Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Raissa Qurata Aiun
"Pada sistem transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan sering dijumpai permasalahan yang dapat mengganggu pendistribusian minyak mentah. Oleh karena itu, prediksi yang tepat dari karakteristik pengendapan lilin diperlukan untuk mengontrol pengendapan lilin di dalam pipa. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi karakteristik pengendapan lilin dengan menganalisis pengaruh variasi tekanan dan temperatur minyak mentah. Tekanan divariasikan pada 1,5 bar, 2,5 bar, 5 bar, 8 bar, dan 12 bar untuk mengevaluasi pengaruhnya terhadap ketebalan dan laju pengendapan lilin. Selanjutnya dilakukan variasi suhu dengan variasi 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, dan 60°C. Simulasi dilakukan dengan menggunakan software aliran multi fasa OLGA untuk mendapatkan profil ketebalan endapan (mm). Sedangkan analisis ekonomi mengacu pada studi kelayakan. Beberapa skenario dibandingkan untuk menentukan intervensi terbaik yang akan diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah wax yang terdeposit menurun seiring dengan meningkatnya tekanan, sedangkan temperatur yang lebih tinggi menghasilkan gradien temperatur yang lebih besar. Analisis kelayakan ekonomi hanya dilakukan pada skenario satu dan dua yang membutuhkan penggunaan pompa. Skenario satu, yang mencakup pompa tambahan, memiliki NPV 199.882 dan IRR 30%. Skenario dua, mengganti pompa eksisting dengan pompa berkapasitas lebih tinggi, memiliki NPV 328.192 dan IRR 40%. Akibatnya, skenario dua disarankan untuk mengurangi jumlah deposit lilin

In the crude oil transportation system through the pipeline system, problems caused by wax are often encountered that can disrupt the distribution of crude oil, thus flow assurance is not achieved. Therefore, the correct prediction of wax deposition characteristics is needed to control the deposition of wax in the pipe. This study aims to predict the characteristics of wax deposition by analysing the effect of pressure and temperature variations of crude oil. Pressure was varied at 1.5 bar, 2.5 bar, 5 bar, 8 bar, and 12 bar to evaluate the effect on the thickness and deposition rate of wax. Furthermore, temperature variations were carried out with variations of 35°C, 40°C, 45°C, 50°C, 55°C, and 60°C. The simulations were carried out using multi-phase flow software OLGA to obtain a deposit thickness profile (mm). Meanwhile, the economical-analysis refers to feasibility study. Several scenarios are compared to determine the best intervention to be applied. The results shows that the amount of wax deposited decreases as the pressure increases, while higher temperature resulting in a greater the temperature gradient. The economic feasibility analysis is only carried out in scenario one and two, which require the usage of pumps. Scenario one, which includes an extra pump, has an NPV of 199,882 and an IRR of 30%. Scenario two, replacing the existing pump with a higher-capacity pump, has an NPV of 328,192 and an IRR of 40%. As a result, scenario two is advised to reduce the amount of wax deposited."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdio Giffary
"Pengolahan minyak mentah membutuhkan kilang minyak dengan investasi yang sangat besar. Pencampuran atau blending minyak mentah, yang dilakukan pada kilang yang sudah beroperasi, adalah proses yang umum dilakukan di dunia migas untuk penghematan biaya. Salah satu industri minyak dan gas di Indonesia berencana untuk melakukan pencampuran minyak mentah dari sebuah sumur minyak berat dan minyak ringan pada kilang minyak yang berada di Sumatera. Namun, minyak campuran tersebut diprediksi dapat menimbulkan masalah baru pada proses transportasi menggunakan pipa. Minyak campuran dikhawatirkan tidak dapat mengalir dalam pipa akibat pengendapan wax, sehingga flow assurance   tidak tercapai. Penelitian ini mengusulkan studi tentang pengaruh pencampuran dua jenis minyak mentah terhadap fenomena mengendapnya wax pada pipa atau disebut wax deposition. Minyak berat "X" dengan karakteristik 24.1 °API dan 15% wax content dicampur minyak ringan "Y" dengan karakteristik 41.1 °API dan 0.121% wax content. Terdapat 2 variabel utama yang akan divariasikan yaitu rasio blending dan penambahan pemanas sebelum pemompaan. Selanjutnya dilakukan variasi terhadap temperatur pemanas untuk diketahui pengaruhnya terhadap pengendapan wax disepanjang pipeline. Penelitian ini menggunakan perangkat lunak aliran multi-fase dinamis, OLGA v.2017.2.0, untuk mendapatkan profil wax deposition. Rasio blending minyak ringan "Y" dan minyak berat "X" akan divariasikan pada nilai 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, dan 1:7, masing-masing pada kondisi tanpa pemanas dan dengan pemanas. Pemanas di atur pada temperatur 45 oC dan temperatur ambient pada 26 oC.  Variasi berikutnya dilakukan pada temperatur pemanas dengan nilai 35 oC, 40 oC, 50 oC, dan 55 oC dengan rasio blending diatur tetap pada 1:1. Hasil menunjukkan peningkatan rasio blending, penambahan pemanas, dan peningkatan temperatur pemanas menghasilkan penurunan jumlah wax yang mengendap. Semua variasi parameter operasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap fenomena pengendapan wax pada pipa.

