Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183863 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sofia Rana Jannata
"Perubahan pada masa remaja menimbulkan berbagai masalah, seperti masalah kesehatan mental, kenakalan remaja, dan kekerasan. Permasalahan di masa remaja dapat berdampak pada masalah di masa dewasa, sehingga permasalahan remaja perlu untuk diatasi. Upaya preventif terbukti berdampak positif dalam berbagai penelitian, yaitu edukasi sebaya dan konseling sebaya. Salah satu program yang menggabungkan keduanya adalah Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan edukasi sebaya sebagai upaya pencegahan perilaku bermasalah remaja dan konseling sebaya sebagai upaya pemberian dukungan sosial dalam menghadapi masalah remaja, serta manfaat yang diterima oleh pendidik sebaya dan konselor sebaya. Penelitian ini dilakukan pada November 2022 hingga Desember 2023, menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam semi-terstruktur, observasi, dan studi dokumen. Penelitian ini mengungkapkan bahwa: (1) pelaksanaan edukasi sebaya PIK-R berupa metode intervensi kelompok (kelompok pendidikan) dapat dilakukan oleh teman sebaya dan memberikan pengetahuan serta kesadaran terkait masalah remaja, (2) praktik konseling sebaya individu dan konseling sebaya kelompok (self-help group) menggambarkan dukungan sosial dan upaya penyelesaian masalah antar teman sebaya, (3) berbagai manfaat yang diterima oleh pendidik dan konselor sebaya yaitu pengetahuan, kepuasan diri, pengembangan diri, keterampilan sosial, dan akademik.

The changing period of adolescence raises various problems, such as mental health problems, juvenile delinquency, and violence. Problems in adolescence can have an impact on problems in adulthood, so adolescent problems need to be addressed. Peer education and peer counseling have been shown to have a positive impact in various studies. A program that combines both is Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) by Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. This study purpose is to determine the implementation of peer education as an effort to prevent adolescent problem behavior and peer counseling as an effort to provide social support in dealing with adolescent problems, as well as knowing the benefits obtained by peer educators and counselors. This research was conducted from November 2022 to December 2023, using a qualitative approach, with a descriptive research type. Data were collected through semi-structured in-depth interviews, observation, and document study. This study revealed that: (1) peer education as educational group possible to be done by peers and give knowledge to adolescents, (2) the implementation of peer counseling illustrates social support and problem-solving efforts from peers to peers, (3) the benefits received by peer educators and counselors include knowledge, self-esteem, self-development, social and academic skills."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Andika Pratiwi
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana literasi siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta dalam mencari informasi tentang kesehatan reproduksi remaja di PIK-R SMKN 31 Jakarta. Salah satu permasalahan remaja di era keterbukaan informasi saat ini adalah cara yang benar mencari dan menemukan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Diantara berbagai permasalahan dalam menemukan informasi maka diperlukan sebuah literasi informasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses literasi informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan oleh remaja kelas XI SMKN 31 Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretif. Hasil penelitian menunjukan bahwa literasi informasi siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta hanya sampai pada tahap ke lima dari model literasi informasi The Big6.

This undergraduate thesis discusses about how the information literacy skills of XI graders at SMKN 31 Jakarta in information retrieval about reproductive health at PIK-R SMKN 31 Jakarta. One of the problems of youth in the era of information today is the right way for and find information on adolescent reproductive health. Among the various problems in finding the information will require an information literacy.
