Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57093 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syarifa Syifaa Urrahmah
"Mitos yang masih bertahan dewasa ini merupakan kepercayaan masyarakat dari berbagai kisah dan tindakan hasil kebudayaan Jawa pada zaman sebelum adanya agama Hindu, kebudayaan Jawa saat masuknya agama Hindu, dan kebudayaan Jawa saat kedatangan agama Islam. Hal tersebut terlihat dari karya pujangga dan sastrawan Jawa seperti cerita wayang. Pada cerita pewayangan Jawa terdapat tokoh bernama Aswatama. Aswatama diketahui memiliki panah sakti bernama cundhamani. Penelitian ini mengkaji sebuah naskah berjudul Cariyos Kina Mula Bukanipun Nama Redi Arjuna (selanjutnya disingkat CKM). Teks tersebut menceritakan Prabu Aji Pamasa yang pergi ke Gunung Udarati untuk mencari cundhamani. Oleh sebab itu ditemukan masalah penelitian yaitu bagaimana mitos cundhamani dalam CKM?. Tujuan penelitian ini menjelaskan mitos cundhamani dalam CKM dan nasihat yang dapat diambil dari teks tersebut. Metode penelitian ini menggunakan langkah kerja filologi dan motif cerita dalam Motif-Index of Folk Literature (1966) oleh Stith Thompson. Keunikan dari teks CKM pada halaman ke-11 dan 12 terdapat kutipan dari Serat Ajipamasa pupuh XXV (pucung) bait ke-78 sampai dengan bait ke-81. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos dalam teks CKM merupakan sebuah permata yang dapat berubah menjadi panah api dengan melakukan puja samadi. Adapun perubahan tersebut dikaitkan dengan motif cerita D452.1.11. Transformation: stones to weapons dalam Stith Thompson. Selain itu juga terdapat motif cerita B200. Animals with human traits dan A165.1.1. Birds as messengers of the gods. Motif cerita tersebut berasal dari burung maliwis yang dapat berbicara dengan memberi pesan kepada Prabu Ajipamasa untuk mencari cundhamani atas perintah dari dewa. Nasihat yang dapat diambil dari teks adalah apabila manusia melakukan sesuatu dengan penuh konsentrasi dan menghilangkan nafsu indrawi maka akan mendapatkan kehendak yang diinginkan.

The myth that still survives today is the public's belief from various stories and actions of the results of Javanese culture in the era before the existence of Hinduism, Javanese culture at the entry of Hinduism, and Javanese culture at the arrival of Islam. This can be seen from the work of Javanese poets and writers such as wayang stories. In the Javanese puppet story there is a character named Aswatama. Aswatama is known to have a magic arrow called cundhamani. This research examines a manuscript entitled Cariyos Kina Mula Bukanipun Nama Redi Arjuna (hereinafter abbreviated as CKM). The text tells the story of Prabu Aji Pamasa who went to Mount Udarati to find cundhamani. Therefore, a research problem was found, namely how is the cundhamani myth in CKM?. The purpose of this research is to explain the cundhamani myth in CKM and the advice that can be taken from the text. This research method uses philological work steps and story motifs in the Motif-Index of Folk Literature (1966) by Stith Thompson. The uniqueness of the CKM text on the 11th and 12th pages is an excerpt from the Ajipamasa pupuh XXV (pucung) verse 78 to the 81st verse. The results of the research show that the myth in the CKM text is a gem that can turn into a fire arrow by doing puja samadi. The change is associated with the motive of the story D452.1.11. Transformation: stones to weapons in Stith Thompson. In addition, there is also a B200 story motif. Animals with human traits and A165.1.1. Birds as messengers of the gods. The motive of the story comes from a maliwis bird who can speak by giving a message to King Ajipamasa to look for cundhamani on the orders of a god. The advice that can be taken from the text is that if humans do something with full concentration and eliminate sensory desires, they will get the desired will."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Aditya
"Definisi klasik mengenai mitos adalah suatu cerita tentang asal-usul kosmos atau semesta yang kemudian mengiringi upacara dan ritual yang ada dalam budaya di seluruh dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, mitos dipandang sebagai sebuah pemaknaan tingkat dua dari suatu sistem tanda. Sebagai suatu tipe wicara, mitos dapat pula ditemukan dalam karya-karya sastra. Dalam hubungannya dengan teks lain, mitos dapat dikukuhkan (myth of concern) atau dirombak (myth of freedom). Untuk menelaah bagaimana mengukuhkan atau merombak mitos dalam cerpen-cerpen Eka Kurniawan yang terangkum dalam Gelak Sedih, dibutuhkan suatu kerangka kerja intertekstualitas. Intertekstualitas adalah pelintasan suatu sistem tanda kepada sistem tanda lainnya. Dengan intertekstualitas, pembaca dapat menemukan makna sesungguhnya dari pembacaan cerpen-cerpen Eka Kurniawan, berkaitan dengan mitos yang telah dibicarakan.