Crude oil processing requires an oil refinery with massive investment. The Crude oil blending process in an existing refinery is a common process to overcome this problem. One of Indonesia's oil and gas producer is planning to blend crude heavy and light oil in an oil production facility located in Sumatra. It is anticipated that the oil mixture would encounter transportation problems due to the existence of wax deposition, resulting in a flow assurance problem. This research is conducted to examine the wax deposition as the effect of blending 24.1 °API heavy crude and 41.1 °API light crude oil with 15% and 0.121% of wax content. This research also takes two main experiment variables, the blending ratio and initial temperature. The effect of the heater addition's and its operating temperature were also examined. This study used a dynamic multi-phase flow software, OLGA v.2017.2.0, to obtain a wax deposition profile. The blending ratio of light oil and heavy oil varies 7:1, 5:1, 3:1; 1:1, 1:3, 1:5, and 1:7, each samples was examined in both ambient and heated conditions. The heater was set at 45 oC and ambient temperature at 26oC. The heating temperature was variated at 35oC, 40oC, 50oC, and 55oC with a blending ratio fixed to 1:1. Results showed that with higher light crude oil ratios, the addition of a heater, and higher heater temperatures resulted in lowering the number of waxes that appeared. All variations of the operating parameters show a significant effect on the wax deposition on the pipeline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silpa Asti Nura
"Pada sistem transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan, sering dijumpai adanya masalah yang dapat mengganggu pendistribusian minyak mentah. Hal ini umumnya disebabkan oleh terbentuknya wax di sepanjang pipa distribusi. Adanya wax dapat mengganggu proses pendistribusian fluida sehingga flow assurance tidak tercapai. Oleh karena itu, prediksi karakteristik wax yang tepat sangat dibutuhkan untuk melakukan pengendalian terhadap pengendapan wax dalam pipa agar tercapai flow assurance. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi karakteristik pengendapan wax dengan menganalisa pengaruh variasi wax content dan penambahan light component pada komposisi minyak mentah. Kandungan wax content pada komposisi minyak mentah divariasikan pada persentase 5%, 10% dan 15% untuk dievaluasi pengaruhnya terhadap pengendapan wax. Selanjutnya, dilakukan variasi penambahan light component C6 sebagai upaya mitigasi pengendapan wax pada waxy crude oil tersebut dengan variasi penambahan sebesar 20%, 30%, 50% dan 100% dari komposisi awal light component C6 dalam minyak mentah. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak aliran multifase untuk mendapatkan profil karakteristik pengendapan wax pada pipa. Dari hasil simulasi flow assurance didapatkan hasil bahwa wax content berbanding lurus terhadap ketebalan endapan, wax appearance temperature (WAT), total padatan terlarut, dan laju pengendapan wax. Penambahan light component C6 dengan persentase 100% mampu mengurangi ketebalan endapan wax sebesar 79,27%; 33,42%; dan 4,91% pada variasi wax content 5%; 10%; dan 15%. Penambahan light component memenuhi kelayakan secara teknis karena dapat menjamin aliran di dalam perpipaan dan menekan pertumbuhan ketebalan endapan wax di bawah 5 mm sehingga dapat mengurangi frekuensi penggunaan pigging pada pipa.

