signifikan dengan luaran perkembangan bahasa ekspresif (p=0,004; OR 8,04, CI=1,64-42,63).

Preterm neonates are a high-risk group of developmental problems. Preterm neonates care is not only to reduce mortality but also to improve the quality of life. Cipto Mangunkusumo Hospital is a tertiary neonatal referral hospital with the best neonatal services in Indonesia. This study was aimed to analyze the risk factors of developmental delay and developmental outcomes of preterm neonates after hospitalization at RSCM. An analytic study with cross-sectional design involves premature neonate post-hospitalization at RSCM during April-August 2023. Developmental assessment using of Bayley Scales of Infant and Toddler Development-Third edition. Association between gestational age, small gestational age, nutritional status, brain injury, neonatal sepsis and developmental outcomes were analyzed using Fisher exact test. Out of the 75 subjects, 29.3% of preterm neonates experienced developmental disorders. Motor disorders were the most commonly identified developmental issue, accounting for 21.3%, followed by language, cognitive, and social-emotional disorders. Nutritional status was significantly associated with the outcomes of expressive language development (p=0.004; OR 8.04, CI=1.64-42.63)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Mitha Sevianti
"ABSTRAK
Perkembangan anak merupakan sesuatu yang bersifat multi
dimensi dan terdiri atas area kognitif, bahasa, fungsi gerak, sosial emosional dan
perilaku adaptif, masing-masing memiliki nilai tersendiri namun saling
berintegrasi. Dua metode stimulasi (Glenn Doman (GD) dan Kemenkes (K))
dinilai kualitasnya dalam penelitian ini.
Tujuan.Mengetahui pengaruh perbedaan stimulasi metode GD dan K terhadap
skor perkembangan bayi usia 6-12 bulan.
Metode.Penelitian kohort prospektif pada bayi normal.Skrining perkembangan
awal dilakukan menggunakan alat ukur Denver.Pasca 3 bulan intervensi,
perkembangan bayi dinilai menggunakan BSID edisi-III yang terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas.Kualitas stimulasi rumah di nilai
menggunakan alat ukur HOME.
Hasil.Skor validitas dari BSID edisi-III adalah 0,964 (kognitif), 0,934 (bahasa),
0,822 (gerak) dengan Cronbach Alpha sebesar 0,918 serta reliabilitas test-retest
0,846. Subjek yang memenuhi kriteria sebanyak 88 orang, dengan jenis kelamin
laki-laki (61,4%), usia 9-12 bulan (68,2%), status gizi baik (75%). Perbedaan
bermakna terdapat pada skor HOME dan semua aspek penilaian perkembangan
BSID di kedua grup setelah masa intervensi 3 bulan (p<0,001). Skor grup GD
lebih unggul 1 angka dibandingkan K pada skor HOME (p=0,024) and 32 angka
lebih unggul pada skor BSID (p=0,002). Faktor jumlah anak bermakna secara
statistik memengaruhi perkembangan dengan risiko relative 3.13 (IK 95% 1.18-
8.33, p=0,022).
Simpulan.Instrumen BSID edisi-III versi Bahasa Indonesia merupakan alat ukur
yang sahih dan andal untuk digunakan pada penelitian ini. Secara umum tidak
terdapat perbedaan skor perkembangan bayi usia 6-12 bulan yang mendapat
stimulasi metode GD dan K kecuali perkembangan perilaku adaptif.

ABSTRACT
Child development is multi-dimensional and encompasses cognitive, language, sensory-motor, social-emotional, adaptive behavior domains, all of
which are interdependent. Two stimulation interventions (Glenn Doman (GD) and
Kemenkes (K) methods) were conducted in this study.
Aims.To investigate the difference in developmental aspects after intervention
with GD and K methods in infants age 6-12 months.
Methods. This was a prospective cohort study in normal developmental infants.
Developmental screening at enrollment used Denver instrument. Three months
post intervention, the development was assessed with BSID III, in which
validation and reliability test were undertaken as first step. A modified version of
HOME inventory was used as edition to assess home environment.
Results.The validity score of BSID-III was 0.964 (cognitive), 0.934 (language),
0.822 (motor) with Cronbach alpha of 0.918 and a reliability test-retest of 0.846.
There were 88 subjects fulfilled the criteria. Subject mostly were male (61.4%) 9-
12 months old (68.2%), normal anthropometric status (75%). The results revealed
significant differences in HOME score and all aspects of Bayley score in GD and
K group after 3 months intervention period (p<0.001). The GD benefited 1 point
compared with K group in HOME score (p=0.024) and 32 points in Bayley score
(p=0.002). Number of children was the most influential factor in infants’
development with a relative risk of 3.13 (CI95% 1.18-8.33, p=0.022).
Conclusions.The Bahasa Indonesia version of BSID-III was a reliable and valid
tool for the assessment of this study. There was no difference in developmental
score at age 6-12 months who had GD and K stimulation methods except for
adaptive behavior scale."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erva Yunilda
"

