Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Mardy Fitria
"Au Fere II merupakan resep obat tradisional asal Maluku yang sering digunakan sebagai pengobatan alternatif hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terbesar dari berbagai penyakit kardiovaskular. Jenis penyakit kardiovaskular yang paling banyak menyebabkan kematian adalah infark miokard. Pada kejadian infark miokard terdapat peningkatan tekanan darah dan konsentrasi endotelin-1 pada plasma darah. Peningkatan pelepasan endotelin-1 sebagai vasokonstriktor akan menyebabkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Hipertensi yang berkelanjutan akan menyebabkan infark miokard. Oleh karena itu, tekanan darah dan konsentrasi endotelin-1 pada plasma dapat dijadikan sebagai acuan terjadinya infark miokard. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan mengevaluasi kemampuan Au Fere II sebagai pengobatan preventif terhadap infark miokard melalui kemampuan mempertahankan tekanan darah dan kadar endotelin-1 plasma normal tubuh. Infark miokard diinduksi melalui injeksi subkutan Isoproterenol pada tikus putih galur Wistar. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. Perlakuan diberikan selama 28 hari, kemudian diberikan injeksi subkutan isoproterenol selama 2 hari. Hasil analisis tekanan darah dan konsentrasi endotelin-1 menunjukan bahwa ada perbedaan signifikan antara kelompok negatif dengan semua kelompok dosis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Au Fere II memiliki kemungkinan efek kardioprotektif terhadap infark miokard.

Au Fere II is a traditional concoction from Maluku that is used as hypertension alternative medicine. Hypertension is one of risk factors for cardiovascular diseases. Myocardial infarction is the leading cause of death among CVDs. There is a rise in plasma endotelin-1 concentration and blood pressure in myocardial infarction. Endotelin-1 release cause blood pressure to risen, causing hypertension. Prolonged hypertension will lead to myocardial infarction. This leads to the use of blood pressure and endothelin-1 as a marker for myocardial infarction. The purpose of this study was to prove and evaluate Au Fere II potency as myocardial infarction preventive medication by evaluating its ability to maintain normal blood pressure level and endothelin-1 concentration. Myocardial infarction was induced by subcutaneous injection of Isoproterenol on Wistar strain white rats. Rats were divided into 6 treatment group. Treatment was done for 28 days and induction was done for 2 days. The result of blood pressure measurement and analysis of plasma sample showed that there was a significant difference of blood pressure level and endothelin-1 concentration between negative kontrol group and the three dose groups. Therefore, it can be concluded that Au Fere II has a possible cardioprotective effect against myocardial infarction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Alhaura
"Hipertensi umum dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah yang salah satu penyebabnya adalah kerusakan pada ginjal. Fenomena ini disebut juga sebagai hipertensi renovaskular. Pada hipertensi ini, kerusakan ginjal menyebabkan peningkatan renin dan angiotensin II yang kemudian akan meningkatkan produksi mediator inflamasi seperti Transforming Growth Factor beta 1 (TGF-β1) yang dapat mengindikasikan hipertensi renovaskular sebagai respon inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian ekstrak resep jamu kuno au fere II yang berasal dari Maluku menggunakan hewan uji tikus galur wistar yang akan diinduksi hipertensi renovaskular dengan metode 2K1C. Diamati parameter respon inflamasi (TGF-β1), berat badan, tekanan darah, serta morfologi ginjal tikus. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok: kelompok normal (Sham, n=4); kelompok induksi 2K1C (n=4); kelompok kontrol positif kaptopril (n=4); 3 kelompok dosis 1 (0.495 mL/200 gr BB), 2 (0.99 mL/200 gr BB) dan 3 (1.98 mL/200 gr BB) jamu kuno au fere II (n=4/kelompok). Tikus yang diinduksi 2K1C perkembangan berat badannya tidak terganggu namun mengalami peningkatan tekanan darah setelah lima minggu dan setelah dibedah, ginjal kiri tikus yang diklip mengalami fibrosis dan menyusut sementara ginjal kanan mengalami pembesaran. Pemberian resep jamu kuno diamati mampu menurunkan nilai tekanan darah secara signifikan, namun tidak mempengaruhi kondisi fibrosis ginjal hasil induksi dan berat badan. Selain itu, konsentrasi TGF-β1 plasma pada kelompok induksi 2K1C menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan kelompok sham. Penurunan konsentrasi TGF-β1 (p>0.05, kecuali dosis 2) diamati pada kelompok perlakuan kaptopril dan au fere II. dengan kelompok induksi 2K1C dan tidak ada korelasinya dengan nilai tekanan darah. Dapat disimpulkan bahwa au fere II mampu menurunkan tekanan darah dan memperbaiki respon inflamasi dengan menurunkan kadar TGF-β1 pada tikus 2K1C.

