Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152820 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sakinah
"Pada pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO), ada kemungkinan pasien mengalami Kejadian Tidak Diinginkan (KTD). KTD serius dapat menyebabkan kematian, keadaan yang mengancam yang jiwa, kecacatan permanen, dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Maka dari itu, setiap fasilitas kesehatan TB RO perlu mencatat dan melaporkan KTD Serius. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mencatat dan menganalisis KTD Serius pada pasien TB RO di Rumah Sakit Universitas Indonesia pada periode Juli – November 2022. KTD Serius pada pasien TB RO dilihat dari Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) pada sistem AFYA Rumah Sakit Universitas Indonesia. Kemudian KTD serius dicatat ke dalam Formulir Pelaporan KTD Serius dan dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan 8 pasien TB RO yang mengalami KTD serius dan 3 pasien diantaranya mengalami KTD serius sebanyak 2 kali sehingga total ada 11 laporan KTD serius. KTD serius yang ditemukan pada pasien antara lain sesak napas (72,7%), mual muntah (36,4%), nyeri (36,4%), gangguan pencernaan (18,2%), demam (18,2%), batuk darah (9%), dan ruam gatal (9%). Kesimpulannya adalah terdapat sebanyak 11 laporan KTD serius pada pasien TB RO dan KTD serius yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah sesak napas.

In the treatment of drug-resistant Tuberculosis (DR TB), there is a possibility that the patient will experience an adverse event. Serious adverse events can cause death, life-threatening conditions, permanent disability, and hospitalization. Therefore, every DR TB health facility needs to record and report serious adverse events. The purpose of this special assignment was to record and analyze serious adverse events in DR TB patients at the Universitas Indonesia Hospital in the period July – November 2022. Serious adverse events in DR TB patients can be seen from the integrated patient progress record in the Universitas Indonesia Hospital AFYA system. Then the serious adverse event was recorded on the serious adverse event reporting form and analyzed. The results showed that there were 8 DR TB patients who had serious adverse events, and 3 of them had two serious adverse events, for a total of 11 serious adverse events reported. Serious adverse events found in patients included shortness of breath (72.7%), nausea, vomiting (36.4%), pain (36.4%), digestive disorders (18.2%), fever (18.2%), coughing up blood (9%), and an itchy rash (9%). In conclusion, there were 11 reports of serious adverse events in DR TB patients, and the most common serious adverse event found in patients was shortness of breath."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shena Masyita Deviernur
"Proporsi pasien Tuberkulosis Resistan Obat (TB RO) yang memiliki hasil akhir pengobatan meninggal meningkat di tahun 2021 menjadi 19%. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan menggunakan data kasus TB RO yang memulai pengobatan tahun 2020-2021 dan telah memiliki hasil akhir pengobatan hingga Mei 2023 dan tercatat pada Sistem Informasi Tuberkulosis. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression. Jumlah sampel penelitian adalah 7.515. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 19,39% pasien meninggal dengan laju kejadian keseluruhan adalah 6 per 10.000 orang hari dan probabilitas kumulatif survival sebesar 73%. Analisis multivariat menunjukkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian pasien TB RO selama masa pengobatan di Indonesia adalah kelompok umur 45-65 (HR 1,519; 95% CI 1,275-1,809) tahun dan 65+ (HR 3,170; 95% CI 2,512-4,001), wilayah fasyankes Jawa-Bali (HR 1,474; 95% CI 1,267-1,714), koinfeksi HIV (HR 3,493; 95% CI 2,785-4,379), tidak mengetahui status HIV (HR 1,655; 95% CI 1,474-1,858) memiliki riwayat pengobatan (HR 1,244; 95% CI 1,117-1,385), tidak konversi ≤3 bulan (HR 4,435; 95% CI 3,920-5,017), paduan pengobatan LTR (1,759; 95% CI 1,559-1,985), kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat 1-30 hari (HR 0,844; 95% CI 0,748-0,953) dan kepatuhan pengobatan pada kelompok tidak minum obat >30 hari (HR 0,318; 95% CI 0,273-0,370). 

