Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218657 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azizah Ashri Muflihah
"Latar Belakang : Praktik kedokteran gigi ternyata memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Saat ini sudah ada konsep praktik kedokteran gigi yang lebih ramah lingkungan yaitu green dentistry. Belum terdapat studi yang memberikan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan dokter gigi di Jakarta untuk mengadopsi konsep green dentistry. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan dokter gigi di Jakarta dalam mengadopsi konsep green dentistry dalam praktik sehari-hari. Metode : Penelitian ini merupakan studi cross sectional menggunakan teknik proportional quota sampling. Dokter gigi dari 5 wilayah di DKI Jakarta berpartisipasi dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan kuesioner penelitian yang terbagi menjadi beberapa domain yaitu kesediaan, kategori pengadopsi, pengetahuan, sikap, praktik, serta faktor adopsi inovasi. Hubungan antarvariabel dianalisis menggunakan uji beda proporsi chi square, continuity correction test, fisher’s exact test serta uji korelasi spearman’s rho dan kendall’s tau b pada perangkat lunak IBM SPSS Statistik. Hasil Penelitian : Jumlah responden penelitian ini mencapai 210 dokter gigi di Jakarta. Terdapat 54,3% responden yang belum pernah mendengar istilah green dentistry dan hanya 2,9% yang sudah mengikuti pelatihan. Berdasarkan kategorisasi dokter gigi di Jakarta menurut teori difusi inovasi, terdapat 1% kelompok inovator, 28% pengadopsi awal, 44,3% mayoritas awal, 20,5% mayoritas akhir, dan 6.2% laggards. 75.2% dokter gigi telah memiliki pengetahuan yang tinggi, 54,3% sikap positif, dan 35,7% responden cukup mempraktikkan konsep green dentistry. Kesimpulan : Tidak ada hubungan karakteristik responden dengan kesediaan kecuali persepsi (mendengar istilah). Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan, praktik, dan faktor adopsi inovasi dengan kesediaan. Terdapat hubungan antara kategori pengadopsi dan sikap dengan kesediaan. Terdapat hubungan antara faktor pengaruh adopsi inovasi dengan praktik serta hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktik dokter gigi di Jakarta tentang konsep green dentistry.

Backgrounds: Dental practice has a negative impact on the surrounding environment. Currently, there is a concept of dental practice that is more environmentally friendly, namely green dentistry. There are no studies that provide an overview of the factors affecting willingness of dentists in Jakarta to adopt the concept of green dentistry. Objective: This study aims to describe the factors affecting willingness of dentists in Jakarta to adopt the concept of green dentistry in daily practice. Methods: This research is a cross sectional study using proportional quota sampling technique. Dentists from 5 regions in DKI Jakarta participated in this study. Researcher used a research questionnaire which was divided into several domains, namely willingness, adopter categories, knowledge, attitudes, practices, and innovation adoption factors. The relationship between variables was analyzed using the chi square difference test, continuity correction test, fisher's exact test and spearman's rho and kendall's tau b correlation tests on IBM SPSS Statistics software. Results: The number of respondents in this study reached 210 dentists in Jakarta. There were 54.3% of respondents who had never heard the term green dentistry and only 2.9% who had attended training. Based on the categorization of dentists in Jakarta according to the theory of diffusion of innovation, there are 1% innovator group, 28% early adopters, 44.3% early majority, 20.5% late majority, and 6.2% laggards. 75.2% of dentists already have high knowledge of dentistry, 54.3% had a positive attitude, and 35.7% of respondents moderately practiced the concept of green dentistry. Conclusion: There is no relationship between respondent characteristics and willingness except perception (hearing the term). There is no relationship between the level of knowledge, practice, and innovation adoption factors with willingness. There is a relationship between adopter category and attitude with willingness. There is a relationship between the innovation adoption factors and practice and there is relationship between knowledge, attitude, and practice of dentists in Jakarta about the concept of green dentistry."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Werdiningsih