Hypertension is often linked with blood pressure increase which one of the causes is renal damage. This phenomenon is also known as renovascular hypertension. Renal damage causes renin and angiotensin II increase which will upregulate inflammatory mediators like Transforming Growth Factor beta 1 (TGF-β1) that can indicate renovascular hypertension as an inflammatory response. The study aims to discover administration effects of au fere II ancient herbal concoction extract, originated from Maluku, using Wistar rats that are induced renovascular hypertension by the 2K1C method. Inflammatory response (TGF-β1), body weight, blood pressure and renal morphology are observed. Rats were grouped into 6: normotensive (Sham, n=4); 2K1C induction (water, n=4); positive control (captopril, n=4); 3 groups of ancient herbal concoction dose 1 (0.495mL/200grBB), 2 (0.99mL/200grBB) and 3 (1.98mL/200grBB) (n=4/group). Body weight development on rats induced with 2K1C were not disturbed, but after operating, the clipped left renal was found to have fibrosis and have shrunk, while the right renal enlarged. Treatment with ancient herbal concoction was observed able to alleviate blood pressure significantly but does not affect renal fibrosis as well as body weight. TGF-β1 concentrations on 2K1C induction group were also shown to have increased compared to sham. TGF-β1 concentrations decreased (p>0.05, except Dose 2: <0.05) for positive control and au fere II groups after treatment compared with 2K1C induction group and has no correlation with blood pressure values. Au fere II can be concluded to help alleviate blood pressure and fix inflammatory response by downregulating TGF-β1 on 2K1C rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ermita Isfandiary Ibrahim
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
D1749
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
London: FC & A Pub., Peachtree City, GA, 1995
616.132 HIG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sabbina Maharani
"Di Puskesmas Kecamatan Cilodong, hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan tahun 2022. Kasus hipertensi di wilayah kerja Puskesmas juga terus mengalami peningkatan dari tahun 2020 hingga tahun 2022. Namun, masih ditemukan pasien yang tidak patuh minum obat akibat kurangnya kesadaran, lupa, dan tempat tinggal yang jauh dari Puskesmas untuk mendapatkan obat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan perilaku kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi berdasarkan Theory of Planned Behavior (TPB) di Puskesmas Kecamatan Cilodong tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Dalam penelitian ini, terdapat 99 responden yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling serta merupakan pasien hipertensi yang terdaftar di Puskesmas Kecamatan Cilodong, berusia ≥ 18 tahun, dan tidak sedang hamil. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari-Maret tahun 2024 melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor kepatuhan minum obat responden sebesar 58,75 dari skala 100. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan (p value = 0,001), sikap (p value = 0,001), norma subjektif (p value = 0,005), persepsi kontrol perilaku (p value = 0,001), dan niat (p value = 0,001) dengan perilaku kepatuhan minum obat pasien hipertensi. Akan tetapi, usia, tingkat pendidikan, lama menderita hipertensi, dan riwayat stroke tidak berhubungan signifikan (p value > 0,05) dengan perilaku kepatuhan minum obat pasien hipertensi. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mendukung kepatuhan minum obat pasien hipertensi, seperti konseling secara menyeluruh, pembuatan sistem pelaporan khusus terkait hipertensi dari kader kepada tenaga kesehatan, dan inovasi agar pasien ingat minum obat.

