Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148021 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Tuberkulosis dan empiema merupakan kondisi penyakit pernapasan yang dapat mempengaruhi pasien secara signifikan serta memerlukan manajemen terapi yang baik dan tindakan yang sesuai. Pengobatan tuberkulosis yangdisertai empiema bergantung pada keparahan dan kompleksitas dari kondisinya. Pemantauan terapi obat berperan penting pada pasien rawat inap dengan tuberkulosis dan empiema. Penggunaan obat antituberkulosis dapat menyebabkan efek samping termasuk hepatotoksisitas yang parah hingga mengancam jiwa. Maka dari itu, pasien menderita tuberkulosis harus dimonitor terkait efek samping, khususnya pada pasien yang memiliki komorbiditas, sedang menerima obat-obatan lainnya (polifarmasi) yang mungkin dapat menimbulkan interaksi antar obat, dan gangguan ginjal. Penelitian dilakukan dengan menyeleksi pasien, mengumpulkan data terkait pasien, melakukan pemantauan terapi obat, dan menelaah keberadaan masalah terkait obat. Berdasarkan pementauan dan analisis terapi obat pasien yang telah dilakukan, beberapa masalah terkait obat yang dapat diidentifikasi berdasarkan panduan PCNE dan metode Hepler and Strand yaitu indikasi tanpa terapi, interaksi obat, efek samping, dosis obat berlebih, dosis obat kurang, dan durasi penggunaan obat berlebih. Selebihnya, terapi yang diterima oleh Tn. D tepat indikasi dan tepat dosis. Masalah terkait obat yang muncul dapat direkomendasikan penyelesaian berupa pemberian obat yang sesuai, pemantauan efek terapi obat melalui hasil laboratorium dan gejala yang timbulkan, pemberian jeda konsumsi obat, dan penyeseuiaan dosis sesuai tatalaksana dan kondisi pasien.

Tuberculosis and empyema are respiratory disease conditions that can affect patients significantly and require good therapeutic management and appropriate measures. Treatment of tuberculosis accompanied by empyema depends on the severity and complexity of the condition. Monitoring drug therapy plays an important role in hospitalized patients with tuberculosis and empyema. The use of antituberculosis drugs can cause side effects including severe hepatotoxicity to life threatening. Therefore, patients suffering from tuberculosis must be monitored for side effects, especially in patients who have comorbidities, are receiving other drugs (polypharmacy) that may cause interactions between drugs, and kidney disorders. Research is carried out by selecting patients, collecting patient-related data, monitoring drug therapy, and examining the existence of drug-related problems. Based on the monitoring and analysis of patient drug therapy that has been carried out, several drug-related problems that can be identified based on the PCNE guidelines and the Hepler and Strand method are indications for no therapy, drug interactions, side effects, excessive drug doses, insufficient drug doses, and duration of excessive drug use. The rest, the therapy received bythe patients is proper in terms of indications and doses. Drug-related problems that arise can be recommended for solutions in the form of administering appropriate drugs, monitoring the effects of drug therapy through laboratory results and the symptoms they cause, giving pauses in drug consumption, and adjusting doses according to the management and condition of the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nathanael
"Penanganan tuberkulosis termasuk tuberkulosis resisten obat telah diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 67 tahun 2016, yang dikembangkan lebih lanjut melalui Petunjuk Teknis Penatalaksanaan Tuberkulosis Resisten Obat di Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2020. Dengan demikian, tugas khusus ini dilakukan untuk mengetahui peran apoteker dalam memantau dan mengawasi rejimen pengobatan tuberculosis resisten obat (TB-RO) yang diresepkan oleh dokter, serta memastikan bahwa rejimen pengobatan yang diberikan sesuai dengan tatalaksana yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI tentang penanganan pasien TB-RO. Pada tugas khusus ini, rejimen pengobatan 9 pasien tuberkulosis resisten obat dikumpulkan kemudian dianalisis kesesuaiannya dengan tata laksana penanganan pasien TB-RO yang termuat dalam Permenkes no. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Analisis dilakukan terhadap kesesuaian pemilihan rejimen obat, dosis, dan beberapa kasus pada pasien-pasien tertentu. Rejimen pengobatan tuberkulosis resisten obat yang diperoleh 9 pasien yang dianalisis didominasi oleh Bedaquiline, Clofazimin, Sikloserin, Levofloxacin, dan Linezolid, serta Piridoksin untuk mengurangi efek samping. Beberapa penyesuaian dilakukan terhadap pasien fase lanjutan yang sudah tidak menerima Bedaquiline, serta pasien yang tidak menerima Linezolid karena efek samping anemia. Berdasarkan tugas khusus ini, dapat disimpulkan bahwa salah satu peran apoteker di puskesmas adalah melakukan verifikasi, konfirmasi, dan pemantauan terhadap pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat, khususnya resisten obat. Rejimen pengobatan sembilan pasien tuberkulosis resisten obat di Puskesmas Kecamatan Cengkareng telah relatif sesuai dengan tatalaksana penanganan tuberkulosis resisten obat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dengan mempertimbangkan kondisi yang dialami pasien.

The Ministry of Health in Indonesia, through Ministerial Regulation No. 67 of 2016 and subsequent Technical Guidelines, oversees the management of tuberculosis (TB) and drug-resistant tuberculosis (TB-DR). This study focuses on the pharmacist's role in monitoring and supervising TB-DR treatment regimens prescribed by doctors. The aim is to ensure alignment with the Ministry of Health's guidelines for TB-DR patient management. In this specific task, the treatment regimens of nine TB-DR patients were collected and analyzed. The assessment considered the appropriateness of drug selection, dosage, and adjustments for specific cases. The identified regimens primarily featured drugs like Bedaquiline, Clofazimine, Cycloserine, Levofloxacin, Linezolid, and Pyridoxine to mitigate side effects. Adjustments were made for patients in advanced stages, discontinuing Bedaquiline, and for those not receiving Linezolid due to anemia. The findings indicate that pharmacists in community health centers play a crucial role in verifying, confirming, and monitoring TB-DR treatment, ensuring adherence to prescribed regimens. The analyzed regimens generally aligned with the Ministry of Health's guidelines, taking into account individual patient conditions. This study underscores the pharmacist's pivotal role in the effective management of TB-DR, contributing to improved patient outcomes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvian Nathanael
"Tuberkulosis adalah penyakit yang membutuhkan penggunaan antimikroba terus menerus dalam jangka panjang untuk mencegah resistensi Mycobacterium tuberculosis pada pasien terhadap rejimen antibiotik tuberkulosis sensitif obat. Prevalensi terjadinya DRP pada pasien tuberkulosis tergolong tinggi sehingga diperlukan suatu tindakan identifikasi, pencegahan, dan pemantauan pada pasien tuberkulosis secara komprehensif. Tugas khusus ini bertujuan untuk memahami dan menjalankan peran apoteker dalam pemantauan terapi obat pasien tuberkulosis dengan komorbid yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. Peran tersebut berupa pemantauan rasionalitas pengobatan yang diterima pasien dan identifikasi masalah terkait pengobatan yang terjadi dalam terapi. Pada tugas khusus ini, dilakukan pemantauan terapi terhadap lima pasien tuberkulosis terpilih dengan kriteria inklusi minimal tiga penyakit penyerta. Satu orang pasien kemudian dipilih untuk dilakukan analisis yang lebih mendalam terhadap rasionalitas terapi dan kemungkinan adanya masalah terkait obat yang teridentifikasi dari hasil pemantauan terapi pasien tersebut. Berdasarkan tugas khusus ini, dapat disimpulkan bahwa peran apoteker dalam melakukan pemantauan terapi obat sebagai salah satu pelayanan farmasi klinis sangat penting. Dari hasil pemantauan terapi obat pada pasien tuberkulosis dengan AIDS, toksoplasmosis, hiperkalsemia, hiponatremia, dan kerusakan ginjal dan hati berat dari tanggal 2 Oktober 2023 – 11 Oktober 2023, dicurigai terdapat beberapa pemberian obat yang kurang rasional, serta terdapat beberapa masalah terkait obat pada terapi pasien. Pemberian obat yang kurang rasional dengan beberapa masalah terkait obat dikhawatirkan berisiko menyebabkan kerugian terhadap pasien.