"Latar Belakang: Perubahan demografi penduduk dengan meningkatnya penduduk lanjut usia dapat berdampak pada dokter gigi dalam memberikan perawatan gigi dan mulut. Dokter gigi akan lebih banyak merawat lansia yang memiliki kebutuhan dan permasalahan gigi dan mulut yang beragam dan kompleks yang memerlukan perawatan khusus karena perawatan yang diberikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut yang sehat dan fungsional tetapi juga bertujuan untuk kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, dokter gigi dan timnya perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan khusus serta memiliki sikap positif terhadap lansia dalam mengembangkan perilaku dan praktik profesional dokter gigi. Hambatan dokter gigi juga perlu menjadi perhatian karena dapat membatasi dokter gigi untuk memberikan perawatan kepada lansia. Metode: Studi cross-sectional pada bulan Maret-Juni 2022. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari enam bagian, yaitu karakteristik dokter gigi, pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan, dan hambatan. Statistik deskriptif dan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis tematik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Atlast.ti terhadap jawaban responden yang diperoleh melalui pertanyaan terbuka. Responden dalam penelitian ini adalah 461 dokter gigi umum. Hasil: 98,4% menyatakan bersedia hingga sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat korelasi signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawtaan gigi dan mulut pada lansia. Kesediaan dokter gigi berkorelasi signifikan dengan sikap dan praktik. Tiga hambatan utama dalam memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia adalah komunikasi dengan pasien, kompleksitas penyakit dan mobilitas pasien. Kesimpulan: Dokter gigi memiliki pengetahuan, sikap, praktik, kesediaan yang baik terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik dokter gigi terkait perawatan gigi dan mulut pada lansia. Sebagian besar dokter gigi sangat bersedia memberikan perawatan gigi dan mulut pada lansia dan memiliki keinginan untuk mengikuti pelatihan kedokteran gigi geriatri.

Background: Demographic population changes towards the ageing population can impact dentists to provide oral health care. The dentist will treat more older people with diverse and complex oral health needs and problems requiring special treatment because the treatment aims to improve and maintain healthy and functional dental and oral health and aims at the quality of life of the elderly. Therefore, dentists and their teams need to be equipped with special knowledge and skills and also have a positive attitude towards the elderly in developing dentists’ professional behavior and practice. Dentists' barriers also need to be a concern because they can prevent dentists from providing care for the elderly. Methods: A cross-sectional study based on an online questionnaire was conducted in April-June 2022. The questionnaire consists of six parts which were the characteristics of dentists, knowledge (27 questions), attitudes (17 questions), practice (7 questions), willingness (1 question), and barriers (1 open question). Descriptive statistics were calculated, bivariate analysis was performed using SPSS, and thematic analysis was carried out using Atlas.ti software on respondents' answers obtained through open-ended questions. Respondents in this study were 461 general dentists. Results: 98,4% stated that they were willing and very willing to provide oral health care to the elderly. There is a significant correlation between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care in the elderly. A dentist's willingness was significantly correlated with the dentist’s attitude and practice. The three main barriers to providing dental and oral care to the elderly are communication with the patient, the complexity of the disease, and the patient's mobility. Conclusion: Dentists have good knowledge, attitudes, practices, and willingness to provide oral health care for the elderly. There is a relationship between dentists' knowledge, attitude, and practice in terms of oral health care for the elderly. Most dentists are willing to provide oral health care to the elderly and participate in geriatric dentistry training."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evania Manda Hapsari
"Latar Belakang: Dokter gigi berisiko lebih besar mengalami Work – related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) yang disebabkan oleh gerakan yang berulang, postur tubuh yang tidak tepat, dan jam kerja yang panjang. Jika prinsip ergonomis diterapkan di bidang kedokteran gigi, penerapan ini dapat membantu mencegah bahaya pekerjaan dan memberikan kenyamanan yang lebih bagi dokter gigi dan pasien. Tujuan: Untuk memperoleh informasi mengenai praktik dental ergonomics dokter gigi di DKI Jakarta serta faktor – faktor yang berhubungan. Metode: Studi cross – sectional dengan metode purposive sampling melalui situs google form kepada 231 dokter gigi di wilayah DKI Jakarta pada bulan November hingga Desember 2022. Kuesioner terdiri atas 34 pertanyaan yang berisi sosiodemografi responden, karakteristik pekerjaan responden, pengetahuan mengenai dental ergonomics, sikap terhadap dental ergonomics, dan praktik dental ergonomics. Uji statistik Continuity Correction dan Pearson Chi – Square dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel. Hasil: 76,2% dokter gigi memiliki praktik dental ergonomics yang buruk. Terdapat hubungan yang bermakna (p – value < 0,05) antara praktik dental ergonomics dengan kelompok usia, lama pengalaman kerja, dan juga tingkat pengetahuan. Kesimpulan: Sebagian besar (76,2%) dokter gigi di DKI Jakarta memiliki praktik dental ergonomics yang buruk. Terlepas dari hal itu, lebih dari setengah (52,4%) dokter gigi di DKI Jakarta memiliki pengetahuan yang baik mengenai dental ergonomics dan mayoritas (86,6%) dokter gigi di DKI Jakarta memiliki sikap yang positif terhadap dental ergonomics.

