Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107681 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febry Hadiqotul Aini
"Penyimpanan merupakan salah satu hal yang krusial dalam terwujudnya pendistribusian obat yang baik dikarenakan berkaitan langsung dengan kualitas produk. Hal ini menyebabkan PBF (Pedagang Besar Farmasi) harus dapat melakukan penyimpanan sesuai dengan persyaratan  yang  terdapat pada Cara Distribusi Obat yang  Baik (CDOB). Suatu fasilitas distribusi obat harus dapat  mempertahankan sistem mutunya agar obat dapat terjamin selama proses distribusi. Adapun, prinsip-prinsip pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) perlu diimplementasikan baik pada saat pengadaan, penyimpanan, penyaluran serta pengembalian obat atau bahan obat. Saat melakukan PKPA  di Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Bogor,  dibandingkan antara cara penyimpanan obat yang baik dan benar berdasarkan CDOB dan dengan pengaplikasiannya di lapangan. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa prosedur penyimpanan obat di KFTD Bogor telah dilakukan dengan baik.

Storage is crucial in ensuring the proper distribution of pharmaceuticals as it directly affects product quality. This necessitates that Pharmaceutical Wholesalers must be capable of storing items in accordance with the standards of Good Distribution Practice (GDP). A drug distribution facility must uphold its quality management system to safeguard the integrity of drugs throughout the distribution process. The principles of GDP must be applied during drug procurement, storage, distribution, and return processes. As part of Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) at Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) in Bogor, a comparison was conducted regarding proper and correct drug storage practices based on applicable CDOB guidelines and their implementation in the field. From the results obtained It can be concluded that the drug storage procedures at KFTD Bogor have been effectively implemented.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Violeta Lestari
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang berfungsi untuk melaksanakan proses pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mutu sediaan farmasi yang didistribusikan tetap terjaga hingga sampai ke tangan konsumen salah satunya dengan cara menerapkan pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Penerapan CDOB merupakan standar agar PBF dapat mempertahankan dan memastikan mutu obat yang diterima oleh pasien sama dengan mutu obat yang dikeluarkan oleh industri farmasi. PBF dalam pelaksanaannya juga memiliki sistem manajemen yang baik salah satunya dengan adanya Standar Prosedur Operasional (SPO). Penerapan SPO terhadap obat dan/atau bahan obat yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu dan/atau label wajib dilakukan penarikan. Sedangkan pemusnahan dilakukan pada obat dan/atau bahan obat, kemasan, label dan/atau brosur yang tidak memenuhi standar persyaratan mutu, khasiat dan keamanan. Implementasi Standar Prosedur Operasional (SPO) penanganan obat dan/atau bahan obat kembalian, penarikan kembali (recall) dan pemusnahan obat dan/atau bahan obat di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 telah memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) are companies in the form of legal entities whose function is to carry out the process of procurement, storage and distribution of medicines in large quantities in accordance with statutory provisions. PBF also has the responsibility to ensure that the quality of the pharmaceutical preparations distributed is maintained until they reach consumers, one of which is by implementing Good Distribution Practice (GDP) guidelines. The implementation of GDP is a standard so that PBF can maintain and ensure the quality of medicines received by patients is the same as the quality of medicines issued by the pharmaceutical industry. In its implementation, PBF also has a good management system, one of which is the Standard Operational Procedure (SOP). The application of SOP to drugs and/or medicinal substances that do not meet the standards and/or requirements for safety, efficacy, quality and/or labeling must be withdrawn. Meanwhile, destruction is carried out on drugs and/or medicinal ingredients, packaging, labels and/or brochures that do not meet the standard requirements for quality, efficacy and safety. Implementation of Standard Operational Procedures (SOP) for handling returned medicines and/or medicinal substances, recalls and destruction of medicines and/or medicinal substances at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 has met the standards for Good Distribution Practice (GDP) and has been implemented in accordance with applicable Standard Operational Procedures (SOP)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifatha Amartya Naufal
"Sediaan farmasi yang didistribusi oleh PBF tidak hanya sebatas sediaan solid, semi solid atau liquid. Sediaan CCP (Cold Chain Product) dan obat kategori Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-Obat Tertentu juga didistribusi oleh PBF, terutama oleh PBF KFTD. Selama proses distribusi dari sediaan CCP, terdapat titik kritis yang harus selalu diawasi agar tidak terjadi kerusakan sediaan selama proses pengantaran barang. Untuk obat kategori Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Obat-Obat Tertentu juga selama pendistribusian harus diawasi secara ketat karena rawan terjadi penyalahgunaan. Pengamatan dilakukan di KFTD Bogor bagian Logistik dari pukul 08.00 – 16.00 dengan mengamati dan membantu proses penyiapan dan pendistribusian Cold Chain Product dan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Obat-Obat Tertentu. Tidak terdapat perbedaan antara SOP Pengiriman Cold Chain Product dengan CDOB 2020 dan terdapat perbedaan antara SOP Pengiriman Narkotika dengan CDOB 2020. Perbedaan tersebut adalah hasil investigasi internal yang tidak dilampirkan pada laporan kehilangan barang narkotika ke Badan POM sedangkan pada CDOB dalam laporan kehilangan dilengkapi hasil investigasi internal.

