Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144499 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deni Gunarsa
"Laporan ini memaparkan kegiatan pengembangan Standard Operating Procedure untuk proses pengajuan baru dan penggantian EDC MPOS BRILink. Kegiatan dilatarbelakangi oleh Bisnis PT Bank Rakyat Indonesia pada sektor agen laku pandai melalui AgenBRILink dimana perangkat yang digunakan semakin canggih dengan kurangnya korelasi antar department terkait yait BRILink Department dan E-Channel Department dalam pengembangan Standard Operating Procedure untuk proses pengajuan baru dan penggantian EDC MPOS BRILink. Pelaksanaan pengembangan Standard Operating Procedure untuk proses pengajuan baru dan penggantian EDC MPOS BRILink, langkah yang dilakukan yaitu sosialisasi, edukasi kepada stake holder yang terkait dimana nantinya akan dibuat inventory yang transparan, yang bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi terbaru yang dimiliki perusahaan (EDC MPOS) untuk menghasilkan Fee based Income yang positif demi kelangsungan bisnis perusahaan, melalui rekayasa keinsinyuran penulis menerapkan aspek profesionalitas dari sisi profesionalisme, Catur Karsa, Kode etik insinyur (KEI), dan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L).

This report describes the Standard Operating Procedure development activities for the new application process and replacement of the BRILink MPOS EDC. The activity was motivated by PT Bank Rakyat Indonesia's business in the smart selling agent sector through AgenBRILink where the devices used are increasingly sophisticated with the lack of correlation between related departments, namely the BRILink Department and the E-Channel Department in developing Standard Operating Procedures for the new application process and replacement of the BRILink MPOS EDC. Implementation of the development of a Standard Operating Procedure for the new application process and replacement of the BRILink EDC MPOS, the steps taken are socialization, education to relevant stakeholders where a transparent inventory will be created, which aims to optimize the use of the latest technology owned by the company (EDC MPOS) for generate positive Fee-based Income for the continuity of the company's business, through engineering the author applies professional aspects in terms of professionalism, Catur Karsa, Engineer's Code of Ethics (KEI), and Safety, Occupational Health and Environment (K3L)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Infusia Damayanti
"Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia, diperlukan suatu indikator untuk mengetahui efektifitas bank-bank yang ada Indikator yang digunakan adalah laba yang diperoleh bank Sehinqga peranan laba sanqatlah penting selain untuk mengukur efektifitas bank, juga penting bagi kelangsungan hidup bank Untuk dapat memaksimumkan laba, bank harus dapat memaksimumkan pendapatan dan meminimumkan biaya Dalam kegiatan usaha bank,
komponen terbesar dalam pendapatan adalah pendapatan atas bunga piniaman atau kredit yang diberikan kepada debitur. Dengan demikian penggunaan metode pengakuan pendapatan yang tepat sangat penting, karena metode
pengakuan pendapatan mempunyai pengaruh terhadap penetapan laba operasi bank dengan metode basis
aktual penilaian prestasi untuk setiap periode dengan mendasarkan pada angka pendapatan bunga akan
menghasilkan kesimpulan yang sesuai bila dikaitkan dengan segi lainnya (dalarn hal ini adalah ekspansi kredit) Selain itu dengan metode ini perkiraan Pendapatan Bunga Akan Diterima dapat merupakan alat pengendalian yang efektif untuk penciaasan pembayaran bunga piniaman dan membuat tindak lanjut yang
diperlukan serta menetapkan batas waktu penyelesaiannya. Kelernahan dari metode basis kasadalah apabila dikaitkan dengan kepentingan manajmen
untuk menilai prestasi yang lalu dan rencana tindakan
selanjutnya metode ini kuranq mampu menqhasilkan
informasi yang efektif untuk kepentingan tersebut.