Background: Dentists are at greater risk of Work – related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) which can be caused by repetitive movements, improper posture, and long working hours. If ergonomic principles are applied in the field of dentistry, they help to prevent occupational ergonomic health hazards and provides more comfort to the dentist and patient. Objective: To obtain information regarding dental ergonomics practice of dentists in DKI Jakarta and its related factors. Methods: A cross – sectional study was conducted using a purposive sampling method via Google Form to 231 dentists in DKI Jakarta from November to December 2022. The questionnaire consisted of 34 items divided into five sections; sociodemographic, job characteristics, knowledge of dental ergonomics, attitude towards dental ergonomics, and the practice of dentists regarding dental ergonomics. The data was tested using Continuity Correction and Pearson Chi – Square. Result: 76,2% dentists have poor dental ergonomics practice. There is a significant relationship (p – value < 0,05) between the practice of dental ergonomics and age group, years of practical experience, and level of knowledge. Conclusion: Most (76.2%) dentists in DKI Jakarta have poor dental ergonomics practice. Apart from that, more than half (52.4%) of dentists in DKI Jakarta have good knowledge of dental ergonomics and the vast majority (86,6%) of dentists in DKI Jakarta have a positive attitude towards dental ergonomics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masita Mandasari
"Jumlah populasi individu berkebutuhan khusus di Indonesia semakin meningkat seiring dengan waktu. Individu berkebutuhan khusus (IBK) dapat memiliki berbagai keterbatasan seperti keterbatasan dalam kemampuan intelektual dan fisik, gangguan kondisi jiwa, dan juga masalah medis yang kompleks sehingga membuat populasi ini semakin rentan mengalami gangguan kesehatan mulut dan membutuhkan akses serta pelayanan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Dokter gigi Indonesia yang memiliki spesialisasi dan kemampuan di bidang perawatan gigi dan mulut IBK masih langka sehingga besar kemungkinan bahwa perawatan gigi dan mulut pasien IBK dilakukan oleh dokter gigi umum atau spesialis. Namun sampai saat ini, tidak ditemukan data mengenai pelayanan kedokteran gigi bagi IBK oleh dokter gigi Indonesia dan bagaimana pengetahuan dan persepsi dokter gigi Indonesia dalam melakukan special needs dentistry/special care dentistry (SND/SCD). Studi ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang dan deskriptif analitik menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji reliabilitas dan validitas kuesioner ini adalah baik (acceptable). Sebanyak 250 responden yang merupakan dokter gigi dan dokter gigi spesialis berpartisipasi dalam penelitian ini. Hanya 26,4% responden yang memiliki persepsi yang baik mengenai SND/SCD dan mayoritas (70%) responden tidak melakukan SND/SCD. Meskipun demikian, persepsi responden terhadap pasien SND/SCD pada penelitian ini dominan positif kecuali pada kelompok pasien penyakit menular. Persepsi responden juga dominan nyaman, kecuali pada kelompok pasien dengan penyakit menular dan masalah psikologis atau perilaku. Tidak terdapat hubungan antara persepsi SND/SCD dengan karakteristik demografi, namun terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara komponen SND/SCD dalam pendidikan dokter gigi dengan persepsi dan kemampuan dalam SND/SCD. Selain itu, terdapat perbedaan perasaan dan kenyamanan terhadap perawatan pasien SND/SCD antara dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis. Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi mengenai SND/SCD pada responden dokter gigi DKI Jakarta belum baik namun responden cenderung memiliki persepsi yang positif dan nyaman kepada pasien SND/SCD.