Pharmaceutical preparations distributed by PBF are not only limited to solid, semi-solid, or liquid preparations. CCP (Cold Chain Product) preparations and drugs in the category of Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs are also distributed by PBF, especially by PBF KFTD. During the distribution process of CCP preparations, there are critical points that must always be monitored so that inventory damage does not occur during the goods delivery process. Drugs in the category of Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs during distribution, must be closely monitored because they are prone to abuse. Observations were made at KFTD Bogor in the Logistics section from 08.00 – 16.00 by observing and assisting in the process of preparing and distributing Cold Chain Products and Narcotics, Psychotropics, Precursors, and Certain Drugs. There is no difference between the SOP for Cold Chain Product Delivery and CDOB 2020 and there is a difference between the SOP for Narcotics Delivery and CDOB 2020. The difference is the result of an internal investigation which is not attached to the report on the loss of narcotics to the POM while the CDOB in the loss report is accompanied by the results of the internal investigation. It is necessary to add the results of internal investigations to the attachment to the report on the loss of narcotic goods in the SOP so that they can comply with the 2020 CDOB.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Guesvidha Nurhidayat As Putera
"Mematuhi CDOB merupakan peranan yang sangat penting untuk memastikan bahwa bahan obat dan produk obat disimpan, dikelola, dan didistribusikan dengan standar yang tinggi untuk menjaga kualitas dan keselamatan. Gudang yang menerapkan CDOB membantu mempertahankan integritas bahan baku obat. Proses penyimpanan yang tepat, termasuk pengendalian suhu, kelembaban, dan penanganan yang benar, dapat mencegah perubahan kimia atau fisik yang dapat mempengaruhi kualitas dan keamanan bahan baku obat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa bahan baku obat tetap efektif dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Penerapan CDOB di gudang pedagang besar farmasi bahan baku obat juga membantu membangun kepercayaan pelanggan. Pelanggan, seperti produsen obat jadi, membutuhkan jaminan bahwa bahan baku obat yang mereka beli aman, berkualitas, dan memenuhi persyaratan regulasi. Gudang yang memenuhi standar CDOB memberikan bukti komitmen terhadap kualitas dan keamanan produk, yang dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan dan memperkuat hubungan bisnis. Metode pelaksanaan dilakukan secara kualitatif, yang dilakukan dengan melihat tinjauan pustaka dan wawancara secara langsung kepada yang bersangkutan terhadap gudang PBF Farmasia Inovasi Megatrading.PT . Farmasia Inovasi Megatrading memiliki ruang gudang dengan tiga jenis rak penyimpanan bahan baku obat yang meliputi rak A (Bahan Aktif Obat / Active Pharmaceuticals Inggredients), rak B (Bahan Vitamin, Mineral dan Ekstrak) dan rak C (Bahan Tambahan/ Eksipient). Selain itu terdapat juga beberapa ruangan khusus bahan baku obat seperti ruangan bahan baku obat beta laktam, ruangan bahan baku obat suhu terkontrol dan ruangan reject. Selain memperhatikan ruangan yang memadai, beberapa faktor juga sangat perlu diperhatikan karena juga sangat mempengaruhi kualitas bahan baku obat. Beberapa faktor ini bersumber kepada regulasi sediaan farmasi seperti CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik) untuk memastikan bahwa distribusi, penyimpanan, dan penanganan obat dilakukan dengan cara yang aman, terpercaya, dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ruangan gudang bahan baku obat pada PT. Farmasia Inovasi Megatrading pada umumnya sudah sesuai dengan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik), Namun pada sisi pencahayaan walaupun sudah merata dan memadai, belum diketahui satuan intensitas cahaya yang digunakan.