Latar belakang: Identifikasi dan deteksi dini keterlambatan perkembangan anak sampai usia 3 tahun membutuhkan alat uji penapisan yang sahih dan andal serta mudah diaplikasikan orangtua. Kesahihan eksterna Ages and Stages Questionnaires-Third Edition (ASQ-3) belum teruji di Indonesia sehingga ASQ-3 belum dapat digunakan secara luas sebagai alat uji penapisan perkembangan anak.

Tujuan: Mengetahui kesahihan eksterna ASQ-3 bahasa Indonesia kelompok usia 24, 30, dan 36 bulan sebagai alat uji penapisan keterlambatan perkembangan anak.

Metode: Uji diagnostik ASQ-3 bahasa Indonesia kelompok usia 24, 30, dan 36 bulan dibandingkan dengan Bayley Scales of Infant Development-III (BSID-III) pada populasi anak sehat maupun yang berisiko keterlambatan perkembangan. Untuk menentukan nilai kesahihan eksterna, dihitung: sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan nilai duga negatif.

Hasil: ASQ-3 bahasa Indonesia kelompok umur 24 bulan: sensitivitas dan NDN baik (83,3% dan 91,3%), tetapi spesifisitas dan  NDP kurang baik (65,6% dan 47,6%). ASQ-3 bahasa Indonesia kelompok umur 30 bulan: sensitivitas dan NDN baik (84,6% dan 90,9%), tetapi spesifisitas dan  NDP kurang baik (69% dan 55%). ASQ-3 bahasa Indonesia kelompok umur 36 bulan: spesifisitas cukup baik (78,8%) dan NDN baik (86,7%), tetapi sensitivitas dan  NDP kurang baik (66,6% dan 53,3%).

Kesimpulan: Kesahihan eksterna ASQ-3 bahasa Indonesia kelompok usia usia 24, 30, dan 36 bulan pada penelitian ini cukup sahih sebagai alat uji penapisan keterlambatan perkembangan anak.

 


Background: Identification of children with developmental disabilities is critical step in providing early intervention services. Ages and Stages Questionnaires third edition (ASQ-3), a parent-report questionnaires has been proven to be a valid and reliable screening test and good psychometric properties. This test has not been external validated before in Indonesia.

Aim: Providing the external validated form of the Indonesian version of the Ages and Stages Questionnaires third edition as an appropriate developmental screening tool for evaluation of 24, 30, and 36 months Indonesian children’s development.

Method: The Indonesian ASQ-3 diagnostic test for the age groups of 24, 30, and 36 months compared with Bayley Scales of Infant Development-III (BSID-III) in the population of healthy children and at risk of developmental delays. To determine the value of external validity, calculated: sensitivity, specificity, positive predictive value and negative predictive value.

Results: ASQ-3 Indonesian 24 month: sensitivity and NDN are good (83.3% and 91.3%), but specificity and NDP are poor (65.6% and 47.6%). ASQ-3 Indonesian 30 months: sensitivity and NDN are good (84.6% and 90.9%), but specificity and NDP are poor (69% and 55%). ASQ-3 Indonesian 36 months: specificity is quite good (78.8%) and NDN is good (86.7%), but sensitivity and NDP are poor (66.6% and 53.3%).