In the crude oil transportation system through the pipeline system, problems that can interfere with the distribution of crude oil are often encountered. This is generally caused by wax build-up along the distribution pipe. The presence of wax can interfere the fluid distribution process so that flow assurance is not achieved. Therefore, the correct prediction of wax characteristics is needed to control the wax deposition in the pipe in order to achieve flow assurance. This study aims to predict the characteristics of wax deposition by analyzing the effect of wax content and the addition of light components C6 in the crude oil composition. The wax content in the crude oil composition was varied at a percentage of 5%, 10% and 15% to evaluate its effect on the thickness and rate of wax deposition. Furthermore, variations of light components C6 addition to the waxy crude oil are carried out with additional variations of 20%, 30%, 50% and 100% of the initial value of the light component composition in the crude oil. The simulation was carried out using multiphase flow software to obtain the characteristic profile of wax deposition on the pipe. From the flow assurance simulation results, it was found that wax content was directly proportional to the wax thickness, wax appearance temperature (WAT), total dissolved solids, and wax deposition rate. The addition of light component C6 with a percentage of 100% was able to reduce the thickness of the wax deposition by 79.27%; 33.42%; and 4.91% for the variation of the wax content of 5%; 10%; and 15%. The addition of light component meets technical feasibility because it can ensure flow assurance in the pipeline and reduce the thickness of the wax deposition below 5 mm so as to reduce the frequency of using pigging on the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradiba Salsabila
"Tesis ini membahas mengenai korelasi dan korelasi asimetri antara perubahan minyak mentah dengan pengembalian indeks saham gabungan, indeks sektor energi, industri, dan transportasi dari enam negara importir minyak mentah pada tahun 2022. Keenam negara tersebut diantaranya adalah Australia, Jepang, Kanada, Norwegia, Singapura, dan Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan data harian dari periode 1 April 2020 hingga 31 Maret 2023, dan Asymmetric DCC-GARCH sebagai metode penelitian. Ditemukan korelasi dinamis, dan korelasi asimetri di seluruh indeks dari enam negara importir minyak mentah pada tahun 2022. Meski begitu, intensitas dari korelasi dinamis dan korelasi asimetrinya beragam pada tiap-tiap pengembalian indeks. Terdapat lima pengembalian indeks yang menunjukan korelasi negatif, dan empat pengembalian indeks yang menunjukan korelasi asimetri negatif. Ditemukan perbedaan hasil korelasi perubahan minyak mentah dengan pengembalian indeks ketika dikalkulasikan secara individual dengan yang dikalkulasikan secara berkelompok. Indeks-indeks di Amerika Serikat mengalami perubahan yang semula berkorelasi negatif dengan minyak mentah secara individual, menjadi berkorelasi positif ketika dikalkulasikan secara berkelompok. Ditemukan bahwa hampir seluruh indeks Amerika Serikat adalah indeks terbaik untuk melakukan diversifikasi minyak mentah. Sebaliknya, hampir seluruh indeks Jepang kurang baik sebagai diversifikasi minyak mentah.

crude oil, and composite stock, energy, industrial, and transportation indices of six oil-importing countries. Those six countries consist of Australia, Japan, Canada, Norway, Singapore, and the United States of America. This study used daily data from April 1st, 2020 to March 31st, 2023. This study utilized Asymmetric DCC-GARCH as its research method. This study finds dynamic correlation and asymmetric correlation within all datasets. However, the intensity of the dynamic correlation and the asymmetric correlation might differ for each dataset. Five datasets have a negative correlation with crude oil, and four datasets have a negative asymmetric correlation. This study finds different correlation values between crude oil and indices return when calculated individually compared to results calculated as a group. United States of America indices experiencing a change in the value of its correlation with crude oil, which previously was negative, turn into positive when calculated as a group. This study finds that the majority of the United States of America's indices are the best indices for crude oil diversification. On the other hand, the majority of Japan's indices seem to be a poor choice for crude oil diversification."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Arina
"Transportasi minyak bumi dari offshore ke daratan melalui pipa sering kali mengalami hambatan. Karena pada suhu dingin terjadi pengkristalan wax. Untuk mengurangi pembentukan kristal wax ini dilakukan penambahan zat aditif alkil benzena sulfonat (ABS). Pada penelitian ini aditif ABS ditambahkan ke dalam model crude oil yang terdiri bensin, kerosin, oli, wax dan asphaltene. Konsentrasi ABS divariasikan 2%, 5%, dan 10% dengan variasi volume (20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, dan 500 μL ), kemudian diuji pour point dan viskositas. Untuk mengamati pertumbuhan kristal wax dengan penambahan aditif menggunakan Cross Polarized Microscopy (CPM). Interaksi antara wax dengan aditif di analisis menggunakan FTIR. Dari hasil penelitian 15 model crude oil, model 1-3 tidak stabil karena terbentuk dua fasa. Penurunan pour point optimum dicapai hingga suhu 7°C mulai dari 21°C. Untuk mencapai penurunan pour point 7°C, ABS 2% membutuhkan 450 μL, ABS 5% membutuhkan 250 μL dan ABS 10% membutuhkan 150 μL. Aditif ABS mampu mendeagregasi wax dibuktikan dengan analisa CPM. Hasil spektrum FTIR memperlihatkan adanya interaksi antara aditif dengan wax maupun asphaltene.