The purpose of this study is to investigate, identify and describe the process of information literacy on adolescent reproductive health are committed by class XI SMK 31 Jakarta students. This study is a qualitative research with an interpretive approach. The results showed that the information literacy class XI of SMK 31 Jakarta students only up to the stage five of The Big6 model of literacy information.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45955
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ravi Antoni
"Penelitian evaluasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan PIK-R, berikut peluang dan ancaman yang dihadapi, sehingga bisa menjadi pijakan mengembangkan strategi penguatan PIK-R sebagai organisasi. Berdasarkan tinjauan literatur, penelitian sebelumnya hanya menganalisis lingkungan internal tanpa mempertimbangkan lingkungan eksternal PIK-R, serta belum ada strategi pengembangan yang melibatkan kedua lingkungan tersebut. Penelitian evaluasi ini dilakukan pada PIK-R Cempaka di SMA N 1 Lintau Buo, salah satu PIK-R paling aktif di Kabupaten Tanah Datar, yang telah menghasilkan banyak Duta GenRe tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan survei. Peneliti mewawancarai pihak eksternal program (BKKBN Sumatera Barat, Dinas PMDPPKB, dan Ketua GenRe) dan pihak internal PIK-R (pembina, wakil ketua, teman sebaya, pendidik sebaya, siswa, dan guru). Metode evaluasi yang digunakan adalah analisis SWOT untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman PIK-R. Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa PIK-R memiliki kekuatan dalam SDM yang terlatih dan komitmen anggotanya, namun masih terdapat kelemahan dalam jumlah SDM, anggaran dana, dan dukungan guru. Berdasarkan analisis ini, peneliti merumuskan strategi pengembangan PIK-R dengan mengoptimalkan peran stakeholder, seperti BKKBN, Dinas PMDPPKB, GenRe, UKS, PUSKESMAS, Polisi, dan pihak sekolah.

This evaluation research aims to identify the strengths and weaknesses of PIK-R, as well as the opportunities and threats it faces, thereby providing a foundation for developing strategies to strengthen PIK-R as an organization. Based on the literature review, previous research only analyzed the internal environment without considering the external environment of PIK-R, and no development strategy involving both environments had been proposed. This evaluation research was conducted on PIK-R Cempaka at SMAN 1 Lintau Buo, one of the most active PIK-Rs in Kabupaten Tanah Datar, which has produced many GenRe Ambassadors at the district and provincial levels. The research method used is qualitative, with data collection techniques including in-depth interviews and surveys. The researcher conducted in-depth interviews with external program stakeholders (BKKBN Sumatera Barat, Dinas PMDPPKB, and GenRe Chairman) and internal PIK-R stakeholders (advisors, vice chairman, peer educators, students, and teachers). The evaluation method used is SWOT analysis to identify the strengths, weaknesses, opportunities, and threats of PIK-R. The SWOT analysis results show that PIK-R has strengths in trained human resources and member commitment, but still has weaknesses in the number of human resources, funding, and teacher support. Based on this analysis, the researcher formulated development strategies for PIK-R by optimizing the roles of stakeholders such as BKKBN, Dinas PMDPPKB, GenRe, UKS, PUSKESMAS, Police, and schools."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Handari
"Transmisi utama penyakit menular seksual adalah perilaku seksual berisiko. Pengetahuan yang adekuat mengenai penyakit menular seksual mampu meminimalisir perilaku seksual berisiko remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tentang pengetahuan penyakit menular seksual di sekolah dengan dan tanpa program Pusat Informasi Konseling-Remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik pemilihan sampel berupa random sampling pada 216 murid. Penelitian ini menggunakan instrumen Sexually Transmitted Diseases Knowledge-Questionnaire.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pengetahuan murid tentang penyakit menular seksual di kedua sekolah (p<0.05) dan pengetahuan murid di sekolah dengan Pusat Informasi Konseling-Remaja lebih rendah dbandingkan sekolah tanpa Pusat Informasi Konseling-Remaja. Peningkatan efektifitas pelaksanaan Pusat Informasi Konseling-Remaja secara konsisten perlu dilakukan melalui seminar, konseling dan publikasi media cetak sebagai upaya peningkatan pengetahuan penyakit menular seksual.

Teens are susceptible on sexually transmitted disease (STD). An adequate knowledge about sexually transmitted disease can decrease sexual risk behavior in adolescent. This study aims to determine difference of knowledge about sexually transmitted diseases among student in Pusat Informasi Konseling-Remaja school and non Pusat Informasi Konseling-Remaja school. This study used cross-sectional design, sampling technique used is random sampling on 216 student in Senior High School. This study used Sexually Transmitted Diseases Knowledge-Questionnaire instrument.