The proportion of drug-resistant tuberculosis (RO-TB) patients who have the final outcome of treatment will die in 2021 to 19%. The purpose of this study was to determine the risk factors for death of TB RO patients during the treatment period in Indonesia. The design of this study was a retrospective cohort using data on TB RO cases that started treatment in 2020-2021 and had final treatment results until May 2023 and were recorded in the Tuberculosis Information System. The analysis used in this study is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using cox regression. The number of research samples is 7,515. The results of this study showed that 19.39% of patients died with an overall incidence rate of 6 per 10,000 person days and a cumulative probability of survival of 73%. Multivariate analysis shows that the factors that influence the death of TB RO patients during the period of treatment in Indonesia are the age group 45-65 (HR 1.519; 95% CI 1.275-1.809) years and 65+ (HR 3.170; 95% CI 2.512-4.001), health facilities area Java-Bali (HR 1.474; 95% CI 1.267-1.714), HIV coinfection (HR 3.493; 95% CI 2.785-4.379), do not know HIV status (HR 1.655; 95% CI 1.474-1.858) have a history of treatment ( HR 1.244; 95% CI 1.117-1.385), no conversion ≤3 months (HR 4.435; 95% CI 3.920-5.017), mixed treatment LTR (1.759; 95% CI 1.559-1.985), treatment adherence in non-medication group 1 -30 days (HR 0.844; 95% CI 0.748-0.953) and medication adherence in the non-medication group >30 days (HR 0.318; 95% CI 0.273-0.370)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afianti Hasanah
"Indonesia masuk kedalam Negara dengan tiga beban TB tertinggi, salah satunya adalah TB-MDR. Persentase kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia melebihi batasan target WHO yaitu 10. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian pada pasien Tuberkulosis Multi Drug Resistance TB-MDR selama masa pengobatan di Indonesia tahun 2010-2014. Desain penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional menggunakan data sekunder registrasi kohort e-TB Manager Surveilans TB Resistan Obat 2010-2014.
Variabel independen pada penelitian ini meliputi faktor kerentanan individu usia, jenis kelamin, komorbid diabetes mellitus, jumlah resistansi OAT, hasil pemeriksaan sputum di awal pengobatan, faktor kerentanan sistem kesehatan riwayat pengobatan TB sebelumnya dan interval inisiasi pengobatan, dan faktor kerentanan sosial wilayah tempat tinggal. Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil akhir kematian pada pasien TB-MDR. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dengan kematian pada pasien TB-MDR selama masa pengobatan.

Indonesia is one of the countries in three high burden country list, partially MDR TB. The presentation of mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia is above WHO target which is 10. This study aimed to describe the epidemiological and factors associated with mortality among MDR TB patients during treatment in Indonesia from 2010 through 2014. The study was conducted with cross sectional using secondary data cohort registration e TB Manager Surveillance of TB Drugs Resistance 2010 2014.
Independent variables of this study were individual vulnerability age, sex, diabetes mellitus comorbidities, number of drugs resistance, initial sputum test, programmatic or institutional vulnerability previous history of TB treatment and interval of treatment, and social vulnerability living status. Dependent variable of this study was the end of treatment result for mortality among MDR TB patients. The results indicated that age associated with mortality among MDR TB patients during treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jefman Efendi Marzuki HY
"Pendahuluan: Delamanid (DLM) merupakan obat baru tuberkulosis resistan obat (TB-RO) yang sudah digunakan di Indonesia sejak tahun 2019. DLM diketahui dapat menginhibisi kanal kalium hERG sehingga berpotensi menyebabkan pemanjangan interval QT hingga risiko Torsades de pointes (TdP). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan interval QTc pada pasien TB-RO yang mendapatkan paduan DLM dibandingkan dengan kelompok tanpa paduan DLM yakni shorter treatment regimens (STR) dengan injeksi di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder di RSPG dan RSSA. Nilai interval QTc dan perubahan nilai interval QTc dari baseline (ΔQTc) akan dinilai selama 24 minggu.