Transportation of oil from offshore to the mainland through a pipeline often encounter obstacles. Due to cold temperatures occur crystallization of wax. To reduce the formation of wax crystals is the addition of additives alkyl benzene sulfonate ( ABS ). In this study ABS additives are added into the model consisting of crude oil gasoline, kerosene, oil, wax and asphaltene. Concentration ABS varied 2 %, 5 %, and 10 % by volume variation ( 20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, and 500 mL ), and then tested pour point and viscosity. To observe the wax crystal growth with the addition of additives using Cross Polarized Microscopy ( CPM ). The interaction between the wax additives in using FTIR analysis. From the research, 15 models of crude oil, models 1-3 unstable since formed two phases. Achieve optimum pour point decline to 7 ° C from 21 ° C. To achieve a reduction in pour point 7 ° C, ABS 2 % requires a 450 mL, ABS 5 % requires 250 mL and ABS 10 % requires 150 mL. Additives ABS able mendeagregasi wax evidenced by CPM analysis. The results of FTIR spectra showed the interaction between additives with wax and asphaltene."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoki Yulizar
"Wax deposition can cause a serious problem in the distribution process of crude oil through a pipeline. At low temperatures, wax molecules can interact to form a wax aggregate. One way to reduce the wax aggregation is to introduce an additive compound into the crude oil. In this study, 15 crude oil models were prepared by mixing gasoline, kerosene, oil, wax, and asphaltene. Oxirane ester copolymer (OEC) additive was introduced into the crude oil models with various concentrations and volumes, and its effect on the crude oil models’ pour point and viscosity were evaluated. OEC interactions with wax and asphaltene were observed by FTIR, and the wax aggregation process was observed using cross polarized microscopy (CPM). The optimum pour point of crude oil was reached at a temperature of 6oC and optimum viscosity at 10 cSt for the selected model 4. OEC additions of 5% and 10% require 500 and 300 µL, respectively, to achieve the optima pour point and viscosity. OEC was able to inhibit the wax aggregation, as evidenced from the interaction between OEC-wax at 722 cm-1 and OEC-asphaltene at 1604 and 1494 cm-1 of FTIR spectra. The distribution of the wax aggregate was observed using CPM, with the value of the wax appearance temperature (WAT) at 28.7oC. This research can be the basis for designing or selecting a molecule for use as a pour point depressant in accordance with the characteristics of crude oil, particularly since each source of crude oil has different characteristics."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ganjar Ali Setiawan
"Kendala operasional transportasi minyak mentah melalui pipa yang dihadapi PT X adalah penyumbatan pipa akibat terbentuknya endapan minyak mentah (wax) di dalam pipa. Studi dilakukan pada kasus penyumbatan yang terjadi pada tahun 2022 dan salah satu usaha yang dilakukan untuk menghancurkan wax di dalam pipa tersebut adalah melalui kegiatan pigging. Karena wax terlampau banyak, pig yang diluncurkan tidak sanggup mendorong endapan tersebut, menyebabkan pipa tersumbat dan aliran minyak terhenti. Identifikasi masalah dilakukan dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis dan menghasilkan 7 variabel yang menjadi akar penyebab masalah yaitu posisi pipa yang terendam air, minyak mentah kehilangan panas, interval kegiatan pigging, tidak adanya wax inhibitor, kemampuan pompa yang terbatas, tidak ada fasilitas untuk intervensi kondisi minyak mentah, dan karakteristik minyak mentah. Disimpulkan bahwa penyebab dominan terjadinya penyumbatan aliran minyak mentah pada pipa adalah karena temperatur minyak mentah yang turun menyentuh temperatur pour point menyebabkan munculnya wax yang mengendap dan menyumbat aliran minyak mentah. Mitigasi dapat dilakukan dengan kegiatan pigging rutin setiap 7 hari sekali, menambahkan bahan kimia sebanyak 500 ppm untuk memodifikasi karakteristik minyak mentah, serta memasang sistem pemanas elektrik pada pipa menggunakan teknologi heat tracing constant wattage sepanjang 3 km. Berdasarkan perhitungan keekonomian, pemasangan sistem pemanas elektrik pada pipa akan memberikan efisiensi 3 miliar Rupiah per tahun, dengan IRR 18,87% dan periode pengembalian investasi selama 7 tahun jika dibandingkan dengan melakukan pembelian bahan kimia selama 20 tahun operasional pipa. Sehingga solusi yang paling efektif dan efisien untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan pemasangan sistem pemanas elektrik pada pipa tersebut.