The result showed, there was a significant difference of knowledge about sexually transmitted disease of student in both schools (p<0.05) and knowledge of student in Pusat Informasi Konseling-Remaja less than student in non Pusat Informasi Konseling-Remaja school. Increasing of effectiveness Pusat Informasi Konseling-Remaja program is needed by seminars, counseling and media publication as effort of increasing in knowledge about sexually transmitted diseases.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Dewi Rahayu Fitrianingsih
"ABSTRAK
Tesis ini membahas hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi, penggunaan NAPZA dan keikutsertaan remaja dalam pusat informasi konseling remaja PIK-R/M dengan perilaku seks pranikah remaja di indonesia dengan menggunakan data survei indikator RPJMN remaja 2015 dengan desain cross sectional dimana sampel dalam penelitian ini berjumlah 42.243 remaja usia 15-24 tahun dan belum menikah. Hasil penelitian menyarankan dibutuhkkan informasi tentang masalah perilaku seksual pranikah remaja dengan memberikan informasi terutama tentang pengetahuan tentang masa subur dan perempuan dapat hamil meskipun sekali melakukan hubungan seks, serta instansi terkait diharapkan melakukan aktivitas pencegahan, pemberatasan dan rehabilitasi penyalahgunaan NAPZA sehingga perilaku seks pranikah tidak meningkat.

ABSTRACT
The focus of this study is Relationship Knowledge about Adolescent Reproduktive Helath, The Participation of Adolescent in the Information Center Counseling and The Use of Drugs with Premarital Sex in Indonesia using the data survey of Indicator of Long Term Develpoment 2015. This study used cross sectional design and got 42.243 respondents 15 24 years old and unmarried.. The study results suggest it takes information about premarital sexual behavior problems by providing information the fertile period knowledge and a woman can get pregnant even though once having sex. In Addition, relevant agencies are expected to perform the activities of prevention, eradication and rehabilitation in the case of misuse of Drugs, so that the behaviou of premarital sex is not increased. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunilasari
"Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Hipertensi pada remaja dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Faktor risiko hipertensi pada remaja multifaktorial.
Tujuan: Mengetahui prevalens dan faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada remaja siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta Pusat.
Metode: Studi potong lintang pada 313 anak usia 12-18 tahun siswa SMP. Data riwayat hipertensi dalam keluarga, ras/suku, berat lahir, aktifitas fisis, merokok dan konsumsi alkohol diperoleh dari kuesioner. Pada subjek penelitian juga dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Kriteria hipertensi berdasarkan The Fourth Report of National High Blood Pressure Education Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescent.
Hasil: Di antara 313 remaja dengan rerata usia 13,97±1,02 tahun, prevalens hipertensi adalah sebesar 9,6%. Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dalam keluarga (ayah hipertensi; p = 0,012, IK 95% = 1,20-6,02) dan berat badan lebih/obesitas (p<0,001; IK 95% = 2,99-14,42) dengan hipertensi. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa berat badan lebih/obesitas mempunyai risiko enam kali mengalami hipertensi dibandingkan remaja dengan berat badan normal. (OR = 6,5; IK 95% = 2,99-14,43). Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin, berat lahir rendah, ras/suku, aktivitas fisis, dan merokok dengan hipertensi.
Simpulan: Prevalens hipertensi pada remaja dalam penelitian ini cukup tinggi. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dalam keluarga dan berat badan lebih/obesitas dengan hipertensi. Pencegahan berat badan lebih atau obesitas diharapkandapat menurunkan prevalens hipertensi pada remaja.

Background: Hypertension in adolescent has been often associated with other cardiovascular risk factors. Contributing factors of hypertension in adolescent are multifactorial.
Objectives: To determine the prevalence of hypertension in Junior High School adolescents in Central Jakarta and its potentially associated factors, such as gender, family history of hypertension, race/ethnic, low birth weight, overweight/obesity, physical activity, smoking, and alcohol consumption.
