Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 224093 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Hariyanto
"Dalam era digital yang berkembang pesat, ancaman insiden keamanan siber menjadi isu di tingkat global maupun Indonesia. Insiden keamanan siber seperti serangan phishing, ransomware, dan malware telah menyebabkan kerugian finansial serta menurunkan reputasi. Computer Security Incident Response Team (CSIRT) memegang peran penting dalam mendeteksi, merespon, dan menanggulangi insiden keamanan siber. Namun, terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu kurangnya tingkat kepercayaan antar CSIRT terhadap mekanisme berbagi informasi keamanan siber yang aman dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengevaluasi mekanisme berbagi informasi keamanan siber antar CSIRT di Indonesia. Mekanisme tersebut memanfaatkan teknologi blockchain yaitu Hyperledger Composer yang diintegrasikan dengan Interplanetary File System (IPFS) dan Traffic Light Protocol (TLP). Metode penelitian mencakup desain mekanisme berbagi informasi, simulasi implementasi, dan evaluasi performa. Pengujian performa menunjukkan bahwa latency rata-rata untuk proses unggah adalah 120 ms dan untuk unduh adalah 150 ms, dengan throughput rata-rata masing-masing 500 KB/s dan 480 KB/s. Penerapan standar TLP juga berkontribusi dalam mengatur dan mengendalikan aliran informasi serta batasan distribusinya. Penelitian ini memiliki peran dalam memberikan solusi inovatif berbagi informasi keamanan siber antar CSIRT di Indonesia yang belum banyak dieksplorasi. Selain itu, penelitian ini juga memberikan referensi mengenai pemanfaatan teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan siber.

In the rapidly evolving digital era, the threat of cyber security incidents has become a significant issue both globally and in Indonesia. Cyber security incidents such as phishing attacks, ransomware, and malware have caused financial losses and damaged reputations. The Computer Security Incident Response Team (CSIRT) plays a crucial role in detecting, responding to, and mitigating cyber security incidents. However, a key challenge faced is the lack of trust among CSIRTs regarding a secure and effective mechanism for sharing cyber security information. This research aims to design and evaluate a mechanism for sharing cyber security information among CSIRTs in Indonesia. The mechanism utilizes blockchain technology, specifically Hyperledger Composer, integrated with the Interplanetary File System (IPFS) and the Traffic Light Protocol (TLP). The research methodology includes designing the information-sharing mechanism, implementing simulations, and evaluating performance. Performance testing showed that the average latency for the upload process is 120 ms and for the download process is 150 ms, with average throughputs of 500 KB/s and 480 KB/s, respectively. The implementation of the TLP standard also contributes to regulating and controlling the flow of information and its distribution boundaries. This research provides an innovative solution for sharing cyber security information among CSIRTs in Indonesia, an area that has not been extensively explored. Additionally, this study offers a reference on the utilization of blockchain technology to enhance cyber security."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Haryanto
"Cybersecurity Information Sharing (CIS) merupakan langkah proaktif dan kolaboratif dalam meningkatkan keamanan organisasi dengan bertukar informasi keamanan siber menggunakan layanan penyimpanan tersentralisasi antar organisasi sektoral. Namun pada praktiknya, penggunaan layanan tersentralisasi memiliki ancaman single point of failure yang menyebabkan berkurangnya ketersediaan informasi serta serangan man-in-the-middle (MITM) yang dapat mengakibatkan modifikasi dan pencurian informasi yang dipertukarkan. Ancaman dan serangan ini mengakibatkan kurangnya kepercayaan pengguna terhadap kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan informasi. Penelitian ini mengusulkan rancangan sistem Secure Cybersecurity Information Sharing (SCIS) untuk mengamankan informasi terkait dengan keamanan siber dalam organisasi sektoral dengan menggunakan Interplanetary File System (IPFS) sebagai penyimpanan informasi terdesentralisasi, serta blockchain sebagai pencatatan data transaksi yang terdesentralisasi. Kedua teknologi tersebut memiliki skalabilitas yang baik dalam kinerja dan penyimpanan, serta mampu meningkatkan ketersediaan informasi hingga 75% lebih banyak dibandingkan dengan penyimpanan tersentralisasi. Selain itu, teknologi ini juga membantu mendeteksi hingga 2 proses modifikasi dan melindungi dari 2 jenis akses tidak sah yang dapat mengakibatkan pencurian informasi. Dengan demikian, sistem SCIS dapat menjamin tiga aspek keamanan informasi yaitu kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan informasi, sehingga organisasi sektoral dapat menyimpan, berbagi, dan memanfaatkan informasi keamanan siber dengan aman.

