Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67160 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamna Hanafi Rustam
"Penelitian ini membahas pembentukan kata bahasa Korea melalui derivasi yang melibatkan penambahan afiks derivatif. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan penggunaan afiks derivatif bahasa Korea dalam album BAE173. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana klasifikasi dan fungsi afiks derivatif bahasa Korea dalam album BAE173. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan data berupa lirik dari 15 lagu dalam album BAE173. Hasil identifikasi dan analisis sumber data menunjukkan bahwa 37 jenis afiks derivatif dalam album BAE173 dapat diklasifikasikan menjadi prefiks, yakni prefiks yang melekat pada nomina dan prefiks yang melekat pada verba atau adjektiva, serta sufiks, yakni sufiks pembentuk nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Selain itu, afiks derivatif bahasa Korea dalam album BAE173 memiliki dua fungsi, yaitu menambahkan makna baru dan mengubah kelas kata dari bentuk dasar atau kata yang dilekatinya. Afiks derivatif yang dapat mengubah kelas kata hanya ditemukan pada sufiks, sedangkan prefiks tidak memiliki fungsi untuk mengubah kelas kata.

This study discusses Korean word formation through derivation, which involves the addition of derivational affixes. The aim of this study is to describe the usage of derivational affixes on the derived words in BAE173’s album. The research question is how are the classification and functions of Korean derivational affixes in BAE173 album. This study applied the qualitative descriptive method with lyrics from 15 songs included in the BAE173 album as the data source. The result of this study indicates that 37 type of derivative affixes in the BAE173 album can be classified into prefixes, which are prefixes that are attached to the base form of nouns and verbs or adjectives, as well as suffixes, which form nouns, verbs, adjectives and adverbs. Besides, Korean derivational affixes in the BAE173 album has two functions: adding new meanings and altering the word class of their base forms. Affixes that have the function of altering word classes are only found among the suffixes, while prefixes do not have the function of altering word classes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Hasna Rahmadia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis afiks bahasa Korea yang terdapat dalam esai berjudul Jichyeotgeona Joahaneun Ge Eopgeona sebagai sumber data. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana klasifikasi afiks yang terdapat dalam esai Jichyeotgeona Joahaneun Ge Eopgeona berdasarkan teori klasifikasi afiks yang dikemukakan oleh Kim dkk (2005). Penelitian ini menggunakan metode campuran dengan pendekatan desktiptif-analitis. Berdasarkan hasil analisis data, ditemukan 28 afiks, terdiri atas 4 prefiks dan 24 sufiks di dalam sumber data. Dari 4 prefiks, ditemukan 3 prefiks melekat pada bentuk dasar berkelas kata nomina dan 1 prefiks melekat pada bentuk dasar berkelas kata verba atau adjektiva. Selanjutnya, dari 24 sufiks, ditemukan 6 sufiks pembentuk verba, 15 sufiks pembentuk nomina, 2 sufiks pembentuk adjektiva dan 1 sufiks pembentuk adverbia. Melalui hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dan bahan referensi mengenai afiks dalam bahasa Korea kepada pembaca.

This study aims to identify and analyze Korean language affixes contained in an essay entitled Jichyeotgeona Joahaneun Ge Eopgeona as a data source. This study is written to answer one question; how is the classification of affixes contained in the essay Jichyeotgeona Joahaneun Ge Eopgeona based on the theory of affix classification proposed by Kim et al (2005)? This research uses mixed methods with descriptiveanalytical approach. Based on the results of data analysis, there were found 28 affixes, consisting of 4 prefixes and 24 suffixes in the data source. From the 4 prefixes, it is found that 3 prefixes are attached to the basic form of noun class and 1 prefix is attached to the base form of verb or adjective class. Furthermore, from 24 suffixes, 6 suffixes form verbs, 15 suffixes form nouns, 2 suffixes form adjectives and 1 suffix forms adverbs. Through the results of this study, it is hoped that it will provide readers with additional knowledge and reference materials regarding affixes in Korean."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ji, Young-sin
London: Hankuk Publisher, 1997
KOR 495.715 8 JIY c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Song, Gwang-su
Seoul : Hanguk Munhwaswa, 2005
KOR 495.75 SON h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Ji Hyun
"Penelitian ini berusaha menginvestigasi fenomena code switching yang dilakukan oleh penutur asli bahasa Korea dan mahasiswa program studi Korea di FIB UI. Data yang digunakan dalam penelitian menunjukan bahwa code switching dalam bahasa Korea mengkonstruksi hirarki sosial dan memberikan pengaruh kepada mitra tutur. Penelitian ini didasarkan pada observasi code switching pada situasi tertentu dengan melihat tuturan objek penelitian dan situasi yang dibuat sedemikian rupa dalam bahasa Korea. Penelitian ini turut menunjukan bahwa bahasa tidak hanya alat untuk berkomunikasi tetapi juga untuk mencerminkan sebuah kebudayaan. Lebih jauh, penelitian ini membuktikan bahwa code switching yang dilakukan oleh penutur Indonesia yang berbicara bahasa Korea menyimpulkan bahwa bahasa merupakan sarana untuk bersosialisasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa mahasiswa Indonesia yang mengambil program studi bahasa dan kebudayaan Korea melakukan code switching dalam bahasa Korea sehingga mereka dapat meningkatkan solidaritas kepada mitra tutur yang merupakan orang Korea asli. Hal ini dilakukan karena mereka berusaha untuk merasa lebih dekat dengan penutur Korea asli. Bahasa Korea dapat digunakan untuk mengidentifikasi derajat otoritas penuturnya sehingga mahasiswa program studi Korea tersebut memperoleh pengetahuan hirarki sosial di dalamnya.

