Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14385 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daniel Harsono Viery
"Respon kontemporer terhadap akomodasi interpretasi psikologistik terhadap korpus fiksi di dalam filsafat oleh Jillian Isenberg merupakan salah satu motivasi tesis ini. Usaha tersebut memperluas pemahaman yang kurang lebih bertahan hingga hampir satu abad yang dimulai dari anggapan Frege dalam misi logisismenya terhadap menganggap suatu korpus logika dan psikologi tidak dapat saling tumpang tindih, dan lantas, fiksi yang erat dengan kondisi emosional manusia niscaya mengandung bahasa yang cenderung bersifat emotif yang tidak dapat dijustifikasi kebenarannya yang di mana kebenarannya dapat dijustifikasi setidaknya dengan memiliki referensi. Di dalam tulisan ini, kekhawatiran Fregean viz logisisme hingga kaum realisme fiksi seperti David Lewis hingga kaum bahasa keseharian seperti John Searl akan dikaji dengan kilas terhadap nilai kebenaran teori glap, yang ditawarkan oleh Jenny Matthias yang di mana teori glap merupakan sintesis dari teori kebenaran glut dan gap. Tesis ini berargumen bahwa kekhawatiran terhadap fiksi dapat dirumuskan terutama dalam dua poin: (1) Inkonsistensi kebenarannya, (2) Relasinya terhadap realitas aktual qua referensinya—saya akan menganggap permasalahan ini sebagai permasalahan kekaburan. (1) akan lebih banyak mendapat perhatian melalui teori kebenaran, terutama glap, (2) akan diteliti lebih lanjut melalui pandangan fiksi tanpa pretensi seperti oleh Isenberg didukung oleh Akiba di dalam pandangan modal terhadap kekaburan. Dengan validasi yang diberikan, saya menawarkan pandangan kerangka teoritik fenomenologis sebagai titik berangkat interpretasi atau alternatif selanjutnya di dalam korpus fiksi bagaimana sebenarnya pandangan psikologis sepenuhnya tidak dapat kita pertahankan melainkan adanya afirmasi intensional yang selalu mengikuti hingga di dalam logika sekalipun.

This thesis is inspired by the contemporary academic discourse on integrating psychological interpretations within the corpus of fictional philosophy, as exemplified by Jillian Isenberg's work. It extends the debate that has evolved over nearly a century, starting with Frege's assertion in his logicism that a corpus of logic and psychology are mutually exclusive. This assertion highlights that fiction, inherently linked to human emotions, often includes emotive language whose truth cannot be simply justified by references. This paper explores a range of perspectives from Fregean logicism to David Lewis's fictional realism, and everyday language analysis by John Searle. Special emphasis is placed on evaluating the 'glap' theory's truth value, proposed by Jenny Matthias. 'Glap' theory is a synthesis of the 'glut' and 'gaps' theories. The thesis argues that the dilemma of fiction can be primarily broken down into two issues: (1) The inconsistency in its truthfulness, and (2) Its relationship to actual reality in terms of references. These issues are approached as problems of vagueness.The focus is more on (1), examined through the lens of truth theories, particularly 'glap', while (2) is explored through a non-presumptive fictional perspective as advocated by Isenberg and supported by Akiba's modal view of vagueness. This thesis proposes a phenomenological theoretical framework as a foundational or alternative approach for interpreting the corpus of fiction, emphasizing that a purely psychological viewpoint is indefensible except for intentional affirmations that persist even in logic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Emma Wandhita
"Artikel ini membahas tentang sudut pandang imigran terhadap kehidupan di kedua wilayah Berlin yakni Berlin Barat dan Berlin Timur sebelum dan setelah tembok Berlin diruntuhkan dalam cerpen. Karya ini juga menampilkan kota Istanbul sebagai kota yang nasibnya hampir mirip dengan berlin. Makalah ini akan menarik persamaan dan perbedaan untur ekstrinsik dan intrinsik dalam cerpen Mein Berlin, Ulis Weinen dan Mein Istanbul. Saya menganalisis ketiga cerpen tersebut dengan teori Hermenuetik.

