Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128073 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismeila Murtie Rahenod
"Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain mengakibatkan kematian, penyakit ini juga mempunyai dampak sosial dan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha pennggulangan yang dapat dimassyarakatkn. Oislipidemia merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya PJK. Latihan fisik aerobik yang teratur dengan intensitas sedang akan mempengaruhi metabolisme lipoprotein, sehingga dapat diharapkan mengurangi risiko terjadinya PJK. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh latihan fisik aerobik yang teratur dengan intensitas sedang pada profil lipid dan juga faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap PJK. Selain itu juga diteliti adanya korelasi antara perubahan berat badan dan perubahan gambaran lipid plasma. Penelitian dilakukan terhadap 30 orang laki-laki anggauta Klub Aerobik PKO dr Sadoso Krida Loka Senayan Jakarta yang berumur 40-60 tahun. Pada awal penelitian diberikan kuesioner, sedangkan pemeriksaan fisik dan pengambilan darah dilakukan pada awal penelitian dan setelah latihan selama 12 minggu. Terhadap darah dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HOL dan kolesterol LOL. Gambaran awal rata-rata profil lipid tidak lebih baik dari keadaan populasi pada umumnya. Setelah latihan fisik yang teratur selam 12 minggu. 3 kali dalam 1 minggu selama 1 jam, didapatkan penurunan kadar kolesterol total dari 234 , 77 mg/dl menjadi 236,11 mg / dl (3,11 %). trigliserida dari 163,67 mg/dl menjadi 160,10 mg/dl (2,18 %), kolesterol LOL dari 183 . 70 mg/dl menjadi 166.73 mg/dl (9,24 %). Sedangkan kolesterol HOL menunjukkan peningkatan dari 44,47 mg/dl menjadi 49 , 60 mg/dl (11 . 34 %). Keadan 1n1 mengakibatkan penurunan yang bermakna dar i rasio kolesterol total/kolesterol HOL dari 5,55 menjadi 4,82 (13.1 %) dan rasio kolesterol LOL/kolesterol HDL dari 4,18 menjadi 3,42 (11.8 %). Mengingat kadar kolesterol LOL. rasio kolesterol total/kolesterol HDL dan rasio kolesterol LDL/kolesterol HDL merupkan prediktor yang berbanding lurus dengan risiko kejadian PJK, serta kadar kolesterol HOL merupakan prediktor yang berbnding terbalik dengan risiko kejadin PJK, dapat diharapkan bahwa latihan ini telah dapat menurunkan risiko PJK. Pada penelitian ini juga tampak bahwa perubahan gambaran lipid plasma lebih merupakan akibat latihan ae robik yang teratur dari pada perubahan berat badan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Stefanus
"Latihan fisik berpengaruh terhadap plastisitas sinaps yaitu dalam interaksi neuron-glia. Astrosit adalah sel glia yang paling berperan dalam plastisitas sinaps. Penelitian ini menggunakan kadar glial fibrillary acidic protein (GFAP) dan heat shock protein 27 (HSP27) plasma sebagai parameter aktivitas astrosit yang diinduksi latihan fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan durasi latihan fisik aerobik intensitas sedang (10 menit vs 30 menit) terhadap kadar GFAP dan HSP27 plasma pada orang dewasa muda sehat.
Penelitian eksperimental ini mengunakan desain kontrol diri sendiri. Mahasiswa kedokteran usia dewasa muda (n=22) dibagi dalam dua kelompok perlakuan, kelompok pertama mengunakan perlakuan sepeda statis intensitas sedang dengan durasi 10 menit dan kelompok yang lain mengunakan perlakuan sepeda statis intensitas sedang dengan durasi 30 menit. Uji sepeda statis dilakukan selama 1 hari. Sebelum dan sesudah uji sepeda statis dilakukan pengambilan darah. Kadar GFAP dan HSP27 plasma diukur dengan enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA). Kadar GFAP plasma menurun bermakna pada kelompok yang mendapat latihan fisik aerobik intensitas sedang durasi 30 menit (p<0,05). Kadar HSP27 plasma menurun bermakna pada kelompok yang mendapat latihan fisik aerobik intensitas sedang durasi 10 menit (p<0,05). Kadar GFAP dan HSP27 plasma antara kelompok latihan fisik aerobik intensitas sedang durasi 10 menit dan 30 menit tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p>0,05).
