Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170333 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadil Moch Al-Ridha
"Distribusi farmasi merupakan bagian yang sangat esensial dalam pengelolaan akses obat dan alat kesehatan. Obat dan alat kesehatan harus dikelola dengan baik karena merupakan salah satu penunjang bagi pelayanan kesehatan. PBF maupun DAK merupakan fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi yang digunakan untuk mendistribusikan sediaan farmasi maupun alat kesehatan. Obat dan alat kesehatan harus memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan. Salah satu aspek yang memiliki peran penting dalam menjamin mutu dari obat dan alat kesehatan serta mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan yaitu Manajemen Risiko Mutu (MRM). MRM merupakan hal penting dalam proses distribusi obat dan alat kesehatan karena merupakan suatu proses yang terstruktur yang dilakukan untuk menilai, mengendalikan, mengkomunikasikan dan mengkaji resiko terhadap obat dan alat kesehatan yang dilakukan secara proaktif maupun retrospektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses MRM di PT MJG. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi kegiatan MRM di PT MJG. Hasil penelitian menunjukkan proses MRM di PT MJG dilakukan untuk meminimalisasi risiko terhadap keamanan pasien dan kualitas dari produk. Proses MRM dimulai dari mengidentifikasi risiko dengan tingkat resikonya, mengidentifikasi dampak dari setiap risiko, menentukan peringkat kemungkinan dari timbulnya risiko, dan membuat strategi untuk mengurangi risiko yang mungkin timbul.

Pharmaceutical distribution is a very essential part of managing access to medicines and medical devices. Medicines and medical devices must be managed well because they are a support for health services. PBF and DAK are distribution facilities for pharmaceutical preparations that are used to distribute pharmaceutical preparations and medical devices. Medicines and medical devices must meet specified quality requirements. One aspect that has an important role in ensuring the quality of medicines and medical devices and preventing the possibility of errors is Quality Risk Management (QRM). QRM is important in the distribution process of medicines and medical devices because it is a structured process carried out to assess, control, communicate and assess risks to medicines and medical devices which is carried out proactively and retrospectively. This research aims to examine the QRM process at PT MJG. This research was carried out by observing QRM activities at PT MJG. The research results show that the QRM process at PT MJG is carried out to minimize risks to patient safety and product quality. The QRM process starts from identifying risks with their risk level, identifying the impact of each risk, determining the probability rating of the risk occurring, and creating strategies to reduce risks that may arise.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Untuk menjaga mutu dan manfaat sediaan farmasi, obat dan/atau bahan obat harus memenuhi kriteria aman dan berkualitas yang harus dipenuhi mulai dari proses pembuatan, penyimpanan, distribusi hingga penyerahan kepada konsumen. Distribusi yang termasuk dalam pekerjaan kefarmasian merupakan aspek penting dalam menjamin kualitas produk, sehingga perlu dilakukannya pemantauan sepanjang alur distribusi, mulai dari produk masuk gudang hingga sampai ke konsumen guna untuk memastikan mutu produk. Sebagai apoteker penting untuk dapat memahami prinsip CDOB dalam alur distribusi. Tugas khusus ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kesesuaian aspek manajemen mutu dan organisasi manajemen serta personalia pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan implementasinya pada PT. Masiva Guna. Pelaksanaan dilakukan menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi langsung kegiatan operasional ataupun tanya jawab secara langsung kepada Apoteker Penanggung Jawab dan narasumber dari PT. Masiva Guna. Hasil observasi yang diperoleh kemudian dibandingkan kesesuainnya dengan aspek dari CDOB. Hasil pengamatan dan data yang diperoleh serta pengkajian terhadap manajemen mutu, organisasi manajemen dan personalia pada PT. Masiva Guna, didapatkan hasil bahwa sistem manajemen mutu, organisasi manajemen, dan personalia yang telah dijalankan oleh PT. Masiva Guna telah memenuhi aspek manajemen mutu pada pedoman teknis CDOB.