This paper discuss about immigrant?s prespective of live in West and East Berlin, before and after the Fall of the great Berlin Wall. The city of Istanbul is showed tooas the twin of Berlin from the East whose had same fate. This work will pull out some similarities and differences of extrinsic and intrinsic elements from three stories; Mein Berlin, Ulis Weinen and Mein Istanbul using Hermeneutic theory."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marista Christina Shally Kabelen
"Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari nilai. Bagi masyarakat Yogyakarta, nilai selalu mengiringi setiap ritual dalam siklus kehidupan manusia. Salah satu bentuk ritual yang masih dilestarikan masyarakat Yogyakarta adalah slametan. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengkaji nilai dalam slametan masyarakat Yogyakarta dalam perspektif Max Scheler. Penelitian ini menggunakan metode interpretasi melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; slametan masyarakat Yogyakarta adalah fenomena yang menekankan pengalaman intuitif terhadap pemahamannya atas Yang Mutlak. Dalam perpektif Max Scheler slametan sebagai ritual memiliki makna simbol dalam sesajinya mengandung empat gugus nilai, yakni: nilai kenikmatan, nilai vitalitas, nilai spiritual, dan nilai kesucian.

Human's life can not be detached from value. For Yogyakarta?s society, value always accompanied each rituals in human's life cycle. One form of ritual still preserved by Yogyakarta?s society is slametan. The purpose of this research is to assess the value in slametan of Yogyakarta?s society in Max Scheler's perspective. This research using interpretation method through literature review. The outcome of this research are; The Yogyakarta?s society?s slametan is a phenomena that stressed the intuitive experiences on its comprehension of The Absolute. In Max Scheler's perspective, slametan as ritual has symbol meaning in its sesaji (offerings) consists four values, which are: pleasure value, vitality value, spiritual value, and holiness value."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Asmarani
"Hermeneutika merupakan salah satu cabang ilmu dalam sastra. Melalui hermeneutika, sebuah teks ditafsirkan dan dikaji dengan cermat agar mendapatkan makna yang tepat. Di samping itu, hermeneutik juga dapat digunakan untuk memperluas cakrawala pengetahuan manusia. Dengan metode hermeneutik ini, penulis mengkaji salah satu bab dalam buku Eine Ärztin im Dschungel von Sumatra karya Inge Schubart.
Buku ini merupakan buku jenis autobiografi, yakni pengarang berperan sebagai tokoh utama. Buku yang bedasarkan kisah nyata ini menarik untuk ditelaah karena pembaca akan mendapatkan wawasan baru mengenai sudut pandang, yang dikemukakan oleh Gadamer sebagai Horizont. Eine Ärztin im Dschungel von Sumatra bercerita tentang seorang dokter wanita yang ditugaskan ke Desa Tjurup, Sumatera Selatan.
Buku ini mengajak pembaca untuk melihat secara jelas isi kepala pengarang yang mengalami gegar budaya karena kepindahannya ke daerah yang berbeda budaya. Peristiwa-peristiwa lintas budaya yang dialami oleh tokoh ich tersebut akan dianalisis melalui hermeneutika Gadamer beserta teori-teori yang terkait seperti interkultural dan unsur toleran oleh S. Yagi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyah Mujahidah
"[ABSTRAK
Ibu yang mengalami kematian bayi akan melalui proses kehilangan dan berduka.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman kehilangan
dan berduka pada ibu yang mengalami kematian bayi. Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif dengan desain fenomenologi kepada sepuluh partisipan di
kecamatan Limo kota Depok. Hasil penelitian ini menemukan tujuh tema : penyebab
kematian bayi, tahapan berduka, respon setelah kehilangan, dukungan sistem sosial,
hikmah kehilangan, harapan pasca kehilangan dan strategi koping. Penelitian ini
memberikan saran pada pihka-pihak terkait dalam pendampingan maupun pemberian
asuhan keperawatan kehilangan dan berduka pada ibu yang mengalami kematian
bayi agar ibu dapat bangkit dan melanjutkan hidup kembali.