Kelemahan lain adalah pada proses akuntansinya tidak
memunculkan suatu pos yang dapat digunakan sebagai pengawasan pembayaran bunga pinjaman. Makin luasnya kegiatan serta jaringan usaha bank maka bank
dituntut untuk dapat beroperasi secana sehat dan bertanggung Jawab serta hati-hati. Dengan kondisi tersebut pemerintah menghendaki bank di Indonesia bekerja secara hati-hati dengan memenuhi kriteria
kesehatan bank yang meliputi ketentuan untuk
permodalan, kualitas asset manajemen rentabilitas
serta. likuiditas,. sehingga kepentingan masyarakat
dapat terjamin dan dapat menunjang terciptanya stabilitas moneter dan tujuan pembangunan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Chakrita Margaretha Saulina
"Informasi menjadi suatu hal yang penting bagi suatu organisasi. Maka, pengamanan informasi pada akhirnya juga menjadi suatu hal yang mutlak diperlukan. Pengamanan Informasi itu sendiri sesunguhnya ditujukan bukan hanya untuk mengamankan aset teknologi informasi saja, tetapi juga dimaksudkan untuk melindungi keseluruhan bisnis organisasi. Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu sistem pengamanan yang optimal, organisasi perlu melakukan analisis organisasi dalam penentuan security requirement. Analisis organisasi ini diawali dengan pemetaan proses, yang meliputi proses pembuatan peta proses, lalu penentuan kritikalitas proses. Selanjutnya setelah seluruh item yang terlibat dalam proses bisnis berhasil diidentifikasi, maka dilakukan penentuan level pengamanan (security requirement) untuk keseluruhan item dalam proses bisnis tersebut oleh tiap owner process. Tahap akhir yang dilakukan adalah mengecek konsistensi level pengamanan di tiap proses yang diidentifikasi dalam peta proses. Penelitian mengenai analisis proses bisnis terkait dengan penentuan level pengamanan informasi ini dilakukan di Tim Strategi Kebijakan Teknologi Informasi (SKTI) - Departemen Teknologi Informasi Bank XYZ. Tim SKTI dalam waktu dekat akan menerapkan Information Security Management System (ISMS). Melalui pembahasan dalam skripsi ini akan dijabarkan mengenai proses identifikasi level pengamanan yang dibutuhan dalam proses bisnis Tim SKTI sebagai pembuat kebijakan Teknologi Informasi yang berlaku di Bank XYZ.

Nowadays, information has become most valuable asset for organization and consequently needs to be well protected. In order to protect organization's asset, they need to implement Information Security Management System (ISMS). Information Security Management System is not only necessary to protect a company's assets from threat, but also to ensure the flow of organization business processes. Thus, to optimize the information security, organization needs analyze their organizational environment to determine the security requirements by using their business processes model. The next process after the security requirement is the checking process of consistency level of all security requirements. This research was being conducted in SKTI-DTI team Bank ofXYZ. The methodology used for modeling the business processes in this research is IDEFO. Furthermore, this paper will describe about the identification process of the security requirement by using the business processes modeling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Jasfar
"Gejolak tingkat bunga sebagai akibat dari perubahan- perubahan yang sering terjadi di bidang moneter dan perbankan ditambah dengan semakin berkembangnya pasar keuangan internasional (international financial market), mengharuskanmanajemen bank siap mengembangkan strategi untuk mengantisipasi setiap keadaan secara cepat dan cermat. Salah satu aspek manajemen yang sangat penting untuk menghadapi situasi yang bergejolak ini adalah Asset Liability Management (ALM) yaitu pengelolaan Asset dan Liability secara terpadu dengan memperhatikan kedua sisi neraca yang peka terhadap resiko perubahan tingkat bunga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh penerapan ALM pada perbankan di Indonesia, kesulitan apa yang dihadapi dalam pelaksanaannya, faktor- faktor apa saja yang menunjang keberhasilannya, dan apakah terdapat hubungan antara penerapan ALM dengan tingkat kesehatan (kinerja) bank. Dari basil penelitian Binder and Linquist tahun 1982 pada 60 bank komersial di Amerika Serikat dan pendapat praktisi perbankan kita, ternyata aspek kualitatif dari pengelolaan Asset dan Liability merapakan faktor yang sangat menentukan berhasilnya fungsi operasional manajemen bank tersebut. ALM yang pelaksanaannya dilembagakan dalam Asset Liability Committee (ALCO) akan efektif apabila terdapat komitmen yang-tinggi dari pimpinan bank.