Population of special needs individuals in Indonesia is steadily increasing. Special needs individuals may have various disabilities such as physical and intelectual disabilities, mental health and complex medical problems which made this population more prone to oral health problems and requires access to oral health care services. Indonesian dentists who have specialization and ability in special needs dentistry/special care dentistry (SND/SCD) are rare thus there is a high chance that general dentists or other specialist dentists perform the oral health care to special needs individuals. Currently, data on SND/SCD in Indonesia and Indonesian dentists’ knowledge and perception towards SND/SCD are lacking. This study was a cross-sectional and analytical descriptive study using a questionnaire which has been cross-adapted into Indonesian language. Reliability and validity tests were performed and yielded accetable scores. A total of 250 respondents which consisted of dentists and specialist dentists participated in this study. This study found that only 26.4% respondents had good perception in SND/SCD and 70% of respondents did not practice SND/SCD. Nevertheless, respondents’ perception towards groups of special needs patients were mostly positive except on the group of patients with infectious disease and respondents were mostly comfortable in treating special needs patients except in group of patients with infectious disease and psychological or behavioral problems. There was no correlation between SND/SCD perception and demographical characteristics. However, there were statistically significant correlations between SND/SCD component in undergraduate dental training with the perception and ability in SND/SCD. Moreover, there were significant correlations between dentists and specialist dentists towards treatment in special needs patients. In conclusion, the respondents in this study had poor perception in SND/SCD although there were tendecies of positive and comfortable perception towards special needs patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masita Mandasari
"

Jumlah populasi individu berkebutuhan khusus di Indonesia semakin meningkat seiring dengan waktu. Individu berkebutuhan khusus (IBK) dapat memiliki berbagai keterbatasan seperti keterbatasan dalam kemampuan intelektual dan fisik, gangguan kondisi jiwa, dan juga masalah medis yang kompleks sehingga membuat populasi ini semakin rentan mengalami gangguan kesehatan mulut dan membutuhkan akses serta pelayanan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Dokter gigi Indonesia yang memiliki spesialisasi dan kemampuan di bidang perawatan gigi dan mulut IBK masih langka sehingga besar kemungkinan bahwa perawatan gigi dan mulut pasien IBK dilakukan oleh dokter gigi umum atau spesialis. Namun sampai saat ini, tidak ditemukan data mengenai pelayanan kedokteran gigi bagi IBK oleh dokter gigi Indonesia dan bagaimana pengetahuan dan persepsi dokter gigi Indonesia dalam melakukan special needs dentistry/special care dentistry (SND/SCD). Studi ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang dan deskriptif analitik menggunakan kuesioner yang telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji reliabilitas dan validitas kuesioner ini adalah baik (acceptable). Sebanyak 250 responden yang merupakan dokter gigi dan dokter gigi spesialis berpartisipasi dalam penelitian ini. Hanya 26,4% responden yang memiliki persepsi yang baik mengenai SND/SCD dan mayoritas (70%) responden tidak melakukan SND/SCD. Meskipun demikian, persepsi responden terhadap pasien SND/SCD pada penelitian ini dominan positif kecuali pada kelompok pasien penyakit menular. Persepsi responden juga dominan nyaman, kecuali pada kelompok pasien dengan penyakit menular dan masalah psikologis atau perilaku. Tidak terdapat hubungan antara persepsi SND/SCD dengan karakteristik demografi, namun terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara komponen SND/SCD dalam pendidikan dokter gigi dengan persepsi dan kemampuan dalam SND/SCD. Selain itu, terdapat perbedaan perasaan dan kenyamanan terhadap perawatan pasien SND/SCD antara dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis. Penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi mengenai SND/SCD pada responden dokter gigi DKI Jakarta belum baik namun responden cenderung memiliki persepsi yang positif dan nyaman kepada pasien SND/SCD.