Cybersecurity Information Sharing (CIS) is a proactive and collaborative measure in enhancing organizational security by exchanging cybersecurity information using a centralized repository service between sectoral organizations. However, in practice, the use of centralized services has the threat of a single point of failure which causes reduced information availability and man-in-the-middle (MITM) attacks which can result in modification and theft of information exchanged. These threats and attacks result in a lack of user confidence in the confidentiality, integrity and availability of information. This study proposes the design of a Secure Cybersecurity Information Sharing (SCIS) system to secure information related to cybersecurity in sectoral organizations by using the Interplanetary File System (IPFS) as a decentralized information store, and blockchain as a decentralized record of transaction data. Both technologies have good scalability in performance and storage, and are able to increase the availability of up to 75% more information compared to centralized storage. In addition, this technology also helps detect up to 2 modification processes and protects against 2 types of unauthorized access that can lead to information theft. Thus, the SCIS system can guarantee three aspects of information security, namely confidentiality, integrity, and availability of information, so that sectoral organizations can safely store, share, and utilize cybersecurity information."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Haryanto
"Cybersecurity Information Sharing (CIS) merupakan langkah proaktif dan kolaboratif dalam meningkatkan keamanan organisasi dengan bertukar informasi keamanan siber menggunakan layanan penyimpanan tersentralisasi antar organisasi sektoral. Namun pada praktiknya, penggunaan layanan tersentralisasi memiliki ancaman single point of failure yang menyebabkan berkurangnya ketersediaan informasi serta serangan man-in-the-middle (MITM) yang dapat mengakibatkan modifikasi dan pencurian informasi yang dipertukarkan. Ancaman dan serangan ini mengakibatkan kurangnya kepercayaan pengguna terhadap kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan informasi. Penelitian ini mengusulkan rancangan sistem Secure Cybersecurity Information Sharing (SCIS) untuk mengamankan informasi terkait dengan keamanan siber dalam organisasi sektoral dengan menggunakan Interplanetary File System (IPFS) sebagai penyimpanan informasi terdesentralisasi, serta blockchain sebagai pencatatan data transaksi yang terdesentralisasi. Kedua teknologi tersebut memiliki skalabilitas yang baik dalam kinerja dan penyimpanan, serta mampu meningkatkan ketersediaan informasi hingga 75% lebih banyak dibandingkan dengan penyimpanan tersentralisasi. Selain itu, teknologi ini juga membantu mendeteksi hingga 2 proses modifikasi dan melindungi dari 2 jenis akses tidak sah yang dapat mengakibatkan pencurian informasi. Dengan demikian, sistem SCIS dapat menjamin tiga aspek keamanan informasi yaitu kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan informasi, sehingga organisasi sektoral dapat menyimpan, berbagi, dan memanfaatkan informasi keamanan siber dengan aman

Cybersecurity Information Sharing (CIS) is a proactive and collaborative measure in enhancing organizational security by exchanging cybersecurity information using a centralized repository service between sectoral organizations. However, in practice, the use of centralized services has the threat of a single point of failure which causes reduced information availability and man-in-the-middle (MITM) attacks which can result in modification and theft of information exchanged. These threats and attacks result in a lack of user confidence in the confidentiality, integrity and availability of information. This study proposes the design of a Secure Cybersecurity Information Sharing (SCIS) system to secure information related to cybersecurity in sectoral organizations by using the Interplanetary File System (IPFS) as a decentralized information store, and blockchain as a decentralized record of transaction data. Both technologies have good scalability in performance and storage, and are able to increase the availability of up to 75% more information compared to centralized storage. In addition, this technology also helps detect up to 2 modification processes and protects against 2 types of unauthorized access that can lead to information theft. Thus, the SCIS system can guarantee three aspects of information security, namely confidentiality, integrity, and availability of information, so that sectoral organizations can safely store, share, and utilize cybersecurity information."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hazbiy Shaffan
"ABSTRAK
Sistem supply chain management akan diimplementasikan kedalam blockchain menggunakan Hyperldger Blockchain. Proses yang dilalui adalah dengan menentukan bisnis model yang diperlukan dan kemudian mendesain ulang bisnis model untuk diterapkan ke dalam Hyperledger Composer. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa blockchain berhasil diimplementasikan kedalam sistem supply chain management menggunakan hyperledger fabric dan hyperledger composer. Akses Read memilki durasi yang paling cepat, yaitu dengan rata- rata lebih cepat 33 dibandingkan dengan Create, 69 dibandingkan dengan Delete, serta 82 dibandingkan dengan Update. Update memiliki rata-rata durasi akses data paling panjang. Selain itu Query sangat memperlambat durasi akses data fungsi Read dengan durasi rata-rata akses data fungsi Read pada kategori 10 material naik hingga 12238,9, pada kategori 100 material naik 1950 serta pada kategori 1000 material naik 308 dari durasi akses data fungsi Read tanpa menggunakan query.