ABSTRACT
Mothers who experienced the death of a baby would be going through the process of
lost and grieving. The purpose of this research study was to explore the experience of
lost and grieving among women who experienced infant deaths. This research used a
qualitative research method with phenomenological design to ten participants
consisted of mothers in subdistrict Limo Depok city meeting the criteria. The result
of this study revealed seven themes: the causes of infant deaths, the phase of
grieving, responses after loss, social systems support, the lessons of lost, after loss
expectations and coping strategies. It’s recommended that the units should be
actively involved in facilitating and providing nursing care to the mothers to enable
the mothers to cope with the feeling of lost and continues with their happy life., Mothers who experienced the death of a baby would be going through the process of
lost and grieving. The purpose of this research study was to explore the experience of
lost and grieving among women who experienced infant deaths. This research used a
qualitative research method with phenomenological design to ten participants
consisted of mothers in subdistrict Limo Depok city meeting the criteria. The result
of this study revealed seven themes: the causes of infant deaths, the phase of
grieving, responses after loss, social systems support, the lessons of lost, after loss
expectations and coping strategies. It’s recommended that the units should be
actively involved in facilitating and providing nursing care to the mothers to enable
the mothers to cope with the feeling of lost and continues with their happy life.]"
2015
T43304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mansyuri
"Realitas sosial akan kekerasan bernuansa agama di masyarakat adalah fenomena tidak terbantahkan. Diakui atau tidak, fenomena kekerasan bernuansa agama kerap terjadi ketika terdapat persinggungan dan pergesekan antar ideologi dan keyakinan. Klaim atas keabsolutan agama, kekhawatiran akan merosotnya wibawa agama, menjaga dan mempertahankan kesucian agama, telah membawa mereka pada tindak kekerasan, baik fisik maupun simbolik. Kesemuanya itu termotivasi atas keinginan dan kerinduan untuk kembali kepada kehidupan murni yang kekal sebagaimana telah berlangsung pada masa awal agama.
Ajaran agama mempunyai status sebagai entitas suci bagi manusia yang mengandung moralitas dan etika yang luhur. Ia diyakini sebagai manifestasi kebaikan, kebahagiaan, kedamaian dan hukum normative yang kekal. Ia melingkupi seluruh kehidupan manusia. Maka ajaran agama sesungguhnya tidak mengajarkan kekerasan, namun fenomena kekerasan bernuansa agama itu adalah kepastian.
Melalui peneltian fenomenologi yang dihubungkan dengan ?The Myth of Eternal Return? dari Mircea Eliade ini, digunakan untuk mengungkap maknamakna yang tersirat maupun yang tersurat dari fenomena kekerasan bernuansa agama. Esensi dari itu semua diharapkan dapat mengurai problem yang dihadapi dewasa ini.

The Social reality of violence nuanced religion in society is a phenomenon indisputable. Recognized or not, the phenomenon of violence nuanced religious often occurs because the ideology and beliefs have been friction. The Claims of absolute religion, the anxiety about the decline of religious authority, to preserve and defend the sacredness of religion, those were led them to violence, both physical and symbolic. All of them motivated for a desire and longing to return for living as pure eternal place in the early days of the religion.
The religion?s wisdom have a status of sacred entity which containing a noble morality and ethics to the human being. It is believed to be manifestations of goodness, happiness, peace and eternal normative law. It surrounds the whole of human life. So, religion?s wisdom did not teach the violence, but the phenomenon of violence nuanced religion is certainty.
Through the study of phenomenology associated with "The Myth of Eternal Return" from Mircea Eliade was used to uncover the meanings of implicit or explicit from the religious violent phenomenon. The essence of phenomenology in this writing is expected to unravel the problems this time and the future."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29647
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Apollo
"Studi fenomena bukan hal baru, semenjak Yunani klasik. istilah itu berasal dari kata fenomena, dapat diterjemahkan sebagai penampilan dan menunjukkan indera (doxa Platon atau garis dua membagi, Platon, Politeia 534a3 bentuk metafora alegori untuk mencapai ["idea Yang Baik"] yakni: (a) Matahari (Sun), (b) Dua Garis Membagi (Divided Line), (c) Gua (Cave) sebagai proses bolak balik. Demikian halnya dengan fenomena Aristotle menyebutnya “Ousia” adalah istilah untuk konsep filosofis tentang esensi atau substansi atau 1 substansi dan 9 kategori. Di sisi lain, fenomenologi terdiri dari kata logos, yang berarti kata, ucapan atau pengajaran. Istilah fenomenologi mencakup tren filosofis saat ini, yang muncul pada awal abad ke-18 di Friedrich Christoph Oetinger dan Filsafat Johann Heinrich Lambert..."