Conclusion: The external validity of ASQ-3 Indonesian 24, 30, and 36 months in this study is quite valid as a screening test for children's development delays.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Black, Maureen M.
John Wiley & Sons: New York, 2000
155.422 BLA e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prajnya Paramitha Narendraswari
"Latar belakang: Komplikasi neurologis dan tumbuh-kembang sering diteliti pada neonatus cukup bulan (NKB), tetapi masalah pada ginjal masih jarang diperhatikan. Mayoritas NKB lahir ketika ginjal masih berkembang, sehingga lebih rentan mengalami gangguan fungsi ginjal. Profil fungsi ginjal dan faktor yang memengaruhinya penting untuk diketahui. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil fungsi ginjal, prevalens gangguan fungsi ginjal, dan faktor yang memengaruhi fungsi ginjal pada NKB. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan rancangan penelitian kohort retrospektif observasional di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan data rekam medik dari Oktober 2022-Oktober 2023. Partisipan penelitian adalah seluruh NKB yang dirawat dan melakukan pemeriksaan kreatinin darah dengan kriteria eksklusi meninggal sebelum usia 48 jam. Faktor risiko yang diteliti adalah nutrisi maternal, diabetes gestasional, hipertensi pada kehamilan, anemia pada kehamilan, steroid antenatal, berat lahir, pertumbuhan janin terhambat, sepsis neonatorum, asfiksia neonatorum, anemia prematuritas, steroid pascanatal, dan gentamisin. Hasil: Kreatinin serum diperiksa pada 26,1% (192/737) NKB. Terdapat 169 subyek yang diinklusi. Median usia gestasi subyek adalah 31 (24–36) minggu dan berat lahir (BL) 1.335 (500–2.815) gram. Gangguan fungsi ginjal ditemukan pada 66,3% (112/169) subyek. Gangguan fungsi ginjal yang ditemukan berupa penurunan LFG 6(3,6%), hipertensi 91(53,8%), proteinuria 1(0,6%), dan campuran dari ketiganya 71(42,0%) subyek. Neonatus yang mengalami gangguan fungsi ginjal terbanyak pada usia gestasi 28–31 minggu (45,5%). Berdasar berat lahir terbanyak < 1000 g (81,6%), 1000–1499 (67,2%), 1500–2499 (59,6%). Variabel yang secara bersama-sama memengaruhi gangguan fungsi ginjal pada pasien neonatus kurang bulan adalah BL < 1.000 gram (OR 8,38; IK 95% 1,14–61,34; p=0,036), sepsis berat (OR 2,20; IK 95% 1,06–4,54; p=0,034) dan adanya anemia prematuritas (OR 2,86; IK 95% 1,15–7,12; p=0,024). Simpulan: Faktor risiko terjadinya gangguan fungsi ginjal pada NKB adalah BL < 1.000 gram, sepsis berat, dan anemia prematuritas.