Hasi1 pene1itian menyimpulkan bahwa penerapan ALM sangat dipengaruhi o1eh karakteristik bank yang me1iputi besar keci1nya bank, status kepemi1ikan, port fo1io asset, Iingkup kegiatan dan jum1ah cabang-cabangnya. Secara keseluruhan terlihat penerapan ALM pada industri perbankan kita sudah berja1an dengan cukup baik, terutama di1ihat dari tingkat pemahaman serta kesediaan para penge1o1a mengerahkan sumberdaya untuk terlaksananya proses manajemen tersebut. Dukungan (support) dan tingkat keyakinan dari penge1o1a bank tentang berperannya ALM dalam meningkatkan kinerja bank di ukur masih kurang baik. Ha1 ini ter1ihat dart masih sangat berperannya pen11aian-peni1aian (judgement) dari pimpinan bank terhadap keputusan-keputusan strategis yang akan diambil, yang terutama dipengaruhi oleh Iingkungan perbankan Kita yang masih be1um mendukung berkembangnya profesiona1isme dalam manajemen perbankan.
Keberhasi1an bank menerapkan manajemen yang profesiona1 be1um tercermin me1alui tingkat kesehatan bank tersebut. Keberhasi1an ditentukan tidak hanya oleh "good management" tetapi juga o1eh "good luck". Dengan disyahkannya Rancangan Undang-Undang Perbankan yang baru diharapkan profesiona1isme perbankan dapat ditingkatkan secara optimai.Hasi1 pene1itian menyimpulkan bahwa penerapan ALM sangat dipengaruhi o1eh karakteristik bank yang me1iputi besar keci1nya bank, status kepemi1ikan, port fo1io asset, Iingkup kegiatan dan jum1ah cabang-cabangnya. Secara keseluruhan terlihat penerapan ALM pada industri perbankan kita sudah berja1an dengan cukup baik, terutama di1ihat dari tingkat pemahaman serta kesediaan para penge1o1a mengerahkan sumberdaya untuk terlaksananya proses manajemen tersebut.
Dukungan (support) dan tingkat keyakinan dari penge1o1a bank tentang berperannya ALM dalam meningkatkan kinerja bank di ukur masih kurang baik. Ha1 ini ter1ihat dart masih sangat berperannya pen11aian-peni1aian (judgement) dari pimpinan bank terhadap keputusan-keputusan strategis yang akan diambil, yang terutama dipengaruhi oleh Iingkungan perbankan Kita yang masih be1um mendukung berkembangnya profesiona1isme dalam manajemen perbankan. Keberhasi1an bank menerapkan manajemen yang profesiona1 be1um tercermin me1alui tingkat kesehatan bank tersebut. Keberhasi1an ditentukan tidak hanya oleh "good management" tetapi juga o1eh "good 1uck". Dengan disyahkannya Rancangan Undang-Undang Perbankan yang baru diharapkan profesiona1isme perbankan dapat ditingkatkan secara optimal."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiryanto
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda negara-negara di kawasan Asia, termasuk
Indonesia, telah berdampak kurang menguntungkan bagi sektor perbankan. Berbagai
pandangan berkembang menjadi polemik berkepanjangan menyusul terjadinya krisis
ekonomi dan perbankan di negara-negara tersebut dengan segala argumentasinya.
Sebelumnya krisis yang sama juga pernah terjadi di negara-negara Amerika Latin
(Brasil, Chile, Meksiko, Argentina).
Bahkan krisis ekonomi di Argentina yang tak dapat dikendalikan oleh
pemerintahnya mengejutkan seantero dunia menyusul mundurnya Presiden dan
kabinet pemerintahan atas desakan rakyat yang semakin merana karena didera oleh
krisis. Adalah tumpukan utang luar negeri yang (sekitar 130 milyar dolar AS) yang
menyebabkan hancurnya kredibilitas pemerintah Argentina di mata rakyatnya
sebingga mendesak dilakukannya pemilihan Presiden baru beserta kabinetnya.
Untuk kawasan Asia, bermula dari krisis ekonomi yang dipicu oleh gejolak
nilai tukar di Thailand yang pada gilirannya mengimbas ke negara-negara di
sekitarnya, termasuk Indonesia. Pada saat itu tak seorang pun memperkirakan bahwa
krisis ekonomi akan menjalar ke krisis perbankan dengan segala akibatnya.