Hasil: Peningkatan rerata interval QTc dan ΔQTc pada kelompok DLM dan STR dengan injeksi terjadi sejak minggu pertama pengobatan. Peningkatan interval QTc maksimum dan ΔQTc yang lebih kecil pada kelompok DLM dengan mean difference 18,6 milidetik (95%IK 0,3 sampai 37,5) dan 31,6 milidetik (95%IK 14,1 sampai 49,1). Proporsi pemanjangan interval QTc lebih kecil pada kelompok DLM dibandingkan STR dengan injeksi (RR= 0,62; 95%IK 0,42 sampai 0,93).
Kesimpulan: Penelitian ini mengindikasikan paduan mengandung DLM cenderung lebih sedikit meningkatkan interval QTc dibandingkan kelompok STR dengan injeksi. Akan tetapi, pemantauan ketat risiko pemanjangan interval QT perlu dilakukan pada penggunaan obat yang berisiko memperpanjang interval QT.

Backgrounds: Delamanid (DLM) is a tuberculosis resistant (TB-RO) drug and has been used in Indonesia since 2019. It is known that DLM inhibits hERG potassium channel which has the potential to cause cardiac repolarization disorders such as QT prolongation which eventually leads to a risk of Torsades de pointes. This study aims to analyze the QTc interval changes in TB-RO patients who received the DLM-containing regimens compared to the shorter treatment regimens (STR) with injection in Indonesia.
Methods: This is a retrospective cohort study which uses secondary data at RSPG and RSSA. The value of the QTc interval and the changes in the value of the QTc interval from the baseline (ΔQTc) will be assessed for a period of 24 weeks.
Results: There are 31 subjects who received DLM-containing regimens and 76 subjects who received STR with injection. The mean QTc interval and ΔQTc in both groups occurred since the first week of treatment. The increase of QTc interval maximum and ΔQTc was smaller in the DLM group with a mean difference 18.6 miliseconds (95%CI 0.3 to 37.5) and 31.6 milliseconds (95%CI 14.1 to 49.1). The proportion of QTc interval prolongation was smaller in the DLM group (RR= 0.62; 95%CI 0.42 to 0.93
Conclusion: This study indicate that DLM-containing regimens is less likely to increase the QTc interval compared to the STR group with injection. However, close monitoring of the risk of QT prolongation needs to be carried out upon the use of QT prolonging drugs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismulat Rahmawati
"Latar belakang: Tatalaksana tuberkulosis resistan obat membutuhkan obat antituberkulosis suntik lini kedua yang menyebabkan efek samping ototoksik menetap. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalens ototoksik pada pasien tuberkulosis resistan obat dan faktor-faktor yang berhubungan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada pasien TB resistan obat yang sedang mendapat obat kanamisin atau kapreomisin sebagai bagian paduan obat pada pengobatan tahap awal periode Januari-September 2017 di RSUP Persahabatan. Ototoksik ditentukan berdasar kriteria American Speech Language and Hearing Association (ASHA) tahun 1994 dengan membandingkan nilai audiometri dasar sebelum pengobatan dan saat penelitian.
Hasil: Sebanyak 72 pasien ikut pada penelitian ini. Ototoksik didapatkan pada 34 pasien (47,2%). Ototoksik pada bulan pertama pengobatan yaitu 5 subjek (14,7%) dan 19 subjek 56 tanpa keluhan gangguan pendengaran. Ototoksik lebih sering didapatkan pada penggunaan kanamisin (47,9%) dibandingkan kapreomisin (36,8%). Terdapat berhubungan bermakna antara faktor usia dan ototoksik dengan peningkatan risiko sebesar 5 pada setiap penambahan usia 1 tahun, p=0,029 aOR:1,050 IK95% (1,005-1,096). Kelompok subjek dengan komorbid DM dan peningkatan kreatinin serum didapatkan prevalens ototoksik lebih tinggi meskipun tidak bermakna secara statistik. Faktor jenis kelamin, IMT, riwayat penggunaan OAT suntik, status HIV dan total dosis obat juga tidak didapatkan hubungan bermakna dengan ototoksik.