ABSTRACT
Supply chain management system will be implemented into blockchain by using Hyperldger Blockchain. The process that goes through is to determine the business model needed, then redesigning the business model to be applied to the blockchain system using Hyperledger Composer. The results of this study prove that the blockchain was successfully implemented into the supply chain management system by using hyperledger fabric and hyperledger composer. Read access has the fastest duration, which is 33 faster than Create, 69 compared to Delete, and 82 compared to Update. Updates have the longest average duration of data access. Besides that, Query greatly slows down the duration of data access Read function with the average duration of data access Read function in category 10 material rose to 12238.9, in category 100 material rose by 1950 and in category 1000 material increased by 308 from duration of data access function Read without using a query."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bellia Dwi Cahya Putri
"ABSTRAK
Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus merupakan program strategis untuk memberikan akses bagi warga DKI Jakarta dari kalangan masyarakat tidak mampu untuk mengenyam pendidikan minimal sampai dengan tamat SMA/SMK dengan dibiayai penuh dari dana APBD Provinsi DKI Jakarta. Dalam melaksanakan suatu kebijakan, akan ada berbagai macam persoalan. Salah satunya pada penyaluran dana bagi pemegang kartu Jakarta pintar (KJP) dikeluhkan sejumlah orangtua karena jumlahnya berkurang dan jadwal pencairannya tak menentu. Sedangkan, pihak penyelenggara menyatakan tidak menerima laporan apapun terkait penyebaran dana yang belum merata. Dalam hal ini, dapat dilihat sistem yang ada, masih menggunakan pendekatan sentralistik dan tidak transparan. Teknologi blockchain memungkinkan peserta, dan pengelola pelaksana program bantuan biaya personal pendidikan memantau alur sistem pelayanan KJP Plus. Data yang transparan tersedia bagi pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi dan memanfaatkan data yang direkam dalam sistem secara waktu nyata dan tersinkronisasi dengan baik. Meskipun transparan, data yang direkam tidak dapat dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Platform Hyperledger Fabric dan tool Hyperledger Composer. Dalam pengujian waktu transaksi, 5000 transaksi yang dilakukan membutuhkan waktu 21 detik. Hal ini membuktikan blockchain mampu meringkas watu yang dibutuhkan agar lebih efisien. Kecepatan transaksi juga sangat bergantung dengan spesifikasi perangkat yang digunakan. Semakin handal proses komputasi, perangkat yang digunakan maka akan semakin cepat transaksi tersebut dapat dieksekusi.

ABSTRACT
The Jakarta Smart Card (KJP) Plus is a strategic program to provide access for DKI Jakarta residents from the community who cannot afford to receive a minimum of education until graduating high school/vocational school with full funding from the DKI Jakarta Province APBD funds. In implementing a policy, there will be various kinds of problems. One of them is the distribution of funds for smart Jakarta card holders (KJP) complained by a number of parents because the number is reduced and the schedule for disbursement is uncertain. Meanwhile, the organizer said that it did not receive any reports related to the distribution of funds that have not been evenly distributed. In this case, it can be seen that the existing system still uses a centralized and non-transparent approach. Blockchain technology allows participants, and managers of the program to assist in personal education costs, monitor the flow of the KJP Plus service system. Transparent data is available for these parties to evaluate and utilize data recorded in the system in real time and properly synchronized. Although transparent, the recorded data cannot be manipulated by irresponsible parties. In this study, the authors used the Hyperledger Fabric Platform and the Hyperledger Composer tool. In testing the transaction time, 5000 transactions take 21 seconds. This proves that the blockchain is able to summarize the time needed to be more efficient. Transaction speed is also very dependent on the specifications of the device used. The more reliable the computational process, the more tools used will be able to execute these transactions."