A classic definition of myths is a story about the beginning of cosmos or universe which later accompanying rituals contained in cultures and customs in the whole world. In the next stage, myths regarded as a secondness meaning of a sign system. As a type of speech, myths could be found in literary texts. In its relation with other texts, myths could be confirmed (myth of concern) or untied (myth of freedom). For the sake of regarding the way to confirm or untie myths in Eka Kurniawan?s short stories collected in Gelak Sedih, it needs an intertextuality work concept. Intertextuality is an intersect of a sign system to another. With intertextuality, reader can find the true meaning in Eka Kurniawan?s short stories, related to myths formerly discussed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Aprilia
"Penelitian ini mengkaji naskah Cariyos Dhusun Kutha Liman Boten Kenging Kalebetan Priyantun (selanjutnya disingkat: CDKL). CDKL merupakan naskah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode koleksi NB 1075. Selain memuat mitos mengenai larangan, dalam teks CDKL juga terdapat cerita mengenai asal usul Desa Kutaliman. Berdasarkan hal tersebut, didapati masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana Desa Kutaliman diasumsikan sebagai desa larangan yang disampaikan dalam teks CDKL? Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motif larangan serta realitas sosial masyarakat Desa Kutaliman yang dikemukakan teks CDKL. Penelitian ini hanya berdasarkan pada satu naskah yaitu naskah CDKL dan dilakukannya langkah kerja filologi yang meliputi inventarisasi naskah; deskripsi naskah; dan suntingan teks. Untuk mengetahui isi teks dikaji dengan mengacu pada klasifikasi Motif Indeks Stith Thompson (1946). Klasifikasi motif cerita dalam teks CDKL bertujuan untuk membantu mendeskripsikan ragam motif cerita yang digunakan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa teks CDKL memiliki dua motif cerita sebagai penanda mitos larangan di Desa Kutaliman yaitu B221.4 Land of Elephants dan C900 Punishment for Breaking Taboo. Keberadaan mitos mengenai dilarangnya aparatur sipil untuk mengunjungi Desa Kutaliman merupakan bentuk dari pemanfaatan potensi lingkungan Desa Kutaliman oleh masyarakatnya.