Kesimpulan: Ototoksik merupakan efek samping yang sering terjadi pada pengobatan fase awal pasien TB resistan obat. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan lebih baik.

Background: The treatment of drug resistance tuberculosis needs second line injection antituberculosis drug that associated with irreversible ototoxic. The aim of this study is to know the prevalence of ototoxicity in tuberculosis drug resistance patients and the contributing factors. Methods: This is a cross sectional study among drug resistance TB patients who receive kanamysin or capreomycin as a part of drug regimen during intensive phase in January to September 2017 at Persahabatan hospital. Ototoxic defined according to American Speech Language and Hearing Association (ASHA) 1994 criteria by comparing baseline audiometric examination before treatment with current result.
Results: Seventy two patients were included in this study. The prevalence of ototoxicity was found in 34 patients (47,2%). Ototoxic found in 5 subjects (14,7%) during the first month of treatment and 19 subjects 56 without hearing disturbance complain. Ototoxic in kanamisin group (47,9%) is more frequent compared with capreomisin (36,8%). Ototoxicity was associated with age, the risk increases 5 every 1 year older p=0,029 aOR:1,050 IK95% (1,005-1,096). The prevalences of ototoxicity are higher in diabetes and increasing serum creatinin patients but statistically not significance. Sex, body mass index, the history of using injectable antiTB drug, HIV status and total dosis were not associated with ototoxicity.
Conclusion: Ototoxicity is common in intensive phase of drug resistance tuberculosis treatment. Further study needed to determine the association of contributing factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Maylinda
"Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) atau TB MDR adalah TB resistan obat terhadap minimal 2 (dua) obat anti TB yaitu INH dan Rifampisin secara bersama sama atau disertai resisten terhadap obat anti TB lainnya seperti etambutol, streptomisin dan pirazinamid. Pada tahun 2013 WHO memperkirakan di Indonesia terdapat 6800 kasus baru TB dengan MDR-TB setiap tahunnya yang berasal dari 2% kasus TB baru dan 12% kasus TB lama ( MDR-TB). WHO juga memperkirakan lebih dari 55% pasien MDR-TB belum terdiagnosis atau mendapat pengobatan dengan baik dan benar.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor faktor Resistensi Tuberculosis di Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling sistematik untuk mengumpulkan sampel,digunakan 94 sampel terdiri dari 30 pengidap resistensi dan 64 pengidap TB, untuk mencari faktor- faktor yang berpengaruh digunakan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini adalah pengawas minum obat dan riwayat minum obat merupakan faktor yang mempengaruhi resistensi tuberkulosis di Jakarta.

Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) or MDR TB is resistant TB Drugs to at least two (2) anti-TB drugs which are INH and Rifampin along with or with resistance of other anti-tuberculosis drugs such as ethambutol, streptomycin and Pyrazinamide. In 2013 WHO estimates that in Indonesia there are 6800 new TB cases in Indonesia with MDR-TB each year. Estimation of 2% from new TB cases and 12% from old TB cases (MDRTB). It is also estimated that more than 55% of MDR-TB patients have not been diagnosed or received treatment properly and correctly.
The purpose of this research is to know the factors and pattern of Tuberculosis Resistance in Jakarta. The method used in this study is a sampling technique that is systematic sampling to collect samples, there are 94 samples used consist of 30 people with resistance and 64 people with TB. To see the influential factors of resistance, logistic regression analysis is to used. Our result show that the nutritional status and history of taking medicine are the major factors affecting resistance tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Agustina
"Kasus TB RO menyebabkan beban pengendalian penyakit TB menjadi bertambah. Adanya penurunan angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2010 (67,9%) menjadi 51,1% tahun 2013 dan peningkatan kasus pasien putus berobat mendorong Indonesia menerapkan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB RO dan menurunkan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini melihat hasil pengobatan TB RO dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek di Indonesia tahun 2017 menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Menggunakan data pasien TB RO yang tercatat dalam e-TB manager berusia ≥15 tahun yang telah menyelesaikan pengobatan regimen pendek maksimal pada bulan November 2018. Didapatkan 223 kasus dengan 46,6% sembuh, 26,5 % putus berobat, 4,9% pengobatan lengkap, 14,2 meninggal, 6,3% gagal dan 1,3% lainnya. Usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan sebelumnya, jenis resistensi, status HIV, status diabetes mellitus dan status kavitas paru secara statistik tidak berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek. Faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek ialah resisten terhadap amikasin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloksasin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), dan kanamisin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), dan interval inisiasi pengobatan > 7 hari (RR 0.307; CI 0.09-0.98).