Complying with the CDOB is a critical role in ensuring that drug substances and drug products are stored, managed, and distributed to high standards to maintain quality and safety. Warehouses that implement CDOB help maintain the integrity of medicinal raw materials. Proper storage processes, including controlling temperature, humidity, and correct handling, can prevent chemical or physical changes that can affect the quality and safety of medicinal raw materials. This is important to ensure that medicinal raw materials remain effective and comply with established specifications. The implementation of CDOB in the warehouses of pharmaceutical wholesalers of medicinal raw materials also helps build customer trust. Customers, such as finished drug manufacturers, need assurance that the drug raw materials they purchase are safe, of good quality and meet regulatory requirements. A warehouse that meets CDOB standards provides evidence of commitment to product quality and safety, which can increase customer confidence and strengthen business relationships. The implementation method was carried out qualitatively, which was carried out by looking at literature reviews and direct interviews with those concerned with the PBF Farmasia Innovation Megatrading.PT warehouse. Farmasia Innovation Megatrading has a warehouse space with three types of storage shelves for medicinal raw materials which include shelf A (Active Drug Ingredients / Active Pharmaceutical Ingredients), shelf B (Vitamins, Minerals and Extracts) and shelf C (Additional Ingredients/Excipients). Apart from that, there are also several special rooms for medicinal raw materials, such as the beta lactam medicine raw material room, the controlled temperature medicine raw material room and the reject room. Apart from paying attention to adequate space, several factors also really need to be considered because they also greatly influence the quality of medicinal raw materials. Some of these factors originate from pharmaceutical preparation regulations such as CDOB (Good Medicine Distribution Method) to ensure that the distribution, storage and handling of medicines is carried out in a safe, reliable manner and in accordance with applicable regulations. Drug raw material warehouse room at PT. Farmasia Innovation Megatrading is generally in accordance with CDOB (Good Method of Distribution of Medicines), however, in terms of lighting, although it is even and adequate, the unit of light intensity used is not yet known.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) adalah metode distribusi dan/atau penyediaan obat yang bertujuan untuk memastikan kualitas selama jalur distribusi/suplai sesuai dengan persyaratannya dan tujuan penggunaannya (BPOM, 2019). PT. Masiva Guna merupakan perusahaan yang bergerak dalam perdagangan, khususnya dalam distribusi obat dan alat kesehatan, dan telah bersertifikasi CDOB. Oleh karena itu, dalam proses distribusinya, mereka harus mengikuti pedoman CDOB. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode observasional, deskriptif, dan evaluatif. Observasi dilakukan dengan mengamati objek penelitian secara langsung, deskripsi dilakukan dengan menggambarkan penerapan CDOB di Pusat Distribusi Farmasi (PDF), dan evaluasi dilakukan dengan membandingkan kesesuaian antara objek penelitian dan pedoman CDOB. Berdasarkan hasil penelitian, implementasi Praktek Distribusi Obat yang Baik (CDOB), khususnya pada aspek bangunan dan peralatan di PT. Masiva Guna, sesuai dengan Pedoman Teknis untuk Praktek Distribusi Obat yang Baik yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 9 tahun 2019.