This study examines the script of Cariyos Dhusun Kutha Liman Boten Kenging Kalebetan Priyantun (next abbreviated: CDKL). CDKL is a collection manuscript of the National Library of the Republic of Indonesia with collection code NB 1075. In addition to carrying myths about the ban, in the CDKL text there is also a story about the origin of the village of Kutaliman. Based on that, the main problem found in this study is how the Kutaliman Village is assumed as the forbidden village presented in the CDKL text? Therefore, this study aims to find out the motives of the prohibition as well as the social reality of the village community I put forward the text CDKL. This research is based only on one manuscript is the manuscript CDKL and carried out philological work steps that include inventory of manuscript; manuscript descriptions; and editing of text. To find out the content of the text studied by reference to the Stith Thompson Index Motive Classification (1946). The classification of story motifs in the CDKL text aims to help describe the variety of story motives used. The results of the research showed that the CDKL text had two narrative motifs as a marker of the myth forbidden in the village of Kutaliman: B221.4 Land of Elephants and C900 Punishment for Breaking Taboo. The existence of the myth about the prohibition of civilian equipment to visit Kutaliman Village is a form of the potential exploitation of the Kutaliman village environment by its people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuuf
"Penelitian ini berfokus pada naskah Cariyos Kina Kyai Poleng (CKKP), yang merupakan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan kode koleksi NB 1093. Naskah ini termasuk dalam kategori naskah Jawa yang mengupas konsep legitimasi dalam cerita prosa rakyat. Permasalahan utama yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana teks CKKP menyampaikan konsep legitimasi religius dalam cerita prosa rakyat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami konsep legitimasi serta hubungannya dengan realitas sosial.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode kerja filologi dan dikaitkan dengan teori legitimasi dari Franz Magnis Suseno. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teks CKKP mengandung tiga unsur legitimasi religius. Pertama, penguasa mampu membuktikan tingkat kesaktiannya. Kedua, masyarakat yang dipimpinnya hidup dalam kondisi adil, makmur, tenteram, dan sejahtera, tata-tentrem-kertaraharja. Ketiga, pemimpin menunjukkan sifat tanpa pamrih, berbudi luhur, bijaksana, murah hati, dan adil.Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa teks CKKP berfungsi sebagai folklor yang tidak hanya memainkan peran penting dalam melegitimasi kekuasaan, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral.

This study focuses on the Cariyos Kina Kyai Poleng (CKKP) manuscript, which is part of the collection of the National Library of the Republic of Indonesia under the catalog code NB 1093. The manuscript is classified as a Javanese text that explores the concept of legitimacy in folk prose narratives. The primary issue addressed in this research is how the CKKP text conveys the concept of religious legitimacy within folk literature. The objective of this study is to comprehend the concept of legitimacy and its relation to social reality. This research employs a qualitative approach using philological methods and is linked to the legitimacy theory proposed by Franz Magnis Suseno. The findings indicate that the CKKP text encompasses three elements of religious legitimacy. First, the ruler is able to demonstrate their supernatural powers. Second, the society under the ruler's governance experiences justice, prosperity, peace, and welfare, known as tata-tentrem-kertaraharja. Third, the leader exhibits selflessness, noble character, wisdom, generosity, and fairness. Based on these findings, it can be concluded that the CKKP text serves as folklore that not only plays a significant role in legitimizing power but also conveys moral values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Helmina Kastanya
"Cerita rakyat Air Tukang merupakan salah satu cerita rakyat Maluku yang dapat dikategorikan sebagai mitos. Cerita ini menarik dan telah dibuatkan naskah tertulisnya oleh Evi Olivia Kumbangsila sebagai bahan literasi bagi anak-anak di jenjang sekolah menengah pertama dan diterbitkan oleh Badan pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada tahun 2016. Cerita rakyat Maluku Air Tukang yang mengisahkan tentang kehidupan tujuh bidadari ini sarat dengan nilai budaya di dalamnya. Penggambaran beberapa aspek kebudayaan dalam cerita ini sangat penting terutama terkait nilai-nilai budaya termasuk di dalamnya tentang tradisi lisan Maluku yang perlahan mulai ditinggalkan masyarakat pemiliknya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dangan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah teks cerita rakyat Maluku Air Tukang. Instrumen kunci di dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai moral dalam cerita tersebut. Nilai-nilai budaya tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat.