2020
T55090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delphi Hanggoro
"Pada umumnya tempat penyimpanan data absen pada sebuah perusahaan maupun instansi berada dalam database lokal maupun cloud. Namun, jenis penyimpanan ini memiliki beberapa masalah seperti privasi dan integritas data, karena privasi dan integritas data akan sepenuhnya diatur oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem penyimpanan data yang dapat memberikan keamanan privasi dan integritas data untuk menjaga keaslian data sensitif. Dalam penelitian ini, kami ingin mengembangkan untuk menerapkan teknologi blockchain untuk menyimpan data kehadiran karyawan dari departemen SDM di suatu perusahaan. Data kehadiran karyawan diambil dari aplikasi web Angular terintegrasi dengan framework permissioned blockchain yang disebut Hyperledger Composer. Kami memilih Hyperledger Composer karena blockchain ini memiliki waktu validasi yang cepat sehingga dapat menyimpan data dengan cepat. Selain itu, Hyperledger Composer memiliki composer-rest-server (REST API), yang memungkinkan Hyperledger Composer untuk berinteraksi dengan komponen lain. Hasil implementasi kami menunjukkan bahwa Hyperledger Composer secara fungsional dapat digunakan sebagai penyimpanan data dari sistem Kehadiran dan Penggajian. Selain itu, kami mengukur kinerja Hyperledger dalam waktu pembuatan transaksi blok secara langsung didalam Hyperledger Composer, menggunakan Aplikasi web Angular melalui REST API dan menggunakan JMeter melalui REST API. Hasilnya, pengujian pembuatan blok transaksi bervariasi 1-17 ms pada percobaan secara langsung dalam Hyperledger Composer, 5-296 ms melalui REST API menggunakan tools JMeter dan 1-4270 ms melalui Aplikasi Web Angular. Hal ini menunjukkan bahwa performa dari REST API yang dihasilkan oleh composer-rest-server dicatat dalam waktu yang cepat dibandingkan Ethereum. Serta mampu menangani sistem yang membutuhkan data secara cepat seperti sistem voting, monitoring Kesehatan dan Internet of Things (IoT), karena rata-rata waktu melakukan transaksi masih dibawah satu detik. Dengan demikian penggunaan Hyperledger sebagai penyimpanan data kehadiran diharapkan menjadi jawaban untuk masalah privasi dan integritas data.

In general, data storage for attendance at a company or agency is in a local or cloud database. However, this type of storage has several issues, such as privacy and data integrity, because several parties will fully regulate privacy and data integrity. Therefore, a data storage system is needed that can provide privacy security and data integrity to maintain the authenticity of sensitive data. In this research, we want to develop to implement blockchain technology to store employee attendance data from the HR department in a company. Employee attendance data is taken from the Angular web application integrated with a permissioned blockchain framework called Hyperledger Composer. We chose Hyperledger Composer because this blockchain has a fast validation time so that it can data quickly. Also, Hyperledger Composer has a composer-rest-server (REST Api), which allows Hyperledger Composer to interact with other components. The results of our implementation show that Hyperledger Composer can be functionally used as data storage from the Attendance and Payroll system. In addition, we measure Hyperledger's performance for block transactions directly within the Hyperledger Composer, using the Angular web application through the REST API and using JMeter through the REST API. As a result, testing for making transaction blocks varies from 1-17 ms on an experiment directly in Hyperledger Composer, 5-296ms through the REST API using JMeter tools and 1-4270 ms through the Angular Web Application. The result shows that the performance of the REST API produced by composer-rest-server is recorded in a faster time compared to Ethereum. And able to handle systems that require data quickly such as voting systems, monitoring Health and the Internet of Things (IoT), because the average time to conduct transactions is still under one second. Thus, the use of Hyperledger as a presence data storage is expected to be the answer to privacy and data integrity issues."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rizky Duto Pamungkas
"Pada penelitian ini dilakukan penerapan tingkat keamanan lebih dengan penggunaan sistem penyimpanan data peer-to-peer berbasis Inter-Planetary File System (IPFS) pada blockchain ethereum. IPFS digunakan sebagai media penyimpanan data gambar yang kemudian akan menghasilkan IPFS hash atau content identifier (CID). CID akan digunakan untuk mengakses data gambar pada IPFS yang dapat dilakukan dengan bantuan gateway IPFS. CID ini akan dikirimkan pada blockchain menggunakan smart contract. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa penggunaan IPFS sebagai keamanan tambahan pada sistem blockchain dapat dilakukan. Ukuran file yang dikirimkan menggunakan IPFS akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan IPFS untuk mengirimkan file tersebut. Semakin besar ukuran file yang dikirimkan, maka akan semakin banyak waktu yang dibutuhkan. Untuk selisih ukuran file sebesar 1MB terjadi kenaikan waktu akses sekitar 5%. Jarak gateway IPFS yang digunakan juga akan mempengaruhi waktu akses terhadap file. Semakin jauh jarak gateway IPFS dengan pengakses, maka semakin banyak waktu yang dibutuhkan. Untuk selisih jarak gateway IPFS sebesar 1.000 km terjadi penurunan waktu akses sekitar 5%. Jarak gateway IPFS dengan pengakses juga mempengaruhi keberhasilan dalam mengakses data. Pada gateway dengan jarak terjauh, yaitu Amerika Serikat terjadi kegagalan akses sebesar 24%.