At Puskesmas Kecamatan Cilodong, hypertension is included in the top 10 most common diseases among outpatients in 2022. Hypertension cases in the work area of Puskesmas also continue to increase from 2020 to 2022. However, there are still hypertensive patients who do not adhere to taking their medication due to lack of awareness, forgetting, and living far from Puskesmas to get medicine. This study aims to determine the determinants of medication adherence behavior in hypertensive patients based on the Theory of Planned Behavior (TPB) at the Puskesmas Kecamatan Cilodong in 2024. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. In this study, there were 99 respondents who were selected using a purposive sampling method and were hypertensive patients registered at Puskesmas Kecamatan Cilodong, aged ≥ 18 years old, and not pregnant. Data collection was carried out in February-March 2024 through direct interviews with respondents using a questionnaire. The data was analyzed using the Chi-Square Test. The results of the study showed that the average respondent's medication adherence score is 58.75 on a scale of 100. The results of the study also showed that there is a relationship between knowledge (p value = 0.001), attitude (p value = 0.001), subjective norm (p value = 0.005), perceived of behavioral control (p value = 0.001), and intention (p value = 0.001) with medication adherence behavior in hypertensive patients. However, age, education level, duration of suffering from hypertension, and history of stroke are not significantly associated (p value > 0.05) with medication adherence behavior in hypertensive patients. Several efforts need to be taken to support hypertensive patients' medication adherence, such as comprehensive counseling, creating a specific reporting system about hypertension from cadres to health workers, and innovation so that patients remember to take their medication."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Beatrix
"Latar belakang: Kejadian penyakit ginjal kronik (PGK) pada anak berkembang dengan
cepat menuju penyakit ginjal tahap akhir (PGTA), yang sering disertai gejala saluran cerna termasuk infeksi Helicobacter pylori (H. pylori). Faktor risiko infeksi H. pylori pada anak PGTA yang menjalani dialisis termasuk status nutrisi, status sosioekonomi, kepadatan lingkungan, tipe dan durasi dialisis.
Tujuan: Mengidentifikasi faktor risiko infeksi H. pylori pada anak dengan PGTA yang
menjalani dialisis. Metode: Penelitian cross-sectional ini menganalisis data primer pasien anak dengan PGTA yang menjalani dialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kiara pada tahun 2023.
Hasil: Jumlah subyek penelitian ini adalah 47 anak yang terdiri dari 30 (63,8%) lelaki dan 17 (36,2%) perempuan. Nilai rerata usia adalah 13,15 ± 2,72 tahun. Mayoritas pasien tinggal pada pedesaan (57,4%), menjalani hemodialisis (70,2%) dengan durasi dialisis ≥1 tahun (55,3%), mengalami malnutrisi (51,1%) dengan status sosioekonomi rendah (61,7%), crowding index (CRI) >2 (66%), terinfeksi H. pylori (80,9%), memiliki skor frequency scale for the symptoms of GERD (FSSG) ≥8 (61,7%) dan skor pediatric quality of life inventory (PedsQL) <70 (97,9%). Berdasarkan analisis multivariat, faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi H. pylori pada pasien anak dengan PGTA adalah kepadatan lingkungan (p=0,012) dan status sosioekonomi (p=0,048). Kesimpulan: Prevalens infeksi H. pylori pada anak dengan PGTA yang menjalani dialisis adalah sebesar 80,9% dengan reratan usia pasien 13.15 ± 2,72 tahun. Dari hasil analisis multivariat, faktor risiko infeksi H.pylori adalah kepadatan lingkungan (p=0,012) dan status sosioekonomi (p=0,048). Mayoritas pasien memiliki kualitas hidup yang terganggu.