Tuberculosis (TB) treatment involves prolonged use of antimicrobials to prevent Mycobacterium tuberculosis resistance. Drug-Related Problems (DRPs) are prevalent in TB patients, requiring comprehensive identification and monitoring. This task focuses on understanding the pharmacist's role in monitoring drug therapy for TB patients with comorbidities at Cengkareng Regional General Hospital. The pharmacist monitors treatment rationality and identifies therapy-related issues. Five selected TB patients with a minimum of three comorbidities undergo therapy monitoring, with one patient subject to in-depth analysis. From October 2 to October 11, 2023, a TB patient with AIDS, toxoplasmosis, hypercalcemia, hyponatremia, and severe kidney and liver damage exhibits potentially less rational drug administration and drug-related problems. Pharmacists play a crucial role in clinical pharmacy services, ensuring rational drug use and addressing potential issues, minimizing risks to patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Irsandi Johan
"Penggunaan antibiotik dalam jumlah yang banyak dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat diduga sebagai penyebab utama tingginya jumlah patogen dan bakteri komensal resisten di seluruh dunia. Pengurangan jumlah kejadian penggunaan antibiotik yang tidak tepat merupakan cara terbaik untuk melakukan kontrol terjadinya resistensi bakteri. Batas toleransi bagi masing-masing indikator untuk peresepan antibiotik pada penatalaksanaan ISPA non-pneumonia sebesar 20%, penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan diare non-spesifik 8%. Tujuan dari penyusunan laporan praktik kerja ini adalah untuk mengetahui peran apoteker dalam monitoring penggunaan obat rasional antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik di Puskesmas Kecamatan Kalideres bulan Juni 2023. Pelaksanaan dilakukan secara observasional deskriptif, data penelitian diperoleh secara retrospektif dengan mengambil data resep bulan Juni 2023 melalui sistem setelah dilakukan pelayanan terhadap pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik. Dari monitoring yang telah dilakukan diketahui bahwa persentase penggunaan obat antibiotik pada pasien dengan diagnosis ISPA non-pneumonia dan diare non-spesifik di Puskesmas Kecamatan Kalideres bulan Juni 2023 dapat dikatakan rasional dan telah sesuai dengan kriteria POR Nasional yaitu ≤ 20% untuk kasus ISPA non-pneumonia dan ≤ 8% untuk kasus diare non-spesifik.

