Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187023 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kgs Aldaffa Ghiffary Halim
"Latar Belakang Kanker endometrium, kanker serviks maupun kanker ovarium merupakan jenis kanker ginekologi onkologi yang paling sering terjadi dan paling banyak menyebabkan kematian pada wanita baik di Indonesia dan dunia. Pandemi COVID-19 menjadi suatu tantangan melihat banyaknya peraturan yang membuat restriksi dalam beraktivitas. Akibat restriksi tersebut akan memberikan dampak negatif pada kualitas layanan perawatan onkologi ginekologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik pelayanan kanker endometrium, kanker serviks maupun kanker ovarium di RSUPN Ciptomangunkusumo sebelum dan saat pandemi COVID-19. Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan menggunakan data sekunder, yaitu data pasien Poli Onkologi Ginekologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) periode Maret 2019 – Februari 2021 yang bersumber dari rekam medis dan kanker registrasi. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dilakukan analisis untuk membandingkan karakteristik pelayanan pada periode sebelum pandemi dan saat pandemi. Hasil Secara keseluruhan terdapat penurunan sebesar 11% pada jumlah pengunjung dan jumlah diagnosis pasien pada periode Maret 2019 - Februari 2020 dan Maret 2020 - Februari 2021. Secara keseluruhan jumlah pasien yang menerima tindakan juga menurun yaitu 188 tindakan (53,9%) pada periode Maret 2019 - Februari 2020 menjadi 161 tindakan (46,1%) pada periode Maret 2020 - Februari 2021. Selain itu terdapat peningkatan waktu tunggu penatalaksanaan kanker ovarium dan endometrium sebesar 8 dan 31 hari serta penurunan sebesar 3 hari untuk kanker serviks. Kesimpulan Secara keseluruhan pada periode sebelum dan saat COVID-19 terdapat penurunan jumlah pengunjung, jumlah tindakan, dan jumlah pasien yang terdiagnosis di poli ginekologi onkologi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Selain itu terdapat peningkatan waktu tunggu penatalaksanaan untuk pasien kanker ovarium dan endometrium serta penurunan waktu tunggu penatalaksanaan untuk kanker serviks pada periode sebelum dan saat COVID-19.

Introduction Endometrial cancer, cervical cancer and ovarian cancer are the types of gynecological and oncological cancer that occur most frequently and cause the most deaths in women both in Indonesia and the world. The COVID-19 pandemic is a challenge considering the many regulations that place restrictions on activities. The consequences of these restrictions will have a negative impact on the quality of gynecological oncology care services. This study aims to look at the characteristics of endometrial cancer, cervical cancer and ovarian cancer services at RSUPN Ciptomangunkusumo before and during the COVID-19 pandemic. Method This research is descriptive research and uses secondary data, namely patient data from the Gynecological Oncology Polyclinic, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) for the period March 2019 – February 2021 sourced from medical records and cancer registration. The data is presented in tabular form and analysis is carried out to compare service characteristics in the period before the pandemic and during the pandemic. Results Overall there was a decrease of 11% in the number of visitors and the number of patient diagnoses in the period March 2019 - February 2020 and March 2020 - February 2021. Overall the number of patients receiving procedures also decreased, namely 188 procedures (53.9%) in the March 2019 period. - February 2020 to 161 procedures (46.1%) in the period March 2020 - February 2021. In addition, there was an increase in waiting time for treatment of ovarian and endometrial cancer by 8 and 31 days and a decrease of 3 days for cervical cancer. Conclusion Overall, in the period before and during COVID-19, there was a decrease in the number of visitors, the number of procedures, and the number of patients diagnosed at the gynecology oncology clinic at RSUPN Cipto Mangunkusumo. In addition, there was an increase in the waiting time for treatment for ovarian and endometrial cancer patients and a decrease in the waiting time for treatment for cervical cancer in the period before and during COVID-19."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bram Pradipta
"Tesis ini bertujuan Untuk mengetahui pengaruh merokok pada kesintasan penderita kanker serviks stadium lanjut di Rumah Sakit Umum Ciptomangunkusumo. Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Hasil penelitian didapatkan tingkat merokok oleh pasien dan atau suami pasien tidak signifikan secara statistik sebagai faktor prognosis terhadap pasien kanker serviks stadium lanjut di RSCM. Kesintasan 5 tahun pasien kanker serviks stadium lanjut dalam studi kami adalah 22 bulan (4-58 bulan) dengan persentase kesintasan 22,6%. Dengan analisis multivariat didapatkan bahwa hanya ukuran tumor dan stadium kanker bermakna secara statistik terhadap kesintasan.