The folkloreof Air Tukang is one of the Maluku folktalescategorized as a myth. This story was interesting and hadbeen made intoa written manuscripby Evi Olivia Kumbangsila as literacy material for children at the junior high school and published by the Language Development and Development Agency in 2016. The Maluku’s folkloreof Air Tukang tells the story of seven angels contained abundance ofcultural value. The depiction of several cultural aspects in this story wasso important included the oral tradition of Maluku that has slowly being abandoned by its societyowner.This research wasa qualitative research used qualitative descriptive method. The data used wasthe text of Maluku’s folkloreAir Tukang. The key instrument in this study wasthe researcher himself. The data analysis technique usedwasthe content analysis technique. The results showed that there were some cultural values founded,such aseducational values, social values, and moral values. These cultural values are very beneficial for society."
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2020
400 JIKKT 8:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riskal Ahmad
"Cerita rakyat, legenda, dongeng, adalah hasil pemikiran masyarakat di masa lalu yang dilahirkan untuk menjawab fenomena-fenomena yang ada di sekitar masyarakat tersebut. Hasil pemikiran ini kemudian diakui kebenarannya dengan keyakinan yang tinggi sehingga menjadi suatu pegangan atau pedoman untuk berhubungan dengan manusia lain dan hubungannya dengan alam sekitar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan antropologi sastra dalam cerita rakyat Gadis Bermata Biru dan mendeskripsikan antropologi sastra dalam cerita rakyat Tolire ma Gam Jaha. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka. Data penelitian ini berupa antologi cerita rakyat yang berjudul Pohon Cengkih Berbuah Emas dan Sastra Lisan Ternate. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian mengungkap bahwa;(1) tiga dari empat aspek tersebut telah ditemukan dalam cerita rakyat “Gadis Bermata Biru” karya Muhammad Guntur yaitu Masa Lampau, Primordial, dan Kearifan Lokal,(2) dua dari empat aspek tersebut telah ditemukan dalam cerita rakyat “Tolire ma Gam Jaha” karya Mahdi Ahmad yaitu Primordial dan Kearifan Lokal.

Folklore, legend, fairy tales are the result of people's thoughts in the past that were born to answer the phenomena surrounded the community. The results of this thought are then acknowledged with high believes so that it becomes a guideline for connecting with other human beings and for their relationship with nature. This study aimed to describe the literary anthropology in the Gadis Bermata Biru folklore and describe the literary anthropology in the To lire ma Gam Jaha folklore. This research is a type of library research. The data were ananthology of folklore titled Pohon Cengkih Berbuah Emas and Ternate Oral Literature. The method used in this research was the descriptive qualitative method. Based on the results of the analysis, obtained (1) three of the four aspects have been found in the folklore "Gadis Bermata Biru" by Muhammad Guntur,namely Past, Primordial, and Local Wisdom, (2) two of the four aspects have been found in folklore" To lire ma Gam Jaha "by Mahdi Ahmad, Primordial and Local Wisdom."
ambon: Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2020
400 JIKKT 8:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Ardi Gustama
Yogyakarta: C-Klik Media, 2018
398.23 FAI e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Aryandini Sumaryoto
"Bidang ilmu dari penelitian yang kini disajikan hasilnya adalah Sejarah Kebudayaan. Sejarah adalah studi mengenai masa lampau manusia. Yang menjadi kunci untuk memasuki wilayah sejarah ialah apa yang disebut sumber-sumber, seperti legenda, folklore, prasasti, monumen, alat-alat sejarah, perkakas rumah, dokumendokumen, surat kabar, dan surat-surat. Berkat ilmu sejarah dan arkeologi serta filologi manusia dapat mengetahui tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman dulu. Dad tulisan-tulisan kuno, inskripsi-inskripsi dan sisa-sisa dari benda Iainnya, ahli sejarah dapat menyusun kernbali jalannya peristiwa-peristiwa tersebut dan mencoba memahami pertalian antara peristiwa yang satu dengan Iainnya.