The excessive use of antibiotics and inappropriate antibiotic use are suspected as the main causes of the high prevalence of resistant pathogens and commensal bacteria worldwide. Reducing the incidence of inappropriate antibiotic use is the best way to control bacterial resistance. The tolerance limit for each indicator for antibiotic prescribing in the management of non-pneumonia acute respiratory infections (ARIs) is 20%, while for the management of non-specific diarrhea, it is 8%. The purpose of this internship report is to understand the role of pharmacists in monitoring rational antibiotic use in patients diagnosed with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea at the Kalideres District Health Center in June 2023. The implementation was done descriptively through observational methods, with research data obtained retrospectively by collecting prescription data from June 2023 through the system after providing services to patients with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea. From the monitoring conducted, it was found that the percentage of antibiotic drug use in patients diagnosed with non-pneumonia ARIs and non-specific diarrhea at the Kalideres District Health Center in June 2023 can be considered rational and has met the National POR criteria, which are ≤ 20% for non-pneumonia ARIs cases and ≤ 8% for non-specific diarrhea cases."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Puskesmas merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan pada tingkat pertama. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, diantara mikroorganisme yang sering menjadi penyebab ISPA ialah virus dan bakteri. ISPA yang disebabkan oleh bakteri, pada pengobatannya membutuhkan suatu antibakteri atau dikenal dengan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang sering digunakan mengakibatkan besarnya peluang terjadinya penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan mengakibatkan  terjadinya resistensi antibiotik. Umur sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA, anak dan balita lebih beresiko daripada usia dewasa. Tujuan dilakukan tugas khusus ini untu mengetahui nilai rasionalitas dan peresepan antibiotik pada pasien balita di Poli ISPA Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo pada Periode 17 Maret hingga 17 Juni 2023. Pengamatan dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa rekam medik pasien balita di Poli ISPA kemudian ditentukan kriteria inklusi lalu ditentukan kategori rasionalitas dengan metode gyssens. Hasil yang didapat yaitu penggunaan antibiotik peroral pasien  balita di Poli ISPA yang sudah rasional sebanyak 30%.

Distrcit Health Center (Puskesmas) is a health service facility that organizes community health efforts and individual health efforts at the first level. ISPA (Acute Respiratory Infection) is a disease caused by microorganisms, among the microorganisms that often cause ISPA are viruses and bacteria. ISPA caused by bacteria, treatment requires an antibacterial or known as an antibiotic. Frequent use of antibiotics results in a large opportunity for irrational use of antibiotics and results in antibiotic resistance. Age greatly influences the incidence of ISPA, children and toddlers are more at risk than adults. The aim of carrying out this special task is to determine the value of rationality and antibiotic prescribing in toddler patients at the ISPA Poly, Pasar Rebo District Helath Center in the period 17 March to 17 June 2023. Observations were carried out by collecting secondary data in the form of medical records of toddler patients at the ISPA Poly Clinic and then determining the inclusion criteria. then determine the category of rationality using the Gyssens method. The results obtained were that the use of oral antibiotics in toddler patients at the ISPA Poly was rational at 30%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) merupakan sistem pelayanan kesehatan terintegrasi yang dilakukan secara proaktif dan terintegrasi melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan bagi penderita penyakit kronis, sehingga dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik dengan biaya yang efektif dan efisien. Pemantauan Terapi Obat (PTO) bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional dengan cara mengkaji pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD), dan merekomendasikan perubahan atau alternatif terapi. PTO dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan atau kegagalan terapi dapat diketahui. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, kriteria pasien yang mendapatkan pemantauan terapi obat adalah yang memiliki resep polifarmasi, kompleksitas penyakit, dan penggunaan obat serta respons pasien yang sangat individual yang meningkatkan munculnya masalah terkait obat (Kemenkes, 2016). Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada bulan Maret-April 2023 dengan menggunakan metode studi deskriptif non-analitik. Data penelitian diambil dengan metode purposive sampling dari data rekam medis. Data dianalisis secara univariat dengan menganalisis profil pengobatan pasien sesuai dengan DRPs, kemudian disajikan dalam bentuk persentase yang memuat tabel, angka, dan narasi. Evaluasi dilakukan terhadap penggunaan obat pada pasien Prolanis. Dari hasil analisis pemantauan terapi obat pada pasien A, B, dan C, dapat disimpulkan bahwa terapi pengobatan yang diterima oleh pasien A sudah rasional. Namun, pada pasien B dan C masih terdapat beberapa penggunaan obat yang tidak rasional, khususnya beberapa jenis obat yang kemungkinan besar dapat menimbulkan interaksi satu sama lain apabila digunakan secara bersamaan.

