Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stella Maureen Wijaya
"Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi dapat menimbulkan permasalahan seperti resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat golongan antibiotik. Daftar realisasi obat antibiotik tahun 2022 didapat dari Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara. ATC dan DDD obat diperoleh dari situs WHO (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data jumlah populasi penduduk di Kelurahan Cipinang Muara diperoleh dari https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara yaitu sebanyak 55.982 jiwa. Pengolahan data dilakukan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil evaluasi penggunaan obat antibiotik menggunakan menunjukkan bahwa antibiotik yang mencakup 90% dari penggunaan obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Muara adalah Amoksisilin, Kotrimoksazol, Siprofloksasin, dan Doksisiklin. Penggunaan antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 46,99% dari penggunaan seluruh obat golongan antibiotik. Biaya obat antibiotik terbesar yaitu Amoksisilin dengan presentase 61,50% dari pengeluaran seluruh obat golongan antibiotik. Biaya per DDD atau Cost/DDD terbesaar yaitu Kloramfenikol dengan nilai Cost/DDD sebesar Rp 6.540 / DDD.

The relatively high intensity of antibiotic use can cause problems such as bacterial resistance to antibiotics so it is necessary to evaluate the use of antibiotic class drugs. The list of antibiotic drug realization in 2022 was obtained from the Cipinang Muara Village Health Center. ATC and DDD of drugs were obtained from the WHO website (www.whocc.no/atc_ddd_indexhpx/). Data on the total population in Cipinang Muara Village was obtained from https://timur.jakarta.go.id/kelurahan/cipinang-muara which is 55,982 people. Data processing was done using Microsoft Excel program. The results of the evaluation of antibiotic drug use show that antibiotics that cover 90% of antibiotic drug use at the Cipinang Muara Village Health Center are Amoxicillin, Cotrimoxazole, Cyprofloxacin, and Doxycycline. The largest use of antibiotics is Amoxicillin with a percentage of 46.99% of the use of all antibiotic class drugs. The largest antibiotic drug cost is Amoxicillin with a percentage of 61.50% of all antibiotic class drug expenditures. The cost per DDD or Cost / DDD is Chloramphenicol with a Cost / DDD value of Rp 6,540 / DDD.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitriana Lupitaningrum
"Penggunaan antibiotik harus digunakan secara bijak dan rasional sehingga diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik agar menurunkan kejadian resistensi. WHO merekomendasikan metode ATC/DDD yang mengukur secara kuantitatif besarnya nilai DDD penggunaan antibiotik. Tujuan dari metode ATC/DDD adalah sebagai alat pemantauan dan evaluasi penggunaan obat dalam rangka meningkatkan kualitas penggunaan obat, yang hasilnya dapat dibandingkan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan, nasional maupun internasional. Data daftar realisisasi obat yang diperoleh dari Puskesmas Cipinang Besar Utara dikelompokkan ke kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian kelompok kriteria inklusi dianalisis datanya menggunakan Microsoft Excel. Data yang dianalisis diantaranya adalah nilai DDD/1000 pasien/hari, DU 90%, dan presentasi kesesuaian penggunaan obat.Obat antibiotik yang mencakup 90% penggunaan dari seluruh obat antibiotik di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara adalah Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Isoniazid dengan penggunaan terbanyak adalah Amoxicillin, yang mencakup 75,02% dari seluruh antibiotik. Expenditure untuk obat antibiotik adalah Amoxicillin, yang mencakup 76,35% dari seluruh pengeluaran obat antibiotik. Pengeluaran terbesar per DDD atau Cost/DDD terbesar adalah Clindamycin, dengan Cost/DDD Rp3.200,00 / DDD.Saran untuk Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara untuk mengevaluasi obat golongan antibiotik yang digunakan dan menentukan apabila diperlukan perbaikan atau perubahan. Saran untuk evaluasi selanjutnya agar mencakup ruang lingkup obat yang lebih luas, atau melakukan evaluasi dari periode waktu yang lebih luas untuk mendapatkan lebih banyak data sebagai pembanding.