Penelitian ini menunjukan latihan fisik intensitas sedang menginduksi perubahan yang bermakna pada marker aktivitas astrosit. Kadar GFAP plasma menurun bermakna pada durasi 30 menit sedangkan konsentrasi HSP27 menurun bermakna pada durasi 10 menit. Namun, durasi latihan fisik aerobik intensitas sedang tidak berpengaruh secara bermakna terhadap kadar dua parameter aktivitas astrosit yaitu GFAP dan HSP27 plasma. Meskipun kadar GFAP plasma menurun pada durasi latihan fisik yang berbeda, perbandingan antara kadar GFAP plasma sesudah durasi 10 menit dan 30 menit tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Hasil yang sama juga ditemukan pada HSP27. Penelitian ini adalah yang pertama kali menunjukan penurunan kadar GFAP plasma sesudah latihan fisik durasi 30 menit dan kadar HSP27 plasma sesudah latihan fisik durasi 10 menit.

Physical exercise effects on synapses plasticity that in neuron-glia interactions. Astrocytes are the most responsible glial cells in synapse plasticity. This study uses the glial fibrillary acidic protein (GFAP) and heat shock protein 27 (HSP27) plasma concentrations as exercise-induced astrocyte activity parameter. The aim of this study was comparison between two duration of moderate-intensity aerobic exercise (10 minutes vs 30 minutes) on GFAP and HSP27 plasma concentration in healthy young adults.
This experimental study was before and after study design. Healthy young adult medical students (n = 22) were divided into two treatment groups, the first group was using stationary bikes exercise in moderate-intensity activity for 10 minutes duration and the other group was using stationary bikes exercise in moderate-intensity activity for 30 minutes duration. Static bike test was performed in the same day. Blood sampling was performed before and after static bike test. GFAP and HSP27 plasma levels were measured with enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA). GFAP plasma concentration decreased significantly in the 30 minutes moderate-intensity aerobic exercise duration (p<0.05). HSP27 plasma concentration decreased significantly in the 10 minutes moderate-intensity aerobic exercise (p<0.05). There was no significant differences in GFAP and HSP27 plasma concentration between 10 minutes and 30 minutes moderate-intensity aerobic exercise(p>0.05).
Our result showed moderate-intensity aerobic exercise induced significant changes in astrocytes activity parameter. 30 minutes duration significantly lowered GFAP plasma concentration while 10 minutes duration significantly lowered HSP27 plasma concentration. However, duration of moderate-intensity aerobic exercise did not alter significantly plasma concentration of the two astrocyte activity parameter: GFAP and HSP27. Despite the lowered GFAP plasma concentration in different exercise duration, comparison between GFAP plasma concentration after 10 minutes and 30 minutes duration showed no significant differences. The same result also found in HSP27. This is the first result that showed a decrease in GFAP plasma concentration after 30 minutes exercise and HSP27 plasma concentration after 10 minutes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Edison T.B.P.
