Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141149 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aritonang, David Fernando
"Penggunaan batubara sebagai bahan bakar utama di PLTU XYZ menghasilkan limbah berupa abu dasar (bottom ash). Dengan pertumbuhan konsumsi batubara yang signifikan, penanganan limbah ini menjadi krusial. Hingga saat ini pemanfaatan abu dasar di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini menjelaskan tentang peningkatan aluminium dari abu dasar dengan metode hidrometalurgi menggunakan pelindian asam sulfat (H2SO4) pada temperatur 90 oCdengan variasi konsentrasi 4, 6, dan 8 M, dan variasi waktu 2, 4, 6, dan 8 jam untuk mendapatkan kondisi paling efisien. Setelah dilakukan pelindian dilanjutkan ke proses karakterisasi ICP-OES, XRD, dan XRF. Dari karakterisasi didapatkan hasil ekstraksi Al terbesar yaitu 82,63% dan pada variabel konsentrasi 6 M dan waktu 8 jam.

The utilization of coal as the primary fuel in XYZ Power Plant generates waste in the form of bottom ash. With a significant growth in coal consumption, the management of this waste becomes crucial. The utilization of bottom ash in Indonesia remains minimal to date. This research elucidates the enhancement of aluminum extraction from bottom ash using hydrometallurgical methods involving sulfuric acid (H2SO4) leaching at a temperature of 90 °C. The study incorporates variations in acid concentration (4, 6, and 8 M) and leaching duration (2, 4, 6, and 8 hours) to attain optimal conditions. Subsequent to leaching, the material undergoes characterization through ICP-OES, XRD, and XRF analyses. The largest aluminum extraction percentage is achieved at 82,63%, under the conditions of concentration 6 M and duration 8 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Larasati
"Banyaknya ilmenit di Indonesia sebagai bahan baku besi-baja sudah sering terdengar. Titanium sebagai logam serba guna yang juga terkandung di dalam ilmenit bisa menjadi industri baru di Indonesia. Tidak berkembangnya industri titanium di Indonesia karena harganya yang mahal dan pengolahannya yang sulit. Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan titanium yang sederhana dan dengan bahan baku yang cukup minim namun menghasilkan recovery yang cukup.
Pada penelitian ini diuji efek dari konsentrasi fluks pada hasil recovery titanium dengan bukti pengendapan pada proses leaching. Fluks yang digunakan adalah natrium hidroksida digunakan untuk mereduksi titanium dari ilmenite. Konsentrasi fluks memiliki tiga variabel yaitu 1:1 (Ilmenite:NaOH), 1:1.5, dan 1:0.5. Sampel dipreparasi dengan magnetic separator dan juga pengayakan untuk mendapatkan FeTiO3 dan ukuran partikel #120, dan dikarakterisasi terlebih dahulu dengan hasil Ti sebesar 3.21%, kemudian di lebur bersama dengan fluks dan aditif. Setelah dilebur dan dicuci dengan aquades kemudian disaring. Filtrat yang berada di kertas saring dianggap sebagai tailing dan diuji menggunakan spectrometer UV Vis dengan hasil konsentrasi Ti 1:0.5, 1:1, 1:1.5 yaitu 12.2 mg/L, 11.8 mg/L dan 11.26 mg/L. Kemudian konsentrat yang berhasil lolos dari kertas saring dilindih dengan pH 7. Endapan yang terjadi di saring dan hasil saringan diuji Spektrometer UV Vis dengan hasil konsentrasi Ti terhadap variabel fluks 1:0.5, 1:1, 1:1.5 yaitu 24.8 mg/L, 13.07 mg/L, 12.1 mg/L. %recovery titanium Setelah proses pirometalurgi berdasarkan konsentrasi fluks 1:0.5, 1:1, 1:1,5 adalah 92,83%, 82,55%, dan 75,389% dan %recovery titanium setelah proses pelindihan sesuai dengan konsentrasi fluks adalah 18,9%, 8,723% dan 8.52%. Penggunaan natrium hidroksida membantu titanium pelepasan ikatan dari ilmenite, tetapi memiliki batas optimal, dalam hal ini konsentrasi optimumnya adalah 1:0.5 (ilmenit: NaOH).