This thesis aims to determine the effect of smoking on the survival rate of advanced stage cervical cancer patients in the Ciptomangunkusumo General Hospital. This study is a retrospective cohort. The results showed that smoking levels by the patient or the patient's husband was not statistically significant as a prognostic factor for patients with advanced cervical cancer in RSCM. 5-year survival of patients with advanced cervical cancer in our study was 22 months (4-58 months) with a percentage of 22.6% survival rate. By multivariate analysis. it was only tumor size and stage of the cancer that statistically significant to the survival rate."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Randi
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan karakteristik kejadian COVID-19 pada pasien dan tenaga kesehatan/pekerja di IPTOR RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan juga dampak COVID-19 terhadap luaran terapi berdasarkan kriteria RECIST dan toksisitas radiasi berdasarkan kriteria RTOG pada pasien kanker serviks yang menjalani radioterapi di IPTOR RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Metode: Studi eksploratif retrospektif dari 835 pasien kanker serviks yang terdaftar di IPTOR RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, dari Juli 2020 hingga Maret 2022. Melalui analisis kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan sampel 506 pasien yang terdiri dari 77 pasien terkonfirmasi COVID-19 dan 429 pasien yang tidak terpapar COVID-19, serta data insidensi terkonfirmasi COVID-19 dari seluruh pasien kanker, insiden COVID-19 di poliklinik serta insiden terkonfirmasi COVID-19 tenaga kesehatan dan pekerja di IPTOR RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Hasil: Diketahuinya gambaran infeksi COVID-19 pada pasien dan tenaga kesehatan serta pekerja di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Juga, telah dilakukan penilaian luaran terapi berdasakran kriteria RECIST terhadap pasien kanker serviks terkonfirmasi COVID-19 maupun yang tidak terkonfirmasi COVID-19 pada 2 minggu serta ≥ 3 bulan pasca radiasi. Ditemukan bahwa status COVID-19 pada pasien kanker serviks tidak berpengaruh signifikan (p>0,05) terhadap luaran terapi 2 minggu setelah radiasi, namun meningkatkan peluang CR sebesar 1,120 OR (95% CI: 0,645-1,943). Lebih lanjut, pada luaran ≥ 3 bulan pasca radiasi, status COVID-19 berpengaruh signifikan (p<0,05) dan meningkatkan peluang CR sebesar 1,157 OR (95% CI: 1,09-1,223) Sementara itu, juga telah dilakukan penilaian antara toksisitas radiasi terhadap pasien kanker serviks terkonfirmasi COVID-19 maupun yang tidak COVID-19, di mana ditemukan bahwa status COVID-19 tidak berpengatuh signifikan (p>0,05) terhadap toksisitas radiasi, namun status COVID-19 positif ditemukan dapat meningkatkan peluang terjadinya toksisitas radiasi sebesar 1,348 (0,78-2,30) OR (95% CI).
Kesimpulan: Berdasarkan pengumpulan dan analisis data dari penelitian ini, ditemukan bahwa infeksi COVID-19 memiliki pengaruh untuk tercapainya luaran terapi yang lebih baik pada pasien kanker serviks yang mendapatkan radioterapi.

Objective: This study aims to determine the distribution and characteristics of COVID-19 incident in patients and clinicians/workers at IPTOR RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Also, this study aims to investigate the impact of COVID-19 on radiotherapy outcome based on RECIST criteria and radiation toxicity based on RTOG criteria in cervical cancer patients undergoing radiotherapy at IPTOR RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo.