Chronic Disease Management Program (Prolanis) is an integrated healthcare service system proactively involving participants, healthcare facilities, and BPJS to maintain the health of chronic disease patients, thus improving their quality of life cost-effectively and efficiently. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) aims to ensure safe, effective, and rational drug therapy by assessing drug selection, dosage, administration method, therapy response, adverse drug reactions (ADRs), and recommending therapy changes or alternatives. According to the Minister of Health Regulation No. 74 of 2016 regarding Pharmaceutical Service Standards at Community Health Centers, patients eligible for medication therapy monitoring are those with polypharmacy, disease complexity, and individual patient responses that increase the occurrence of drug-related problems (Ministry of Health, 2016). The research was conducted at Puskesmas Kecamatan Kalideres in March-April 2023 using a non-analytical descriptive study method. Research data were collected using purposive sampling method from medical record data. The data were analyzed univariately by analyzing the patient's medication profile according to DRPs then presented in the form of percentages containing tables, figures, and narratives. The evaluation was conducted on the use of drugs in Prolanis patients. From the analysis results of medication therapy monitoring in patients A, B, and C, it can be concluded that the treatment received by patient A is rational. However, in patients B and C, there are still some irrational drug uses, especially several types of drugs that are likely to interact with each other if used together.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Penyakit diabetes melitus merupakan masalah kesehatan global yang meningkat dengan cepat pada abad ke-21. Di Indonesia, prevalensi penderita diabetes melitus usia ≥15 tahun pada tahun 2018 adalah sebanyak 2%. Di Jakarta Timur, prevalensi diabetes melitus pada penduduk semua umur adalah sebesar 2,2%. Di kecamatan Pasar Rebo, diabetes melitus merupakan penyakit dengan prevanlesi ke-5 tertinggi pada tahun 2020. Terapi farmakologi yang terdapat pada Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo adalah antidiabetik oral seperti metformin, glimepirid, dan glibenklamid. Informasi penting yang perlu disampaikan terkait penggunaan antidiabetik oral tersebut mencakup aturan pakai, interaksi obat dan makanan, kontraindikasi, serta efek samping. Selain itu, edukasi terkait terapi nonfarmakologi perlu disampaikan seperti perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat, aktivitas fisik teratur, dan manajemen stres. Antidiabetik oral memiliki risiko hipoglikemia, sehingga perlu disampaikan kepada pasien terkait gejala dan penanganannya. Pelayanan informasi yang akurat, jelas, dan objektif terhadap penggunaan antidiabetik oral penting untuk meningkatkan keberhasilan terapi dan kualitas hidup pasien diabetes melitus.

Diabetes mellitus is a rapidly increasing global health concern in the 21st century. In Indonesia, prevalence of diabetes melitus patient with age of ≥15 years in 2018 is 2%. In East Jakarta, the prevalence of diabetes melitus patient with all ages is 2,2%. In Pasar Rebo subdistrict, diabetes melitus is top 5 disease with highest prevalence in 2020. Pharmacological therapy in Pasar Rebo Subdistrict Public Health Center are oral antidiabetics drugs such as metformin, glimepiride, and glibenclamide. Essential information to convey regarding oral antidiabetic use includes dosage guidelines, drug-food interactions, contraindications, and side effect. Additionally, education on non-pharmacological therapy is crucial, including lifestyle changes such as healthy eating patterns, regular physical activity, and stress management. Antidiabetic oral has risk of hypoglycemia hence it should also be communicated to patients, along with symptoms and management steps. Providing accurate, clear, and objective information on the use of oral antidiabetics is essential to enhance therapy success and improve the quality of life for diabetes mellitus patients"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Febrianti
"Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar setiap tahunnya dapat diketahui bahwa penyakit masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia serta diakibatkan oleh tidak tepatnya tata laksana diare baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Penelitian ini dilakukan terhadap Rekam medik balita yang mengalami diare yang datang ke poli Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penelitian ini dibagi kedalam 5 kelompok yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks masa tubuh, penggunaan obat dan bentuk obat, dan tempat dosis. Hasil menunjukkan bahwa Pasien diare balita berjenis kelamin laki-laki memiliki kasus terbanyak yaitu 32 pasien (51.6%) dan perempuan berjumlah 30 pasien (48.4%). Jumlah usia pasien diare pada balita usia 0 tahun berjumlah 16 pasien (25.8%) dan usia 1 – 5 tahun berjumlah 46 pasien (74.2%). Kelompok indeks masa tubuh pasien diare pada balita berdasarkan standar WHO yaitu kelompok indeks masa tubuh kurang berjumlah yang diberikan 58 pasien (93.5%) dan indeks masa tubuh normal berjumlah 4 pasien (6.5%). Berdasarkan penggunaan obat dan bentuk sediaan obat diperoleh penggunaan obat pada pasien diare balita di poli MTBS lebih ke terapi supportif dengan oralit dan zinc. Pengobayan diare tepat dosis pada obat oralit dan zinc sebanyak 0 kasus (100%), dan cotrimoxazole tepat dosis sebanyak 2 kasus (66.67 %) dan terdapat 1 kasus (33.33%) tidak tepat dosis.