Kebudayaan adalah kesatuan yang menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan semua kemampuan sert kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat Namun kebudayaan sendiri berevolusi sesuai dengan keperluan. Dalam hal ini dapat dipinjam pendapat Forde bahwa kebudayaan itu tidak statis, ia adaptif dan dapat dimodifikasi disesuaikan dengan kondisi Iingkungan fisik. Dalam mempergunakan sumber-sumber tertentu atau dalam beradaptasi kepada kondisi lingkungan, orang-orang juga hares menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang diberikan oleh pola-pola kemasyarakatan dan konsep konsep religi.
Dari kedua definisi ini dapat disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan adalah studi mengenai masa lampau manusia berkaitan dengan semua aspek dalam kehidupan manusia. Sejarah kebudayaan merupakan subdivisi dari sejarah secara keseluruhan, yang perhatiannya meliputi perkembangan semua aspek kebudayaan. Tuiuan utamanya adalah mendapatkan pengertian dari perkembangan kebudayaan. Untuk mendapatkan pengertian tersebut sejarawan budaya memerlukan data nonkultural tertentu, seperti perubahan lingkungan, diferensiasi racial manusia sebagai akibat dari isolasi mekanis, diferensiasi yang sejajar dengan diferensiasi etnis, dan hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor demografik masa lalu. Yang dikaji dalam sejarah kebudayaan adalah kebudayaan di waktu yang lampau dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa, dan yang menjadi perhatian utama adalah perubahan dari kebudayaan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
D385
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bruno Spina
Jakarta: Balai Pustaka, 1981
398.2 BRU m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Trisna Kumala Satya Dewi
"Penelitian ini berjudul, 'Transformasi Mitos Dewi Sri dalam Masyarakat Jawa". Perumusan masalah penelitian ini, yaitu (1) Bagaimanakah transformasi mitos Dewi Sri dalam sastra', (2) Bagaimanakah persebaran mitos Dewi Sri dalam masyarakat Jawa' dan (3) Bagaimanakah iimgsi mitos Dewi Sri dalam masyarakat Jawa' Tujuan penelitian ini, yaitu (1) Mengungkapkan transformasi mitos Dewi Sri dalam sastra, (2) Mengungkapkan persebaran mitos Dewi Sri dalam masyarakat Jawa, dan (3) Mengungkapkan fungsi mitos Dewi Sri dalam masyarakat Jawa.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori sastra lisan, teori filologi dan transformasi teks. Metode penelitian dalam penelitian ini meliputi beberapa bagian, yaitu (I) Iokasi dan sasaran penelitian, (2) pengumpulan data, dan (3) dokumentasi, yaitu pengumpulan, penggolongan dan penganalisisan. Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan etnografi. Dalam rangka analisis transformasi teks Dewi Sri digunakan prinsip intertekstualitas dan hipoglam (Riffaterre, 1978) dan Kristeva (Culler, 1977).
Penelitian ini menghasilkan hal-hal sebagai berikut. Dalam masyarakat Jawa mitos Dewi Sri bertransformasi dalam wayang purwa lakon Sri Sadana dan Sri Mulih yang dipagelarkan dalam upacara bersih desa. Masyarakat Jawa sering menyebut lakon Sri Sadana dengan Mikukuhan (Mikukuhan Dewi Sri) dan lakon Sri Mulih disebut juga Sri Boyong atau Sri Mantuk Berdasarkan analisis hubungan intertekstualitas maka dapat diketahui bahwa lakon Sri Sadana sebagai teks transformasi secara signifikan teksnya menunjukkan kemiripan dengan hipogram 3 dan 4 yaitu Sera! Manfkmaya (Priyohutomo, 1952) dan Serat Manikmaya (B.97). Di samping itu, juga menunjukkan kemiripan dengan Serat Pustakaraja Budhawaka. Dengan demikian, dapat diketahui pula jenis-jenis hipogram dalam lakon Sri Sadana yaitu ekspansi, konversi, ekserp dan modifikasi serta penggabungan berbagai jenis hipogram. Ekserp merupakan unsur yang paling menonjol dalam lakon Sri Sedona.