Jakarta: PT Nas Media Indonesia, 2023
142.7 APO f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Laksmi Gondokusumo
"Disertasi ini mengungkapkan penelusuran mencari hakikat/makna yang tersembunyi di dalam perwujudan karya arsitektur. Penampakan karya arsitektur menimbulkan kesadaran akan sesuatu yang terkandung di dalamnya, sehingga penelusuran dilakukan untuk menjawab permasalahan yang muncul yaitu: 1) Bagaimana menemukan kembali kekayaan makna karya arsitektur seperti sebelum hampir dua abad terakhir? 2) Apakah imajinasi yang terwujud dalam produk suatu karya arsitektur dapat diungkapkan secara esensial? 3) Apakah suatu kesadaran intensional dapat mengungkapkan makna dalam berbagai manifestasi arsitektur? 4) Apakah arsitektur sebagai keterpaduan seni dan teknologi dapat menciptakan lingkungan buatan yang sesuai untuk tempat menghuni ? Penelusuran dilakukan dengan menggunakan cara berpikir filosofis dan metode fenomenologi.
Kesimpulan :
Dengan pemahaman dan pemikiran yang ketat dan cermat manusia dapat menemukan kekayaan makna wujud arsitektur. Pengungkapan makna suatu imajinasi manusia di dalam wujud arsitektur yang diciptakannya dapat ditemukan dengan cara pikir kritis yang memiliki jenjang kesadaran intensionalitas dan mereduksi. Penampakan fenomena karya arsitektur menyadarkan kemampuan simbolis dan kemampuan persepsi manusia dalam memahami wujud arsitektur untuk menyampaikan dan menerima pesan-pesan yang tersirat. Dengan cara memadukan antara seni dan teknik secara holistik maka akan terciptalah suatu tempat menghuni bagi manusia yang memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya dalam menjalani kehidupan. Penataan lingkungan buatan mempengaruhi penghayatan bagi penghuni karena harus memenuhi kedua kebutuhan hakiki tersebut.

This thesis will see through an inquisition to disclose the significance /spirit behind the architectural works concretization. The disclosure of architectural works inspired the intentional awareness towards the content born in it, that the research is intended to answer upcoming issues namely: 1) How to gain back the prosperity of the architectural work significance like as it was prior to the previous almost two centuries? 2) Are the imagination materialized in the product of an architectural works could be inherently revealed? 3) Will an intentional awareness be able to reveal the essence of various architectural manifestations? 4) is architecture as a synthesis of art and technology is able to constitutes an build environment suitable as a place to dwell ? Tracking will use a philosophical way of thinking and a methodology named phenomenology.
Conclusion:
Through a mindful and "rigorous" thinking humankind are able to find the significance of the architectural form prosperity. Unraveling the meaning of the human imagination in the form of architecture they create could be discovered by a critical way of thinking having an intentional and reducing awareness path. Phenomenon of architectural work awakens symbolization and humankind perception ability to comprehend architectural shape to convey and receive messages implied. By synthesizing between art and technology a holistically pattern will constitutes a dwelling territory for mankind to fulfill their physical and spiritual needs for their lives. The build environmental arrangement influences the adoption for the inhabitant since they have to fulfill the two basic needs."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D520
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Suriani Shiddiq
"Teks dengan media apapun sesungguhnya diam, tanpa sentuhan pembaca. Dari sinilah bermuara lahirnya interpretasi atau penafsiran. Setiap orang pasti berbeda-beda dalam memaknai suatu teks, ini disebabkan terdapat 'jarak' ruang dan waktu antara teks-bacaan dengan si penafsir (pembaca; interpretator). Apalagi jika teks yang dimaksud di sini adalah kitab suci, wahyu Tuhan, The Word of God yang diturunkan melalui perantaraan seorang "nabi" (interpretator) yang notabene sulit dilacak sumber awalnya. Hermeneutika dan tafsir Al- Qur'an adalah dua metode yang dipakai untuk dapat menjangkau aspek historis, pengalaman dan fenomena sosial yang melatarbelakangi lahirnya suatu teks.