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Berat badan lebih (BBL) ataupun obesitas dapat dialami semua orang termasuk tenaga kesehatan perempuan di Indonesia. Komplikasi yang berkaitan dengan metabolisme lipid sering ditemukan pada individu dengan BBL ataupun obesitas sehingga perlu penanganan untuk mencegah bahkan mengobati keadaan tersebut. Penanganan BBL ataupun obesitas berdasarkan upaya agar di dalam tubuh tercapai keadaan keseimbangan energi negatif, yang antara lain dapat dicapai dengan latihan fisik aerobik. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa pelatihan fisik aerobik intensitas sedang yang dilakukan secara kontinyu dapat menyebabkan perbaikan profil lipid darah yaitu penurunan kolesterol total, penurunan trigliserida, penurunan kolesterol LDL, serta peningkatan kolesterol HDL yang memberikan manfaat kesehatan. Perubahan kadar lipid darah akibat latihan fisik aerobik intensitas sedang merupakan dasar tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perubahan lipid darah akibat melakukan satu sesi latihan fisik aerobik intermiten intensitas sedang. Untuk itu dilakukan satu sesi latihan fisik aerobik intermiten intensitas sedang pada tenaga kesehatan perempuan di satu Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur. Latihan fisik tersebut dilakukan dengan sepeda statik yang memakai energi total latihan 200 kkal. Pemeriksaan lipid darah dilakukan sebelum dan sesudah latihan dengan metode pemeriksaan langsung di Bagian Patologi Klinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo lakarta, dan diidentifikasi profit lipid yang mengalami perubahan.
Hasil dan Kesimpulan: Dari 15 orang tenaga kesehatan perempuan berusia 20 - 39 tahun yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 25-34,9 Kglm2 sebelum dan sesudah melakukan satu sesi latihan fisik aerobik intermiten intensitas sedang, didapatkan peningkatan kadar kolesterol total 6,6% (p-QO61) dari 175,2 ± 23,29 mg/dL menjadi 186,8 ± 32,60 mg/dL, peringkatan kadar kolesterol LDL 3,2% (p= 0,456) dari 109,0 ± 9,98 mgldL menjadi 112,5 ± 21,08 mg/dL, dan peningkatan berrnakna kolesterol HDL 11,3% (p

Context and Method: Overweight and obesity could affect all people include female health service worker in Indonesia, Complications related to lipid metabolism often found in overweight and obese people therefore weight management needed to prevent and control it. Weight management for overweight and obesity based on effort in order to achieve negative energy balance within the body. Studies found that continuous moderate-intensity aerobic physical training would improve lipid profile such as reduced total cholesterol, triglyceride, LDL cholesterol, and also increased HDL cholesterol which is important for health. The purpose of this study was to recognize blood lipid changes by single session intermittent moderate-intensity aerobic exercise, That exercise was performed by female health service workers at government health center in East Jakarta, using ergo cycle with total energy expenditure 200 kcal, Blood lipid taken before and after exercise was examined with direct method at Clinical Pathology Department of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta to identified lipid profile changes.
Results and Conclusion: 15 subjects of female health service workers aged 20 -39 years old with body mass index (BMI) 25 - 34.9 Kglm2 performed single session intermittent moderate-intensity aerobic exercise. This study found 6.6% (p= 0.061) increased of total cholesterol from 175.2 (SD 23.29) mg/dL to 186.8 (SD 32.60) mg/dL, 3.2% (p= 0.456) increased of LDL cholesterol from 109.0 (SD 9.98) mg/dL to 112.5 (SD 21.08) mg/dL, and significant 11.3% (p < 0,001) increased HDL cholesterol from 47.3 (SD 4.50) mg/dL to 52.6 (SD 4.76) mg/dL. There was 4.1% (p= 0,146) reduced total cholesterol/HDL cholesterol ratio from 3.7 (SD 0.37) to 3.6 (SD 0.41). Single session intermittent moderate-intensity aerobic exercise could increase HDL cholesterol, but this limited study could not demonstrate decrease of total cholesterol and LDL cholesterol.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21353
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bororing, Sheella R.