Method: An exploratory retrospective study of 835 cervical cancer patients registered at IPTOR RSCM, from July 2020 to March 2022. Through analysis of inclusion and exclusion criteria, a sample of 506 patients was obtained, consisting of 77 COVID-19 confirmed patients and 429 non-exposed COVID-19 patients, as well as data on the incidence of COVID-19 confirmed cases among cervical cancer patients, outpatients, and healthcare workers and staff at IPTOR RSCM.
Results: This study showed an overview of COVID-19 infections in all patients and hospital staffs from Departement of Radiation Oncology Cipto Mangunkusumo Hospital. Also, in this study we assess the radiotherapy outcome according to RECIST criteria for cervical cancer patients with COVID-19 and those who were not confirmed with COVID-19 at 2 weeks and ≥ 3 months after radiation. We found that COVID-19 in patients with cervical cancer had no significant impact (p>0.05) on therapy outcomes 2 weeks after radiation, but it increased the chance of CR by 1.120 OR (95% CI: 0.645-1.943). For RECIST ≥ 3 months post-radiation, COVID-19 status had a significant impact (p<0.05) and increased the chance of CR by 1.157 OR (95% CI: 1.09-1.223). Meanwhile, an assessment was also carried regarding radiation toxicity in cervical cancer patients confirmed with COVID-19 and those without COVID-19, and it was found that COVID-19 status did not have a statistically significant impact (p>0.05) on RTOG toxicity but positive COVID-19 status increased the chance of radiation-related toxicity by 1.348 (0.78-2.30) OR (95% CI).
Conclusion: Based on the data from this study, COVID-19 infection has an impact on the outcomes of cervical cancer patients who receive radiation therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Divashti Adna
"Latar Belakang Pada tahun 2020, ditemukan total kasus kanker serviks mencapai 36.633 kasus dengan 21.003 di antaranya adlaah kasus kematian di Indonesia. Pasien kanker serviks stadium awal diberikan pilihan tatalaksana pembedahan umumnya berupa histerektomi. Pilihan terapi ajuvan juga diberikan guna mengurangi risiko terjadinya kekambuhan. Dengan tingginya kasus kematian kanker serviks di Indonesia, diperlukan penelitian lebih lanjut terkait angka kesintasan pasien kanekr serviks yang dilakukan histerektomi radikal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2010-2018 dengan memerhatikan dilakukan atau tidaknya terapi ajuvan dan ada tidaknya kekambuhan yang terjadi pada pasien. Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian kohort retrospektif. Data diambil dari rekam medik dan dianalisis kesintasannya dengan metode Kaplan-Meier. Hasil Didapat sebanyak 9,1% (7 orang) pasien mengalami kematian (event) dan 90,9% (70 orang) pasien bertahan hidup dalam kurun waktu tiga tahun dari tanggal tatalaksana histerektomi radikal dilakukan. Pada analisis bivariat antara variabel usia, stadium, terapi ajuvan, dan kekambuhan terhadap kesintasan tidak ditemukan adanya P Value < 0,05 sehingga tidak ada perbedaan ataupun hubungan yang bermakna. Kesimpulan Kesintasan tiga tahun pasien kanker serviks yang dilakukan histerektomi radikal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2010-2018 sebesar 90,9%.