Berdasarkan analisis hubungan intertekstualitas teks Iakon Sri Mulih dapat diketahui bahwa teks ini menunjukkan perbedaan yang cukup menonjol dibandingkan dengan teks lakon Sri Sadana. Teks Iakon Sri Mulih hanya mirip dengan hipogram l dan jenis hipogramnya tennasuk ekserp serta gabungan ekserp dan modifikasi. Teks lakon Sri Mulih dengan hipogram 2, 3, dan 4 hanya dapat diiidentifikasikan melalui tiga hal, yaitu (I) tokoh Dewi Sri, (2) tema, yaitu 'boyong' (perpindahan tokoh), dan (3) motif-motif, yaitu bencana, petunjuk, kemakmuran, tokoh utama (Dewi Sri) menempati Negara Seberang, dan tokoh utama (Dewi Sri) kembali ke tempat semula (Tanah Jawa). Berdasarkan karakteristik teks lakon Sri Muiih tersebut, maka dalam penelitian ini ditambahkan satu jenis hiporam, yaitu 'motivasi'. 'Motivasi' yaitu munculnya motif-motif atau persamaan motif dalam karya sastra (teks) sebagai akibat dorongan atau motivasi pengarang atau pencerita (dalang) akan ilusi realitas.
Berdasarkan peelitian terhadap tradisi bersih desa yang masih melestarikan mitos Dewi Sri, khususnya yang berkaitan dengan pagelaran wayang purwa maka dapat diklasifikasikan menjadi 3 hal sebagai berikut. Pertama, mitos Dewi Sri dalam upacara bersih desa yang berkaitan dengan pertanian khususnya panen padi (panen besar). Kedua, mitos Dewi Sri dalam bersih desa yang berkaitan dengan bulan puasa atau ruwah rosul (rosulan). Ketiga, mitos Dewi Sri dalam upacara bersih desa yang berkaitan dengan sejarah atau asal-usul desa. Mitos Dewi Sri dalam hal persebarannya telah mengambil tempat dalarn dunia realitas yang rasional. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Jawa masih banyak yang mengabadikan nama 'Sri' sebagai nama diri. Mitos Dewi Sri pada era ini masih diaktualisasikan dalam kehidupan keseharian masyarakat Jawa yang berkaitan dengan upacara adat, kesenian, perekonomian, dan pedoman hidup. Persebaran mitos Dewi Sri dapat diidentifikasikan berdasarkan daerah dan masyarakat yang mempagelarkan wayang purwa dengan lakon Sri Sadana atau Sri Mulih dalam tradisi bersih desa khususnya di daerah Surakarta dan sekitamya, yang meliputi Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten.
Mitos Dewi Sri mempunyai fungsi yang penting dalam masyarakat Jawa. Mitos Dewi Sri yang diaktualisasikan dalam pagelaran wayang purwa lakon Sri Sadana dan Sri Mulih dalam tradisi bersih desa bagi sebagian masyarakat Jawa masih dianggap sebagai syarat yang 'penting'. Mitos Dewi Sri dalam lakon Sri Sadana dan Sri Muiih fungsi sebagai semi ritual dalam upacara bersih desa yang hingga dewasa ini masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Mitos Dewi Sri berfungsi sebagai mitos kesuburan. Di samping itu, baik lakon Sri Sadana maupun Sri Mulih memiliki beberapa fungsi yang Iain, yaitu sebagai alat pendidikan bagi masyarakat, sebagai alat pengesahan pranata-pranata kebudayaan dan sebagai alat pencerminan angan-angan masyarakat. Lakon Sri Mulih khususnya, dapat dikatakan semacam 'katarsis' terhadap situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh masyarakat. Bersih desa dan manfaatnya dalam jangkauan yang lebih luas dapat dijadikan sebagai sarana membina kerukunan antarwarga, perekat kebersamaan, memupuk semangat kegotongroyongan, dan kerukunan antarumat beragama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
D1617
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>