Background: The incidence of chronic kidney disease (CKD) in children increases rapidly towards end stage renal disease (ESRD) which is often accompanied with gastrointestinal symptoms include Helicobacter pylori (H. pylori) infection. Risk factors for H. pylori infection in ESRD children undergoing dyalisis include poor nutritional and low socioeconomic status, crowded environments, type and duration of dialysis. Objective: To identify risk factors of H. pylori infection in pediatric ESRD patients undergoing dialysis.
Methods: This cross-sectional study analyzed primary data on pediatric ESRD patients undergoing dialysis at Dr. Cipto Mangunkusumo National Central Public Hospital in 2023.
Results: The number of subjects in this study were 47 children, 30 (63.8%) boys and 17 (36.2%) girls. The mean value for age was 13.15 ± 2,72 years. Most patients lived in rural areas (57.4%), had hemodialysis (70.2%) with duration of ≥1 year (55.3%), had malnutrition (51.1%), with low socioeconomic status (61.7%), crowding index (CRI) >2 (66%), infected by H. pylori (80.9%), had frequency scale for the symptoms of GERD (FSSG) score of ≥8 (61.7%) and pediatric quality of life inventory (PedsQL) score <70 (97.9%). Based on multivariate analysis, the risk factors associated with H. pylori infection in pediatric ESRD patients were environmental density (p=0,012) and socioeconomic status (p=0,048).
Conclusion: Prevalence of pediatric ESRD patients who had dialysis that were infected by H. pylori was 80.9% and the age’s average value was 13.15 ± 2,72 years. Based on multivariate analysis, the risk factors for H. pylori infection were environmental density (p=0,012) and socioeconomic status (p=0,048). Most of the patients had low quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahensi Setya Ariyanti
"Kepatuhan dalam menjalankan regimen pengobatan  sangat penting bagi penderita dengan hipertensi karena dapat mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Kepercayaan terhadap kesehatan merupakani salah satu faktor yang dapat berhubungan dengan tingkat kepatuhan minum obat. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah untuk mengetahui hubungan kepercayaan kesehatan dengan kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi. Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur dengan sumber database Scopus, Proquest, Science Direct, Web of Science, PubMed, Google Scholar, dan Research Gate. Hasil dari penelusuran didapat 16 artikel yang selanjutnya dianalisis menggunakan JBI Critical Appraisal. Hasil studi literaturdidapatkan bahwa sebagian besar studi (93,75%) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan kesehatan dengan kepatuhan minum obat pasien hipertensi. Studi ini merekomendasikan agar tenaga kesehatan dapat mengidentifikasi kepercayaan kesehatan pasien terhadap regimen pengobatan sehingga diharapkan nantinya dapat mengidentifikasi intervensi yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan minum obat.

Medication Adherence among hypertension regimens is necessary to prevent complications of hypertension. Health belief is one of the factors that can be related to medication adherence. Therefore, this study aimed to determine the relationship between health belief and medication adherence in hypertensive patients. The writing method used a literature study with database sources from Scopus, Proquest, Science Direct, Web of Science, PubMed, Google Scholar, and Research Gate. The results were 16 articles that were analyzed using the JBI Critical Appraisal. The results of the literature study found that most of the studies (93.75%) stated that there was a significant relationship between health belief and medication adherence in hypertensive patients. This study recommends that clinicians can identify the patient's health belief in the treatment regimen so that later they can identify the right intervention to improve medication adherence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sukandar
"Ansietas yang terjadi pada penyakit hipertensi dan diabetes milletus dapat disebabkan oleh faktor pridesposisi dan faktor presitipasi. Karya ilmiah akhir ini bertjuan untuk melamporkan efektifitas terapi generalis dan spesialis terhadap penurunan tanda gejala dan peningkatan kemampuan klien hipertensi dan diabetes milletus. Penanganan ansietas pada klien hipertensi dan diabetes milletus menggunakan pendekatan model stress adaptasi Stuart yang membantu penulis dalam melakukan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan dari mulai pengkajian, menegakan diagnosa, menyusun perencanaan, melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi untuk menurunkan tanda gejala ansietas dan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi ansietas. Pemberian terapi generalis, penghentian pikiran, relaksasi otot progresif, dan psikoeduksi keluarga diberikan pada klien hipertensi dan diabetes milletus dapat menurunkan tanda gejaka ansietas dan meningkatkan kemampuan dalam mengatasi ansietas. Kombinasi terapi generalis dan spesialis (penghentian pikiran, relaksasi otot progresif, dan psikoedukasi keluarga) direkomendasikan untuk diberikan pada klien ansietas dengan hipertensi dan diabetes milletus.