Introduction In 2020, the total number of cervical cancer cases was found to reach 36,633 cases with 21,003 of them being deaths in Indonesia. Patients with early stage cervical cancer are given surgical treatment options, generally in the form of hysterectomy. Adjuvant therapy options are also given to reduce the risk of recurrence. With the high number of cervical cancer deaths in Indonesia, further research is needed regarding the survival rate of cervical cancer patients who undergo radical hysterectomy in National Referral Hospital Cipto Mangunkusumo in 2010-2018 by paying attention to whether or not adjuvant therapy was carried out and whether or not there was a recurrence. Method This research is a descriptive analytical study and using a retrospective cohort design. Data were taken from medical records and analyzed for survival using the Kaplan-Meier method. Results It is found that 9.1% (7 people) of patients experienced death (event) and 90.9% (70 people) of patients survived within three years from the date the radical hysterectomy was carried out. In the bivariate analysis between the variables such as age, stage, adjuvant therapy, and recurrence, there is no P value < 0.05 was found (no significant difference). Conclusion Three-year survival of cervical cancer patients who undergo radical hysterectomy in National Referral Hospital Cipto Mangunkusumo in 2010-2018 was 90.9%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kotambunan, Charity
"Tujuan: Membahas perhitungan Tingkat Utilisasi Radioterapi optimal (TURo), aktual (TURa) serta kebutuhan tidak terpenuhi (kesenjangan) antar keduanya untuk kanker serviks dan ovarium di Indonesia. Metodologi: Studi deskriptif desain potong lintang, metode total sampling dengan mengambil data sekunder dari registrasi kanker dan/atau rekam medis internal RS partisipan yang memiliki pusat radioterapi di Indonesia tahun 2019. Hasil: Dari 33 RS partisipan total data kanker serviks dan ovarium adalah 4937 dan 1583. Rata-rata pasien berusia 48-52 tahun (7-91 tahun). Domisili pasien sebagian besar dari Pulau Jawa. Stadium III adalah yang terbanyak untuk kedua kanker serviks (39,4%) dan ovarium (20,8%). Tatalaksana kanker serviks didominasi oleh radioterapi saja dan radioterapi-kemoterapi (28,5% dan 27,4%), sementara kanker ovarium terbanyak adalah kemoterapi-pembedahan (43,8%). Nilai TURo, TURa, dan kebutuhan tidak terpenuhi untuk kanker serviks yaitu 97,2% (90,9-97,4%), 61,24%, dan 36,7% (32,62-37,13%) dan untuk kanker ovarium 1,89% (1,39-4,60%), 4,83%, dan -155,56% (-247,48%-(-5)%). Kesimpulan: TUR masih memiliki kesenjangan yang cukup besar antara aktual dan optimal pada kanker serviks. Sebaliknya, kanker ovarium terkesan adanya utilisasi berlebihan namun kesenjangan terlihat pada eskalasi cakupan yang lebih luas. Diperlukan usaha peningkatan aktualisasi TUR mendekati nilai optimalnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi TUR harus dieksplorasi secara universal meliputi segi pasien, klinisi dan sistem kesehatan.

Purpose: To discuss the calculation of the optimal and actual Radiotherapy Utilization Rate (RURo and RURa) and unmet need (gap) between the two RUR for cervical and ovarian cancer in Indonesia. Methodology: This is a descriptive cross-sectional study with total sampling by taking secondary data from cancer registry and/or medical records of participating hospitals with radiotherapy centers in Indonesia in 2019.
Results: Out of the 33 participating hospitals, the total data on cervical and ovarian cancer were 4937 and 1583. The mean age was 48-52 years old (7-91). Most of the patients were from Java Island. Stage III was the most common for both cancers, 39.4% and 20.8%. The management of cervical cancer was dominated by radiotherapy alone and radiotherapy-chemotherapy (28.5% and 27.4%), while ovarian cancer most were chemotherapy-surgery (43.8%). RURo, RURa, and unmet needs for cervical cancer were 97.2% (90.9-97.4%), 61.24% and 36.7% (32.62-37.13%) and for ovarian cancer were 1.89% (1.39-4.60%), 4.83%, and -155.56% (-247.48%-(-5)%). Conclusion: RUR for cervical cancer still has a sizeable gap between actual and optimal. On the other hand, ovarian cancer gives the impression of overutilization but the gap was seen when escalating wider coverage. Efforts are needed to increase actualization rate close to its optimal value. The factors that affect RUR should be explored universally including the patient, clinician and health system aspects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gusni Rahma
"Kanker serviks menempati urutan pertama kanker terbanyak pada wanita di RSCM. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya ketahanan hidup pasien kanker serviks di Indonesia. Banyak pasien kanker serviks tidak melanjutkan pemeriksaan setetelah didiagnosa kanker serviks karena keterbatasan biaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaaan ketahanan hidup lima tahun antara pasien kanker serviks jaminan pembiayaan asuransi kesehatan dengan pasien pembiayaan pribadi/non asuransi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2007-2010. Penelitian menggunakan desain studi analitik observasional dengan desain kohort retrospektif.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan ketahanan hidup 5 tahun antara pasien kanker serviks jaminan pembiayaan asuransi dengan pasien jaminan pribadi/non asuransi (p = 0,001). Pasien kanker serviks jaminan pembiayaan pribadi/non asuransi memiliki risiko kematian 5,18 kali (CI: 1,97-13,59) dibandingkan pasien jaminan asuransi, setelah dikontrol diferensiasi sel, pendidikan, stadium kanker, dan kadar hemoglobin.