In this study, a higher level of security was implemented by using an Inter-Planetary File System (IPFS) based peer-to-peer data storage system on the ethereum blockchain. IPFS is used as an image data storage medium which will then generate an IPFS hash or content identifier (CID). CID will be used to access image data on IPFS which can be done with the help of IPFS gateway. This CID will be sent on the blockchain using a smart contract. The results of the study prove that the use of IPFS as additional security on the blockchain system can be done. The size of a file sent using IPFS will affect the time it takes IPFS to send the file. The larger the file size that is sent, the more time it will take. For the difference in file size of 1MB there is an increase in access time of about 5%. The distance of the IPFS gateway used will also affect the access time to files. The farther the IPFS gateway is from the accessor, the more time it will take. For the difference in IPFS gateway distance of 1,000 km, there is a decrease in access time of about 5%. The distance between the IPFS gateway and the accessor also affects the success in accessing data. At the gateway with the farthest distance, namely the United States, there was an access failure of 24%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Kusdiah Gemeliarana
"ABSTRAK
Rekam Medis Elektronik/Electronic Health Record (EHR) merupakan sistem rekam medis yang terkait dengan informasi kesehatan seseorang. Teknologi electronic health record ini berupaya mengubah layanan kesehatan menjadi lebih baik. Masalah yang sering terjadi adalah sulitnya mengelola arsip untuk pengelompokan data-data rekam medis pasien berdasarkan kategori tertentu seperti tahun pencatatan atau biodata pasien. Dalam penyimpanan data dibutuhkan tempat penyimpanan yang besar untuk menampung data rekam medis dan membutuhkan waktu yang relatif lama dalam pencarian data sehingga dapat mengganggu proses penanganan pasien.
Dalam tesis ini, dilakukan implementasi sistem untuk mengevaluasi pemanfaatan teknologi blockchain dalam dunia kesehatan. Prototipe didasarkan pada kerangka blockchain open source yang disebut Hyperledger Composer yang dibangun di bawah Hyperledger Fabric platform yang dibuat untuk menunjukkan kelayakan sistem tersebut. Selanjutnya dilakukan evaluasi kinerja sistem berbasis blockchain untuk penanganan transaksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa teknologi blockchain yang dibangun dalam Hyperledger Composer dengan jumlah transaksi sebanyak 100, dimana 100 transaksi tersebut berhasil disimpan di dalam blockchain dalam waktu sekitar total 159 ms dan rata-rata waktu transaksi sebesar 1.59 ms per transaksi. Hal ini berarti semua transaksi dalam sistem Hyperledger dicatat dalam waktu yang relatif cepat, hal ini dikarenakan umunya waktu pencatatan transaksi rekam medis oleh seorang admin membutuhkan waktu beberapa menit.

ABSTRACT
Electronic Health Record (EHR) is a medical record system that is related to a person's health information. This electronic health record technology seeks to change health services for the better. The problem that often occurs is the difficulty of managing records for grouping patient medical records based on certain categories such as the year of recording or biodata of patients. In data storage a large storage area is needed to hold medical record data and requires a relatively long time in searching data so that it can interfere with the patient's handling process.