Methods: A cross sectional study involved 313 children aged 12-18 years, where were randomly selected from Junior High Schools in Central Jakarta, during March ? May 2014. Information about family history, race/ethnic, birth weight, physical activity levels, smoking and consumption of alcohol was gathered by questionnaire. Body weigth, heigth and blood pressure were measured. Hypertension was defined according to The Fourth Report of National High Blood Pressure Education Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescent.
Results: The study included 313 adolescents with mean age 13.97±1.02 years. Prevalence of hypertension was 9.6%. Bivariate analysis showed that family history of hypertension (parental hypertension; p = 0.012; CI 95% = 1.20-6.02) and overweight/obesity (p<0.001; CI 95% = 2.99-14.42) were significantly associated with hypertension. The multivariate analysis indicated that overweight/obese adolescents displayed six times more chance of having hypertension than adolescents with light/normal weight (OR = 6.5; CI 95% = 2.99-14.43). Gender, low birth weight, race/ethnic, physical activity, and smoking were not significantly associated with hypertension.
Conclusions: The prevalence of hypertension in the sample studied was high. Overweight/obesity and family history of hypertension were significantly associated with hypertension. The prevention of overweight and obesity can decrease the prevalence of hypertension.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunilasari
"Latar Belakang: Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Hipertensi pada remaja dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Faktor risiko hipertensi pada remaja multifaktorial.
Tujuan: Mengetahui prevalens dan faktor yang memengaruhi kejadian hipertensi pada remaja siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta Pusat.
Metode: Studi potong lintang pada 313 anak usia 12-18 tahun siswa SMP. Data riwayat hipertensi dalam keluarga, ras/suku, berat lahir, aktifitas fisis, merokok dan konsumsi alkohol diperoleh dari kuesioner. Pada subjek penelitian juga dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Kriteria hipertensi berdasarkan The Fourth Report of National High Blood Pressure Education Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescent.
Hasil: Di antara 313 remaja dengan rerata usia 13,97±1,02 tahun, prevalens hipertensi adalah sebesar 9,6%. Pada analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dalam keluarga (ayah hipertensi; p = 0,012, IK 95% = 1,20-6,02) dan berat badan lebih/obesitas (p<0,001; IK 95% = 2,99-14,42) dengan hipertensi. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa berat badan lebih/obesitas mempunyai risiko enam kali mengalami hipertensi dibandingkan remaja dengan berat badan normal. (OR = 6,5; IK 95% = 2,99-14,43). Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin, berat lahir rendah, ras/suku, aktivitas fisis, dan merokok dengan hipertensi.
Simpulan: Prevalens hipertensi pada remaja dalam penelitian ini cukup tinggi. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi dalam keluarga dan berat badan lebih/obesitas dengan hipertensi. Pencegahan berat badan lebih atau obesitas diharapkandapat menurunkan prevalens hipertensi pada remaja.

Background: Hypertension in adolescent has been often associated with other cardiovascular risk factors. Contributing factors of hypertension in adolescent are multifactorial.
Objectives: To determine the prevalence of hypertension in Junior High School adolescents in Central Jakarta and its potentially associated factors, such as gender, family history of hypertension, race/ethnic, low birth weight, overweight/obesity, physical activity, smoking, and alcohol consumption.
Methods: A cross sectional study involved 313 children aged 12-18 years, where were randomly selected from Junior High Schools in Central Jakarta, during March – May 2014. Information about family history, race/ethnic, birth weight, physical activity levels, smoking and consumption of alcohol was gathered by questionnaire. Body weigth, heigth and blood pressure were measured. Hypertension was defined according to The Fourth Report of National High Blood Pressure Education Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescent.