Background: Neurodevelopmental complication is often studied in preterm neonates (PTNs), but nephrological problem is usually overlooked. The majority of PTNs are born when the kidneys are still developing. Therefore, PTN is more susceptible to impaired kidney function (IKF) and is important to know the risk factors. Objective: his study aims to determine the prevalence of IKF and identify risk factors in PTN. Methods: This research is an analytical descriptive study with an observational cohort retrospective study methods at Cipto Mangunkusumo Hospital using medical record data from October 2022-October 2023. Subjects studied were all treated PTN who had creatinine evaluated during treatment and criteria exclusion of death within 48 hours was applied. The risk factors studied were maternal nutrition, gestational diabetes, hypertension in pregnancy, anemia in pregnancy, antenatal steroids, birth weight, fetal growth restriction, neonatal sepsis, neonatal asphyxia, anemia of prematurity, postnatal steroids, and gentamycin use. Results: Serum creatinine was assessed in 26,1% (192/737) PTN. One-hundred-and-sixtynine subjects were included. The median gestational age (GA) was 31 (24–36) weeks and birth weight (BW) 1,335 (500–2,815) grams. Impaired kidney function was found in 112/169 (66,33%) subjects. Abnormalities found were decreased in GFR 6(3.6%), hypertension 91(53.8%), proteinuria 1(0.6%), and mixture of the aboves 71(42.0%) subjects. Neonates with IKF mostly found with GA 28–31 weeks (45,5%). Based on birth weight, IKF was found in < 1000 g (81.6%), 1000–1499 (67.2%), 1500–2499 (59.6%). Variables that influence IKF in PTN are BW < 1,000 grams (OR 8.38; 95% CI 1.14 – 61.34; p=0.036), severe sepsis (OR 2.20; CI 95% 1.06–4.54; p=0.034), and the presence of anemia of prematurity (OR 2.86; 95% CI 1.15 – 7.12; p=0.024). Conclusion: Risk factors for IKF in PTN were BW < 1,000 grams, severe sepsis and anemia of prematurity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Roito Elmina Gogo
"Anak merupakan aset keluarga, masyarakat, dan bangsa sehingga harus mendapatkan pembinaan jasmani, mental spiritual dan sosia] sejak dini mengingat pada masa lima tahun pertama kehidupan anak merupakan masa keemasan di dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian anak. Agar mampu menjadi generasi penerus di masa depan, anak harus dipersiapkan sebaik-baiknya, termasuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan Iingkungannya.
Penyimpangan perkembangan pada balita tanpa kelainan organik sukar dideteksi dengan pemeriksaan finis secara rutin. Mereka tampak normal namun akan mendapatkan kegagalan pada saat mulai sekolah. Di Amerika didapatkan 12% sampai 16% anak mengalami keterlambatan perkembangan. Di Canada . 16% anak usia 4-5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan bicara. Di Thailand 16,3% anak kurang dari 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan. Di Indonesia, penelitian-penelitian terhadap keterlambatan perkembangan pada balita mendapatkan angka yang bervariasi antara 12,8% sampai 28,5%. Oleh karena itu perlu diketahui penyimpangan perkembangan secara dini. Pengetahuan mengenai perkembangan bayi yang normal dan variasinya harus dikuasai agar dapat merencanakan tata Iaksana yang tepat dan dapat membantu pasien dan keluarganya semaksimal mungkin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T20865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supit, Diane Meytha
"Latar belakang: Identifikasi dan deteksi dini gangguan komunikasi pada bayi dan anak membutuhkan alat uji penapisan sahih, andal, mudah diaplikasikan oleh orangtua/ pengasuh. Instrumen CSBS DP ITC adalah alat skrining yang sahih dan andal mendeteksi gangguan komunikasi anak, namun belum diterjemahkan dan diuji kesahihan dan keandalan dalam bahasa Indonesia.
Tujuan: Mengetahui kesahihan dan keandalan CSBS DP ITC bahasa Indonesia sebagai alat uji penapisan gangguan komunikasi anak 6-24 bulan.
Metode: Penelitian potong lintang di Poliklinik TKPS/ RS Cipto Mangukusumo Jakarta (Februari-Mei 2019) dua tahapan. Tahapan pertama kesahihan interna 2 periode yaitu pertama, adaptasi transkultural kuesioner CSBS DP ITC bahasa asli ke bahasa Indonesia dan kedua, pengujian kuesioner CSBS DP ITC versi bahasa Indonesia kepada 35 orangtua/ pengasuh. Uji kesahihan dianalisis menggunakan Spearman Correlation, uji keandalan dianalisis menggunakan Alpha Cronbach s coefficient. Tahapan kedua kesahihan eksterna, uji diagnostik CSBS DP ITC dibandingkan BSID III skala bahasa sebagai baku emas kepada 147 orangtua/ pengasuh dan 147 anak.
Hasil: Kesahihan interna CSBS DP ITC bahasa Indonesia umumnya baik dengan nilai r > 0,3. Keandalan CSBS DP ITC bahasa Indonesia baik dengan Alpha Cronbach s (0,876-0,896). Kesahihan eksterna CSBS DP ITC bahasa Indonesia mendapatkan sensitifitas 71,43% dan spesifisitas 81,48%.
Simpulan: Kuesioner CSBS DP ITC bahasa Indonesia terbukti sahih dan andal sebagai alat uji penapisan gangguan komunikasi anak usia 6-24 bulan

Background: Early identification and detection of communication disorders in children require valid and reliable screening tool that easily to apply. The CSBS DP ITC is a valid and reliable screening tool to detect communication disorder in children, but it has not translated and tested for validity and reliability in Indonesian language.
Objective To find out validity and reliability of CSBS DP ITC Indonesian version as a screening tool for communication disorders in children aged 6-24 months.
Methods: Cross-sectional study was carried out in clinic of Growth Development- Social Pediatric / Cipto Mangukusumo Hospital Jakarta (February - May 2019) in two stages. First stage was internal validity consisting 2 periods, transcultural adaptation from original language to Indonesian and second stage was final Indonesian CSBS DP ITC questionnaire was tested to 35 parents / caregivers. Validity analyzed using Spearman Correlation. Reliability analyzed using Alpha Cronbach s coefficient. Second stage was external validity by compared CSBS DP ITC with BSID III language scale as gold standard to 147 parents / caregivers and 147 children.
Results: Internal validity showed good validity with r > 0.3. Reliability showed good with Alpha Cronbach (0.876-0,896). External validity has 71.43% sensitivity and 81.48% specificity.
Conclusion: Indonesian CSBS DP ITC questionnaire valid and reliable as screening test for communication disorders in children aged 6-24 months.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bright, James R.
Homewood, Ill.: R. D. Irwin , 1964
607.2 BRI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nathan
"Teknologi cloud adalah fenomena baru dalam bidang teknologi informasi. Teknologi cloud banyak menawarkan keuntungan meskipun teknologi cloud juga memiliki banyak kekurangan. Selain itu identifikasi tentang adopsi teknologi baru juga semakin penting sehingga diperlukan model yang bisa mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi cloud. Penelitian ini mengadopsi model DEMATEL untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi cloud dilihat dari perspektif manfaat peluang biaya dan risiko BOCR. Studi kasus dilakukan pada dua perusahaan yang bergerak pada bidang jasa pertambangan yaitu PT Darma Henwa PTDH dan PT United Tractors UT. Proses pengambilan data menggunakan metode forum group discussion FGD dan metode delphi melibatkan para petinggi divisi TI sebagai pengambil keputusan. Kedua organisasi tersebut memiliki karakter berbeda untuk menggali keterkaitan antara karakteristik organisasi dengan faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi cloud.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model DEMATEL dan BOCR berhasil mengidentifikasi faktor tersebut. Faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi cloud sangat dipengaruhi karakteristik organisasi Karakteristik internal organisasi yang paling mempengaruhi adopsi teknologi cloud adalah ketersediaan sumberdaya diikuti dengan struktur organisasi ketersediaan tenaga ahli dan dukungan pimpinan organisasi.