"LATAR BELAKANG: Olahraga memainkan peran penting pada pencegahan penyakit jantung koroner (PJK). Latihan aerobik senam jantung sehat (SJS) adalah senam yang khusus dibuat oleh Yayasan Jantung Indonesia, ditujukan untuk peserta sehat maupun penderita jantung. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh latihan SJS terhadap parameter fibrinolisis (t-PA dan PAI-1), viskositas (viskositas darah dan plasma) dan profil lipid (kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, koletserol LDL)
BAHAN DAN METODE: 30 subyek terdiri dan 28 wanita dan 2 pria yang berusia 40-80 tahun. Subyek penelitian mengikuti latihan SJS dengan frekuensi 3 kali seminggu, intensitas sedang dan durasi 40-45 menit, selama 9-12 minggu. Pengambilan darah sebanyak 13,5 mL dilakukan sebelum program dimulai dan setelah program selesai. Darah dimasukkan ke dalam tabung berisi sitrat, K3EDTA dan tanpa antikoagulan. Plasma sitrat untuk pemeriksaan kadar t-PA dan PAI-1, darah K3EDTA untuk viskositas darah dan plasma, serta serum untuk pemeriksaan profil lipid. Penetapan kadar t-PA dan PAI-1 berdasarkan prinsip double antibody sandwich enzyme linked immuno assay (ELISA), pemeriksaan viskositas menggunakan alat viskometer Brookfield LVDV-III dengan prinsip metode rotasional, kolesterol total dan trigliserida memakai prinsip enzimatik, serta kolesterol HDL dan kolesterol LDL diukur secara langsung dengan prinsip enzimatik homogen.
HASIL: Peneltian ini memberikan hasil peningkatan berrnakna t-PA (18,25%, p=0,040) dan penurunan bermakna PAI-1 (29,14%, p=0,03). Didapatkan penurunan bermakna viskositas darah (2,94%, p=0,030). Didapatkan penurunan yang tidak bermakna viskositas plasma, kolesterol total, trigliserida, dan kolesterol LDL, dan didapatkan peningkatan yang tidak bermakna kolesterol HDL.
KESIMPULAN: Berdasarkan hasil penelitian ini dibuktikan bahwa latihan aerobik SJS dapat menyebabkan peningkatan fibrinolisis dan penurunan viskositas darah.
SARAN : Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh latihan SJS terhadap fibrinolisis, viskositas dan profil lipid dengan frekuensi latihan ditingkatkan menjadi 4-5 kali. Penelitian lanjutan juga dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh latihan aerobik terhadap faktor risiko PJK yang lain, seperti obesitas, fibrinogen dan Lp (a).

BACKGROUND: Exercise plays an important role in the prevention of coronary heart disease. Senam Jantung Sehat (SJS) programmed is an aerobic training originally created by Yayasan Jantung Indonesia, the Indonesia heart foundation. This training is suitable for healthy people and heart patients. The purpose of this study is to analyze the influence of SJS training on fibrinolysis (t-PA and PAl-1), blood viscosity and plasma viscosity, and also lipid profile (total cholesterol, triglyceride, HDL cholesterol, LDL cholesterol) in the member of Kiub Jantung Sehat (KJS).
MATERIAL AND METHODS: 30 subjects consisted of 28 women and 2 men aged 40-60 years_ Subjects had performed a regular SJS training 3 times weekly, with moderate intensity, 40-45 minutes a day for 9-12 weeks. A fasting 13.5 mL arm vein blood sample was taken twice, before and after training. Blood sample was divided into citrate, K3EDTA, and without anticoagulan. Plasma citrate is fort-PA and PAM, blood and plasma in K3EDTA is for viscosity, and serum for lipid profile_ t-PA and PAI-1 was measured using the enzyme linked immuno assay (ELISA) double antibody sandwich. Blood viscosity and plasma viscosity were measured using a rotational method of Brookfield viscometer LVDV-III, lipid profile were measured using the enzymatic method (total cholesterol and triglyceride) and direct enzymatic homogenous method (HDL cholesterol and LDL cholesterol).