Most ilmenite in Indonesia becomes iron-steel making?s feed is commonly heard. Titanium as a multifunctional metals which also contained in ilmenite, can be a breakthrough in Indonesia. The undeveloped titanium industry in Indonesia is because of the difficulties of processing which also expensive. In this research, titanium processing with a simple practice is applied and also with minimum resources but resulting great titanium recovery.
In this research, the concentration of flux is tested for seeing the result of titanium recovery with a proof of suspension on leaching process. The flux that is being used is sodium hydroxide which is reducing titanium from ilmenite. The flux concentration is split into 3 variables which are 1:1 (Ilmenite:NaOH), 1:1.5, and 1:0.5. The sample preparation starts with applying iron sand on magnetic separator to separate the ilmenite, silicate, and also magnetite. After that the ilmenites are sieved with a #120 sieve as a result its mass is 150 grand then the ilmenite is characterized with EDX and resulting a 3.21% titanium. The ilmenites are mixed with flux and additive on fusion process at 900oC. The molten ilmenites are poured into a mold and crushed into a pieces, after that the crushed ilmenites are rinsed with aquades due to separate the titanium dioxide with filter. The amount of ilmenite that stays on the filter is assumed as a tailing and characterized by AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) and the result of % Ti according to the concentration of flux 1:0.5, 1:1, 1:1.5 are 12.2 %, 11.8%and 11.26 %. Filtrate that passed the filter is leached with pH 7. The suspension that happened on leaching process is also filtered and the filtrate is characterized with AAS, and the result of Ti concentration according to the concentration of flux 1:0.5, 1:1, 1:1.5 are 24.8 mg/L 13.07 mg/L, 12.1 mg/L. Titanium recovery after pyrometallurgy process according to the concentration of flux 1:0.5, 1:1, 1:1.5 are 92.83 %, 82.55 %, and 75.389 % and titanium recovery after leaching process according ti the concentration of flux are 18.9 %, 8.723 % and 8.52 %. The usage of sodium hydroxide helps titanium breaks its bond from ilmenite, but it has its optimum limit, in this case its optimum concentration is 1:0.5 (ilmenite:NaOH)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aikaal Aulia Putra
"Penelitian ini fokus pada potensi penggunaan limbah fly ash dan bottom ash (FABA) dari pembangkit listrik tenaga batubara di Indonesia. Meski FABA tidak dianggap sebagai limbah berbahaya, pemanfaatannya masih rendah. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi karakteristik fly ash serta meningkatkan pemanfaatannya dalam industri guna mengurangi dampak lingkungan dan kesehatan. Penelitian mencakup analisis komposisi kimia fly ash dari PLTU XYZ, eksperimen ekstraksi aluminium dengan berbagai metode, dan karakteristik aluminium hasil ekstraksi. Hasil awal penelitian menunjukkan bahwa partikel fly ash dengan ukuran 63 μm memiliki kandungan aluminium terbesar sebesar 20,10%. Proses awal sintering membentuk fasa seperti quartz, mullite, gypsum, dan goethite dengan hasil ekstraksi aluminium tertinggi pada 4M sebesar 14,40%. Proses sintering pada suhu 1150°C selama 180 menit mengubah fasa mullite menjadi gehlenite, sedangkan proses post-sinter menghasilkan fasa quartz, aluminium oxide, anhydrite, dan magnetite dengan hasil ekstraksi aluminium mencapai 88,15%. Kombinasi kedua proses tersebut meningkatkan ekstraksi hingga 89,56%. Dari hasil penelitian, terungkap bahwa fly ash dari PLTU XYZ mengandung mineral seperti quartz, mullite, dan calcite. Proses pelindian dengan H2SO4 (4M) menunjukkan ekstraksi aluminium yang optimal. Sintering juga berpotensi meningkatkan ekstraksi aluminium, terutama dalam mengubah fase mullite menjadi gehlenite dan plagioklas. Saran penelitian termasuk penggunaan peralatan canggih untuk pelindian yang merata serta penelitian lebih lanjut tentang interaksi kimia dalam ekstraksi aluminium.