Results: The study included 313 adolescents with mean age 13.97±1.02 years. Prevalence of hypertension was 9.6%. Bivariate analysis showed that family history of hypertension (parental hypertension; p = 0.012; CI 95% = 1.20-6.02) and overweight/obesity (p<0.001; CI 95% = 2.99-14.42) were significantly associated with hypertension. The multivariate analysis indicated that overweight/obese adolescents displayed six times more chance of having hypertension than adolescents with light/normal weight (OR = 6.5; CI 95% = 2.99-14.43). Gender, low birth weight, race/ethnic, physical activity, and smoking were not significantly associated with hypertension.
Conclusions: The prevalence of hypertension in the sample studied was high. Overweight/obesity and family history of hypertension were significantly associated with hypertension. The prevention of overweight and obesity can decrease the prevalence of hypertension.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destiana Puspasari
"Kualitas tidur yang buruk pada remaja dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental remaja. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi gambaran kualitas tidur remaja di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 98 Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif sederhana dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan yaitu remaja (12 sampai 14 tahun) sebanyak 201 siswa yang dipilih dengan teknik proportionate stratified random sampling. Kualitas tidur remaja diukur dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini merekomendasikan perlunya peningkatan kualitas tidur remaja.

Poor adolescent sleep quality can cause bad impact on adolescent physical and mental health. The aim of this study was to identify the description of adolescent sleep quality in State Junior High School 98 Jakarta. This study used a simple descriptive design with cross-sectional approach. Sample of 201 adolescents (12 to 14 year) was selected by proportionate stratified random sampling method. Adolescent sleep quality was measured by using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire. The results showed that most of students have poor sleep quality. Based on this study, it is recommended to improve adolescent sleep quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Siyanti Sumarlan
"Latar Belakang: Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang tersering pada remaja. Dampak defisiensi besi mulai dari berkurangnya kemampuan kerja fisis hingga gangguan fungsi kognitif. Pada saat memasuki kehamilan, ADB dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada ibu maupun pada bayi. Faktor risiko ADB pada remaja multifaktorial.
Tujuan: Mengetahui status besi, prevalens dan faktor risiko ADB pada remaja perempuan usia 12-15 tahun di Jakarta Pusat.
Metode: Studi potong lintang pada remaja perempuan usia 12-15 tahun di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Subjek dibagi menjadi kelompok status sosial ekonomi (SSE) menengah-keatas dan menengah-kebawah. Pada subjek dinilai status gizi, status dan karakteristik menstruasi, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan orangtua, serta asupan besi. Pada subjek juga dilakukan pemeriksaan laboratorium hematologis, biokimia besi, dan (C-reactive protein) CRP. Uji tuberkulin dilakukan untuk menyingkirkan APK akibat tuberkulosis, penyakit kronik tersering di Indonesia.
Hasil: Diantara 163 subjek, prevalens status besi normal sebesar 69,3%. Prevalens defisiensi besi non anemia lebih tinggi (17,2%, berupa deplesi (3,1%) dan defisiensi besi (14,1%) dibandingkan prevalens ADB (13,5%). Prevalens ADB pada kelompok status sosial ekonomi (SSE) menengah-keatas lebih rendah daripada SSE menengah-kebawah (11,5% dan 15,8%). Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara prevalens ADB dengan status gizi, status dan karakteristik menstruasi, SSE, dan pendidikan maupun penghasilan orangtua. Asupan besi bioavailable pada seluruh subjek kurang dari angka kecukupan gizi (AKG), namun tidak didapatkan hubungan yang bermakna dengan prevalens ADB.
Simpulan: Prevalens deplesi dan defisiensi besi yang lebih tinggi dari prevalens ADB berpotensi meningkatkan prevalens ADB pada masa mendatang. Meskipun tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara prevalens ADB dengan faktor risikonya, namun asupan besi yang kurang dari AKG pada seluruh subjek perlu diperhatikan. Suplementasi besi sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia perlu dilaksanakan dalam upaya pencegahan dan penanggulan defisiensi besi pada remaja.

Background: Iron deficiency anemia (IDA) is the most common anemia in adolescents. Iron deficiency cause decreased physical performance as well as cognitive impairment. In pregnancy, IDA increases maternal and fetal mortality and morbidity. Risk factors of IDA in adolescents are multifactorials.