The case of drug-resistant tuberculosis causes the burden of controlling TB disease to increase. The decline in treatment success rates from 2010 (67.9%) to 51.1% in 2013 and an increase in cases of patients dropped out encouraged Indonesia to apply short-term treatment to increase the success rate of DR-TB treatment and reduce cases of patients dropped out. This study aims to look the results of DR-TB treatment and factors related to treatment outcomes for short regimens in Indonesia in 2017 using a retrospective cohort study design. Using data on DR-TB patients recorded in the e-TB manager aged ≥15 years who have completed treatment for the maximum short regimen in November 2018. There were 223 cases with 46.6% cured, 26.5% dropped out, 4.9% completed, 14.2 died, 6.3% failed and 1.3% others. Age, gender, previous treatment history, type of resistance, HIV status, DM status and lung cavity status were not statistically related to the results of treatment of short regimens. Factors related to the results of treatment of short regimens were resistant to amikacin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloxacin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), kanamycin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), and treatment initiation interval >7 days (RR 0.307; CI 0.09-0.98).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karl Dalton Tjia
"Tuberkulosis Resisten Obat (TBC-RO) merupakan ancaman kesehatan masyarakat. Indonesia menduduki peringkat keempat dalam insiden kasus resistensi TB secara global dan enrollment rate pengobatan MDR/RR-TB masih dibawah target nasional sehingga dapat mendorong beban resistensi pre-extensively drug resistant TB (pre-XDR-TB) dan extensively drug resistant TB (XDR-TB). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian resistensi pre-XDR-TB dan XDR-TB di DKI Jakarta tahun 2021-2022. Desain studi penelitian adalah cross sectional dengan sumber data dari Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB). Total sampel yang digunakan adalah 1164 yang kemudian diolah dengan analisis univariat, bivariat, dan stratifikasi. Jumlah resistensi pre-XDR-TB dan XDR-TB di DKI Jakarta mencapai 9,7% dari total kasus TBC-RO DKI Jakarta. Karakteristik pasien TBC-RO di DKI Jakarta mayoritas merupakan laki-laki (57,5%), usia 45-54 tahun (22,9%), status sosioekonomi tidak bekerja (28,1%), pasien TBC-RO dengan DM tipe 2 (23,2%), pasien HIV-TBC-RO (3,3%) riwayat pengobatan baru (44,8%) dan penyebab resistensi merupakan acquired resistance (47,8%). Dari analisis bivariat didapatkan, laki-laki (POR = 0,675; 95% CI: 0,458-0,996) merupakan faktor protektif dan status sosioekonomi tidak bekerja (POR = 1,65; 95% CI: 1,021-2,649) merupakan faktor risiko terhadap resistensi pre-XDR-TB dan XDR-TB. Direkomendasikan untuk pemerintahan memberi dukungan ekonomi kepada pasien TBC-RO yang sedang menjalani pengobatan TB.