The use of antibiotics must be wisely and rationally so that it is necessary to evaluate the use of antibiotics in order toreduce the incidence of resistance. WHO recommends the ATC/DDD method which quantitatively measures the DDDvalue of antibiotic use. The aim of the ATC/DDD method is as a tool for monitoring and evaluating drug use in order toimprove the quality of drug use, the results of which can be compared at various levels of health facilities, national and international. Drug realization list data obtained from the Cipinang Besar Utara Community Health Center is grouped into inclusion and exclusion criteria. Then the data were analyzed for the inclusion criteria groups using MicrosoftExcel. The data analyzed include the value of DDD/1000 patients/day, DU 90%, and presentation of appropriateness of drug use. Antibiotic drugs that cover 90% of the use of all antibiotic drugs at the Cipinang Besar Utara SubdistrictHealth Center are Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Isoniazid with the most use. is Amoxicillin, which accounts for75.02% of all antibiotics. Expenditure for antibiotic drugs is Amoxicillin, which covers 76.35% of all antibiotic drugexpenditure. The largest expenditure per DDD or the largest Cost/DDD is Clindamycin, with a Cost/DDD of IDR 3,200.00 / DDD. Suggestions for the Cipinang Besar Utara Subdistrict Health Center to evaluate the antibiotic class of drugs used and determine if improvements or changes are needed. Suggestions for further evaluation include a wider scope of drugs, or conduct evaluations over a wider time period to obtain more data for comparison.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darsih Sarastri
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) menjadi kegiatan farmasi klinis yang penting untuk mengetahui pola, evaluasi berkala, masukan perbaikan, dan pengaruh intervensi pola penggunaan obat. EPO antibiotik perlu dilakukan karena tingginya potensi resistensi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pola pemakaian antibiotik oral di Puskesmas Kecamatan Makasar tahun 2022 berdasarkan jenis (nama generik), kelas terapi dan pengeluaran biaya (expenditure) serta pola pemakaian ATC level 3 antibiotik berdasarkan nilai DDD value dan pengeluaran biaya. Data pemakaian obat yang diperoleh dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), alokasi gudang obat (BULD) dan resep tahun 2022 diolah menggunakan pivot table software Microsoft Excel dan dipresentasikan dalam diagram batang. Hasil pola pemakaian obat antibiotik oral tertinggi di Puskesmas Kecamatan Makasar tahun 2022 berdasarkan jenis yaitu Amoksisilin (67,63%), berdasarkan kelas terapi yaitu J01 – Antibacterials for Systemic Use (95,18%) dan berdasarkan expenditure yaitu Amoksisilin (66,47%). Selanjutya, hasil pola pemakaian kelas terapi antibiotik oral tertinggi berdasarkan expenditure yaitu J01 – Antibacterials for Systemic Use (97,88%) serta pola pemakaian ATC level 3 antibiotik oral tertinggi berdasarkan nilai DDD value dan expenditure yaitu J01C – Beta-lactam Antibacterials, Penicillins dengan DDD value 67,63% dan Expenditure 66,47%.