Keterpurukan perbankan Indonesia semakin mendalam ketika terapi yang
dijalankan pemerintah, yakni melikuidasi 16 bank swasta dan membekukan kegiatan
usaha sejumlah bank lainnya, temyata direspon negatif oleh masyarakat luas. Tak
sedikit pengamat dan analis dari dalam dan luar negeri mengecam langkah pemerintah
yang dinilai berani itu. Sejak saat itu, kepercayaan masyarakat dalam dan luar negeri
terhadap perbankan Indonesia mulai menurun. Ditolaknya sejumlah letter of credit
(LOC) yang diterbitkan oleh bank-bank di Indonesia dalam transaksi perdagangan
internasional, menunjukkan turunnya kepercayaan internasional.
Kendati Dana Moneter Interniasional (IMF) yang mulai masuk ke Indonesia
pada bulan Oktober 1997 berada di belakang kebijakan yang tidak populer itu, namun
kecaman dan sorotan tetap saja tertuju kepada pemerintah. Jatuhnya rezim
pemerintahan Orde Baru tak pelak lagi merupakan akumulasi puncak kekecewaan
masyarakat atas langkah-langkah yang ditempuh pemerintah yang dinilai justru
semakin menjauhkan masyarakat dari level kesejahteraan yang memadai.
Keputusan pemerintah untuk menambah modal bank-bank yang bermasalah
melalui program rekapitalisasi pada akhirnya bisa diterima semua pihak, kendati
sebelumnya sempat terjadi polemik mengenai keputusan pemerintah tersebut.
Keputusan politis yang diberikan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengakhiri
polemik itu, disusul langkah pemerintah menerbitkan obligasi senilai hampir Rp 500
trilyun untuk keperluan menambah modal bank-bank bermasalah.
Proses restrukturisasi perbankan mencakup restrukturisasi bidang operasional
dan keuangan merupakan tahapan pealing dalam percepatan penyehatan perbankan,
khususnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Universal Tbk.
Pemilihan Bank BNI sebagai representasi bank milik pemerintah dan Bank Universal
sebagai representasi bank swasta nasional dimana keduanya merupakan bank publik
rasanya cukup tepat dan bisa dipenanggungjawabkan.
Didukung kebijakan-kebijakan ekonomi yang lebih propasar, program
rekapitalisasi perbankan diharapkan dapat mendorong pemutihan sektor perbankan
nasional yang pada gilirannya diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan
masyarakat.
Yang lebih kritikal untuk menyehatkan perbankan adalah komitmen dan
konsistensi manajemen bank-bank dalam menjalankan Business Plan dimana
didalamnya mencakup target-target kuantitatif dan kualitatif yang harus dicapai
(milestone). Hal ini sesual dengan Final Peformance Contract atau Kontrak Kinerja
yang ditandatangani oleh manajemen bank-bank dan Pemerintah yang diwakili oleh
Manteri Keuangan.
Dalam peIaksanaan restrukturisasi perbaikan memang dihadapkan pada
berbagai hambatan dan kendala baik yang datang dan internal bank maupun eksternal
bank. Kalau kinerja usaha Bank BNI dan Bank Universal pasca rekapitalisasi
dijadikan sebagai studi kasus, hal ini cukup menarik mengingat ternyata kinerja yang
dihasilkan diantara keduanya relatif berbeda.
Perbedaan yang mencolok tampaj pada kinerja tahun 2000 dan semester 1/
2001 dimana Bank BNI secara kuantitatif mampu membukukan hasil usaha yang jauh
lebih baik dibandingkan Bank Universal. Hal ini terutama tampak dari indikator laba
bersih dan rasio kecukupan modal (CAR). Pada gilirannya perbedaan semakin tampak
manakala Pemerintah memutuskan untuk menggabungkan Bank Universal dengan
empat bank swasta nasional lainnya (Bank Bali, Bank Prima Ekspres, Bank Patriot,
Bank Artha Media).
Secara umum dapat dikatakan bahwa tekanan yang dihadapi Bank BNI relatif
lebih ringan dibandingkan yang dihadapi Bank Universal. ini terutama kalau mengacu
pada masalah aktivitas kredit, dimana Bank Universal memiliki eksposur kredit yang
besar kepada kelompok usaha sendiri sehingga melanggar, bukan saja melampaui,
ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit atau BMPK (Legal Lending Limit
LLL).