This research focuses on the potential use of fly ash and bottom ash (FABA) waste from coal-fired power plants in Indonesia. Although FABA is not considered a hazardous waste, its utilization is still low. The objective of the study was to identify the characteristics of fly ash and improve its utilization in industry to reduce environmental and health impacts. The research includes analysis of the chemical composition of fly ash from PLTU XYZ, experiments on aluminum extraction by various methods, and characteristics of extracted aluminum. Preliminary results showed that fly ash particles with a size of 63 μm had the largest aluminum content of 20,10%. The initial sintering process forms phases such as quartz, mullite, gypsum, and goethite with the highest aluminum extraction yield at 4M of 14,40%. The sintering process at 1150°C for 180 minutes changed the mullite phase to gehlenite, while the post-sinter process produced quartz, aluminum oxide, anhydrite, and magnetite phases with an aluminum extraction yield of 88,15%. The combination of the two processes increased the extraction to 89,56%. The research revealed that fly ash from PLTU XYZ contains minerals such as quartz, mullite, and calcite. The leaching process with H2SO4 (4M) showed optimal aluminum extraction. Sintering also has the potential to improve aluminum extraction, especially in changing the mullite phase to gehlenite and plagioclase. Research suggestions include the use of advanced equipment for even leaching as well as further research on chemical interactions in aluminum extraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nararia Askarningsih
"ABSTRAK
Daur ulang aluminium memiliki kuntungan dari segi lingkungan dan ekonomi
karena dapat menghemat energi sampai 95 % dalam memproduksi aluminium
sekunder. Walaupun terlihat menjanjikan, namun melebur aluminium sangat sulit
karena keberadaan lapisan oksida. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan
proses peleburan granulat aluminium dari municipal solid waste incineration
(MSWI) di skala laboratorium. Penelitian ini juga menginvestigasi efisiensi dan
komposisi kimia dari hasil peleburan.
Karakterisasi granulat dilakukan pada mikroskop optik. Ada tiga metode yang
dikembangkan untuk proses peleburan menggunakan NaCl-KCl dengan 2 % CaF2
sebagai salt flux dan juga anhydrous borax sebagai perbandingan hasil. Granulat
aluminium digunakan di eksperimen ini berdasarkan beratnya yang dinamakan
skala kecil, medium dan besar yang mana masing-masing memiliki berat 150, 500
gram dan 2 kg granulat. Terjadi masalah pada dapur peleburan untuk skala besar
sehingga skala ini tidak dilakukan. Untuk menginvestigasi komposisi kimia, sedikit
lelehan aluminium diambil untuk diuji dengan spark optical emission spectrometry.
Hasil percobaan menunjukkan hanya dua metode yang menghasilkan aluminium
sekunder yang baik. Metode tersebut menunjukkan bahwa viskositas molten salt
harus rendah untuk menghasilkan aluminium sekunder dengan efisiensi yang
tinggi. Komposisi kimia menunjukkan bahwa aluminium sekunder ini memiliki
inklusi Si, Fe, Cu, Mn dan Zn. Kadar Cu meningkat seiring dengan bertambahnya
waktu pengadukan dan juga mengakibatkan kadar Fe menurun akibat peningkatan
kelarutan Cu pada lelehan aluminium.

ABSTRACT
Aluminium recycling has environmental and economical benefits because it can
save until 95 % energy in producing secondary aluminium. Although it seems
promising but remelting aluminium is very tricky due to its oxide layer. This
research are intended to develop melting process of aluminium granulate come from
municipal solid waste incineration (MSWI) in a laboratory scale. Moreover, this
research also investigate the melt’s efficiency and chemical composition from
casting result.