Good Distribution Practice (GDP) is a method of drug distribution and/or supply aimed at ensuring quality throughout the distribution/supply chain in accordance with its requirements and intended use (BPOM, 2019). PT. Masiva Guna is a company engaged in trading, specifically in the distribution of drugs and medical devices, and has been certified for GDP. Therefore, in the distribution process, they must follow GDP guidelines. This research was conducted using observational, descriptive, and evaluative methods. Observations were made by directly observing the research object, description was done by describing the implementation of GDP at the Pharmaceutical Distribution Center (PDC), and evaluation was carried out by comparing the conformity between the research object and GDP guidelines. Based on the research results, the implementation of Good Distribution Practice (GDP), especially in terms of building and equipment aspects at PT. Masiva Guna, is in accordance with the Technical Guidelines for Good Distribution Practice for Drugs issued by the National Agency of Drug and Food Control (BPOM) No. 9 of 2019.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Tri Utami
"Sistem distribusi obat tidak terlepas dengan yang namanya manajemen logistik yang merupakan aktivitas penting dalam rumah sakit karena menjamin ketersediaan pasokan baik untuk obat-obatan maupun perlengkapan operasional lainnya dengan biaya yang minimum. Salah satu alur dalam manajemen logistik adalah prosedur penyimpanan. Penyimpanan disebut sebagai jantung dari manajemen logistik karena dengan melihat penyimpanan obat maka dapat diketahui apakah tujuan manajemen logistik tercapai atau tidak serta penyimpanan adalah hal yang sangat menentukan kelancaran pada saat pendistribusian obat. Dalam laporan tugas khusus ini penulis ingin mengetahui persentase kesesuaian penyimpanan obat dan BMHP di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penyusunan tugas khusus ini dilakukan menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif. Hasil pengamatan kemudian dituangkan dalam bentuk tabel check list lalu dihitung dan di persentasekan berdasarkan skala guttman dengan menggunakan perhitungan skor, untuk hasil memenuhi syarat diberikan skor 1 dan tidak memenuhi syarat diberikan skor 0. Didapatkan hasil dengan persentase untuk penyimpanan obat yang sesuai dengan standar adalah 96,7% dan 3,33% untuk penyimpanan obat yang belum sesuai. Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai sudah masuk dalam ketegori penyimpanan yang sangat baik.
The drug distribution system is closely intertwined with logistics management, which is a vital activity in hospitals because it ensures the availability of supplies, both for medications and other operational equipment, at minimal cost. One of the key components of logistics management is storage procedures. Storage is often referred to as the heart of logistics management because by examining drug storage, it can be determined whether the logistics management objectives are achieved or not, and storage significantly influences the smoothness of drug distribution. In this specific task report, the author aims to determine the percentage of compliance with drug and Medical Devices and Household Health Supplies (BMHP) storage at the Outpatient Pharmacy Depot of the University of Indonesia Hospital. The preparation of this specific task is conducted using an observational method that is descriptive in nature. The observation results are then compiled into a checklist table and calculated and presented as percentages based on the Guttmann scale using scoring calculations, where a score of 1 indicates compliance and a score of 0 indicates non-compliance. The results show that the percentage of compliance with standard drug storage is 96.7%, with 3.33% for drug storage not meeting the standards. The percentage obtained indicates that the drug and disposable medical supplies storage system falls into the category of very good storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Maulana
"Perusahaan Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Diperlukan suatu tindakan menyeluruh yang dapat menjaga mutu obat pada seluruh proses pengelolaan obat termasuk pada proses distribusi obat. Sehingga, PBF yang merupakan sarana dalam fasilitas distribusi atau penyaluran sediaan farmasi harus menerapkan ketentuan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk dapat memenuhi kriteria tersebut. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) merupakan suatu pedoman cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi CDOB yang baik dan benar di PBF Jakarta 2. Pelaksanaan implementasi CDOB di PBF Jakarta 2 berdasarkan studi literatur pada Peraturan BPOM No. 6 Tahun 2020 Tentang Pedoman Teknis CDOB. Hasil yang diperoleh yaitu PT. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 telah melakukan seluruh proses layanan distribusi dan perdagangan produk dan alat kesehatan sesuai dengan CDOB dan peraturan yang berlaku mencakup keseluruhan 12 bab.