Pharmaceutical preparations include drugs, drug substances, traditional medicines, and cosmetics. To maintain the quality and benefits of pharmaceutical preparations, drugs and/or drug substances must meet safe and quality criteria that must be fulfilled from the manufacturing process, storage, distribution to delivery to consumers. Distribution, which is part of pharmaceutical work, is an important aspect in ensuring product quality, thus monitoring throughout the distribution process, from products entering the warehouse to reaching consumers, is necessary to ensure product quality. As a pharmacist, it is important to understand the principles of Good Distribution Practices (GDP) in the distribution process. This specific task is carried out to assess the suitability of quality management aspects and management organization personnel in Good Distribution Practices (GDP) and its implementation at PT. Masiva Guna. The implementation is conducted using descriptive methods by collecting data through direct observation of operational activities or direct questioning of the Responsible Pharmacist and informants from PT. Masiva Guna. The observations obtained are then compared for compliance with aspects of GDP. The results of observations and data obtained, as well as the assessment of quality management, management organization, and personnel at PT. Masiva Guna, show that the quality management system, management organization, and personnel implemented by PT. Masiva Guna have met the quality management aspects in the GDP technical guidelines.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdiya Rahmah
"Kanker menjadi salah satu penyebab kematian utama pada 10 juta kasus di seluruh dunia pada tahun 2020. Salah satu terapi yang dapat diberikan kepada pasien kanker yaitu menggunakan obat sitostatika. Proses produksi obat sitostatika menurut CPOB memerlukan penanganan khusus seperti produksi di gedung terpisah dari produk non sitostatika, area produksi yang dedikatif, pengaturan sistem tata udara, dan pengaturan kelas kebersihan untuk proses produksi sediaan steril, serta perlindungan terhadap personel dan produk. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah proses produksi sediaan sitostatika di PT CKD OTTO Pharmaceuticals, menganalisis kesesuaian proses produksi sediaan sitostatika dengan CPOB dan menganalisis perbedaan proses produksi sediaan sitostatika dibandingkan proses produksi sediaan steril lainnya. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan proses produksi sediaan sitostatika di PT CKD OTTO Pharmaceuticals meliputi tahapan  penerimaan bahan awal dan bahan kemas, sampling bahan awal dan bahan kemas, penyiapan sebelum produksi, sterilisasi, pencucian vial dan depyrogenation, penimbangan material, mixing, transfer produk, filling, freeze drying, crimping, external washer, inspeksi visual, pelabelan, pengemasan sekunder, hingga proses agregasi. Seluruh proses produksi sediaan sitostatika di PT CKD OTTO Pharmaceuticals telah sesuai dengan CPOB meliputi aspek bangunan-fasilitas, personalia, kelas kebersihan yang digunakan, pengaturan tekanan udara, sistem terkait produksi, hingga monitoring lingkungan. Terakhir, perbedaan proses produksi sediaan sitostatika dibandingkan proses produksi sediaan steril lainnya terletak pada bangunan, tekanan udara yang digunakan, tahapan penerimaan bahan awal, penimbangan material, mixing, filing, dan external washer.

Cancer is one of the leading causes of death in 10 million cases worldwide in 2020. One of the therapies that can be given to cancer patients is using cytostatic drugs. The production process of cytostatics according to CPOB requires special handling such as production in a separate building from non-cytostatics products, dedicative production areas, air system settings, and hygiene class settings for the production process of sterile preparations, as well as protection of personnel and products. This study aims to examine the production process of cytostatics preparations at PT CKD OTTO Pharmaceuticals, analyze the suitability of the production process of cytostatics preparations with CPOB and analyze the differences in the production process of cytostatics preparations compared to the production process of other sterile preparations. Data collection was carried out by observation, interview, and literature study. The results showed that the production process of cytostatics preparations at PT CKD OTTO Pharmaceuticals included the stages of receiving initial materials and packaging materials, sampling initial materials and packaging materials, pre-production preparation, sterilization, vial washing and depyrogenation, material weighing, mixing, product transfer, filling, freeze drying, crimping, external washer, visual inspection, labeling, secondary packaging, to the aggregation process. The entire production process of cytostatics preparations at PT CKD OTTO Pharmaceuticals is in accordance with CPOB, including aspects of building-facilities, personnel, hygiene classes used, air pressure settings, production-related systems, and environmental monitoring. Finally, the difference in the production process of cytostatics preparations compared to the production process of other sterile preparations lies in the building, the air pressure used, the stages of receiving initial materials, weighing materials, mixing, filing, and external washers.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Cahyameta Siswoyo
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan yang melakukan kegiaan pengelolaan obat. Untuk menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat yang diedarkan, pedagang besar farmasi (PBF) harus menerapkan pedoman teknis cara distribusi obat yang baik. Apabila PBF mampu menerapkan pedoman tersebut dengan baik akan mendapatkan sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) sehingga fasilitas distribusi dapat melakukan kegiatan distribusi secara legal. CDOB akan dievaluasi setiap tahun untuk menjamin kegiatan distribusi berjalan seperti seharusnya sehingga diperlukan pengawasan oleh Apoteker pada setiap aspek CDOB. Salah satu aspek CDOB yang penting dilakukan adalah Aspek Dokumentasi yang berada pada Bab 9. Pada aspek dokumentasi tersebut meliputi kegiatan penyimpanan dokumen kegiatan distribusi juga kegiatan pelaporan. Tujuan dari tugas khusus ini yaitu mengkaji kesesuaian penerapan CDOB aspek dokumentasi di PT. Masiva Guna dengan Pedoman Teknis CDOB. Kajian dilakukan dengan membandingkan kesesuaiannya dengan Daftar Periksa Spesifikasi CDOB yang diterbitkan oleh BPOM. Hasil yang diperoleh adalah seluruh penerapan CDOB dari aspek dokumentasi sudah sesuai dengan yang terdapat pada CDOB.