The evaluation of drug usage (EPO) has become an important clinical pharmacy activity to understand patterns, conduct periodic evaluations, provide improvement inputs, and assess the impact of interventions on drug usage patterns. EPO for antibiotics is necessary due to the high potential for resistance. A study was conducted to determine the pattern of oral antibiotic usage in the Makasar District Health Center in 2022 based on type (generic name), therapeutic class, expenditure, and the pattern of ATC level 3 antibiotic usage based on DDD values and expenditure. Data on drug usage obtained from Drug Usage Reports and Drug Request Forms (LPLPO), drug warehouse allocation (BULD), and prescriptions in 2022 were processed using Microsoft Excel pivot table software and presented in bar diagrams. The results showed that the highest pattern of oral antibiotic usage in the Puskesmas District Makasar in 2022 based on type was Amoxicillin (67.63%), based on therapeutic class was J01 – Antibacterials for Systemic Use (95.18%), and based on expenditure was Amoxicillin (66.47%). Furthermore, the results indicated that the highest pattern of therapeutic class usage of oral antibiotics based on expenditure was J01 – Antibacterials for Systemic Use (97.88%), and the highest pattern of ATC level 3 oral antibiotic usage based on DDD values and expenditure was J01C – Beta-lactam Antibacterials, Penicillins with DDD value of 67.63% and Expenditure of 66.47%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Berintan
"Puskesmas memiliki peran untuk melakukan upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah farmasi yang mencakup pengelolaan obat-obatan dan alat kesehatan yang diperlukan. Evaluasi penggunaan obat (EPO) adalah sistem evaluasi yang terstruktur untuk memastikan ketepatan penggunaan obat. EPO dapat memberikan gambaran penggunaan obat sehingga dapat memberi masukan untuk pengelolaan obat dan evaluasi efektivitas terapi obat. Metode ATC/DDD adalah metode yang direkomendasikan WHO untuk analisis kuantitatif penggunaan obat secara internasional. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) adalah klasifikasi obat berdasarkan lokasi kerja, efek terapi, farmakologi, dan sifat kimia obat sedangkan Defined Daily Dose (DDD) adalah dosis pemeliharaan rata-rata per hari pada pasien dewasa. Antibiotika merupakan obat antibakteri yang perlu ditangani dengan hati-hati, karena penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau resistensi mikroba. Laporan ini membahas analisis penggunaan obat golongan antibiotika dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2021. Hasil laporan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi dalam perencanaan obat di masa depan.

Community health centers have a role to do community health improvements, which among them is pharmacy that includes management of the drugs and healthcare tools needed. Drug use evaluation is a structured system of evaluation to ensure the accuracy of drug usage. This evaluation can help give a picture of drug use that can help in drug management and evaluation of the effectivity of therapy. The ATC/DDD method is a method recommended by WHO for quantitative drug analysis internationally. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) is a classification of drugs based on location of action, therapeutic effect, pharmacology, and chemical property while Defined Daily Dose (DDD) is the average maintenance dose on adult patients. Antibiotics is a group of antibacterial drugs that needs careful management, for that incorrect usage can cause health issues or microbial resistance. This report discusses the analysis of the use of antibiotics with ATC/DDD method on Jatinegara community health center on 2021. The result of this report is hoped to be a source of information for future plannings of drugs.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Indah Pratiwi
"Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik perlu dimonitoring karena penggunaan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya resistensi. Evaluasi penggunaan obat secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan metode ATC/DDD (ATC/Anatomical Therapeutic Chemical, DDD/Defined Daily Dose) yang merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman pada tahun 2022 dengan metode ATC/DDD. Data pemakaian antibiotik didapatkan dari Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablet 500 mg (10.7%), cefadroxil kapsul 500 mg (7.6%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (5.6%), dan thiamfenikol kapsul 500 mg (4.6%). Sementara lima antibiotik yang paling banyak digunakan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablet 500 mg (11.0%), cefadroxil kapsul 500 mg (6.8%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (4.8%), dan isoniazid tablet 300 mg (3.1%).

Antibiotics are drugs used to treat infections caused by bacteria. The use of antibiotics needs to be monitored because excessive use can increase the occurrence of resistance. Quantitative evaluation of drug use can be done using the ATC/DDDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical; DDD = Defined Daily Dose) method, which is a classification and measurement system for drug use. The purpose of this study is to find out the five most widely used antibiotics in the Matraman District Health Center and in the entire Matraman District Health Center network in 2022 using the ATC/DDDD method. Antibiotic usage data is obtained from the Drug Use Report and Request Sheet. The five most widely used antibiotics at the Matraman District Health Center in 2022 are amoxicillin capsules 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablets 500 mg (10.7%), cefadroxil capsules 500 mg (7.6%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (5.6%), and thiamphenicol capsules 500 mg (4.6%). Meanwhile, the five most widely used antibiotics in the entire Puskesmas network in Matraman District in 2022 are amoxicillin caplets 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablets 500 mg (11.0%), cefadroxil capsules 500 mg (6.8%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (4.8%), and isoniazid tablets 300 mg (3.1%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Putri Intan Pratiwi
"Puskesmas merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan pada tingkat pertama. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, diantara mikroorganisme yang sering menjadi penyebab ISPA ialah virus dan bakteri. ISPA yang disebabkan oleh bakteri, pada pengobatannya membutuhkan suatu antibakteri atau dikenal dengan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang sering digunakan mengakibatkan besarnya peluang terjadinya penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan mengakibatkan  terjadinya resistensi antibiotik. Umur sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA, anak dan balita lebih beresiko daripada usia dewasa. Tujuan dilakukan tugas khusus ini untu mengetahui nilai rasionalitas dan peresepan antibiotik pada pasien balita di Poli ISPA Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo pada Periode 17 Maret hingga 17 Juni 2023. Pengamatan dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa rekam medik pasien balita di Poli ISPA kemudian ditentukan kriteria inklusi lalu ditentukan kategori rasionalitas dengan metode gyssens. Hasil yang didapat yaitu penggunaan antibiotik peroral pasien  balita di Poli ISPA yang sudah rasional sebanyak 30%.