Based on the Household Health Survey, Mortality Study and Basic Health Research every year it is seen that disease is still the main cause of under-five mortality in Indonesia and is caused by improper handling of diarrhea both at home and in health. Facility. This research was conducted on the medical records of toddlers who experienced diarrhea who came to the Integrated Management of Sick Toddlers at the Pasar Rebo District Health Center. This study was divided into 5 groups based on gender, age, body mass index, drug use and drug form, and place of drug administration. The results showed that male toddlers with diarrhea had the most cases, namely 32 sufferers (51.6%) and 30 female sufferers (48.4%). The number of diarrhea sufferers in toddlers aged 0 years was 16 sufferers (25.8%) and aged 1-5 years were 46 sufferers (74.2%). Based on WHO standards, the body mass index group for diarrhea sufferers was less than 58 patients (93.5%) and 4 patients (6.5%) had normal body mass index. Based on the use of drugs and drug dosage forms, it was found that the use of drugs in children with diarrhea under five at the MTBS poly was more supportive of therapy with ORS and zinc. Treatment of diarrhea with ORS and zinc was dosed correctly in 0 cases (100%), and co-trimoxazole was dosed correctly in 2 cases (66.67%) and there was 1 case (33.33%) wrong dose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Dwi Khairani
"Penulisan laporan tugas khusus praktik kerja profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan Makasar bertujuan untuk mengetahui efek samping, alur pelaporan, dan monitoring efek samping dari obat TB dan HIV di Puskesmas Kecamatan Makasar. Penulisan laporan ini menggunakan sampel data 7 (tujuh) pasien yang mengkonsumsi obat TB dan HIV pada periode waktu Mei 2022 – Februari 2023 dengan metode observasional. Hasil yang didapatkan dari ketujuh pasien tersebut adalah sebanyak 3 (tiga) dari 7 (tujuh) pasien mengalami efek samping obat tuberkulosis yaitu pirazinamid ditandai dengan pasien mengalami mual dan muntah yang berlebih. Oleh karena itu, ketiga pasien dirujuk ke rumah sakit untuk ditangani lebih lanjut. Setelah itu, 2 (dua) dari 7 (tujuh) pasien mengalami efek samping levofloxacin dan 2 (dua) lainnya mengalami efek samping dari obat HIV yaitu efavirenz. Tindak lanjut dari pasien yang mengalami efek samping obat levofloxacin adalah obat belum bisa dihentikan dikarenakan masih tahap pengobatan TB-MDR sedangkan untuk tindak lanjut dari pasien yang mengalami efek samping efavirenz adalah penggantian terapi ARV menjadi KDT yang mengandung dolutegravir. Data monitoring efek samping obat yang didapatkan, kemudian dilakukan pelaporan ke e-MESO.