The main operational obstacle to transportation of crude oil via pipeline faced by PT X is a wax depostion lead to pipe blockage. A case study was conducted on a blockage case that occurred in 2022 and one of the efforts made to destroy the wax in the pipe was through pigging activities. The pig that is launched is unable to push through the deposits and causes the pipe clogged and the oil flow to stop. Problem identification was carried out using the Fault Tree Analysis method and produced 7 variables which were the possible root cause of the problem, namely the position of the pipe submerged in water, crude oil heat loss, pigging activity interval, absence of wax inhibitor, limited pump capacity, no facilities for condition intervention, and characteristics of crude oil. So it was concluded that the root cause of pipe blockage was because the temperature of the crude oil dropped during transport process below the pour point temperature, causing the appearance of wax which settled inside the pipe and blocked the flow of crude oil. Mitigation can be done by carrying out routine pigging activities every 7 days, adding 500 ppm of chemicals to modify the characteristics of petroleum, and installing an electric heating system on the pipe using constant wattage heat tracing technology over a length of 3 km. Based on economic calculations, installing an electric heating system on pipes will provide savings of 3 billion Rupiah per year, with an IRR of 18.87% and a return on investment period of 7 years compared to purchasing chemicals during 20 years of pipe operation. So the most effective and efficient solution to overcome this problem is to install an electric heating system on the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fertian Eka Purnama
"Berdasarkan data di lapangan minyak, ditemukan bahwa energi potensial yang dapat dihasilkan adalah berupa tambahan Produksi Minyak Mentah dari hasil limbah Produksi yang dihasilkan ke permukaan. Kondisi sumur dangkal di lapangan ini yang berada pada kisaran 300 ft – 500 ft menyebabkan tekanan lapisan penutup yang rendah sehingga karakter sumur di lapangan Batang sangat berpasir. Pasir dari sumur akan terbawa saat dipompa ke stasiun pengumpulan dan selama pekerjaan sand bailing. Hal ini mengakibatkan limbah B3 dari pasir terbawa dan bercampur minyak dalam jumlah yang sangat besar mencapai 500 ton per tahun atau 357 m3. Potensi minyak mentah yang terbawa dalam pasir diperkirakan mencapai 50% dari 357 m3 yang dapat diolah kembali menjadi minyak mentah menggunakan separator yang dirancang khusus sesuai dengan karakteristik pasir yang dihasilkan. Hal ini dapat mengakibatkan tambahan produksi sekitar 1500 barel minyak per tahun dan pengurangan pembuangan limbah B3 sehingga dapat mengefisienkan biaya penanganan limbah karena jumlah pasir yang terkontaminasi jauh berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang alat khusus melakukan ekstraksi Minyak dari pasir minyak, mengetahui jumlah peningkatan produksi Crude oil yang bisa dihasilkan, mengetahui hasil perhitungan tekno ekonomi penggunaan sand extraction equipment.