This paper demonstrates the functions of code switching which took place in FIB UI between Korean natives and Korean Language and Culture course students. The data discussed here suggests that code switching for Korean language, in this setting, constructs the social hierarchies and accommodates the addressee. This paper uses the situation-related code switching theory to examine the participants’ utterances and the particular situations in which the use of Korean language is identified. The paper also shows that language is not only a tool for communication but also conveys a culture. Moreover, it demonstrates how the interlocutors’ code switching from Indonesian to Korean language serves as a socializing tool. The result of this analysis is that many Korean Language and Culture course students, as the Indonesian natives, do the code switching to Korean language, so they can improve close solidarity with the addressees, who are the Korean natives. They can also accommodate these addressees, so they can feel comfortable talking with them. Korean language is properly used to invoke figures of authority, so the Korean Language and Culture course students can get the social hierarchies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mellyana Murtanu
"Dalam bahasa Korea, kata geurae berposisi sebagai kata seru dalam sebuah kalimat, namun penggunaannya dalam komunikasi lisan memiliki berbagai makna dan fungsi. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat diketahui bahwa terlepas dari makna dasarnya, kata geurae juga sering digunakan sebagai pemarkah wacana (Discourse Marker/DM), khususnya dalam sebuah percakapan. Pemarkah wacana merupakan kata yang digunakan oleh penutur untuk mengekspresikan perasaan dan pandangan penutur terhadap suatu konteks pembicaraan ke mitra tutur. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk menganalisis bentuk, makna, dan fungsi kata geurae sebagai pemarkah wacana dalam percakapan Bahasa Korea. Penelitian ini merupakan penelitian linguistik deskriptif yang bersifat studi literatur. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kata geurae memiliki tujuh fungsi wacana yang dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu kata reaktif dan kata progresif. Geurae sebagai kata reaktif memiliki fungsi wacana afirmasi, jawaban, rasa kaget, konfirmasi, dan tanggapan, sedangkan kata geurae sebagai kata progresif berfungsi untuk menarik perhatian dan penekanan.

In Korean, the word geurae is positioned as an exclamation point in a sentence but its use in oral communication has diverse meanings and functions. Based on various references from previous researches, it is shown that apart from its basic meaning, the word geurae is also often used as a Discourse Marker (DM), especially in a conversation. Discourse markers are words use by speakers to express their feelings and view of a conversation context to a speech partner. The purpose of this study was to analyze the form, meaning, and function of the word geurae as a discourse marker in Korean conversation. This study is a descriptive linguistics study of literature. From the results of data analysis, it can be concluded that the word geurae has seven discourse functions that can be categorized into two categories, namely reactive words and progressive words. Geurae as a reactive word has a discourse function of affirmation, answer, surprise, confirmation, and response, whereas the word geurae as a progressive word serves to attract attention and emphasis. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, Eun Hee
"Tesis ini membahas penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku yang tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea yang ditulis oleh orang Indonesia. Data penelitian ini adalah buku-buku percakapan bahasa Korea yang berjudul Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. Teori yang dipakai untuk menganalisis penggunaan kata sapaan dalam percakapan bahasa Korea tersebut adalah teori kata sapaan oleh S. Ervin-tripp, teori SPEAKING yang dikemukan oleh Dell Hymes yang menghasilkan konteks percakapan, teori konteks sosial dan Interaksi di antara penutur dan mitra tutur oleh Holmes. Untuk melihat penggunaan kata sapaan ini buku-buku percakapan bahasa Koreayang ditulis oleh orang Korea dipakai sebagai pembanding.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan dalam buku-buku percakapan bahasa Korea dan penyebabnya. Ketidaksesuaian penggunaan kata sapaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan sistem kata sapaan bahasa Korea dan bahasa Indonesia dan juga konteks sosial. Kata sapaan bahasa Korea ini merupakan bagian dari konteks sosial budaya Korea yang mempengaruhi penggunaan bahasa. Penelitian ini bermanfaat dalam pengajaran bahasa Korea di Indonesia karena memberikan informasi bahan ajar bahasa Korea yang baik.