Population of special needs individuals in Indonesia is steadily increasing. Special needs individuals may have various disabilities such as physical and intelectual disabilities, mental health and complex medical problems which made this population more prone to oral health problems and requires access to oral health care services. Indonesian dentists who have specialization and ability in special needs dentistry/special care dentistry (SND/SCD) are rare thus there is a high chance that general dentists or other specialist dentists perform the oral health care to special needs individuals. Currently, data on SND/SCD in Indonesia and Indonesian dentists’ knowledge and perception towards SND/SCD are lacking. This study was a cross-sectional and analytical descriptive study using a questionnaire which has been cross-adapted into Indonesian language. Reliability and validity tests were performed and yielded accetable scores. A total of 250 respondents which consisted of dentists and specialist dentists participated in this study. This study found that only 26.4% respondents had good perception in SND/SCD and 70% of respondents did not practice SND/SCD. Nevertheless, respondents’ perception towards groups of special needs patients were mostly positive except on the group of patients with infectious disease and respondents were mostly comfortable in treating special needs patients except in group of patients with infectious disease and psychological or behavioral problems. There was no correlation between SND/SCD perception and demographical characteristics. However, there were statistically significant correlations between SND/SCD component in undergraduate dental training with the perception and ability in SND/SCD. Moreover, there were significant correlations between dentists and specialist dentists towards treatment in special needs patients. In conclusion, the respondents in this study had poor perception in SND/SCD although there were tendecies of positive and comfortable perception towards special needs patients.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Yosephine Finny Sutanto
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi intensi untuk mengadopsi mobile marketing bagi konsumen di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berasal dari perceived innovation characteristics (karakteristik inovasi yang dirasakan) yang memiliki pengaruh terhadap intensi untuk mengadopsi mobile marketing menurut perspektif konsumen di Jakarta. Adapun tujuh faktor-faktor yang diteliti adalah keuntungan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kerumitan (complexity), uji coba (trial-ability), kepercayaan (trustworthiness), kemudahan ijin (permissibility), dan resiko yang dirasakan (perceived risk) terhadap intensi untuk mengadopsi (intention to adopt). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling, dengan wilayah penelitian di Jakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, data yang diperoleh dari 160 responden, diolah dengan menggunakan SPSS 22.0 for Windows, menggunakan metode KMO and Bartlett’s, Cochran, Uji Asumsi Klasik, dan Uji Regresi Berganda. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa resiko yang dirasakan (perceived risk) berpengaruh negatif. Sedangkan, keuntungan relatif (relative advantage), kesesuaian (compatibility), kemudahan ijin (permissibility) memiliki pengaruh positif terhadap intensi untuk mengadopsi dalam mengadopsi (intention to adopt) mobile marketing. Adapun faktor yang tidak memiliki pengaruh adalah kerumitan (complexity), uji coba (trial-ability), kepercayaan (trustworthiness).

ABSTRACT
This essay is analyzing some factors that affect consumers’ intention to adopt mobile marketing. The purpose of this study is to analyze the factors from perceived innovation characteristics which affect an intention to adopt of mobile marketing : consumers’ perspective in Jakarta. There are seven factors which is been researched in this essay : relative advantage, compatibility, complexity, trial-ability, trustworthiness, permissibility, perceived risk which are affecting an intention to adopt. This research uses descriptive method with non-probability sampling methods, in Jakarta territory. Data collection technique applied in this essay is done through questionnaire deployment, the data obtained from 160 respondents, was proceed by using SPSS 22.0 for Windows with some methods such as KMO and Bartlett’s, Cochran, Classical Assumption Test, and Multiple Regression. And the result of this study was concluded; perceived risk has negative effect, while relative advantage, compatibility, and permissibility have positive effect to intention to adopt of mobile marketing. There are also three factors which have no effect to intention to adopt of mobile marketing : complexity, trial-ability, and trustworthiness."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S53159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiviany Kun Prasidhati
"Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap, dan praktik teledentistry pada dokter gigi di DKI Jakarta pada masa pandemi COVID-19. Penelitian potong lintang berbasis kuesioner ini diisi secara mandiri melalui google form. Pertanyaan yang diberikan mencakup faktor sosiodemografi, karakteristik pekerjaan, penggunaan internet, dan pelatihan teledentistry serta pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik teledentistry. Sebanyak 183 dokter gigi di DKI Jakarta yang menyelesaikan kuesioner. Secara umum, responden menunjukkan pengetahuan yang tinggi, sikap dan praktik yang positif terhadap teledentistry. Hubungan yang signifikan secara statistik ditemukan antara praktik teledentistry dengan usia, status pernikahan, pengalaman bekerja, dan pengalaman pelatihan teledentistry. Terdapat korelasi positif antara pengetahuan dan sikap (r = 0.436, p-value = 0.000). Agar teledentistry dapat diterapkan secara profesional, dokter gigi harus memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik yang baik mengenai teledentistry dan perlunya regulasi yang sesuai untuk pelayanan teledentistry.