Based on the data in the oil field, it was found that the potential energy that can be generated is in the form of additional Crude oil Production from the results produced waste to the surface. The condition of shallow wells in this field which is in the range of 300 ft - 500 ft causes low overburden pressure so that the character of the well in the Batang field is very sandy. Sand from the well will be carried away as it is pumped to the collection station and during sand bailing work. This results in B3 waste from sand carried and mixed with oil in very large quantities reaching 500 tons per year or 357 m3. The potential for crude oil carried in the sand is estimated to reach 50% of the 357 m3 which can be reprocessed into crude oil using a separator especially designed according to the characteristics of the resulting sand. This can result in additional production of about 1500 barrels of oil per year and a reduction in the disposal of B3 waste so that it can make waste handling costs efficient because the amount of contaminated sand is much reduced. The purpose of this study was to design a special tool for extracting oil from oil sands, to find out the amount of increase in Crude oil production that can be produced, to find out the results of techno-economic calculations using sand extraction equipment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Arianda
"ABSTRAK
Pertumbuhan minat akan produksi biofuel dari minyak nabati telah memicu peningkatan permintaan crude palm oil (CPO) yang merupakan sumber potensial untuk pembuatan biofuel. Namun, terdapat masalah yang dihadapi dalam proses transportasi fluida dengan memanfaatkan sistem perpipaan untuk berbagai aplikasi industri. Masalah tersebut termasuk konsumsi daya pompa yang tinggi karena adanya hambatan aliran yang tinggi dan sedimentasi oleh kristal yang terbentuk dari proses pengkeruhan dalam aliran CPO. Surfaktan nonionik umumnya digunakan sebagai penurun titik keruh (cloud point) dan juga dikenal sebagai drag reducing agent yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penyelidikan tentang efektivitas surfaktan nonionik sebagai drag reducing agent dalam menciptakan pengurangan hambatan pada aliran CPO yang melalui pipa spiral segilima. Metodologi penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan analisis numerik. Metode eksperimental dilakukan menggunakan pipa spiral pentagon dengan rasio pitch (P/Di) 10.8 dan pipa bulat dengan diameter dalam 4 mm sebagai pembanding. Analisis numerik dilakukan menggunakan computational fluid dynamics untuk membuat analisis lebih lanjut tentang penelitian ini. Efektivitas pengurangan drag dianalisis melaui faktor gesekan dan profil distribusi kecepatan. Berdasarkan hasil penelitian ini, konsentrasi surfaktan nonionik memberikan pengaruh signifikan pada pengurangan hambatan, sementara pipa spiral segilima dapat meningkatkan pengurangan hambatan yang lebih tinggi dibanding pipa bulat.

ABSTRACT
The growing interests to produce biofuels from vegetable oil have been triggering increases in demands for crude palm oil (CPO) as a potential source for biofuel production. However, there are problems encountered in the fluid transportation process utilizing piping systems for various industrial applications. Those problems include high consumption of fluid pumping power due to high drag resistance and sedimentation by crystallization results in the formation of cloud in CPO flows. Nonionic surfactant has commonly been used as a cloud points reducer and also known as a good drag reducing agent. This study aimed at conducting an investigation on the effectiveness of nonionic surfactant as a drag reducing agent to create drag reduction of CPO flow through pentagon spiral pipe. This research methodology ware experimental and numerical analysis. The experimental research uses a pentagon spiral pipe with pitch ratio (P/Di) 10.8 and a circular pipe with 4 mm inner diameter as a comparison. The numerical analysis uses computational fluid dynamics to create more investigation about this research. The effectiveness of the drag reduction was analyzed by friction factor and velocity profile distribution. Looking at the results of this study, nonionic surfactant concentrations deliver a significant influence on drag reduction, while pentagon spiral pipe promote higher drag reduction than circular pipes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ok Teguh Indrawan Mulia
"Tesis ini bertujuan untukk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mepengauhi penawaran dan permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang didalamnya mencakup kepada. variabel harga ekspor, produksi, konsumsi, nilai tukar, krisis ekonomi, pajak ekspor, harga minyak dunia, dan pcnumbuhan ekonomi dunia.
Metode analisis pada penelitian ini menggunakan model simultan dengan menggunakan dua pelsamaan yaitu persamaan penawaran ekspor dan persamaan permintaan ekspor. Periode waktu adalah data tahunan dari tahun |970 - 2006. Ruang Iingkup penelitian kali ini difokuskan untuk menganalisa t`aktor~faktor apa saja yang mempengamhi pcnawaran dan permintaan ekspor dari komoditi minyak kelapa sawit Indonesia.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa hazga ekspor, rasio perbandingan produksi dengan konsumsi, nilai tulcar, krisis ekonomi, harga minyak, dan pajak ekspor terbukti mempengaruhi penawaran ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Untuk persamaan permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia terbukii dipengaruhi oleh variabel harga ekspor, pertumbuhan ekonomi dunia, dan volume impor minyak kelapa sawit dari Indonesia satu tahun sebelumnya.

The focus of this study is to detennined factors that have implication in supply and demand of Indonesian Crude Palm0il, which include export price, production, consumption, exchange rate, crisis, export tax, oil price, and world GDP.
Methodological analysis of this study is by using simultaneous model with two equation, they are export supply and export demand. Time periode of this research is yearly &om 1970 - 2006. Focus of this study is to analyse the the factor tha have implication to export supply and export demand.
Conclusion of this research is that export price, production and consumption ratio, Exchange rate, crisis, oil price, and tax export had significant effectto export supply equation. In the export demand, export price, world GDP, and last year import quantity had significant effect.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T34469
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>