Large Pharmaceutical Companies (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits to procure, store and distribute large quantities of pharmaceutical supplies in accordance with statutory provisions. A comprehensive action is needed that can maintain drug quality throughout the drug management process, including the drug distribution process. Thus, PBF, which is a means of distribution or dispensing pharmaceutical preparation facilities, must implement the provisions of Good Medicine Distribution Methods (GMDM) to be able to meet these criteria. Good Medicine Distribution Method (GMDM) is a guideline for the distribution/distribution of medicines and/or medicinal substances which aims to ensure quality along the distribution/distribution route according to the requirements and intended use. This research aims to determine the good and correct implementation of CDOB at PBF Jakarta 2. The implementation of CDOB at PBF Jakarta 2 is based on a literature study of BPOM Regulation No. 6 of 2020 concerning CDOB Technical Guidelines. The results obtained were PT. Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 2 has carried out the entire distribution and trading service process for medical products and devices in accordance with CDOB and applicable regulations covering all 12 chapters.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Putri Miftahul Jannah
"Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki peran dalam melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai tempat pelayanan apoteker, PBF merupakan salah satu bagian terpenting dari proses dispensing ini sehingga PBF harus mengikuti kaidah Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk dapat memenuhi kriteria di atas. CDOB adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/ penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. CDOB merupakan standar yang sangat penting dalam upaya menjaga mutu dan keutuhan pemberian obat di setiap mata rantai distribusi. Salah satu dalam menjaga mutu obat adalah dengan melihat bagaimana sistem transportasi atau pengiriman terutama cold chain produk yang membutuhkan cara khusus agar produk tetap dapat digunakan ketika sampai tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengirimanan atau transportasi cold chain product sesuai standar CDOB. Penelitian ini dilaksanakan dengan studi observasional atau pengamatan langsung pada PT. Kimia Farma Perdagangan & Distribusi Cabang 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengiriman Cold Chain Product telah sesuai dengan standar CDOB namun masih terdapat 2 temuan oleh BPOM mengenai waktu penerimaan Cold Chain Product dan belum dilakukan validasi pengiriman untuk kemasan Sterofom.

Pharmaceutical Wholesalers (PBF) have a role in procuring, storing, and distributing drugs and/or medicinal ingredients in large quantities by the provisions of statutory regulations. As a pharmacist service location, PBF is one of the most important parts of the dispensing process so PBF must follow the rules of Good Medicine Distribution Methods (CDOB) to be able to meet the above criteria. CDOB is a method of distributing/distributing drugs and/or medicinal substances that aims to ensure quality along the distribution/distribution route according to the requirements and intended use. CDOB is a very important standard in efforts to maintain the quality and integrity of drug administration at every link of the distribution chain. One way to maintain the quality of medicines is to look at the transportation or delivery system, especially the product cold chain, which requires special methods so that the product can still be used when it reaches its destination. This research aims to find out how the cold chain product delivery or transportation process is according to CDOB standards. This research was carried out using an observational study or direct observation at PT. Kimia Farma Trading & Distribution Branch 2. The research results show that the Cold Chain Product delivery system is by CDOB standards but there are still 2 findings by BPOM regarding the time of receiving the Cold Chain Product and delivery validation has not been carried out for Styrofoam packaging.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Fizriani
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek Roxy Jagakarsa bertujuan untuk menelaah faktor penyebab terjadinya kekosongan produk OTC di Apotek Roxy Jagakarsa dan menganalisis strategi untuk mengatasi kekosongan produk OTC di Apotek Roxy Jagakarsa. Metode pelaksanaan penyusunan tugas khusus dilakukan dengan jenis penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif, yang berfokus pada jumlah produk Over The Counter (OTC) yang mengalami kondisi out of stock. Data hasil pengkajian menunjukkan bahwa terdapat 92 jenis obat yang mengalami kondisi "Out Of Stock" di Apotek Roxy Jagakarsa. Faktor-faktor penyebab kekosongan stok meliputi lead time yang lambat dalam pengiriman obat, keterbatasan ketersediaan jenis obat paten tertentu, kesalahan dalam pengiriman obat, kerusakan obat selama proses pendistribusian, dan penghentian produksi oleh produsen (discontinue). Strategi yang digunakan untuk mengatasi kekosongan stok meliputi proses substitusi, di mana obat yang tidak tersedia digantikan dengan obat yang memiliki kandungan yang sama dan tersedia dalam stok apotek.