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) are companies that carry out drug management activities. To ensure the safety, efficacy and quality of distributed drugs, pharmaceutical wholesalers (PBF) must implement technical guidelines for good drug distribution methods. If PBF is able to implement these guidelines well, it will receive a Good Medicine Distribution Method (CDOB) certificate so that the distribution facility can carry out distribution activities legally. CDOB will be evaluated every year to ensure distribution activities run as they should so that supervision by the Pharmacist is required on every aspect of CDOB. One aspect of CDOB that is important to carry out is the Documentation Aspect which is in Chapter 9. The documentation aspect includes document storage activities, distribution activities as well as reporting activities. The aim of this special assignment is to examine the suitability of implementing CDOB documentation aspects at PT. Masiva Guna with CDOB Technical Guidelines. The study was carried out by comparing its conformity with the CDOB Specification Checklist published by BPOM. The results obtained are that all CDOB implementations from the documentation aspect are in accordance with those contained in the CDOB.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Salma Mutmainah
"Pembangunan kesehatan di Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang No 36 tahun 2014, bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau kepada seluruh masyarakat melalui berbagai sarana seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, apotek, dan toko obat. Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki peran penting dalam distribusi obat dan alat kesehatan secara besar-besaran, yang harus diatur dan dikelola dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan. Pengelolaan obat dan alat kesehatan meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran, harus dilakukan secara optimal untuk memastikan ketersediaan yang tepat waktu dan sesuai jenisnya. Persyaratan mutu untuk distribusi obat diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No 6 tahun 2020, dan untuk alat kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 4 tahun 2014. Meskipun implementasi Standar Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB) masih belum optimal di beberapa PBF, penting untuk memastikan bahwa sistem operasional distribusi mematuhi standar tersebut guna menjaga mutu dan keamanan obat serta alat kesehatan. Seiring waktu, PT MJG telah berhasil menerapkan CDOB 2020 dan CDAKB 2014 dalam semua tahapan operasionalnya, termasuk pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran produk. Implementasi ini memastikan efisiensi distribusi obat dan alat kesehatan serta memenuhi standar mutu yang diperlukan untuk optimalisasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Health development in Indonesia, in accordance with Law No. 36 of 2014, aims to provide equitable and affordable health services to the entire community through various facilities such as health centers, hospitals, clinics, pharmacies, and drug stores. Pharmaceutical Wholesalers (PBF) have an important role in the distribution of drugs and medical devices on a large scale, which must be properly regulated and managed in accordance with statutory regulations. The management of drugs and medical devices, including procurement, receiving, storage, and distribution, must be optimized to ensure timely and appropriate availability. Quality requirements for drug distribution are regulated in the Head of the Food and Drug Administration Regulation No 6 of 2020, and for medical devices are regulated in the Minister of Health Regulation No 4 of 2014. Although the implementation of Good Drug Distribution Standards (CDOB) and Good Medical Device Distribution Methods (CDAKB) is still not optimal in some PBFs, it is important to ensure that the distribution operational system complies with these standards to maintain the quality and safety of drugs and medical devices. Over time, PT MJG has successfully implemented CDOB 2020 and CDAKB 2014 in all stages of its operations, including procurement, receiving, storage, and distribution of products. This implementation ensures the efficiency of drug and medical device distribution and meets the quality standards required for the optimization of health services to the community.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulma Herdalina
"Kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT Dankos Farma periode Mei – Juni 2023 diharapkan calon apoteker di Industri farmasi mengetahui tugas dan tanggungjawabnya dalam memastikan fasilitas dan peralatan yang sesuai untuk memproduksi produk yang aman, efektif dan bermutu dengan biaya seminimum mungkin. Penyediaan fasilitas dan peralatan penunjang berdasarkan aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) diharapkan mesin dapat bekerja menghasilkan produk sesuai mutu dan kualitas obat secara konsisten sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan agar sesuai dengan tujuan penggunaannya. PT Dankos Farma menyediakan mesin pelabel ampul untuk membantu pelabelan yang melindungi produk dari pengaruh eksternal yang merugikan. Salah satu departemen produksi di PT Dankos Farma yaitu lini produksi sediaan injeksi Non-Beta Laktam (NBL) senantiasa melakukan continuous improvement terhadap permasalahan-permasalahan yang dapat menghambat proses produksi, salah satu permasalahan yang terjadi pada mesin pelabel ampul akan memengaruhi kualitas dan mutu produk, menghambat proses pengemasan sekunder serta jalannya produksi sedangkan proses lain terus berjalan dan menunggu untuk segera dilakukan pelabelan. Tugas khusus ini ditujukan untuk menganalisis kinerja mesin pelabel ampul yang terdapat pada departemen produksi injeksi Non-Beta Laktam PT Dankos Farma melalui pengukuran nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE).