RESULTS: There were significant increase in t-PA (18.25%, p=0.040) and significant decrease in PAI-1(29.14%, p=0.003). The blood viscosity was decreased significantly (2.94%, p=0.030). The plasma viscosity, total cholesterol, triglyceride, and LDL cholesterol were decreased but not significantly. The HDL cholesterol was increased not significantly.
CONCLUSIONS: These findings demonstrated that SJS training increased fibrinolysis, and decreased the blood viscosity.
SUGGESTIONS: Further study is needed to know the influence of SJS on fibrinolysis, viscosity, and lipid profile if the training performs 4 or 5 times weekly. The further investigations is also suggested to know the influence of SJS on the other risk factors like obesity, fibrinogen, or Lp(a).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Diah Erlinawati
"Latar belakang. Individu dewasa di masyarakat menunjukkan perubahan pola makan dan kurang aktivitas sehingga berisiko untuk menderita hiperkolesterolemia dan obesitas. Hiperkolesterolemia dapat diatasi dengan terapi nutrisi. Minyak bekatul mengandung zat aktif yang bekerja secara sinergis dan telah terbukti dari penelitian sebelumnya berperan dalam pengendalian lipid yaitu gamma-oryzanol, fitosterol, dan derivat vitamin E (tokotrienol dan tokoferol). Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbaikan profil lipid pada pemberian minyak bekatul dengan jumlah yang berbeda tanpa merubah pola makan subyek.
Metode. Uji klinis, desain paralel, alokasi acak selama 4 minggu pada laki-laki usia 19-55 tahun, kolesterol total 200-300 mg/dl, dan IMT 20-30 kg/m2. Subyek diambil secara konsekutif dan dibagi menjadi kelompok 45 ml/hari dan kelompok 15 ml/hari minyak bekatul. Sebelum perlakuan dilakukan wawancara data demografi, aktifitas fisik dan pemeriksaan antropometri. Asupan makan dinilai sebelum dan setelah perlakuan. Pemeriksaan laboratorium profil lipid dilakukan sebelum dan setelah perlakuan 4 minggu.
Hasil. Dari total 20 subyek (10 subyek kelompok 45 ml/hari dan 10 subyek kelompok 15 ml/hari) didapatkan karakteristik yang setara antara kedua kelompok menurut usia, tingkat pendidikan, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, riwayat hiperkolesterolemia keluarga, antropometri dan profil lipid. Asupan makanan meliputi asupan energi, karbohidrat, protein, lemak dan serat sebelum perlakuan tidak berbeda bermakna antara kelompok. Asupan lemak setelah perlakuan berbeda bermakna antara kedua kelompok dikarenakan perbedaan pemberian jumlah minyak. Setelah perlakuan selama 4 minggu, didapatkan penurunan kolesterol total secara statistik berbeda bermakna antara kedua kelompok (p=0,049). Pada kelompok 45 ml/hari kadar kolesterol total turun sebanyak 14% dan pada kelompok 15 ml/hari terjadi penurunan kadar kolesterol total 7,8%. Penurunan LDL dan trigliserida serta peningkatan HDL secara statistik tidak berbeda bermakna antara dua kelompok (p >0,05). Pada penelitian ini tidak terjadi perubahan berat badan yang bermakna pada kedua kelompok.
Kesimpulan. Konsumsi minyak bekatul 45 ml/hari menyebabkan perbaikan profil lipid yang lebih baik dibandingkan konsumsi minyak bekatul 15 ml.hari.

Background. Adult individuals in Indonesian society showed changes in diet pattern and lack of physical activity that increasing risk for hypercholesterolemia and obesity. Hypercholesterolemia would be treated with nutritional therapy. Rice bran oil contains active substances (gamma-oryzanol, phytosterols, and derivatives of vitamin E (tocotrienols and tocopherols) that work in synergy and have been proven on previous research controlling lipid profil. This study aimed to assess the lipid profile improvement in intake of rice bran oil with different amounts without changing the eating patterns of the subjects.