Granulate characterization was done using optical microscopy. There are three
methods used in order to develop the best melting process. NaCl-KCl with 2 %
CaF2 was mostly used as salt flux, along with some anhydrous borax for result’s
comparison. Aluminium granulate used in the experiments were based on its weight
named small, medium and large scale contain 150, 500 grams and 2 kg granulates,
respectively. Due to problems with the experimental set up, only small and medium
furnace are presented in this research. To investigate the chemical compositions,
small amount of melts were taken to be measured with spark optical emission
spectrometry.
The result show only two methods resulting good aluminium cast block. Those
methods involve molten salt which shows that higher temperature used in the
melting process make salt’s viscosity lower and therefore resulting higher melt’s
efficiency. Chemical composition of cast aluminium shows some inclusions Si, Fe,
Cu, Mn, and Zn in cast block. Copper content gets higher throughout the increasing
of stirring time due to increasing copper solubility."
2013
T36046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Dipantria Putra
"Timah merupakan logam yang memiliki aplikasi pengunaan yang sangat luas dan bervariasi. Hal ini mengakibatkan permintaan akan timah cenderung untuk meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu, perlu ditemukan cara untuk mengolah timah semaksimal mungkin.
Penelitian ini dilakukan untuk recovery atau pemulihan timah dari teraknya dengan menggunakan metode roasting dan pencampuran karbon dengan variasi jumlah karbon reduksi 1:0, 1:1, 1:2, dan 1:3 pada suhu 9000C, pelindian selektif dengan menggunakan H2SO4, dan Electrowinning. Untuk karakterisasi sampel menggunakan X-RD yang dilengkapi dengan software X-RD Match!, STA, AAS, dan EDS.

Tin is a metal which has a various and wide uses. This?ll make the demand of tin is tend to increase every year. So, the new way is needed to process tin as maximum as possible.
This study was conducted to recover tin from tin slags with roasting and mixing with carbon methods with various quantity of carbon reductor which is 1:0, 1:1, 1:2, and 1:3 at 9000C, selective leaching with sulfate acid, and electrowinning. For characterization of sample using X-RD equipped with X-RD Match! Software, AAS, and EDS."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S62717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Andriyah
"ABSTRAK
Ekstraksi kasiterit dari Indonesia menggunakan dekomposisi basa telah
dilakukan. Dekomposisi basa yang digunakan pada penelitian ini adalah natrium karbonat (Na2CO3). Kasiterit merupakan mineral oksida dari timah (SnO2) yang mempunyai komposisi berkisar 73,4% dan masih mengandung banyak pengotor seperti kwarsa, ilmenit, monazit, rutil dan zirkon. Proses pendahuluan untuk menghilangkan pengotor pada kasiterit adalah pencucian dan pemisahan high magnetic separator (HTS). Percobaan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah kasiterit dari lokal area Indonesia yang menggunakan dekomposisi basa untuk membentuk natrium stannat (Na2SnO3). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kasiterit dari Indonesia dapat membentuk natrium stannat (Na2SnO3) yang dapat larut dengan air pada proses leaching. Semakin lama waktu dekomposisi menyebabkan fasa natrium stannat yang terbentuk makin banyak. Hasil optimum dicapai ketika proses dekomposisi dilakukan pada suhu 870 oC selama 4 jam dengan persentase produk mencapai 61%. High score plus (HSP) digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisa berat natrium stanat dan SnO2. Analisa HSP menunjukkan bahwa berat fasa natrium stannat (Na2SnO3) yang terbentuk > 70 wt % dan produk akhir SnO2 sebesar 100 wt %.