This thesis discusses the use of Korean address terms found in Korean conversation books which are written by Indonesian. This research is a qualitative research which aims to analyze the use of Korean address terms. Data of this research are Korean conversation books written by Indonesian, entitled Cepat Mudah dan Praktis Kuasai Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea, Gampang Praktis Berbicara Bahasa Korea, Mendadak Pintar Berbicara Bahasa Korea, Percakapan Sehari-hari Bahasa Korea dan Pintar Bahasa Korea. In analyzing the data, this research uses Address Term Theory by S. Ervin-tripp, SPEAKING theory of Dell Hymes, Social Context and Interaction between interlocutors by Holmes.
The result of this analysis shows that there are some inappropriatenesses found in those conversation books related to the use of Korean address terms. These inappropriatenesses are caused both by the difference of addressing system between Korean and Indonesian and by the difference of social context from two countries which influences the use of language. This thesis is useful to enable Indonesian learn Korean
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Utami Ningsetyo
"Jurnal ini adalah sebuah penelitian yang membahas tentang perubahan bahasa populer ke dalam bahasa standar dalam kehidupan masyarakat korea dan akan menitikberatkan pembahasan penelitian pada salah satu jenis karya sastra yaitu lagu dari Deulgukhwa, band legendaris Korea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahasa populer apa saja yang telah distandarisasikan menjadi bahasa standar dalam kumpulan lagu band Deulgukhwa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa dalam kumpulan lagu band Deulgukhwa terdapat bahasa populer, yaitu ~고프다(~gopheuda-ingin), ~말아, ~말아라, ~말아요 (~mara, ~marara, ~marayo-jangan) dan 푸르르다 (phureureuda-biru) yang kini telah distandarisasikan oleh Pemeritah Korea Selatan melalui sebuah Institusi Nasional Bahasa Korea atau 국립국어원 (guknibgugowon), Institusi yang membuat sebuah kebijakan akan perubahan bahasa populer menjadi bahasa standar. Hal ini dilakukan, supaya masyarakat Korea tidak perlu merasa khawatir atau salah akan berbahasa yang baik dan benar.

This journal is a study that discusses the changing of popular language into standard language in the life of Korean society and will focus on the discussion of research on one type of literary work namely the song from Deulgukhwa, the legendary Korean band. The purpose of this study is to find out which popular language that have been standardized into standard language in the collection of Deulgukhwa band song. The research method used is a qualitative descriptive research method. The results of this study found that in the Deulgukhwa band song there are popular languages, namely ~고프 (~gopheuda-Ingin), ~ 말아, ~말아라, ~말아요 (~ mara, ~ marara, ~ marayo-Jangan) and 푸르르다 (phureureuda -biru) which has now been standardized by the South Korean Government through a Korean National Institution or 국립국어원 (Guknibgugowon), an institution that makes a policy of changing popular languages into a standard language. This is done so that the Korean people do not need to feel worried or wrong in speaking right."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ha, Chi-gun, 1945-
Seoul: Daseochulohan Gyeongjin, 2010
KOR 495.759 HAC u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jérôme Samuel
"This paper examines with a particular affixe (keter-/-an) consisting in two primary
affixes. Through the analyse of terms coined by the Pusat Bahasa and spontaneous
terms, the paper distinguishes between ?double? and ?complex? affixation,
corresponding to different operating modes of affixation. The first deals with
an already affixed and lexicalized word, then reaffixed and relexicalized. The
second, almost only found in documents produced by the Pusat Bahasa, refers
to a base getting a first affix in a poorly (or not) lexicalized form, constituting
no more than a morphological stage towards the wished form, which is intent
as lexicalized. Complex affix keter-R-an is basically a morphological calque and
the author argues that it has been promoted and used during New Order on an
ideological basis, as a mean to modernize Indonesian terminology by keeping
its shape indigenous rather than by direct borrowing of English terms."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>