Drug resistant TB (DR-TB) has become a public health threat. Globally, Indonesia ranked fourth in the incidence cases of DR-TB and the enrollment rate for MDR/RR-TB was still below the national target which consequentially can push the burden of pre-extensively drug resistant TB (pre-XDR-TB) and extensively drug resistant TB (XDR-TB) in Indonesia. The objective of this research is to identify the risk factors that are associated with the occurrence of pre-XDR-TB and XDR-TB in DKI Jakarta in 2021-2022. This study uses a cross-sectional design and the data is obtained from the national TB information system (SITB). The total sample used for this study is 1164 which is then analysed by univariate, bivariate and stratification analysis. The number of pre-XDR-TB and XDR-TB cases in DKI Jakarta reaches 9.7% of the total cases of DR-TB in DKI Jakarta. The characteristics of the majority of DR-TB patients in DKI Jakarta are male (57,5%), age 45-54 (22,9%), unemployed socioeconomic status (28,1%), DR-TB with DM type 2 (23,2%), DR-TB with HIV (3,3%), have no history of previous treatment (44,8%) and cause of resistance is acquired resistance (47,8%). From bivariate analysis it is obtained, being male (POR = 0,68) is a protective factor and socioeconomic status of not working (POR = 1,65) is a risk factor for pre-XDR-TB and XDR-TB resistance. It is recommended that the government provide economic support for DR-TB patients who are undergoing TB treatment."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Fitriasari
"Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi pernapasan. Terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dari tahun ke tahun, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan keberhasilan terapi tuberkulosis, salah satunya manajemen interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi interaksi obat pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode 2022 - 2023. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional, jenis data restrospektif dari rekam medis pasien TBSO dan TBRO mulai usia anak hingga lansia. Analisis interaksi menggunakan Lexi-Interact®. Pasien tuberkulosis paru di Rumah Sakit Universitas Indonesia mayoritas berjenis kelamin laki-laki (51,8%), berusia dewasa (38,2%), memiliki jenis tuberkulosis sensitif obat (56,4%), dan mayoritas pasien memiliki komorbid (81,8%). Hasil analisis menunjukkan dari 110 pasien tercatat sebanyak 256 jenis interaksi obat, berdasarkan kategori risiko sebanyak 14,8% interaksi tergolong kategori B (No action needed), 66.4% interaksi kategori C (Monitor therapy), 15,6% interaksi kategori D (Consider modification therapy), dan 3,1% interaksi kategori X (Avoid combination). Berdasarkan mekanisme, tercatat 33,2% interaksi memiliki mekanisme farmakokinetik, 50,4% mekanisme farmakodinamik, 1,9% mekanisme farmakokinetik dan farmakodinamik, dan 14,5% mekanisme tidak diketahui. Berdasarkan tingkat keparahan 24,2% termasuk kelompok minor, 62,9% kelompok moderate, dan 12,9% kelompok major. Berdasarkan tingkat reliabilitas hanya 0,8% dari 256 jenis interaksi termasuk poor, selain itu 62,1% termasuk fair, 31,6% termasuk good, dan 5,5% termasuk excellent. Hasil uji korelasi Spearman’s rho menunjukkan adanya korelasi antara jumlah potensi interaksi obat dengan jumlah obat (p<0,05). Selain itu, hasil uji beda rerata menunjukkan adanya perbedaan rerata interaksi obat pada variabel komorbid, kategori tuberkulosis, dan usia (p<0,05). Dapat disimpulkan terdapat berbagai macam interaksi obat yang berpotensi terjadi pada pasien tuberkulosis di Rumah Sakit Universitas Indonesia, sehingga tenaga kesehatan perlu mempertimbangkan adanya modifikasi terapi dan pemantauan lanjutan terhadap efek samping yang mungkin timbul dari adanya interaksi obat.