Pharmacist Professional Work Practices at the Roxy Jagakarsa Pharmacy aims to examine the factors that cause avoidance of OTC products at the Roxy Jagakarsa Pharmacy and analyze strategies to overcome the lack of OTC products at the Roxy Jagakarsa Pharmacy. The method for carrying out special preparation tasks is carried out using a type of qualitative descriptive research, which focuses on the number of Over The Counter (OTC) products that are out of stock. Data from the study shows that there are 92 types of medicines that are in an "Out Of Stock" condition at the Roxy Jagakarsa Pharmacy. Factors causing stock shortages include slow lead times in drug delivery, limited availability of certain types of patented drugs, errors in drug delivery, drug damage during the distribution process, and production permits by manufacturers (discontinued). The strategy used to overcome stock shortages includes a substitution process, where drugs that are not available are replaced with drugs that have the same content and are available in pharmacy stock.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salikha Rizky Dirgantara
"Lantai dan peralatan merupakan komponen penting dalam pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) untuk Pedagang Besar Farmasi (PBF). Gudang obat PBF harus memenuhi syarat tertentu, termasuk memiliki lantai mudah dibersihkan, rata, dan bebas keretakan atau lubang untuk menjaga kebersihan dan keamanan penyimpanan obat. Dalam upaya memenuhi persyaratan CDOB dan menjaga kebersihan gudang, penggunaan pelapis lantai menjadi langkah yang bisa diimplementasikan. Pemilihan bahan pelapis lantai membutuhkan analisis spesifikasi dari masing-masing bahan. Jenis bahan lantai yang dapat digunakan adalah beton yang dilapisi epoksi atau poliurea. Meskipun memiliki banyak keunggulan, epoksi juga memiliki berbagai keterbatasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perbandingan poliurea dan epoksi sebagai bahan pelapis lantai. Kegiatan dimulai dengan terjun ke lapangan untuk melaksanakan kegiatan observasi dan wawancara. Aktivitas ini didokumentasikan dan data yang diperoleh berupa foto, laporan form checklist inspeksi, dan hasil wawancara. Hasil observasi menunjukkan bahwa lantai gudang APL saat ini hanya menggunakan beton, yang mudah rusak dan menghasilkan banyak debu. Adanya debu dapat menyebabkan kontaminasi produk dan melanggar persyaratan CDOB. Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pelapisan lantai. Perbandingan antara bahan poliurea dan epoksi menunjukkan bahwa poliurea memiliki berbagai keunggulan. Poliurea lebih kuat, ramah lingkungan, waktu pengeringannya lebih singkat, dan memiliki umur pemakaian yang lebih lama dibandingkan epoksi. Penggunaan poliurea diharapkan dapat mengurangi biaya pemeliharaan gudang dan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan demikian, penggunaan pelapis lantai poliurea menjadi alternatif yang lebih menguntungkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan gudang PBF dalam memenuhi persyaratan CDOB.

Flooring and equipment play a crucial role in adhering to the Good Distribution Practice guidelines. Warehouses must meet specific requirements, including having easily cleanable, level floors without cracks or holes to ensure the cleanliness and safety of drug storage. To comply with GDP requirements and maintain warehouse hygiene, floor coatings are an effective solution. The selection of floor coating materials necessitates a detailed analysis of their specifications. Concrete coated with either epoxy or polyurea is a viable choice for floor coating. Despite epoxy's numerous advantages, it also comes with certain limitations. Therefore, conducting a comparative analysis between polyurea and epoxy as floor coatings is essential. The analysis process involves on-site observations and interviews, with the data documented through photographs, inspection checklists, and interview reports. It is observed that APL's warehouse currently uses concrete flooring, which is prone to damage and generates considerable dust. Dust accumulation can lead to product contamination, thus violating GDP requirements. A comparison of polyurea and epoxy reveals that polyurea possesses various advantages, including greater strength, environmental friendliness, shorter drying time, and an extended service life compared to epoxy. Utilizing polyurea as a floor coating is expected to reduce warehouse maintenance expenses and enhance operational efficiency. Consequently, opting for polyurea floor coatings offers a more cost-effective and efficient solution to maintain the cleanliness and safety of the PBF warehouse in alignment with GDP requirements. This step contributes to better drug storage practices, ensuring the integrity and quality of pharmaceutical products during distribution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>