Bank Universal dihadapkan pada kesulitan untuk merestrukturisasi kreditnya
karena sebagian besar tertanam di kelompok usaha sendiri. Hal ini berbeda dengan
yang dihadapi Bank BNl, yang relatif lebih mudah dalam merestrukturisasi kreditnya
karena tidak ada pelanggaran atas ketentuan BMPK. Restrukturisasi kredit menjadi
salah satu faktor kunci dalam mendorong percepatan penyehatan bank.
Kemampuan Bank BNI dan Bank Universal mencetak laba positif pada tahun
2000 (masing-masing sebesar Rp 295 milyar dan Rp 3,5 milyar) dan per Juni 2001
(masing-masing sebesar Rp dan 1,05 trilyun dan Rp 6,2 milyar ) dan secara khusus
kemampuan Bank BNI membukukan laba bersih yang mengesankan pada kuartal
III/2001 (sebesar Rp 1,3 trilyun) cukup memberikan petunjuk bahwa pencapaian
kinerja Bank BNI relatif jauh lebih baik dibandingkan Bank Universal, kendati
pendapatan Bank BNI dari hasil bunga obligasi rekapitalisasi cukup dominan.
Kendati studi kasus ini hanya mencakup dua bank rekap, namun tetap menarik
untuk mengkaji kenapa satu bank rekap (Bank BNI) secara relatif lebih berhasil dalam
memperbaiki kinerjanya setelah direkap dibandingkan bank lainnya (Bank Universal).
Ditambah dengan kajian singkat tentang perkembangan terakhir (per November 2001)
kinerja bank-bank rekap, semakin mengukuhkan kesimpulan bahwa berhasil tidaknya
manajemen bank-bank dalam meningkatkan kinerja usahanya pasca rekapitalisasi
terpulang kembali kepada kapabilitas manajemen dalam mengimplementsikan
Business Plan secara konsisten dan committed.
Menghadapi ikiim usaha yang diliputi ketidakpastian sebagaimana dinyatakan
secara resmi oleh Gubernur Bank Indonesia pada awal tahun 2002, manajemen Bank
BNI dan Bank Universal (sambil menunggu keputusan final mergernya) dituntut
untuk mampu menyikapi perubahan Iingkungan usaha yang bergerak dinamis untuk
menjaga dan meningkatkan kinerjanya."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canggih Wirawan
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merancang Sistem Informasi PSAK pada Bank X. Sistem Informasi PSAK pada Bank X merupakan sistem yang dibuat guna mendukung implementasi terhadap ketentuan PSAK 50 dan PSAK 55. Sistem PSAK ini digunakan untuk melakukan proses perhitungan data aset dan kewajiban keuangan yang dimiliki oleh Bank X sehingga laporan keuangan yang disajikan menjadi wajar dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca laporan keuangan. Sistem ini dikembangkan untuk mempermudah perhitungan amortisasi dan penurunan nilai terhadap produk-produk yang dimiliki oleh Bank X. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode FAST (Framework for the Application of System Techniques). Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah melalui observasi terhadap sistem yang tengah berjalan, melakukan wawancara dan studi kepustakaan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah dengan adanya dukungan Sistem PSAK, membantu pihak manajemen Bank X dalam pengambilan keputusan, evaluasi, dan pengendalian secara lebih cepat serta perhitungan amortisasi dan penurunan nilai menjadi lebih efektif dan efisien.

ABSTRACT
The purpose of this research was to analyze and design PSAK Information Systems in Bank X. PSAK Information Systems in Bank X is a system created to support the implementation of PSAK 50 and PSAK 55. The PSAK system is used to perform the calculation of assets and financial liabilities data held by Bank X in order that the financial statements to be qualified and provide useful information for the readers of the financial statements. The system was developed to simplify the calculation of amortization and impairment of products owned by Bank X. The analysis performed in this study was using the FAST (Framework for the Application of System Techniques). The method used to collect data was through observation of a running system, conduct interviews and literature study. Results obtained from this research were the support of PSAK system helped management of Bank X in decision-making, evaluation, quicker in control and also amortization and impairment calculations become more effective and efficient."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T33779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aviliani
"Penelitian ini merupakan suatu tinjauan atas perilaku manajerial bank terhadap kinerja bank. Kepentingan penelitian ini bertalian dengan badan usaha milik pemerintah khususnya bank, yang di dalam kondisi deregulasi masih menunjukkan kinerja yang rendah. Kondisi ini karena adanya perbedaan struktur kepemilikan (bank pemerintah, bank swasta nasional dan asing) yang berakibat pada perbedaan perilaku manajerialnya.