Internship at PT Dankos Farma for the period of May – June 2023 is expected that prospective pharmacists in the pharmaceutical industry know their duties and responsibilities in ensuring appropriate facilities and equipment to produce safe, effective and quality products at the lowest possible cost. The provision of supporting facilities and equipment based on the aspect of Good Medication Manufacturing Practices is expected to be able to work to produce products according to the quality and quality of drugs consistently in accordance with the requirements set to suit the purpose of use. PT Dankos Farma provides ampoule labeling machines to assist in labeling that protects products from adverse external influences. One of the production departments at PT Dankos Farma, namely the production line of Non-Beta Lactam (NBL) injection preparations, always makes continuous improvements to problems that can hinder the production process, one of the problems that occurs in the ampoule labeling machine will affect the quality and quality of the product, hindering the secondary packaging process and the running of production while other processes continue to run and wait for labeling to be carried out immediately. This special task is aimed at analyzing the performance of the ampoule labeling machine in the production department of PT Dankos Farma's Non-Beta Lactam injection through the measurement of the Overall Equipment Effectiveness (OEE) value.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Tyas Ayunda
"Pendistribusian obat harus mempertahankan sistem mutu yang mencakup tanggung jawab, proses, dan langkah manajemen risiko terkait dengan kegiatan yang dilaksanakan. Mempertahankan sistem mutu dengan melengkapi fasilitas yang menjamin mutu obat selama proses distribusi. Menjaga sistem mutu adalah tanggung jawab dari penanggung jawab fasilitas distribusi, dan membutuhkan partisipasi aktif serta harus didukung oleh komitmen manajemen puncak. Dalam suatu PBF harus mempunyai penanggung jawab untuk tiap fasilitas distribusi, yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan untuk memastikan bahwa sistem mutu disusun, diterapkan, dan dipertahankan. Maka dari itu PBF harus mempunyai struktur organisasi yang ditunjuk langsung oleh manajemen puncak untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai tugasnya untuk menjamin sistem mutu pendistribusian obat. Menjalankan pendistribusian obat/bahan obat yang baik membutuhkan personil untuk menjalankannya. Semua personil perlu memahami CDOB, memahami tanggung jawab sesuai tugasnya, dan memperbaiki penyimpangan dalam sistem mutu. Semua personil dalam PBF harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dalam CDOB dengan mengikuti pelatihan dan memiliki kompetensi sebelum menjalannkan tugasnya. Persolnil dalam mendistribusikan obat harus menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan dalam menjalankan proses pendistribusian untuk menjamin mutu obat/bahan obat.