Cancer servix is the most frequent cancer occured for female in RSCM. The low rate of 5-year survival rate cervical cancer patients caused by several factors. A lot of diagnosed patients do not return to hospital for getting proper treatment motivates by financial reasons.
This research aim to see correlation of health insurance with 5-year survival rate of cervical cancer patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National Hospital, Jakarta year 2007-2010.
Result shows there is correlation between health insurance status and 5 year survival rate of cervical cancer patients (p value = 0,001). Patients who are not covered by insurance are 5,18 times (CI1,97-13,59) likely at death risk compare to insurance covered patients. Rate adjusted with sel differentiation, education, stadium of cancer, and hemoglobin rate as confounding variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Meilana
"Pasien kanker serviks berisiko tinggi mengalami malnutrisi. Asupan makanan yang tidak adekuat, peningkatan kebutuhan, penurunan aktivitas fisik dan hiperkatabolisme, mendorong terjadinya malnutrisi. Kondisi ini dapat terjadi selama sakit maupun pada saat pengobatan, yang dapat memengaruhi status gizi pasien. Prevalensi malnutrisi pada pasien kanker serviks sebesar 48−66% dan meningkat hingga 82% setelah mendapat terapi. Pasien kanker serviks, 25% mengalami cachexia dan 33−69% mengalami sarkopenia. Penurunan massa otot yang merupakan penyusun utama massa bebas lemak (MBL), secara negatif memengaruhi efektivitas terapi dan kelangsungan hidup pasien. Bioelectrical impedance analysis (BIA) adalah alat tervalidasi untuk mengukur MBL sebagai bagian dari diagnosis malnutrisi, namun tidak selalu tersedia di fasilitas kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa kekuatan genggam tangan (KGT) dapat dijadikan sebagai prediktor MBL. Pengukuran KGT dengan handheld dynamometers (HHD) yang relatif murah, valid, dan andal, masih jarang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara KGT dan MBL pada pasien kanker serviks yang menjalani radioterapi di Poliklinik Radioterapi RSCM. Penelitian menggunakan desain potong lintang pada subjek usia 18−60 tahun. KGT dinilai menggunakan Jamar digital HHD. MBL dinilai menggunakan BIA single frequency Omron® HBF−375. Terdapat 54 subjek dengan median usia 49 tahun, mayoritas stadium III, tidak terdapat metastasis dan komorbid, dan mendapat radioterapi saja. Mayoritas subjek tergolong BB lebih, dengan rerata asupan energi 20,79 ± 6,70 kkal/kgBB/hari, median asupan protein 0,68 (0,05−1,87) g/kgBB/hari, dan rerata asupan lemak 31,22 ± 8,81% dari energi total. Mayoritas asupan energi, protein dan lemak tergolong kurang dibandingkan dengan rekomendasi ESPEN. Rerata KGT 23,54 ± 5,16 kg dan rerata MBL 36,40 ± 6,03 kg. Dilakukan uji korelasi antara KGT dan MBL. Terdapat korelasi positif yang cukup antara KGT dan MBL pada pasien kanker serviks yang menjalani radioterapi (r = 0,346, p = 0,010). KGT berkorelasi positif kuat dengan MBL (r = 0,601, p = 0,001) pada pasien kanker serviks yang hanya menjalani radioterapi (n=28). Pemeriksaan KGT kemungkinan dapat memprediksi MBL, sehingga dapat membantu diagnosis malnutrisi lebih dini dan mencegah luaran buruk pada pasien kanker serviks yang menjalani radioterapi, terutama di fasilitas kesehatan yang tidak tersedia BIA. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan formulasi dalam memprediksi MBL dari KGT.