A special assignment report pharmacist professional work practice is writing at the Makasar District Health Center with the purpose to knowing about the side effects, monitoring the side effect and reporting flow of the side effects of tuberculosis and HIV drugs at the Makasar District Health Center. This report is using 7 total sample patients who consumes TB and HIV drugs with the period May 2022 – Februari 2023 with the observasional method. The results of this report from the seven of patients were as many as three of the seven patients was experienced the side effects of tuberculosis drug which is pyrazinamid by viewed nausea and vomiting. Therefore, that patients were referred to the hospital for the further treatment. The next is, two of seven patients experienced the side effects of levofloxacin and the others are efavirenz. The follow up of levofloxacin is the drug cant be discontinued because it’s still in the MDR-TB treatment. The follow up of efavirenz is the replacement of ARV therapy to KDT with dolutegravir. The data of monitoring side effects was obtained and then reported to e-MESO.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Natania Kurniadi
"Tuberkulosis (TB) hingga saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat dunia. Di Indonesia, prevalensi infeksi TB mencapai 8,5% dan merupakan angka prevalensi TB terbesar kedua di dunia pada tahun 2019. Dalam rangka mendukung keberhasilan program penanggulangan TB nasional, dilaksanakan upaya pemantauan dan evaluasi keberhasilan program penanggulangan TB di Indonesia. Sejak bulan Maret 2022 – Mei 2023, puskesmas kecamatan cengkareng telah melayani 166 pasien dewasa TB Sensitif Obat (TB-SO) dosis intermiten. Dalam rangka menilai keberhasilan program tersebut, dilakukan evaluasi hasil pengobatan periode Maret 2022 – April 2023 serta dilakukan penyusun leaflet sebagai sarana edukasi pengobatan TB-SO dosis intermiten. Evaluasi pengobatan dilaksanakan melalui pengelolahan data retrospektif menggunakan perangkat lunak Microsoft excel dari data sekunder hasil rekapitulasi pengobatan OAT 2HRZE/4H3R3 sejak bulan Maret 2022 – Mei 2023. Sedangkan, pembuatan leaflet dilakukan berdasarkan studi literatur dari pustaka tahun 2009 – 2021 dan ditulis secara ringkas dan menarik. Berdasarkan hasil evaluasi, dari 166 pasien dewasa TB-SO dosis intermiten; 48,80% pasien sembuh; 13,25% pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan lain; 9,64% pasien Loss to Follow Up; 0,6% pasien meninggal; 21,08% pasien menjalankan terapi fase awal; dan 6,63% pasien menjalankan terapi fase lanjutan. Selain itu, telah dibuat leaflet pengobatan TB dosis 4HRZE/2H3R3 sebagai media edukasi bagi pasien TB.

Tuberculosis (TB) has become one of the world's public health problems. In Indonesia, the prevalence of TB infection reached 8.5% and was the second highest TB prevalence in the world in 2019. To support the success of the national TB program, evaluation, and monitoring of TB programs in Indonesia were carried out. From March 2022 – May 2023, Puskesmas kecamatan cengkareng has treated 166 adult patients with drug-sensitive TB (SO-TB). To assess the success of the program, an evaluation of the treatment was carried out and the leaflet was compiled as an educational media. The evaluation was carried out retrospectively using secondary data from the recapitulation of OAT 2HRZE/4H3R3 treatment from March 2022 – May 2023, all the data were processed using Microsoft Excel software. Meanwhile, the leaflet was created based on literature studies from the 2009 – 2021 literature. Based on the evaluation results, from 166 adult patients with intermittent dose TB-SO; 48.80% of the patients recovered; 13.25% of patients were referred to other health facilities; 9.64% of patients were Loss to Follow Up; 0.6% of patients died; 21.08% of patients underwent intensive phase therapy; and 6.63% of patients underwent continuous phase therapy. In addition, the leaflet for drug-sensitive TB has been made as educational media for TB patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>