ABSTRACT
Extraction of cassiterite from Indonesia using alkaline decomposition has
done. The alkaline decomposition that used in this research is natrium carbonate (Na2CO3). Cassiterite is a mineral oxide from tin (SnO2) that has a composition about 73.4% and many impurities such as quartz, ilmenite, monazite, rutile and zircon. Preliminary processes to remove the impurities in cassiterite are washing and separation of high magnetic separator (HTS). Aim of this research is to increase the added value of cassiterite from local area Indonesia that using alkaline decomposition to form natrium stannate (Na2SnO3). The result shows that cassiterite from Indonesia can form natrium stannate (Na2SnO3) which soluble with water in leaching process. The longer the time for decomposition, the more phases of natrium stannate that will be formed. Optimum result reached when the decomposition process was done in 870 ºC for 4 hours with the percentage of yield is 61%. High Score Plus (HSP) was used in this research to analyze the mass of natrium stannate (Na2SnO3) and SnO2. HSP analysis showed that mass of natrium stannate (Na2SnO3) is more than 70 wt% and mass of SnO2 product is 100 wt%."
2016
T46459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachyandi Nurcahyadi
"Aluminum matrix composite (AMC) menjadi material yang sangat potensial bagi aplikasi industri ketika terdapat kebutuhan untuk mendapatkan kombinasi sifat ringan dengan sifat lainnya yang menunjang seperti kekuatan, kekakuan, ketahanan aus, konduktivitas listrik dan termal tinggi, dan koefisien ekspansi termal rendah. Namun material AMC sangat rentan terkena korosi pitting dan galvanik, yang disebabkan oleh pembentukan pasangan galvanik antara matriks dan penguat, serta terbentuknya mikrostruktur pada interface penguat/matrix. Anodisasi merupakan proses modifikasi permukaan yang potensial untuk meningkatkan ketahanan korosi AMC dengan menghasilkan lapisan oksida berpori. Namun, adanya penguat dalam AMC menghalangi pembentukan lapisan oksida protektif dengan mendorong terbentuknya cavity dan retak mikro. Oleh karena itu, metode cerium sealing digunakan untuk memperbaiki cacat pada lapisan oksida hasil anodisasi, sehingga dapat meningkatkan ketahanan korosi pada lingkungan yang sangat agresif.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh parameter proses yakni temperatur dan rapat arus anodisasi terhadap pembentukan lapisan anodik berpori. Anodisasi dilakukan pada tiga temperatur yakni 25°C,0°C dan -25°C dengan variasi rapat arus 25,20 dan 15 mA/cm2. Pengujian kekerasan mikro Vickers digunakan untuk mengetahui sifat mekanik lapisan anodik. Pengamatan struktur mikro menggunakan FE-SEM untuk mengetahui morfologi permukaan dan mengukur ketebalan lapisan anodik.
Hasil pengujian menunjukkan penurunan temperatur dan rapat arus akan meningkatkan kekerasan permukaan lapisan anodik alumina dimana kekerasan tertinggi adalah 427 HV yang didapat pada temperatur -25°C dengan rapat arus 15mA/cm2. Penurunan temperatur dan rapat arus juga relatif akan meningkatkan kerapatan dan keseragaman permukaan hasil anodisasi. Serta penurunan temperatur hingga 0°C akan meningkatkan ketebalan lapisan oksida dimana ketebalan terbesar adalah 14,13 μm yang yang didapat pada temperatur 0°C dengan rapat arus 25mA/cm2. Namun ketebalan kembali menurun pada saat diturunkan ke temperatur -25°C.

Aluminum matrix composites (AMC) become potential materials for transport application where there is an obvious need for combination of weight saving and other properties, i.e. high specific strength, high specific stiffness, electrical and thermal conductivities, low coefficient of thermal expansion and wear resistance. However they are generally susceptible to corrosion in various environments, due to galvanic reactions between the reinforcements and the matrix, and selective corrosion on the interface due to the formation of new compounds. Anodizing has been considered as a potential modification treatment for enhancing corrosion resistant of AMC by forming porous anodic oxide on the surface area.