In this thesis, a system is implemented to evaluate the use of blockchain technology in the world of health. The prototype is based on an open source blockchain framework called Hyperledger Composer that was built under the Hyperledger Fabric platform created to demonstrate the feasibility of the system. Next, is the performance of the blockchain based system for handling transactions. The results showed that blockchain technology was built in Hyperledger Composer with a total transaction of 100, of which 100 transactions were successfully stored on the blockchain in about 159 ms in total and the average transaction time was 1.59 ms per transaction. This means that all transactions in the Hyperledger system are recorded in a relatively fast time, this is because generally the time of recording a medical record transaction by an admin takes several minutes

"
2019
T53354
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hugo Irwanto
"Perkembangan teknologi informasi mengalami peningkatan pesat dalam satu dekade terakhir. Beberapa teknologi baru mulai diperkenalkan kepada publik. Salah satu teknologi yang ramai diperbincangkan adalah blockchain. Dalam satu dekade terakhir, pengaplikasian blockchain mulai diterapkan pada bidang, seperti supply-chain, logistik, keuangan, dan kesehatan. Pada bidang kesehatan, pertukaran data medis sering dilakukan baik antar penyedia layanan kesehatan ataupun dengan pihak lainnya, seperti pihak asuransi. Pertukaran data ini memang sudah dapat dilakukan melalui sistem Electronic Health Record (EHR) yang ada, namun seiring berjalannya hal tersebut, terdapat isu seperti kepercayaan antar pemangku kepentingan akibat adanya risiko pengubahan data EHR. Isu lainnya adalah sistem EHR yang ada berisiko mengalami single-point of failure. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan pembuatan EHR sistem berbasis blockchain menggunakan Hyperledger Fabric. Dalam penelitian ini dilakukan analisis atas keempat aspek, yaitu aspek performa, integrity, confidentiality, dan robustness. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pemahaman baru dan pertimbangan
Information and technology development rapidly increasing in a last decade. New technologies have introduced to public. One of the new trend technology is blockchain. From the last decade, the applications of blockchain has widely spread to the sectors, such as supply-chain, logistic, finance, and healthcare. In healthcare sector, medical data is frequently exchange between healthcare providers or others parties such as insurance company. This data exchange system has already established in the Electronic Health Record (EHR) system from most of the healthcare providers. Nevertheless, the existing system still raising issues as the trust among the stakeholders due to the risk of EHR data manipulation. Other issues is the existing EHR system has potential to the single-point of failure of the system. Responding to the stated problems, the EHR system based on blockchain using Hyperledger Fabric was proposed. The study analyzing four aspects from the proposed EHR system, the performance, integrity, confidentiality, and robustness aspect."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Rio Arianto
"ABSTRACT
Terbentuknya Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) merupakan langkah taktis dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia guna mewujudkan stabilitas informasi, perlindungan siber, dan segala bentuk ancamannya. Studi ini mendalami pentingnya ID-SIRTII dalam mencegah ancaman siber global. Hasil studi menemukan bahwa ancaman siber di Indonesia sangat kompleks, melihat variasi dari aktor, motif, dan targetnya. Kompleksitas ini dapat dijelaskan melalui empat aspek berikut, yaitu: (1) berangkat dari studi Geometripolitika, fungsionalisme siber berada dalam dua domain, yaitu fungsionalisme siber untuk tujuan politik tingkat tinggi (geometrik militer) berupa formulasi dan aktivasi kekuasaan Siber guna menghadapi Perang Siber Global (PSG), Perang Geometri Antarbangsa (PGA), dan kompleksitas terbentuknya Negara Maya atau Pemerintahan Siber; dan fungsionalisme siber untuk tujuan politik tingkat normal (geometrik sipil) berupa perlindungan aktivitas sipil di dunia maya; (2) guna mencegah kejahatan siber, implementasi kebijakan ID-SIRTII terintegrasi dengan peran strategis institusi siber nasional; (3) guna menghadapi Ancaman Siber Global, implementasi kebijakan ID-SIRTII perlu terintegrasi dengan institusi siber regional dan global; dan (4) berangkat dari fungsionalisme siber dan untuk menciptakan suatu strukturalisme Pertahanan dan Keamanan Siber Nasional Indonesia, sudah saatnya Indonesia membentuk Angkatan Siber sebagai pelengkap dari Angkatan Darat, Agkatan Laut, dan Angkatan Udara."
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2019
343.01 JPBN 9:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>