The purpose of research is to get information about factors that related to knowledge, attitude, and practice of teledentistry among dentists in DKI Jakarta during the COVID-19 pandemic. This cross-sectional study was using self-administered online questionnaire through google form. The questions consisted of sociodemographic factors, work-related characteristics, daily internet access, and training of teledentistry also questions regarding knowledge, attitudes, and practice. A total of 183 dentists in DKI Jakarta completed the questionnaire. Generally, the participants revealed high knowledge, positive attitude, and practicing teledentistry. A statistically significant relationship was found between practice teledentistry with age, marital status, working experience, and training of teledentistry. Spearman’s correlation test obtained a positive correlation (r = 0.436, p-value = 0.000) between knowledge and attitude. In order for teledentistry to be applied professionally, dentists must have knowledge, attitudes, and good practices regarding teledentistry and the need for appropriate regulations for teledentistry services."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Hedwin Kadrianto
"Tujuan: mengetahui tingkat pengetahuan, persepsi, sikap, dan tindakan dokter gigi di DKI Jakarta terhadap HIV/AIDS dan prosedur kontrol infeksi, serta kesediaan merawat pasien HIV/AIDS.
Metode: Survei ini memiliki desain potong lintang, dan dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada 189 dokter gigi di 15 kecamatan di provinsi DKI Jakarta yang dipilih secara acak. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah dokter gigi yang memiliki pengalaman studi pascasarjana dalam bidang kedokteran maupun kedokteran gigi.
Hasil: Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah (76,7%) dan sikap yang negatif (58,2%), dengan persepsi dan tindakan berada pada tingkat netral. Dari 5 parameter yang diujikan dalam bagian pengetahuan, nilai terendah ditunjukkan pada parameter tatalaksana gigi dan mulut, sedangkan nilai terbaik pada parameter transmisi. Hanya 47,1% responden yang bersedia merawat pasien HIV/AIDS. Alasan utama dokter gigi yang belum bersedia merawat pasien HIV adalah rasa takut akan risiko transmisi dan kurangnya pengetahuan mengenai tatalaksana gigi mulut pada pasien HIV/AIDS. Analisis multivariat menunjukkan sejumlah faktor yang dapat dijadikan prediktor kesediaan merawat pasien HIV/AIDS: persepsi positif (OR 7,26; 95% CI, 1,33-39,72; p = 0,022), sikap netral (OR 6,63; 95% CI, 2,99-14,68; p = 0,000), tidak bekerja di praktik pribadi (OR 3,66; 95% CI, 1,01-13,27; p = 0,048), dan jenis kelamin pria (OR 3,48; 95% CI, 1,36-8,90; p = 0,009).
Kesimpulan: Kesediaan responden penelitian ini paling kuat berkorelasi dengan sikap responden, diikuti persepsi dan tindakan. Pengetahuan berkorelasi dengan persepsi dan sikap; persepsi berkorelasi dengan pengetahuan, sikap, dan kesediaan; sikap berkorelasi dengan pengetahuan, persepsi, tindakan, dan kesediaan; serta tindakan berkorelasi dengan persepsi, sikap, dan kesediaan.

Objectives: The purpose of this study was to assess knowledge, perception, attitudes, and practices of dentists in Jakarta towards HIV/AIDS and infection control procedures, and willingness to treat HIV/AIDS patients.
Methods: A cross-sectional survey was conducted using a self-administered questionnaire toward 189 dentists in 15 subdistricts randomly selected in Jakarta. Dentist with experience of any postgraduate study related to medicine or dentistry was excluded.
Results: Majority of respondents had poor knowledge (76.7%) and attitudes (58.2%), with average level of perception and practices associated with dental treatment for patients with HIV/AIDS. Among 5 topics in the knowledge section, the lowest result was about dental management, while the highest was about HIV transmission. Only 47.1% showed willingness to give dental treatment for patients with HIV/AIDS. Two main reason of refusal reported by the dentists was fear of HIV transmission and lack of knowledge about dental management for HIV/AIDS patients. Multivariate analysis revealed several factors which could be used to predict dentist willingness: positive perception (OR 7.26; 95% CI, 1.33-39.72; p = 0.022), average attitude (OR 6.63; 95% CI, 2.99-14.68; p = 0.000), not working in private practice (OR 3.66; 95% CI, 1.01-13.27; p = 0.048), and male gender (OR 3.48; 95% CI, 1.36-8.90; p = 0.009).