Distrcit Health Center (Puskesmas) is a health service facility that organizes community health efforts and individual health efforts at the first level. ISPA (Acute Respiratory Infection) is a disease caused by microorganisms, among the microorganisms that often cause ISPA are viruses and bacteria. ISPA caused by bacteria, treatment requires an antibacterial or known as an antibiotic. Frequent use of antibiotics results in a large opportunity for irrational use of antibiotics and results in antibiotic resistance. Age greatly influences the incidence of ISPA, children and toddlers are more at risk than adults. The aim of carrying out this special task is to determine the value of rationality and antibiotic prescribing in toddler patients at the ISPA Poly, Pasar Rebo District Helath Center in the period 17 March to 17 June 2023. Observations were carried out by collecting secondary data in the form of medical records of toddler patients at the ISPA Poly Clinic and then determining the inclusion criteria. then determine the category of rationality using the Gyssens method. The results obtained were that the use of oral antibiotics in toddler patients at the ISPA Poly was rational at 30%.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vannisa Nabilla Widyantari
"ABSTRAK
Penggunaan antibiotik yang tinggi dapat menimbulkan risiko peresepan yang tidak rasional. Salah satu cara untuk mendukung penggunaan antibiotik secara rasional adalah dengan mengevaluasi penggunaan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan total sampling. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa resep antibiotik oral di Puskesmas Kabupaten Kebayoran Baru Tahun 2018. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10553 resep. Evaluasi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kuantitatif menggunakan metode yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), yaitu Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Evaluasi kualitatif menggunakan metode Pemanfaatan Obat 90% (DU90%) dan kesesuaian penggunaan antibiotik dengan daftar obat dalam Formularium Nasional Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Tiga jenis antibiotik dengan penggunaan tertinggi berdasarkan nilai DDD/1000 pasien/hari adalah amoksisilin (0,9358 DDD/1000 pasien/hari), ciprofloxacin (0,4940 DDD/1000 pasien/hari), dan cefadroxil (0,1983 DDD/1000 pasien). . pasien/hari). Antibiotik yang membentuk 90% segmen Penggunaan Obat adalah amoksisilin, ciprofloxacin, cefadroxil dan thiamphenicol. Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah 70%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru cenderung tinggi dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman Formularium Nasional.