Currently cloud technologies could be said as a new phenomenon in the field of information technology. Cloud technologies offered many advantages although has many drawbacks. Moreover the identification of the adoption of new technologies is also increasingly important. Therefore there is a need to build a model that can identify the factors affecting the adoption of cloud technologies. This research adapted the DEMATEL model to identify the factors that affecting the adoption of cloud technologies from the perspective of benefit opportunity cost and risk BOCR. Case study is conducted on two organizations that engaged in mining service industry namely PT Darma Henwa PTDH and PT United Tractors UT. Data collecting process using FGD and Delphi technique and involves the IT department leader as decision maker Both organizations have different character to explore the linkage between organization rsquo s internal characteristics and factor that affecting the adoption of cloud technologies.
This study found that the improved DEMATEL with BOCR model successfully identify these factors. Factors that affecting the adoption of cloud technologies are greatly affected by organization rsquo s characteristics The availability of resource is the most influential factor followed by organizational structure the availability of IT expert and strength of organizational support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abhinawa Fauzan Putra
"Perkembangan teknologi telekomunikasi menghasilkan berbagai peluang teknologi atau pun bisnis baru di berbagai bidang. Dengan munculnya teknologi 5G, muncul pula verticals seperti self-driving car, pembelajaran jarak jauh, dan berbagai kegiatan lainnya. Untuk mencapai kebutuhan dari verticals yang ada, 5G mengelompokkannya kedalam 3 kelompok usecase yaitu eMBB, mMTC, dan uRLLC dengan standar dan kebutuhannya masing-masing. Dengan adanya 3 kelompok usecase ini, muncul pula tantangan untuk menjalankan ketiga usecase ini dengan optimal. Teknologi network slicing memberikan terobosan baru untuk menjalankan ketiga usecase tersebut dalam satu jaringan fisik dengan membaginya menjadi beberapa jaringan virtual. Penelitian ini membahas salah satu skenario network slicing yaitu multi operator radio access network dimana sebuah sistem radio access network akan dicakupi oleh lebih dari satu operator dan membandingkannya terhadap network slicing dengan single operator pada satu sistem radio access network. Simulasi dibuat dan dikembangkan dengan menggunakan bahasa pemrograman python 3. Berdasarkan percobaan, didapatkan skenario multi operator menggunakan resource dengan lebih optimal dibuktikan dengan lebih tingginya nilai rasio client yang terkoneksi, lebih rendahnya nilai rasio blocking. Tetapi, nilai efisiensi bandwidth per client-nya sedikit lebih rendah.

The development of telecommunications technology results in various technological opportunities or new business in various fields. With the advent of 5G technology, verticals have also emerged such as self-driving cars, distance learning, and various other activities. To achieve the needs of existing verticals, 5G groups them into 3 use cases groups namely eMBB, mMTC, and uRLLC to their respective standards and needs. With the existence of these 3 use cases groups, there are also challenges to running these three use cases optimally. Network slicing technology provides a new breakthrough to run the three use cases in one physical network by dividing it into several virtual networks. This study discusses one of the network slicing scenarios, namely a multi-operator radio access network where a radio access network system will be covered by more than one operator and compares it against a network slicing with a single operator on a radio access network system. Simulation is created and developed using python 3 programming language. Based on experiments, it is found that multi-operator scenarios use resources more optimally as evidenced by higher connected client ratio values, lower blocking ratio values. But, the bandwidth efficiency per client is slightly lower."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>