Conclusion: Willingness of dentists in this study had strongest correlation with attitudes, followed by perception and practices. Knowlege was correlated with perception and attitudes; perception was correlated with knowledge, attitudes, and willingness; attitudes was correlated with knowledge, perception, practices, and willingness; and practices was correlated with perception, attitudes, and willingness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Dewi Larasati
"Aplikasi Jakarta Kini (JAKI) bertujuan untuk memberikan informasi dan mengintegrasikan seluruh pelayanan yang ada di Provinsi DKI Jakarta bagi warga yang tinggal dan beraktivitas di DKI Jakarta. Agar aplikasi yang diproyeksikan menjadi super apps ini dapat berkembang secara berkelanjutan, diperlukan peningkatan penggunaan layanan oleh masyarakat. Akan tetapi, masih terdapat sejumlah permasalahan seperti sulitnya pengguna mengakses aplikasi JAKI, sistem yang kurang berjalan dengan baik dan tidak dapat diakses tepat waktu, serta keamanan data pribadi pengguna yang dibocorkan oleh petugas yang menangani laporan melalui JAKI. Masalah-masalah ini dapat mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menggunakan aplikasi JAKI, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menggunakan layanan pada aplikasi e-government menjadi fokus dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mixed method, yaitu menggabungkan antara metode kuantitatif (survei) dan metode kualitatif (wawancara mendalam, dan studi literatur). Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis dari teori yang dikemukakan oleh Yadav et al. (2019), faktor yang paling mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menggunakan aplikasi JAKI adalah faktor kemudahan dalam layanan yang ditawarkan dan faktor transparansi dan akuntabilitas. Sedangkan, faktor yang paling tidak berpengaruh adalah komprehensif dan membantu di satu tempat.

The Jakarta Kini (JAKI) application aims to provide information and integrate all existing services in DKI Jakarta Province for residents who live and work in DKI Jakarta. In order for the applications that are projected to become super apps to develop in a sustainable manner, it is necessary to increase the use of services by the community. However, there are still a number of problems, such as the difficulty of users accessing the JAKI application, a system that does not work well and cannot be accessed on time, and the security of users' personal data leaked by officers who handle reports through JAKI. These problems can affect the citizen's willingness to use the JAKI application, the willingness of citizen is determine to be the focus of the research. The research approach used in this research is quantitative with mixed method data collection techniques, which combines quantitative and qualitative methods through surveys, in-depth interviews, and literature studies. It revealed that the ease of use and transparency and accountability of the JAKI application are the two characteristics that have the biggest impact on citizen's willingness to use it, according to the analysis of the theory put forth by Yadav et al. (2019). The least significant factor, however, is comprehensive and assisting information at one place."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhywa Darmawan
"Perilaku ramah lingkungan merupakan salah satu dimensi penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, perilaku ramah lingkungan harus diterapkan dalam kegiatan sehari-hari oleh masyarakat. Sementara itu, masyarakat DKI Jakarta cenderung tidak menerapkan perilaku ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui profil perilaku ramah lingkungan masyarakat, 2) mengetahui penerapan perilaku ramah lingkungan dalam tempat tinggal, 3) menentukan faktor yang paling berpengaruh, dan 4) menentukan upaya yang tepat dalam upaya peningkatan perilaku ramah lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik (uji t, uji anova, korelasi, regresi berganda, dan analisis deskriptif).
Hasil penelitian menunjukkan, profil kurang baik dan cukup pada perilaku ramah lingkungan merupakan profil yang menggambarkan perilaku ramah lingkungan masyarakat DKI Jakarta. Penerapan perilaku ramah lingkungan pada pengelolaan tempat tinggal belum menunjukkan hal baik. Sikap terhadap lingkungan merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku ramah lingkungan bila dibandingkan dengan fasilitas umum. Untuk itu, upaya berbasis pemberian pendidikan dan peningkatan kualitas fasilitas umum merupakan upaya yang tepat dalam peningkatan perilaku ramah lingkungan.

Environmental friendly behavior is one of the important dimensions in achieving sustainable development. Therefore, environmental friendly behavior must be applied in daily activities by the community. However, the people of DKI Jakarta tend not to apply environmental friendly behavior in their daily activities. The purpose of this study is 1) to discover the profile of community friendly behavior, 2) to discover the application of environmentally friendly behavior in the residence 3) to analyze the most influential factors, and 4) determine appropriate efforts to improve environmental friendly behavior. This study uses statistical analysis methods (t test, anova test, correlation, regression, and descriptive analysis).
The results of the study showed that a unfriendly and sufficient profile in environmental friendly behavior was a profile that described the environmental friendly behavior of the DKI Jakarta community. The application of environmental friendly behaviors to living quarters has not shown good results. Environmental attitude is the factor that most influence factor to develop environmental friendly behavior compared to public facilities. As a result, providing education and improve the quality of public facilities are appropriate efforts to improve environmental friendly behavior.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T52317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>