Methods. It was parallel and randomized clinical trial for 4 weeks in male with 19-55 years of age, total cholesterol level 200-300 mg/dl, and BMI of 20−30 kg/m2. All subjects were recruited consecutively and classified into two groups that received 45 ml/day or 15 ml/day rice bran oil for 4 weeks. The demographic data interviews, physical activity and anthropometric examination were taken before intervention. Food intake were assessed before and after intervention. Laboratory test of lipid profile performed before and after 4 weeks of treatment.
Results. A total of 20 subjects consisting of 10 subjects with 45 ml/day rice bran oil and 10 subjects with 15 ml/day had obtained similar characteristics in age, education level, nutritional status, physical activity, smoking, family history of hypercholesterolemia, BMI and lipid profiles. Food intake includes intake of energy, carbohydrate, protein, fat and fiber before treatment did not significantly difference between two groups. Fat intake after treatment was significantly different between the two groups due to differences in the amount of oil. After 4 weeks treatment, there was a decrease in total cholesterol significantly different between the two groups (p = 0,049). In the group that received 45 ml/ day of rice bran oil total cholesterol level decreased 14% and in the group of 15 ml/day total cholesterol level decreased 7,8%. The reduction of LDL and triglycerides and the increasing of HDL was not significantly different between the two groups (p >0,05). In this study, no changes in body weight were significant in both groups.
Conclusion. Rice bran oil consumption 45 ml/day led to improvements in lipid profiles better than consumption 15 ml/day.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Strenuous and moderate intensity physical exercises may enhance oxygen uptake , leading to increase metabolism, which in turn may increase the production of free radicall molecules. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Iman
"Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Selain mengakibatkan kematian, penyakit ini juga mempunyai daepak sosial dan ekonomi. Hal ini mengakibatkan diperlukannya suatu usaha penanggulangan yang dapat memasyarakat.
Lipoprotein plasma serta lipid yang dibawanya, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap timbulnya PJK. Latihan fisik yang teratur akan eempengaruhi metabolisme lipoprotein, sehingga diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya PJK.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh latihan fisik yang teratur terhadap gambaran lipid plasma, dan juga faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap PJK. Selain itu juga diteliti adanya korelasi antara perubahan berat badan dan perubahan gambaran lipid.
Penelitian dilakukan terhadap 36 siswa Kursus Lanjutan Perwira II Kesehatan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Pada awal pendidikan dibagikan kuesioner, sedangkan pengambiian darah, pengukuran beret badan dan tekanan darah dilakukan pada awal dan akhir pendidikan. Terhadap darah dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol-HDL, trigliserida, glukosa, dan asam urat, sedangkan kadar kolesterol-LDL diperhitungkan dengan rumus Friedewald.
Gambaran awal rata-rata lipid plasma para siswa tidak lebih baik dari keadaan populasi pada umumnya. Setelah latihan fisik teratur yang dilakukan 6 hari dalam seminggu selama 18 minggu, didapatkan penurunan nilai rata-rata kadar kolesterol total, kolesterol-LDL , trigliserida dan asam urat, meskipun secara statistik tidak bermakna. Sedangkan kadar glukosa menurun secara bermakna.
Sebaliknya juga terjadi peningkatan bermakna kadar kolesterol-HDL, yang selanjutnya mengakibatkan penurunan bermakna rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan rasio kolesterol-LDL/kolesterol-HDL. Mengingat rasio kolesterol total/kolesterol-HDL dan rasio kolesteroI-LDL/kolesterol-HDL merupakan prediktor yang berbanding lurus dengan risiko kejadian PJK, serta kadar kolesterol-HDL adalah prediktor yang berbanding terbalik dengan kejadian PJK, dapat diharapkan bahwa latihan ini telah dapat menurunkan risiko PJK.