This study aims to analyze the influence of anodizing process parameters which is temperature and current density on the formation of porous anodic coating, Anodizing process has been done at three different temperatures which are 25°C,0°C and -25°C with variation of current density at 25,20 and 15 mA/cm2. Vickers microhardness testing was used to determine the mechanical properties of anodic layer. Observation of microstructure using FE-SEM to determine surface morphology and to measure anodic layer thickness.
Test results showed that decreasing temperature and current density would increase surface hardness of aluminium anodic layer. The highest surface hardness was 427 HV which was got by anodizing at temperature -25°C with using 15 mA/cm2 of current density. Decreasing temperature and current density would also relatively increasing density and make the surface smoother and looks more uniform. Decreasing temperature until 0°C would increase thickness of the oxide layer where the highest thickness was 14,13 μm which was got by anodizing at temperature 0°C with using 25 mA/cm2 of current density. But the thickness would decrease when the temperature was decreased to -25°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Richard Moreland
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S41046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Priadi
"ABSTRAK
Laporan ini merupakan hasil penelitian proses pembuatan lembaran aluminium 2024 dengan cara canal yang dilanjutkan dengan proses perlakuan panas.. Tujuan penelitian ini adalah dalam usaha penguasaan teknalogi canai dan pengaruh parameter proses (temperatur, persen reduksi, peluasan dan lain-lain) serta perlakuan panasnya terhadap perubahan struktur mikro, sifat fisik dan sifat mekanik paduan aluminum 2024l.
Penelitian dimulai dari pembuatan bahan baku paduan aluminium 2024 selanjutnya dihomogenisasi pada temperatur 490 °C selama waktu 10 jam agar dihasilkan paduan yang bebas dari segregasi mikro dan inklusi serta distribusi presipitat yang tersebar merata dalam matriks a, sehingga hasil canali panas yang dilanjutkan dengan canai dingin mempunycri kualitas baik: Bakal baku paduan aluminium 2024 hash homogenise si tersebut dideformasi dengan menggunakan proses canai panas pada t emperatur 350 °C dan 400 °C dengan persen reduksi masing-masing 30 % den 50 %. Kemudian hasil canal panas tersebut dideformasi lebih lanjut dengan menggurnakan proses canai dingin dengan persen reduksi sebesar 50%.
Dari penelitian didapat bahwa setelah proses canai panas terjadi proses rekristalisasi butir, dimana nilai kekerasan menjadi relatif sama (homogen) pada seluruh permukaan material. Proses canai panas yang dilakukan mengakibatkan terjadinya peningkatan kekerasan paduan Aluminium 2024 dari 62 HB menjadi 88 HB dan 91 HB (kondisi; temp. 350 °C, reduksi 30 % dan 50 %) serfta menjadi 80 HB dan 89 HB (kondisi: temp. 400 °C, reduksi 30 % dan 50 %). Dam struktur mikro terlihat bahwa butir berubah menjadi pipih . Temperatur canai panas yang optimal terletak pada 350 °C, karena pada kondisi tersebut terdapat peningkatan nilai kekerasan yang lebih linggi dari canai pada temperatur 400 °C . Proses canal dingin dengan reduksi 50 % terhadap material hasil canai panas, akan menaikkan kekerasan sebesar 30 %. Mampu canal dingin paduan A1--2024 tidak lebih dari 60 % (maksimal reduksi kumulalif), karena reduksi yang lebih tinggi akan menyebabkan plat aluminium 2024 hasil canai panas menjadi retak dan pecah. Dari struktur mikro terlihat bahwa selelah canal dingin butir kristal menjadi sangal pipih dan memanjang sehingga kekerasan aluminium 2024 meningkat. Proses perlakuan panas dengan cara solution treatment, T4 pada temperatur 495 °C selama 50 menit dan dicelup dingin (quench) sampai mencapai temperatur ruang mengakibatkan menurunnya kekerasan tetapi meningkaikan kekuatan tarik aluminium 2024 dari kondisi sebelum dilakukan proses perlakuan panas hal ini disebabkan presipitat CuA12 telah tersebar merata dalam matrik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>