Objectives: To identify iron status, prevalence dan risk factors of IDA in 12 to 15-year old adolescents girls in Central Jakarta.
Methods: Cross-sectional study in 12 to 15-year old adolescent girls who study in Junior High School. Subjects were classified into higher and lower social economy status (SES). Assessment of nutritional status, menstruation status and characteristics, occupation, parents education level and income, as well as iron intake. Subjects were undergo supporting examinations, such as hematological, iron parameters and C-reactive protein (CRP). Tuberculin test was done to rule out anemia of chronic disease due to tuberculosis, the most common chronic disease in Indonesia.
Results: Out of 163 subjects, prevalence of normal iron status was 69,3%. Non anemia iron deficiency prevalence was higher (17,2%, consists of 3,1% iron depletion and 14,1% iron deficiency) than IDA prevalence (13,5%). Prevalence of IDA in higher SES was lower than that in lower SES (11,5% and 15,8%). There was no significant association betwen prevalence of IDA and nutritional status, menstruation status and characteristics, SES, as well as parents’ education level and income. Bioavailable iron intake in all subjects was less than RDA, no significant association betwen bioavailable iron intake and IDA prevalence.
Conclusions: Non anemic iron deficiency prevalence that was higher than prevalence of IDA is potensial to increase prevalence of IDA in the future. Altough there is no significant association betwen IDA and its risk factors, iron intake that is less than RDA in all subjects requires more attention. Iron supplementation based on Indonesian Pediatric Society need to be reinforced to prevent and overcome iron deficiency in adolescent.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tirani
"Pencapaian tujuan layanan bimbingan dan konseling yang berkualitas memerlukan keterlibatan manusia dan sumber daya lain yang dikelola secara berkualitas dan efektif, menjadi latar belakang penelitian ini. Permasalahan penelitian berdasarkan fakta yakni administrasi bimbingan dan konseling sering terabaikan, kompetensi guru BK masih rendah, proporsi guru BK tidak seimbang dengan jumlah siswa mengakibatkan guru BK kesulitan mengatur tugasnya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan manajemen bimbingan dan konseling berjalan mengikuti dinamika tugas-tugas perkembangan siswa dan berupaya memfasilitasi kebutuhan peserta didik meliputi aspek personal, sosial, akademik dan karier. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan layanan bimbingan dan konseling di Taman Madya 1 Jakarta Pusat belum mampu melaksanakan semua komponen kebutuhan siswa. Hampir semua layanan hanya pada masalah yang muncul saja sehingga lebih pada pelaksanaan fungsi penyembuhan (kuratif ) saja.
Penelitian ini menyarankan kebijakan harus memperkuat bidang bimbingan dan konseling sampai pada tingkat sekolah. Administrator sekolah harus memberikan program bimbingan dan konseling di sekolah secara terjadwal serta anggaran program BK yang sesuai. Konselor harus melaksanakan tugas pokok secara sistematis.

The accomplishment of objective of qualified guidance and counseling service that requires effectively and well-managed human and other resources involvement becomes the relational of this study. Based on the real phenomenon, the problems of this study are: guidance administration and counseling is often overlooked, low competence of counselor, the proportion of counselor is not balanced by the number of students which resulted in counselor difficulty for organizing tasks.
This study is aimed to know the implementation of management of guidance and counseling takes place following the dynamics of adolescent development tasks of students and seeks to facilitate the students?needs such as personal, social, academic aspects and career. The approach of this study uses qualitative method through interview technique, observation and documentary review.
The result of this study indicates that guidance and counseling services in Taman Madya 1 Central Jakarta has not been able to implement all components of students? needs. Almost all services are conducted only in term of the arising problems, so the services tend to implement healing function (curative).
The result of this study suggest that Educational Unit to provide proper policy in order to strengthen guidance and counseling sphere to school level. School administrators should provide well-organized guidance and counseling programs at schools and appropriate budget for the program itself. Counselors must perform basic tasks systematically.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>