Pada penelitian ini juga tampak bahwa perubahan gambaran lipid plasma lebih merupakan akibat dari latihan fisik teratur ketimbang perubahan berat badan. Sedangkan perubahan kadar kolesterol total setelah latihan lebih merupakan perwujudan perubahan kadar kolesterol-LDL."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nawanto A. Prastowo
"Waktu latihan mempengaruhi peningkatan kadar antigen t-PA (ant t-PA). Waktu latihan sore meningkatkan kadar ant t-PA lebih tinggi dibanding waktu latihan pagi pada intensitas latihan yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh waktu latihan aerobik intensitas 60-70% laju jantung maksimal (LJM, 220-umur) selama 15 menit terhadap peningkatan kadar dnt t-PA. Subyek terdiri dari 16 laki-laki sehat, tidak terlatih berumur 25-35 tahun yang menjalani uji sepeda pagi (06.30-08.30 wib) dan sore (15.00-17.00) pada selang waktu 2 hari. Uji Wilcoxon sign ranked menunjukkan peningkatan kadar ant t-PA yang bermakna setelah latihan pagi dan sore sebesar 43,5% (P=0,03) dan 35% (P=0,03). Uji Wilcoxon U menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan kadar ant t-PA setelah latihan pagi dan sore. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu latihan pagi atau sore tidak berpengaruh terhadap peningkatan kadar ant t-PA pada intensitas latihan sedang.

Increased t-PA antigen (t-PA ant) level during exercise is affected by diurnal variation. Exercise in the afternoon increases t-PA ant higher than exercise in the morning. Purpose of this study was to examine the effect of time of day aerobic exercise on t-PA ant level. Subjects were 16 sedentary, healthy untrained male, performed 2 session ergo cycle at 60-70 maximal heart rate (MHR, 220-age) both Morning (06.30-08.30) and afternoon (15.00-17.00) by 2 days separated. Wilcoxon sign ranked test show t-PA ant increased significantly after exercise in the morning (43.5%, P=0,03) and afternoon (38%, P=0,03) but not significant different between morning and afternoon (P=0,97). It was concluded that time of day exercise did not affect t-PA ant level in moderate aerobic exercise intensity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T55780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nugraheni
"Latar Belakang: Laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki LSL merupakan populasi yang sedang berkembang dan memiliki masalah-masalah spesifik, salah satunya gangguan jiwa yang merupakan manifestasi dari psikopatologi. Faktor-faktor yang memengaruhi psikopatologi pada LSL penting untuk diketahui.
Objektif: Tujuan penelitian ini adalah mencari jenis psikopatologi yang ada pada populasi LSL dan faktor-faktor yang berhubungan di dua lembaga swadaya masyarakat LSM khusus LSL di Jakarata.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang. Sampel diambil dengan metode cluster random sampling. Pengukuran data dilakukan menggunakan kuesioner Brief COPE untuk mengukur mekanisme koping, WHOQOL-Bref untuk mengukur kualitas hidup, dan SCL-90 untuk mengukur psikopatologi. Data lain yang diukur adalah data demografik, status seksual, keterbukaan orientasi seksual, HIV/AIDS dan penggunaan NAPZA, dan perilaku seksual berisiko. Analisis data menggunakan uji bivariat menggunakan Pearson chi-square atau Fisher rsquo;s exact test dan dilanjutkan dengan uji multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil: Terdapat 100 sampel yang dimasukkan ke dalam analisis data. Sebagian besar responden mengalami psikopatologi 77. Psikopatologi yang paling banyak ditemukan adalah depresi 29. Analisis multivariat menunjukkan bahwa pernah tidak menggunakan kondom 3 bulan terakhir, membuka orientasi seksual kepada keluarga, dan menggunakan mekanisme koping negatif meningkatkan risiko psikopatologi sebesar 2.9 kali, 2 kali dan 1.4 kali IK 95 =1.0-8.9; IK 95 =0.5-8.2; IK 95 =0.3-5.7.