Cervical cancer patients are at high risk for malnutrition. Inadequate food intake, increased energy and protein requirements, decreased physical activity and hypercatabolism in cancer patients lead to malnutrition. This condition can occur during illness or during treatment, which can affect the nutritional status of the patient. The prevalence of malnutrition in cervical cancer patients was 48−66% and increased to 82% in patients receiving therapy. Patients with cervical cancer, 25% were cachectic and 33%–69% were sarcopenic. Loss of muscle mass, which are the main constituents of fat free mass (FFM), negatively impact therapeutic efficacy and survival in cervical cancer patients. Bioelectrical impedance analysis (BIA) is a validated tool for measuring FFM, as part of malnutrition, but it is not always available in health facilities. Research shows that hand grip strength (HGS) can be used as a predictor of FFM. HGS measurement with handheld dynamometers (HHD) which is relatively cheap, valid, and reliable, is still rarely used. This study aims to examine the relationship between HGS and FFM in cervical cancer patients undergoing radiotherapy at the Radiotherapy Outpatients Clinic of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. The study used a cross-sectional design on subjects aged 18−60 years. HGS was assessed using a Jamar digital hand dynamometer. FFM was assessed using the BIA single frequency Omron® HBF−375. A total of 54 study subjects with a median age of 49 years, the majority were in stage III, had no metastases, received radiation therapy only, and had no comorbidities. Most of the subjects were classified as overweight and obes, with a mean of energy intake 20.79 ± 6.70 kcal/kgBW/day, a median of protein intake 0.68 (0.05−1.87) g/kgBW/day, and an average of fat intake 31.22 ± 8.81% of the total energy. The majority of the energy, protein and fat intakes were less than the ESPEN recommendations. The mean HGS in the subjects was 23.54 ± 5.16 kg and the mean FFM was 36.40 ± 6.03 kg. Correlation test was conducted between HGS and FFM. There was a moderately positive correlation between HGS and KGT in cervical cancer patients undergoing radiotherapy (r = 0.346, p = 0.010). HGS was strongly positive correlation with FFM (r = 0.601, p = 0.001) in cervical cancer patients undergoing radiotherapy only (n=28). HGS maybe able to predict FFM for early diagnose of malnutrition and prevent poor outcomes in cervical cancer patients undergoing radiotherapy, especially in health facilities where BIA isn’t available. Further research is needed to get a formulation in predicting FFM from HGS."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Milania Djamal
"Latar Belakang Kanker nasofaring menduduki peringkat keempat kanker terbanyak di Indonesia. Di antara gejala-gejalanya, sakit kepala sering dilaporkan dan terkadang menjadi satu- satunya keluhan. Opioid telah lama menjadi pendekatan utama untuk mengatasi nyeri kanker neuropatik; namun efektivitasnya sering kali dianggap kurang optimal. Akibatnya, obat-obatan tambahan, termasuk Gabapentin, sering kali diintegrasikan ke dalam rejimen pengobatan untuk meningkatkan manajemen nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kemanjuran terapi opioid saja dan terapi kombinasi dalam pengobatan nyeri kanker. Metode Sebuah studi kohort retrospektif dilakukan dengan meninjau rekam medis dari dua rumah sakit di Jakarta, Indonesia. Penelitian ini mencakup sampel 139 pasien yang didiagnosis menderita kanker nasofaring. Ekstraksi data meliputi demografi pasien, resep opioid awal dan akhir, intensitas nyeri awal dan akhir yang dinilai dengan Numerical Rating Scale (NRS), jenis kanker nasofaring, dan peresepan gabapentin. Hasil Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam rata-rata penurunan NRS. Pasien dalam kelompok terapi kombinasi, termasuk gabapentin sebagai bahan pembantu, mengalami penurunan rata-rata skor Numerical Rating Scale (NRS) sebesar 2,141, sedangkan pasien pada kelompok opioid saja mengalami penurunan rata-rata skor NRS sebesar 0,894. Kesimpulan Studi ini menyoroti penurunan signifikan secara statistik pada rata-rata skor NRS, yang menegaskan potensi kemanjuran gabapentin sebagai bahan tambahan opioid dalam mengurangi nyeri kanker di antara pasien kanker nasofaring.