Drug distribution must responsibilities, processes and risk management steps related to the activities carried out. Maintaining a quality system by equipping facilities that guarantee the quality of medicines during the distribution process. Maintaining the quality system is the responsibility of the person in charge of the distribution facility, and requires active participation and must be supported by top management commitment. A PBF must have a person in charge for each distribution facility, who has the authority and responsibility that has been determined to ensure that a quality system is developed, implemented and maintained. Therefore, PBF must have an organizational structure appointed directly by top management to carry out duties and responsibilities as instructed to ensure a quality system for drug distribution. A good distribution of medicines/medicinal ingredients requires personnel to carry it out. Everyone needs to understand CDOB, understand responsibilities at the highest level, and correct deviations in the quality system. All personnel in the PBF must meet the qualifications required in the CDOB by following training and having competency before carrying out it. Personnel in distributing medicines must maintain cleanliness and maintain health in carrying out the distribution process to ensure the quality of medicines/medicinal ingredients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Putri Hadiani
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan seluruh pihak yang terlibat dalam rantai distribusi obat wajib menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di setiap aspek distribusi. CDOB terdiri dari 9 (sembilan) aspek dan diantara aspek-aspek tersebut, CDOB memiliki aspek Fasilitas Distribusi berdasarkan Kontrak dan aspek Dokumentasi. Aspek Fasilitas Distribusi berdasarkan Kontrak membahas tentang penggunaan pihak penyedia jasa oleh PBF selama proses penyaluran. Sedangkan aspek Dokumentasi membahas tentang dokumen-dokumen yang terkait dengan proses penyaluran atau distribusi. Laporan tugas khusus ini dibuat untuk mengetahui implementasi aspek CDOB Fasilitas Distribusi berdasarkan Kontrak dan aspek Dokumentasi yang ada di PBF PT Masiva Guna. Pelaksanaan tugas khusus dimulai dengan melakukan diskusi serta tanya jawab terkait aspek CDOB untuk memperjelas implementasi aspek CDOB di PT Masiva Guna. Pengamatan juga dilakukan pada dokumen-dokumen yang berkaitan dengan aspek CDOB pada tugas khusus. Berdasarkan hasil pengamatan, PT Masiva Guna memiliki kontrak kerja sama dengan pihak penyedia jasa transportasi atau ekspedisi yang digunakan untuk mengirimkan kebutuhan produk obat ke masing-masing Apotek Roxy. PT Masiva Guna juga memiliki dokumentasi baik dalam bentuk manual maupun elektronik. PT Masiva Guna telah menerapkan aspek CDOB Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak dan aspek Dokumentasi dengan baik pada kegiatan distribusi. Penerapan aspek-aspek CDOB membantu tercapainya tujuan CDOB dalam mempertahankan mutu dan integritas obat selama berada dalam kegiatan penyaluran.

Distributor (PBF) and all parties involved in the drug distribution chain are required to implement Good Distribution Practices (CDOB) in every aspect of distribution. CDOB consists of 9 (nine) aspects and among these aspects, CDOB has the Distribution Facility aspect based on Contract and the Documentation aspect. The Distribution Facilities aspect based on the Contract discusses the use of service providers by PBF during the distribution process. Meanwhile, the Documentation aspect discusses documents related to the distribution or distribution process. This special assignment report was created to determine the implementation of the CDOB aspects of Distribution Facilities based on Contracts and Documentation aspects in PT Masiva Guna. Implementation of special tasks begins with discussions and questions and answers regarding CDOB aspects to clarify the implementation of CDOB aspects at PT Masiva Guna. Observations were also made on documents relating to CDOB aspects of special assignments. Based on observations, PT Masiva Guna has a cooperation contract with the transportation or expedition service provider which is used to send medicinal product needs to each Roxy Pharmacy. PT Masiva Guna also has documentation in both manual and electronic form. PT Masiva Guna has implemented the CDOB aspects of Contract Based Distribution Facilities and Documentation aspects well in distribution activities. Implementation of CDOB aspects helps achieve CDOB goals in maintaining the quality and integrity of medicines while in distribution activities.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Firdausi
"Dalam distribusi obat, penting untuk memastikan keamanan dan mutu produk, sehingga dapat menghindari bahaya terhadap kesehatan individu dan masyarakat. Mutu obat dapat menurun jika kondisi penyimpanan dan penyaluran tidak tepat. Untuk menjaga keamanan dan mutu obat, semua pelaku di rantai pasokan harus menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah pihak yang berperan dalam distribusi obat dan harus memiliki sertifikat CDOB. CDOB harus diterapkan dengan prinsip kehati-hatian, dengan tahapan operasional yang termasuk pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemisahan, pemusnahan, penerimaan pemesanan, pengemasan, dan pengiriman. PT Masiva Guna adalah PBF yang memiliki sertifikat CDOB. Laporan ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi aspek operasional CDOB di PT Masiva Guna. Laporan ini menggunakan metode observasi dan wawancara untuk menguji aspek operasional CDOB dalam self-assessment PBF dari Badan POM RI. Tahapan operasional meliputi pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemisahan, penyaluran, dan pemusnahan, yang harus dipantau dan dilakukan inspeksi diri oleh PBF. Standard Operating Procedure (SOP) merupakan panduan penting untuk memastikan kegiatan sesuai CDOB dan telah disetujui oleh Badan POM saat sertifikasi. Kepatuhan dalam penerapan SOP menjadikan implementasi aspek operasional PT Masiva Guna telah memenuhi self-assessment dan Pedoman CDOB.