Dalam kajian teks-teks kitab suci terutama lnjil, hermeneutika digunakan untuk memahami teks itu sendiri maupun relasi antara teks (inter-text) dengan sang penafsir dan problem sosial yang terjadi sewaktu teks tersebut lahir, yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Inilah yang kemudian melahirkan dua kecenderungan dalam hermeneutika yakni diachronic-subjective dan synchronic-objective.
Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan tiga metode hermenutika, yakni: (1) Tradisional; (2) Dialektik; dan (3) Ontologis. Metode inilah yang kemudian rnemunculkan berbagai aliran hermeneutika, seperti hermeneutika pilologis-teologis (Wolf-Ast dan Schleirmacher), hermeneutika filosofis (Hans-Georg Gadamer), hermeneutika eksistensial-ontologis (Martin Heidegger), henneneutika fenomenologis (Paul Ricoeur) dan hermeneutika kritis (Karl Otto Apel).
Sebagai metodologi pemaknaan dan pemahaman terhadap teks, hermeneutika telah mengalami perubahan paradigma yang sangat signifikan. Pada awalnya problem hermeneutika hanya menyangkut problem pemaknaan teks kitab suci semata, maka pada era selanjutnya hermeneutika juga digunakan sebagai altematif metodologi pemahaman terhadap fenomena manusia, alam dan ragam sasial yang melatarinya.
Seperti halnya hermeneutika, kajian terhadap teks Al Qur'an juga terus mengalami perkembangan. Ini disebabkan terus berkembangnya metodologi penafsiran sepanjang waktu. Lahirlah, kemudian, dua kecenderungan penafsiran, yaitu penafsiran tekstual (tafsir bi al ma'tsur) yang secara teoritik menyangkut aspek teks dengan problem semiotika dan semantiknya, dan model penafsiran kontekstual-rasional (tafsir bi al ra'yi) yang secara teoritik menyangkut aspek konteks di dalam teks yang mereprentasikan ruang-ruang sosial budaya yang beragam di mana teks itu muncul. Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan empat metodologi penafsiran yakni (1) Tahlili; (2) Ijmali; (3) Mugaran; dan (4) Maudlu'.
Keempat metodologi penafsiran tersebut menjadi sangat penting dibahas mengingat dari sinilah kemudian lahir berbagai problematika pemaknaan dalam memahami teks Al Qur'an termasuk di dalamnya adalah metodologi hermeneutika Al Qur'an yang hingga sekarang masih mengalami kontroversi. Kontroversi itu menyangkut adanya prosupposisi bahwa metode hermeneutika tidak dapat dipakaikan untuk menafsirkan at Qur'an.
Secara umum, antara hermeneutika dengan tafsir yang selama ini dikenal relatif hampir lama dari sisi penerapannya. Hanya saja, keduanya memiliki karakteristiknya sendirisendiri yang sangat khas. Hermeneutika yang berlatarbelakang teologi Kristen dan Al Qur'an yang berlatarbelakang Islam secara substansial sumbernya jelas berbeda.
Namun demikian, keduanya secara harfiah memiliki fungsi yang sarna, yakni memaknai, menterjemahkan atau menafsirkan. Akan tetapi secara historis keduanya memiliki rnakna yang relatif berbeda. Kalaupun ada persamaan semata menyangkut logika Bahasa dan pemaknaan terhadap fenomena yang melatarbelakanginya. Secara metodologis antara hermeneutika dan tafsir Al Qur'an juga tidak berbeda. Sebab, keduanya sama-sama dipakai dalam konteks untuk memahami teks yang secara historis berbeda jarak ruang dan waktunya. Keduanya bahkan dipandang dapat pula saling melengkapi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat , 2019
200 SODE 6:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>