ABSTRACT
The high use of antibiotics can pose a risk of irrational prescribing. One way to support the rational use of antibiotics is to evaluate the use of antibiotics. This study aims to evaluate the use of antibiotics in outpatients at the Kebayoran Baru District Health Center in 2018. The research design used was cross sectional and descriptive. Data was collected retrospectively using total sampling. The research data used is secondary data in the form of oral antibiotic prescriptions at the Kebayoran Baru District Health Center in 2018. The number of samples used in this study was 10553 prescriptions. Evaluation is done quantitatively and qualitatively. The quantitative evaluation used the method recommended by the World Health Organization (WHO), namely Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). The qualitative evaluation used the 90% Drug Utilization method (DU90%) and the suitability of the use of antibiotics with the list of drugs in the National Formulary of First Level Health Facilities (FKTP). The three types of antibiotics with the highest use based on DDD values/1000 patients/day were amoxicillin (0.9358 DDD/1000 patients/day), ciprofloxacin (0.4940 DDD/1000 patients/day), and cefadroxil (0.1983 DDD/1000 patients). patient). . patients/day). The antibiotics that make up 90% of the Drug Use segment are amoxicillin, ciprofloxacin, cefadroxil and thiamphenicol. The suitability of the use of antibiotics with the National Formulary of First Level Health Facilities (FKTP) is 70%. From the results of this study, it can be concluded that the use of antibiotics in the Kebayoran Baru District Health Center tends to be high and has not fully complied with the guidelines of the National Formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Penggunaan antibiotik harus dilakukan dan kontrol penggunaan antibiotik sudah direkomendasikan dari WHO. Hal ini bertujuan untuk menekan resistensi mikroba terhadap antibiotik karena ancaman resistensi antibiotik adalah salahsatu yang dikhawatirkan oleh WHO. Dalam perespan dan penggunaan antibiotik dapat dianalisis dengan metode ATC/DDD untuk evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik. Analisis menggunakan metode ATC/DDD ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari-Desember 2022. Setelah dilakukan analisis didapatkan penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari – Desember 2022 tergolong sangat tinggi terutama pada golongan antibiotik beta laktam dengan kecenderungan peresepan yang kurang rasional. Dari hasil analisis ini dapat dilakukan pengetesan resistensi mikroba terhadap antibiotik di lingkungan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk melihat sebaran mikroba resisten terhadap golongan antibiotik sebagai evaluasi pendekatan pengobatan yang optimal.

The use of antibiotics must be carried out and control of antibiotic use has been recommended by WHO. This aims to suppress microbial resistance to antibiotics because the threat of antibiotic resistance is one that WHO is concerned about. The prescription and use of antibiotics can be analyzed using the ATC/DDD method to evaluate the rationality of antibiotic use. Analysis using the ATC/DDD method was carried out at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the period January-December 2022. After the analysis was carried out, it was found that the use of antibiotics in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the January-December 2022 period was classified as very high, especially in the beta-lactam antibiotics group with a high prescribing tendency. less rational. From the results of this analysis, testing for microbial resistance to antibiotics can be carried out in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit environment to see the distribution of microbes that are resistant to antibiotic groups as an evaluation of optimal treatment approaches.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michicho Citra Zhangrila
"Peningkatan persentase resistensi antimikroba (AMR) yang cukup tinggi di Indonesia disebabkan oleh penggunaan antimikroba yang tidak tepat, terutama dalam pelayanan kesehatan. Salah satu cara untuk mengatasi AMR adalah dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik. Maka dari itu, diperlukan evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan untuk memastikan optimalisasi penggunaan antibiotik tersebut. Pada penelitian ini, dilakukan evaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu pada periode 2021. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) periode 2021 milik Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu yang diperoleh dari arsip LPLPO di Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Data diolah menggunakan Microsoft Excel 2022 berdasarkan jenis antibiotik, rute pemberian, dan klasifikasi ATC yang telah ditetapkan oleh WHO. Setelah itu dihitung total kekuatan antibiotik yang digunakan, serta analisis kuantitatif menggunakan metode DDD/1000 penduduk/hari. Berdasarkan persentase pemakaian dan nilai DDD/1000 penduduk/hari, lima antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu Amoksisilin (52,78%; 0,4284 DDD), Azitromisin (18,86%; 0,1531 DDD), Siprofloksasin (8,08%; 0,0655 DDD), Sefadroksil (5,85%; 0,0475 DDD), dan Doksisiklin (5,09%; 0,0413 DDD). Jumlah total penggunaan antibiotik di Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu selama tahun 2021 yaitu sebesar 6228,80 DDD dan 0,8116 DDD/1000 penduduk/hari.