Anxiety that occurs in hypertension and diabetes mellitus can be caused by pridesposition factors and precipitation factors. This final scientific paper aims to report the effectiveness of generalist and specialist therapy in reducing signs and symptoms and increasing the ability of clients with hypertension and diabetes mellitus. Handling anxiety in hypertension and diabetes mellitus clients uses the Stuart adaptation stress model approach which helps the author in carrying out nursing care through the nursing process starting from the assessment, establishing a diagnosis, planning, implementing, and evaluating to reduce signs of anxiety symptoms and increase the ability to cope anxiety. Giving generalist therapy, stopping thoughts, progressive muscle relaxation, and family psychoeducation given to clients with hypertension and diabetes mellitus can reduce anxiety symptoms and increase ability to cope with anxiety. A combination of generalist and specialist therapy (thought stopping, progressive muscle relaxation, and family psychoeducation) is recommended for anxiety clients with hypertension and diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Acil Aryadi
"Latar Belakang : Keberhasilan pengobatan antihipertensi dipengaruhi banyak hal, salah satunya adalah faktor genetik, termasuk perbedaan ras dan aktivitas renin plasma (ARP). Perbedaan ras, berkaitan dengan ARP, mungkin dapat memberikan perbedaan respon terhadap obat antihipertensi. Aktivitas renan plasma dan perbandingan efektifitas obat antihipertensi (lisinopril dan amlodipin) pada ras melanesia di Provinsi Papua belum pernah diteliti.
Tujuan : Mengukur aktivitas renin plasma dan membandingkan efektifitas obat lisinopril dan amlodipin pada pasien hipertensi ras melanesia untuk menurunkan tekanan darah.
Metode : Pada awal penelitian, 68 subjek berhasil direkrut, dilakukan randomisasi dan dibagi ke dalam dua kelompok. Sebanyak 34 subjek mendapat lisinopril 5 mg dan 34 subjek mendapat amlodipine 2.5 mg. Tekanan darah, ARP dan karakteristik dasar lainnya diukur sebelum intervensi, dan kemudian di follow up tiap minggu. Subjek yang belum mencapai target tekanan darah akan diberikan peningkatan dosis obat, lisinopril 10 hingga 20 mg dan amlodipin 5 hingga 10 mg. Pada akhir penelitian (minggu keempat), tekanan darah diukur sebagai luaran klinis. Sebanyak 7 subjek drop out, 4 subjek pada kelompok lisinopril dan 3 subjek pada kelompok amlodipin.
Hasil : Aktivitas renin plasma pada populasi penelitian ini 1.6 ng/ml/jam (normal). Karakteristik dasar klinis tidak berbeda antara kedua kelompok, termasuk rerata tekanan darah sebelum intervensi dan ARP. Pada kedua kelompok didapatkan penurunan tekanan darah yang signifikan setelah intervensi, baik pada tekanan darah sistolik (TDS), distolik (TDD) dan tekanan nadi (TN). Namun, pada penelitian ini, perbedaan respon penurunan tekanan darah antara kelompok lisinopril dan amlodipin tidak berbeda (TDS 24.6 ± 9.3 vs 25.9 ± 8.9 mmHg, p=0.56; TDD 13.3 ± 5.5 vs 11.4 ± 4.8 mmHg, p=0.15; TN 17.1 ± 5.6 vs 16.3 ± 5.0 mmHg, p=0.55).
Kesimpulan : Aktivitas renin plasma pada pasien hipertensi ras melanesia normal dan pemberian lisinopril tidak menunjukkan perbedaan penurunan respon penurunan tekanan darah dibandingkan dengan amlodipin.