Sebagaimana hasil penelitian Davies di Australia penyebab terjadinya perbedaan perilaku manajerial bank karena struktur kepemilikan dan biaya transaksi. Oleh karena itu, pengkajian terhadap perilaku manajerial bank dilakukan dengan permasalahan (l.) Bagaimana pengaruh perbedaan struktur kepemilikan terhadap kinerja dan biaya transaksi bank, serta bagaimana perbedaan perilaku manajerial bank dilihat dari kinerja dan biaya transaksi.
Pengkajian terhadap masalah tersebut dilakukan terhadap bank-bank devisa yang berdiri sejak sebelum deregulasi 1983, baik bank pemerintah, bank swasta nasional dan bank asing. Untuk menguji struktur kepemilikan terhadap kinerja bank digunakan dua macam pendekatan yaitu melalui analisis likuiditas (loan to assets, effect to asset, deposits growth) dan rentabilitas (profit to assets dan profit to deposits). Dengan periode tahun 1984-1992. Estimasi modal digunakan metode regresi variabel boneka (standard dummy variable regression approach) sedangkan data yang dipakai adalah data gabungan (polling data), yang merupakan penggabungan data antara slang (cross section) dengan data runtun waktu (time series).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan mempengaruhi kinerja, biaya transaksi dan perilaku manajerial bank. Dengan hasil bahwa kinerja bank swasta nasional dan asing lebih baik dari bank pemerintah, dan biaya transaksi bank swasta nasional dan asing lebih rendah dari bank pemerintah. Kondisi tersebut cerminan perilaku manajerial bank swasta nasional dan asing lebih risk averter dari bank pemerintah yang lebih risk taker. Hasil ini merekomendasikan kepada pemerintah dalam jangka pendek, pembenahan manajemen melalui reorganisasi dan penyempurnaan sistem prosedur, melibatkan konsultan dan memberikan otonomi dalam pengelolaan kegiatannya. Pada tahap jangka panjang diharapkan semua bank pemerintah melakukan go publik."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Irawan
"ABSTRAK
Kesulitan ekonomi yang berlangsung di Indonesia memberikan dampak yang buruk
bagi kegiatan operasi dan kondisi keuangan bank-bank yang ada di Indonesia, termasuk Bank
Cental Asia (Bank BCA). Untuk menyehatkan keadaan keuangan bank, pemerintah
mengeluarkan Program Rekapitalisasi Perbankan yang dilanjutkan dengan pembentukan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang bertanggung jawab dalam program rekapitalisasi
perbankan tersebut.
Dalam program ini, BPPN menjadi pemegang saham mayoritas dari Bank BCA.
Keberhasilan BPPN dalam menjalankan program rekapitalisasi tersebut membuat BCA keluar
dari program dan kembali menjadi bank yang sehat, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Sehat atau tidaknya suatu bank diukur dari lima faktor, yaitu faktor permodalan, faktor kualitas
aktiva produktif, faktor manajemen, faktor rentabilitas dan faktor likuiditas.
Penulis melihat bahwa faktor manajemen dalam penilaian kesehatan tersebut bersifat
subjektif sehingga kriteria ?sehat? yang disandang oleh BCA pada saat dikeluarkan dari BPPN
masih diragukan kebenarannya. Dengan demikian, penulis merumuskan permasalahan untuk
penulisan karya akhir ini adalah ?Bagaimana tingkat kesehatan bank BCA selama periode 1997-
2000 dengan dan tanpa faktor manajemen?.