The increase in the percentage of antimicrobial resistance (AMR) in Indonesia is relatively high and primarily caused by inappropriate use of antimicrobials, especially in healthcare services. One way to address AMR is by optimizing the use of antibiotics. Therefore, it is necessary to evaluate the use of antibiotics in healthcare facilities to ensure their optimal use. This study quantitatively evaluated antibiotic usage using the ATC/DDD method at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu during the period 2021. Data collection was done retrospectively using secondary data, specifically the Drug Use and Request Form (LPLPO) for 2021, obtained from the archives of the Puskesmas Kecamatan Jatinegara. The data were processed using Microsoft Excel 2022, categorized by antibiotic type, administration route, and WHO-established ATC classification. Subsequently, the total antibiotic strength used was calculated, and quantitative analysis was performed using the DDD/1000 inhabitants/day method. Based on the percentage of usage and DDD/1000 inhabitants/day values, the five most commonly used antibiotics were Amoxicillin (52.78%; 0.4284 DDD), Azithromycin (18.86%; 0.1531 DDD), Ciprofloxacin (8.08%; 0.0655 DDD), Cefadroxil (5.85%; 0.0475 DDD), and Doxycycline (5.09%; 0.0413 DDD). The total amount of antibiotics used at the Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu in 2021 was 6228.80 DDD and 0.8116 DDD/1000 inhabitants/day."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Roesdiana
"Banyaknya pasien yang datang ke IGD pada masa pandemi COVID-19 dan adanya perubahan Panduan Praktik Klinis yang cepat dapat mempengaruhi pola penggunaan obat di IGD RSUI sehingga perlu dilakukan evaluasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan melihat gambaran deskriptif dari perubahan pola penggunaan obat di Instalasi Gawat Darurat untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien di IGD RSUI. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Studi dilakukan secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD WHO (DDD/100 hari rawat) dan secara kualitatif dengan melihat profil DU90% serta kesesuaiannya dengan Formularium Nasional. Sampel penelitian diambil dari data rekapitulasi pengeluaran obat di IGD periode Januari 2020 - Desember 2022. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah data pengeluaran obat pasien dewasa usia ≥ 18 tahun yang tercatat sebagai pasien IGD dan obat yang memiliki kode ATC/DDD. Jumlah keseluruhan sampel penelitian adalah 15.981 data pengeluaran obat. Jenis obat yang banyak digunakan di IGD RSUI yaitu parasetamol, omeprazol dan asetilsistein. Penggunaan obat untuk pasien di IGD RSUI pada tahun 2020, 2021 dan 2022 secara berturut-turut sebesar 387,59 DDD/100 hari rawat; 316,81 DDD/100 hari rawat dan 349,35 DDD/100 hari rawat. Jumlah obat yang menyusun segmen DU90% pada tahun 2020, 2021 dan 2022 secara berturut-turut sebanyak 36, 42 dan 35 jenis obat. Kesesuaian penggunaan obat di IGD RSUI pada tahun 2020-2022 dengan Formularium Nasional belum memenuhi standar (≥80%) dengan rata-rata kesesuaian sebesar 74,66%. 

The large number of patients who visit Emergency Department (ED) during COVID-19 pandemic and rapid changes in Clinical Practice Guideline can affect the pattern of drug use in ED of RSUI so that it needs to be evaluated. This study was conducted to evaluate and see a descriptive overview of changes in drug use patterns in ED to improve quality of patient care. This study used a cross sectional study design with retrospective data collection. The study was conducted quantitatively using WHO ATC/DDD method (DDD/100 patient days) and qualitatively using DU90% profile and its suitability with the National Formulary. The research sample was taken from recapitulation data of drug dispensing in ED for January 2020 - December 2022. The inclusion criteria in this study were drug dispensing data for adult patients aged ≥ 18 years and drugs that had ATC / DDD codes. Total number of research samples was 15.981 data. The types of drugs that are commonly used in ED of RSUI are paracetamol, omeprazole and acetylcysteine. The use of drugs for patients in ED of RSUI in 2020, 2021 and 2022 amounted to 387,59 DDD/100 patient days; 316,81 DDD/100 patient days and 349,35 DDD/100 patient days, respectively. The number of drugs that make up the DU90% segment in 2020, 2021 and 2022 are 36, 42 and 35 types of drugs, respectively. The suitability of drug use in ED of RSUI in 2020-2022 with National Formulary has not reached the standard (≥80%) with an average suitability of 74,66%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>