Background: The success of antihypertensive treatment are influenced by many factors, one of which are genetic factors, including differences in race and plasma renin activity (PRA). Racial differences, regarding PRA, may give different response to antihypertensive drugs. Plasma renin activity and comparison of the effectiveness of antihypertensive medications (lisinopril and amlodipine) in the Melanesian race in the province of Papua have not been investigated.
Objectives: To measure plasma renin activity and compare the effectiveness of lisinopril and amlodipine in melanesian hypertensive patients to reduce blood pressure.
Methods: Sixty eight subjects were randomly assigned into 2 groups, those receiving lisinopril 5 mg (34 subjects) and amlodipine 2.5 mg (34 subjects). Blood pressure, PRA and other baseline characteristics were measured before the intervention, and then evaluated every week. Dose of lisinopril and amlodipine will be increased in subjects who have not achieved blood pressure target, 10 mg to 20 mg and 5 mg to 10 mg, respectively. At the end of the fourth week, blood pressure is measured as the main clinical outcome. Seven subjects were drop out, four from lisinopril group and three from amlodipin group.
Results: Plasma renin activity in this study population was 1.6 ng/ml/h (normal). Baseline characteristics did not differ between two groups, including blood pressure and PRA before intervention. Significant decrease in blood pressure occurred in both group after the intervention, including systolic blood pressure (SBP) , diastolic (DBP) and mean arterial pressure (MAP). However, there are no differences in blood pressure reduction between lisinopril and amlodipine groups. (SBP 24.6 ± 9.3 vs 25.9 ± 8.9 mmHg, p=0.56; DBP 13.3 ± 5.5 vs 11.4 ± 4.8 mmHg, p=0.15; MAP 17.1 ± 5.6 vs 16.3 ± 5.0 mmHg, p=0.55).
Conclusion: Plasma renin activity in melanesian hypertensive patients was normal and administration of lisinopril showed no difference in blood pressure reduction compared with amlodipine.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sulistiarini
"Tingginya prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia akan mempengaruhi pola penggunaan obat antihipertensi di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2015-2016 menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien. Antihipertensi diklasifikasikan berdasarkan kode ATC dan dihitung kuantitasnya dalam satuan DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Sampel adalah resep pasien dengan obat antihipertensi pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kuantitas penggunaan antihipertensi yang dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2015 adalah 44.158,33 dan 1,3950. Nilai DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2016 adalah 78.651,92 dan 2,3311. Obat antihipertensi yang menyusun 90 penggunaan obat pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kaptopril. Persentase kesesuaian penggunaan obat antihipertensi dengan Formularium Nasional pada tahun 2015 dan 2016 adalah 84,62 dan 81,82 . Hasil penelitian menunjukkan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kuantitas penggunaan obat antihipertensi pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015.

The high prevalence of hypertension will affect drug utilization pattern of antihypertensive in healthcare facilities. The use of drugs in healthcare facilities should refer to the national formulary. This study was aimed to evaluate the drug utilization of antihypertensive at Puskesmas Kembangan, West Jakarta 2015 2016 with ATC DDD Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose method. It was a descriptive study. Data was collected retrospectively from patient prescriptions. Antihypertensive classification based on ATC and the quantity was counted by DDD and DDD 1000 patients day. Samples were patient prescriptions that contain antihypertensive drug within period 2015 till 2016.
Based on the analysis, quantity of drug utilization in DDD and DDD 1000 patients day in 2015 were 44,158.33 and 1.3950. DDD and DDD 1000 patients day in 2016 were 78,651.92 and 2.3311. Antihypertensive drugs made up drug utilization 90 in 2015 and 2016 were amlodipine and captopril. The percentages of compatibility of antihypertensive usage with national formulary in 2015 and 2016 were 84.62 and 81.82 . The result of this study showed the most used antihypertensive in 2015 and 2016 was amlodipine and the quantity of antihypertensive utilization in 2016 was higher than 2015.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>