Introduction Nasopharyngeal cancer ranks as the fourth most prevalent cancer in Indonesia. Among its symptoms, headaches are frequently reported and, at times, can be the sole complaint. Opioids have long been the primary approach to managing neuropathic cancer pain; nonetheless, their effectiveness is often considered suboptimal. As a result, adjuvant medications, including Gabapentin, are frequently integrated into treatment regimens to augment pain management. This study aims to compare the efficacy of opioid-only and combination therapy in the treatment of cancer pain. Method A retrospective cohort study was undertaken by reviewing medical records from two hospitals in Jakarta, Indonesia. The study encompassed a sample of 139 patients diagnosed with nasopharyngeal cancer. Data extraction included patient demographics, initial and final opioid prescriptions, initial and final pain intensity assessed by the Numerical Rating Scale (NRS), type of nasopharyngeal cancer, and the prescription of gabapentin. Results Statistical analysis demonstrated a significant difference in mean NRS reduction. Patients in the combination therapy group, including gabapentin as an adjuvant, experienced a mean reduction of 2.141 in Numerical Rating Scale (NRS) scores, while those in the opioid-only group had a mean reduction of 0.894 in NRS scores. Conclusion The study highlighted the statistically significant reduction in mean NRS scores, affirming the potential efficacy of gabapentin as an adjuvant to opioids in alleviating cancer pain among nasopharyngeal cancer patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nengah Susanti
"Di Indonesia kebanyakan pasien kanker serviks datang pada stadium lanjut (62%) yang merupakan 66% dari penyebab kematian ginekologik. Pemeriksaan Pap Smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi secara dini kanker serviks sehingga penanganan kanker serviks dapat dilakukan sebelum menyebar ke luar rahim.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan faktor-faktor yang menyebabkan mereka terlambat memeriksakan diri di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Penelitian ini memadukan metoda kuantitatif dan kualitatif. Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam dan membaca catatan dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berhubungan seeara statistik dengan keterlambatan pasien kanker serviks memeriksakan diri adalah pengetahuan, sikap, ketersediaan pelayanan Pap Smear dan dorongan suami. Biaya dan dorongan petugas kesehatan tidak berhubungan secara statistik tetapi penting khususnya penghasilan untuk membayar biaya pemeriksaan. Ketersediaan pelayanan Pap smear merupakan variabel yang dominan mempengaruhi variabel dependen.
Berdasarkan wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa memang tidak tersedianya pelayanan Pap Smear disamping kurangnya pengetahuan yang menjadi penyebab informan terlambat memeriksakan diri dengan alasan tidak ada satupun petugas kesehatan atau orang lain yang menyampaikan informasi mengenai Pap Smear dan kanker serviks.
Mempertimbangkan hasil penelitian maka disarankan kepada semua pihak yang terkait untuk meningkatkan upaya penanganan kanker serviks melalui KIE secara terkoordinir lintas sektoral kepada masyarakat umumnya, terutama kepada wanita masa reproduksi dan lansia agar memperhatikan pelayanan deteksi dini (Pap Smear).

An Analysis on the Delay of Cervix Cancer Patient in Examining Their selves in The National Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo, JakartaIn Indonesia most of the cervix cancer patients come to see doctors after advanced stadium (62 %) which 66 % ended with gynecological death. The smear test is a method to detect the cervix cancer earlier before spreading outside the uterus.
The purpose of this research is to identify factors related to the delay of the health examination in The National Hospital of Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. This research combines quantitative and qualitative methods by using questionnaire, in-depth interview and examine medical records to supplement the primary data.
The research result indicates variables related statistically with the cancer patient delay are; knowledge, attitudes, the availability of the Pap smears service, and the husband's support. Financial problem and encouragement from the health providers are not related statistically but it is important especially the income. The availability of Pap smear service plays as a dominant variable in affecting the dependent variable.
Based on depth interview it is concluded that the unavailability of Pap smear services despite the lack of knowledge has caused the informant did not use the early detection service (Pap smear) with reason there was no health provider or other people gave information about the Pap smear and cervix cancer.
Considering the research result, it is suggested that all related parties improve the handling of the cervix cancer through Communication, Information and Education (KIE), which is coordinated through cross sector way to the public, especially KIE should be focused on women during their reproductive term and the elder women so that they will pay more attention to early detection service (Pap smear).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>