Pada tahun 1997, terdapat perbedaan predikat karena faktor rentabilitas
mendapatkan nilai yang rendah. Hal ini memperlihatkan bahwa kemampuan Bank BCA
dalam mengelola operasinya untuk mendapatkan tingkat laba operasi yang memenuhi
ketentuan BI adalah kurang baik. Sedangkan untuk tahun 1998-2000, predikat yang
diperoleh adalah sama untuk kedua perhitungan. Hasil yang sama tersebut disebabkan
faktor rentabilitas dan faktor likuiditas pada perhitungan tingkat kesehatan tanpa faktor
manajemen, yang mendapatkan nilai yang hampir sama dengan nilai untuk faktor
manajemen, mendapatkan bobot nilai yang lebih besar.
Dari kedua perhitungan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa faktor
manajemen dalam perhitungan tingkat kesehatan bank dapat dihilangkan karena selain
merupakan faktor yang bersifat subjektif, juga keempat faktor lainnya, yang bersifat
objektif dan seharusnya memberikan pengaruh yang sama besar, sudah cukup dalam
perhitungan tingkat kesehatan bank.
Penulis mencoba untuk memberikan saran kepada BI dan BCA. Untuk BI, saran
yang dapat diberikan adalah faktor manajemen dalam perhitungan tingkat kesehatan
bank sebaiknya merupakan penilaian terhadap suatu hal yang bersifat kuantitatif, Selain
itu, sebaiknya perhitungan tingkat kesehatan bank pada suatu tahun merupakan rata-rata
tingkat kesehatan tiap bulan yang telah dicapai selama tahun tersebut dan mengeluarkan
laporan tingkat kesehatan dan bank-bank yang ada di Indonesia secara bulanan. Untuk
Bank BCA, penulis menyarankan untuk mengurangi biaya-biaya operasional atau
meningkatkan pendapatan operasional sehubungan dengan rendahnya nilai yang
diperoleh untuk faktor rentabilitas. Selain itu disarankan juga untuk meningkatkan
partisipasi dan setiap karyawannya dan setiap divisi yang berkepentingan sehingga
tingkat kesehatannya dapat terjaga.
"
2001
T3071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamrakarsa Awiadhi
"ABSTRAK
Yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa saat DPK BMI diuraikan menjadi beberapa segmen denominasi kopur, ditemukan bukti bahwa trend penurunan DPK yang terjadi tidak seragam pada setiap segmen denominasi kopur. Fenomena ini belum teridentifikasi dan dikelola dengan baik melalui diferensiasi produk dalam strategi pemasaran BMI sehingga perlakuannya masih disamakan dengan segmen dana lainnya, sehingga volume dana dengan segmen denominasi yang bergerak berbeda ini dalam total portfolio DPK BMI masih belum dominan. Fenomena ini masih belum bisa terukur oleh manajemen BMI, sehingga belum diciptakan suatu tindakan atau kebijakan khusus terhadap dana-dana ini. Karenanya ada empat tujuan yang ingin dilihat dalam penulisan tesis ini. Pertama, mengetahui faktor-faktor makro yang diduga mempengaruhi perilaku nasabah dalam menempatkan dananya di bank syariah pada setiap segmen denominasi. Kedua, mengetahui bagaimana faktor-faktor makro tersebut mempengaruhi penempatan dana pihak ketiga pada setiap segmen denominasi. Ketiga, mengetahui nasabah dengan range level denominasi berapa yang paling rendah dipengaruhi oleh instrumen-instrumen makro daiam pertimbangan penempatan dananya. Keempat, bagaimana sinergi kebijakan deposito BMI terhadap kebijakan pemasaran umum BMI. Data yang digunakan bersumber dari data laporan Dana Pihak Ketiga dari Bank Muamalat pada periode Januari 2004 sampai dengan September 2006 dan data publikasi dari Bank Indonesia. Hasil penelitian dengan metode Error Correction Model (ECM), dalam keseimbangan jangka panjang, variabel Base landing Rate dan Indeks Harga Konsumen sebagai proxy dari inflasi menjadi variabel yang dapat menjelaskan perilaku penempatan deposito pada segmen denominasi sampai dengan 1 milyar. Narnun untuk segmen denominasi 1 milyar atau iebih, terdapat faktor bunga deposito konvensional yang signifikan mempengaruhi perilaku penempatan dana pihak ketiga pada segmen ini. Dari hasil penelitian ini didapat suatu cara untuk mengukur bagaimana dana pada setiap denominasi dipengaruhi oleh instrumen-instrumen imbal hasil makro, sehingga suatu produk yang dapat mengakomodasi pasar segmen denominasi yang paling rendah dipengaruhi oleh instrumen-instrumen imbal hasil makro, sehingga portfolio dana pihak ketiga dapat terjaga tanpa terlalu terpengaruh fluktuasi kondisi perbankan konvensional.