Background: Men who have sex with men MSM is a growing population with specific problems such as mental disorder, a manifestation of psychopathology. The factors associated with psychology is an important matter to discuss.
Objective: The purpose of this study is to portrait the pychopathology in MSM population and the related factors in two organizations which care about MSM's well being in Jakarta.
Methods: This is a cross sectional study using cluster random sampling. Coping mechanism, psychopathology and quality of life were measured using Brief COPE, SCL 90 and WHOQOL Bref. Demography of the respondents, sexual status, disclosure of sexual orientation, HIV AIDS status, drug use, and risky sexual behavior were also measured. Bivariate analysis using Pearson chi square or Fisher's exact test was continued with multivariate analysis using logistic regression model.
Results: Data from one hundred respondents were analyzed. Most of them have psychopathology 77, especially depression 29. Never use condoms in the last 3 months, disclosing sexual orientation to family member, and negative coping mechanisms increase the risk of psychopathology 2.9 times, 2 times, and 1.4 times 95 CI 1.0 8.9 95 CI 0.5 8.2 95 CI 0.3 5.7 .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Tri Amalia
"Latar Belakang. Aktivitas fisik yang kurang aktif merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dislipidemia. Pegawai perkantoran merupakan pekerjaan dengan aktivitas fisik rendah. Program wellness diketahui dapat meningkatkan aktivitas fisik dan kebugaran kardiorespirasi di tempat kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan program wellness terhadap kepatuhan menjalankan latihan fisik aerobik dan perubahan profil lipid darah pada pegawai pemerintah.
Metode. Desain penelitian ini adalah randomized controlled trial RCT yang dilakukan selama 6 minggu. Sebanyak 30 orang subjek penelitian yang merupakan pegawai pemerintah dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok perlakuan n=15 mendapat program wellness secara intensif sedangkan kelompok kontrol n=15 hanya mendapat edukasi. Dinilai tingkat kepatuhan menjalankan latihan fisik aerobik serta kadar profil lipid antara dua kelompok.
Hasil. Kelompok perlakuan lebih patuh menjalankan latihan fisik aerobik dibandingkan kelompok kontrol OR=42,2, IK95 5,1-346,9 . Terdapat perbedaan rerata kadar kolesterol total sesudah perlakuan yang bermakna antara kelompok perlakuan 181,4 23,1 dan kontrol 183,5 25,3 dengan nilai p=0,011. Tidak ada perbedaan rerata bermakna pada kadar High Density Lipoprotein, Low Density Lipoprotein dan trigliserida sesudah perlakuan antara kedua kelompok.
Simpulan. Program wellness dapat meningkatkan kepatuhan menjalankan latihan fisik aerobik dan menurunkan kadar kolesterol total dalam darah.

Background. Lack of physical activity is a risk factor for dyslipidemia. Office workers are jobs with low physical activity. Wellness programs are known to increase physical activity and cardiorespiratory in the workplace. This study aims to know the effect of a wellness program implementation on the aerobic physical exercise adherence and blood lipid profile change of the government employee.
Methods. This study is randomized controlled trial RCT design that was conducted for 6 weeks. A total of 30 subjects who are government employees is allocated into 2 groups. Intervention group n 15 received intensive wellness program while control group n 15 only get education. Adherence to exercise and lipid profile levels between two groups were compared.
Result. Intervention group was more adherent to do aerobic exercise than control group OR 42,2, CI95 5,1 346,9 . There was a significant mean difference of total cholesterol level after intervention between intervention group 181,4 23,1 and control group 183,5 25,3 with p value 0,011. There were no significant mean difference p 0.05 in High Density Lipoprotein, Low Density Lipoprotein and triglycerides levels after intervention in both group.
Conclusion. Wellness programs can enhance aerobic exercise adherence and decrease blood total cholesterol level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>