In drug distribution, it is important to ensure product safety and quality, to avoid harm to individual and public. The quality of drugs can decrease if storage and distribution conditions are not appropriate. To maintain the safety and quality of medicines, all parties in the supply chain must implement Good Distribution Practices (GDP). Pharmaceutical wholesale distributor are parties who play a role in drug distribution and must have a GDP certificate. GDP must be implemented with the precautionary principle, with operational stages including procurement, receiving, storage, separation, destruction, receipt of order, packaging, and delivery. PT Masiva Guna is a pharmaceutical wholesale distributor that has a GDP certificate. This report aims to evaluate the implementation of GDP operational aspects at PT Masiva Guna. This report uses observation and interview methods to examine GDP operational aspects in the self-assessment for pharmaceutical wholesale distributor by Indonesian Food and Drug Authority. Operational stages include procurement, receiving, storage, separation, distribution, and destruction, which must be monitored and carried out self-inspection by pharmaceutical wholesale distributor. Standard Operating Procedure (SOP) is an important guide to ensure activities comply with GDP and have been approved by the POM during certification. Compliance in implementing SOP means that the implementation of PT Masiva Guna's operational aspects meets self-assessment and GDP guidelines.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Rismauli Ruth Natasari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan yang melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dengan izin hukum dan undang-undang yang berlaku sehingga berperan sebagai penggerak rantai pasok sediaan farmasi hingga sampai ke tangan konsumen. Salah satu analisis pengendalian persediaan yang umum digunakan adalah analisis fast, slow, dan non-moving (FSN). Analisis ini mengklasifikasikan barang berdasarkan seberapa sering suatu barang keluar dan masuk menjadi tiga kategori, yaitu fast, slow, dan non-moving. Perlu pengendalian persediaan sediaan farmasi pada PT. SamMarie Tramedifa guna mencapai ketersediaan obat yang optimal dengan biaya minimal dan alokasi biaya yang juga optimal sebagai topik laporan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) di PBF. Tujuan pelaksanaan laporan pada praktik kerja profesi apoteker di PT. SamMarie Tramedifa adalah untuk mengetahui perbedaan analisis terhadap persediaan sediaan farmasi menggunakan Fast-Slow-Non-moving (FSN) dengan membandingkan metode Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC), dan frekuensi konsumsi untuk dijadikan referensi pemilihan metode yang sesuai dengan kebutuhan PT. SamMarie Tramedifa. Berdasarkan analisis FSN menggunakan tiga metode, yaitu TOR, AMC, dan FK, diketahui terdapat perbedaan jumlah barang dan nilai persediaan sediaan farmasi dari ketiga hasil analisis tersebut dengan perbedaan yang sangat variatif antara kategori F, S, dan N. Pemilihan metode yang digunakan untuk analisis FSN bergantung kepada preferensi masing-masing perusahaan. Namun, metode yang paling merepresentasikan analisis FSN dengan dasar kriteria yang dapat diterima adalah metode Average Monthly Consumption

Pharmaceutical distributor (PBF) are companies that procure, store, distribute drugs and/or medicinal ingredients with legal permits and applicable laws so that they act as drivers of the supply chain for pharmaceutical preparations until they reach the hands of consumers. One of the commonly used inventory management is FSN analysis. This analysis classifies goods based on how often an item comes in and out into three categories, namely fast, slow and non-moving. It is necessary to control the inventory of pharmaceutical preparations at PT SamMarie Tramedifa in order to achieve optimal drug availability optimal cost allocation as the topic of the pharmacist professional work practice report (PKPA) at PBF. The aim of implementing the pharmacist internship report at PT SamMarie Tramedifa is to find out the differences in analysis of pharmaceutical supplies using Fast-Slow-Non-moving (FSN) by comparing the Turnover Ratio (TOR), Average Monthly Consumption (AMC) and consumption frequency methods to be used as a reference for choosing a method that suits their needs. Based on FSN analysis using three methods, namely TOR, AMC, and FK, it is known that there are differences in the number of goods and inventory values ​​of pharmaceutical preparations from the three analysis results with very varied differences between categories F, S, and N. Selection of methods used for analysis FSN depends on the preferences of each company. However, the method that best represents FSN analysis based on acceptable criteria is the Average Monthly Consumption (AMC) method.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>