ABSTRACT
The problem identified in this thesis is that when third party funds in Mu'amalat Bank Indonesia is segmented based on kopur denomination, the finding shows that the trend of decrease among each kopur segmented third party funds is not homogeneous. This phenomenon has not yet been identified and well managed through product differentiation in the bank's marketing strategies. Since the bank's policy toward the specified denominated segment is still similar to other segments, this particular segment has not yet become dominant in the total portfolio of the bank's third party funds. It seems that this fact has not yet occurred to the management of Mu'amalat Bank Indonesia as so far there are no special actions and policies taken to manage the funds in this segment. Therefore, there are four objectives of this thesis. First, to find out macro factors, which could influence the attitude of costumers in placing their funds in shariah banks in every denominated segment. Second, to find out how those macro factors influence the placement of third party funds in every denominated segment. Third, to identify the denomination level range in which costumers are at least influenced by macro instruments in their consideration of placing their funds. Fourth, to find out the synergy of BMI's policies on deposits toward its general marketing policies. The data used in this thesis is acquired from Muamalat Bank Indonesia's report on third party funds from January 2004 until September 2006 as well as publications from Bank of Indonesia. The Poundings using the Error Correction Model (ECM) method in the long-run equilibrium show Base Lending Rate and Consumers Price Index as a proxy of inflation which can explain the behaviour in deposits placement at denomination segment up to l billion rupiah. However, for the segment 1 billion rupiah and above, there are factors, such as conventional deposit interests, which are significantly influencing the behaviour of third party fund placement. As a result of this research, a means to measure how deposit fund in each segment is influenced by macro profit instruments is found. Therefore, a product which can accommodate the denomination segment at least influenced by macro profit instruments can be designed. Based on this result, the portfolio of third party fund can be maintained without being too affected by fluctuating conditions of conventional banks.
"
2007
T20708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Ardiansyah
"Bank sebagai lembaga keuangan, lembaga intermediasi sektor finansial, merupakan suatu bentuk lembaga keuangan yang sangat penting keberadaannya. Pengalaman empirik membuktikan bahwa kehadiran banyak bank telah mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Kondisi fundamental sektor keuangan dapat mengambarkan kekokohan fundamental perekonomian makro suatu negara.
Sementara itu, bank, yang dahulu lebih dikenal sebagai lembaga keuangan simpan pinjam, telah mampu menempatkan dirinya sebagai perantara (intermediary) antara peminjam dan penyimpan dana karenanya optimalisasi asset dan liability bank menjadi penting untuk dilakukan. Sebagai bagian dari perbankan nasional bagaimana strategi manajemen PT. Bank DKI dalam melakukan optimalisasi pengelolaan asset dan liability dari pendapatan bunga dan beban bunga rupiahnya?
Dengan menggunakan program tujuan ganda atau linear goal programming (LGP) akan dilakukan optimasi dan simulasi yang menghasilkan ekstraksi yang optimal yang memaksimalkan pendapatan bunga dan meminimumkan beban bunga PT. Bank DKI. LGP merupakan modifikasi atau variasi khusus dari program linear (Linear Programming).
Kesimpulan peneiitian mengenai optimalisasi pendapatan dan beban bunga PT. Bank DKI, diperoleh bahwa pencapaian target tujuan optimalisasi pendapatan bunga dan beban bunga PT. Bank DKI sebesar Rp. 1.372.577 juta dan Rp. 691.977 juta. Perubahan koefisien variabel keputusan terhadap tujuan pendapatan dan beban bunga PT. Bank DKI akan mampu mengoptimalkan penempatan PT. Bank DKI pada instrument Bank Indonesia dan simpanan bank lain pada PT. Bank DKI."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20543
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>