Tuberculosis is a respiratory infectious diseases. There is an increase in tuberculosis cases, so drug interaction management is needed to improve the therapy. This study aimed to analyze the potential drug interactions in tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital for the period 2022 - 2023. The design is cross-sectional study, using retrospective data from all of pulmonary TB patients in age children until elderly. Interaction analysis using Lexi-Interact®. The majority of pulmonary tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital were male (51.8%), aged adults (38.2%), had drug-sensitive tuberculosis (56.4%), and the majority of patients had comorbidities (81.8%). The results showed from 110 patients, 256 types of drug interactions were recorded. Based on the risk category, 14.8% category B (No action needed), 66.4% category C (Monitor therapy), 15.6% category D (Consider modification therapy), and 3.1% category X (Avoid combination). Based on mechanism, 33.2% of interactions had pharmacokinetic mechanism, 50.4% pharmacodynamic mechanism, 1.9% dual mechanism, and 14.5% unknown mechanism. Based on severity, 24.2% in the minor group, 62.9% in the moderate group, and 12.9% in the major group. Based on the level of reliability, only 0.8% from 256 types of interactions were poor, 62.1% were fair, 31.6% were good, and 5.5% were excellent. Spearman's rho correlation test results showed a correlation between the number of potential drug interactions with the number of drugs (p<0.05). Besides that, the mean difference test results showed a difference in the mean of drug interactions between variable comorbidities, tuberculosis categories, and age (p<0.05). The conclusion is there are various types of drug interactions in tuberculosis patients at Universitas Indonesia Hospital, so health workers should consider modifying therapy and monitoring of side effects that may arise from drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melya Puspitasari
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan bagi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2021, Asia Tenggara merupakan wilayah dengan beban Tb paling tinggi dan Indonesia menyumbang sekitar 8% dari keseluruhan beban Tb didunia. Namun pasien Tb yang berhasil ditemukan, diobati dan dilaporkan kedalam sistem informasi nasional hanya sekitar 48%. Tb yang resisten terhadap obat terus menjadi ancaman kesehatan manusia. Resistensi terhadap obat anti tuberkulosis bisa terjadi akibat infeksi primer dengan bakteri Tb resisten atau bisa disebabkan oleh pengobatan yang tidak adekuat, sehingga muncul strain yang resisten akibat adanya perubahan atau mutasi pada gen-gen tertentu dalam genom Mycobacterium tuberculosis. Saat ini sudah banyak teknologi dan metode yang digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberculosis. Salah satunya adalah Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing merupakan teknologi sekuensing akurat, hemat biaya dan throughput tinggi yang memungkinkan penyelidikan genom termasuk Whole Genome Sequencing untuk studi epidemiologi dan untuk mendeteksi penanda resistensi obat dan keragaman strain. Analisis Whole Genome Sequencing dapat digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberkulosis lini pertama y a n g sangat menjanjikan sebagai pengganti uji kepekaan obat konvensional. Hasil dari analisis Whole Genome Sequencing pada Mycobacterium tuberculosis yang resisten rifampisin menunjukkan adanya mutasi-mutasi yang ada pada wilayah operon Rpo terutama pada gen RpoB dan RpoC. Mutasi yang paling dominan pada gen RpoB adalah perubahan S450L (36,45%) dan pada gen RpoC adalah G594E (30,95%). Dan analisis whole genome sequencing juga menunjukkan adanya mutasi baru yang berbeda dengan mutasi-mutasi yang ada berdasarkan penelitian sebelumnya.

Tuberculosis is a disease that is still a major health problem for people in Indonesia. Based on the Global TB Report 2021, Southeast Asia is the region with the highest burden of TB and Indonesia produces around 8% of the total burden of TB in the world. However, only about 48% of TB patients who have been found, treated and reported to the national information system. Drugresistant TB continues to be a threat to human health. Resistance to anti-tuberculosis drugs can occur as a result of primary infection with resistant TB bacteria or can be caused by inadequate treatment, resulting in the emergence of resistant strains due to the presence or mutations in certain genes in the genome of Mycobacterium tuberculosis. Currently there are many technologies and methods used to detect resistance to anti-tuberculosis drugs. One of them is Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing is an accurate, cost-effective and highthroughput sequencing technology that enables genomic investigations including Whole Genome Sequencing to study epidemiology and to detect markers of drug resistance and strain diversity. Whole Genome Sequencing analysis can be used to detect resistance to first-line anti-tuberculosis drugs which are very promising as a substitute for conventional drug sensitivity tests. The results of Whole Genome Sequencing analysis on rifampicin-resistant Mycobacterium tuberculosis showed that there were mutations in the Rpo operon region, especially in the RpoB and RpoC genes. The most dominant mutation in the RpoB gene was the change in S450L (36.45%) and in the RpoC gene was G594E (30.95%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>