Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218843 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atie Umnia Najikh
"Prevalensi Diabetes melitus meningkat pesat dalam tiga dekade terakhir, kelompok dewasa menjadi agregat dengan kasus diabetes cukup tinggi dan berdampak pada penurunan produktifitas. Tujuan penulisan adalah mengetahui hasil penerapan intervensi OPAD “Optimal Pantau dan Atasi Diabetes” pada kelompok dewasa dengan diabetes di Keluarahan Jatijajar. Intervensi dilakukan dengan pendekatan asuhan keperawatan dengan jumlah peserta sebanyak 89 orang. Hasil intervensi menunjukkan peingkatan pada pengetahuan (20.7%; p=0.000), sikap (43.86%; p=0.000), keterampilan (25.4%; p=0.000), pengobatan (15.3%; p=0.000), diet (25.3%; p=0.000), aktifitas fisik (35%; p=0.000) , pemeriksaan rutin (26.5%; p=0.000) dan dukungan sosial (16.4%; p=0.000). Terdapat penurunan tingkat stres (20.95%; p=0.000) dan kadar gula darah (94; p=0.000) . Inovasi OPAD dapat memberikan perubahan kadar gula darah, pengetahuan, sikap, keterampilan, pengobatan, diet, aktifitas fisik, pemeriksaan kesehatan, tingkat stres dan dukungan keluarga pada dewasa dengan diabetes melitus. Integrasi pelaksaan OPAD dengan program PTM, Prolanis dan Perkesmas di Puskesmas.

The prevalence of Diabetes Mellitus (DM) has risen sharply in the last three decades, disproportionately affecting adults and leading to decreased productivity. This study aimed to evaluate the effectiveness of the "Optimal Monitoring and Diabetes Management" (OPAD) intervention on knowledge, attitudes, skills, and DM management among 89 adults with DM in Jatijajar Village. The nursing care-based intervention significantly improved knowledge (20.7%; p=0.000), attitudes (43.86%; p=0.000), skills (25.4%; p=0.000), medication adherence (15.3%; p=0.000), dietary adherence (25.3%; p=0.000), physical activity (35%; p=0.000), regular check-ups (26.5%; p=0.000), and social support (16.4%; p=0.000). Additionally, there was a decrease in stress levels (20.95%; p=0.000) and blood glucose levels (94; p=0.000). The OPAD innovation proved effective in improving various aspects of DM management in adults. Integration of OPAD with Non-Communicable Disease (NCD) programs, Prolanis, and Perkesmas at Community Health Centers is recommended."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Citra Sari
"Penderita DM (diabetesi) tidak hanya kalangan lansia tetapi juga sudah banyak diderita oleh kalangan pada usia produktif. Permasalahan terkait dengan perawatan diri sering ditemukan pada diabetesi yang baru saja didiagnosa atau sudah lama didiagnosa DM. Beberapa hambatan yang terjadi pada diabetesi dalam melaksanakan perilaku peraatan diri yaitu keterbatasan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan menu, kekurangan informasi kurangnya aktivitas fisik, kepatuhan terhadap pengobatan yang rendan dan juga dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang minim.Pengendalian DM pada diabetesi sangata diperlukan untuk mengurangi komplikasi DM. Berdasarkan kondisi tersebut dikembangkan program GEPARI. Tujuan dari program ini adalah meningkatkan perilaku perawatan diri para diabetesi. Metode yang digunakan yaitu studi kasus keluarga dan aggregate dewasa DM menggunakan pendekatan proses keluarga dan komunitas yang melibatkan 10 keluarga dan 34 diabetesi dewasa. Program ini didasarkan pada lima pilar pengendalian DM yaitu edukasi, manajemen nutrisi, aktivitas fisik, pengobatan dan juga pemeriksaan gula darah yang dilaksanakan selama 12 sesi. Evaluasi terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan dan tingkat kemandirian keluarga menggunakan kuesioner sedangkan gula darah sewaktu diukur menggunakan glucometer yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pelaksanaan program GEPARI. Hasil implementasi didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan (p>0,05), penurunan glukosa darah sewaktu dan peningkatan kemandirian keluarga. Program GEPARI disarankan dapat dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan komunitas. 

People with DM (diabetes) are not only among the elderly but also have suffered by many people of productive age. Problems related to self-care are often found in people with diabetes who have just been diagnosed or have been diagnosed with diabetes for a long time. Some of the obstacles that occur in diabetes in carrying out self-care behavior are limitations in knowledge and skills in preparing menus, lack of information, lack of physical activity, low adherence to medication and also minimal support from family and the surrounding environment. reduce DM complications. Based on these conditions, the GEPARI program was developed. The aim of this program is to improve self-care behavior of diabetics. The method used is a family case study and aggregated adult DM using a family and community process approach involving 10 families and 34 adult diabetes. This program is based on the five pillars of DM control, namely education, nutrition management, physical activity, medication and also blood sugar checks which were carried out for 12 sessions. Evaluation of knowledge, attitudes and skills and level of family independence using a questionnaire, while blood sugar is measured using a glucometer which is carried out before and after the implementation of the GEPARI program. The results of the implementation showed that there was an increase in knowledge, attitudes and skills (p>0.05), a decrease in blood glucose and an increase in family independence. The GEPARI program is recommended to be implemented in community health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Widayanti
"Pengetahuan dan sikap merupakan faktor kunci yang berdampak secara langsung ataupun tidak langsung pada pelaksanaan manajemen diri diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik manajemen diri pada masyarakat dengan diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan responden sebanyak 107 penderita DM tipe 2 di wilayah Kota Depok yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari Diabetes Knowledge Test (DKT), modifikasi Diabetes Attitude Scale (DAS), dan Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Hasil analisis statistik menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan (r = 0,549; p < 0,01) dan sikap (r = 0,465; p < 0,01) dengan manajemen diri DM. Temuan ini menekankan pentingnya pengembangan program edukasi kesehatan dan konseling mengenai manajemen diri diabetes dengan melakukan evaluasi awal terhadap karakterisitk diabetesi agar program yang akan dirancang dapat lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan diabetesi.

Knowledge and attitudes are key factors that have a direct or indirect impact on the implementation of diabetes self-management. This study aims to identify the relationship between knowledge and attitudes toward self-management practices in communities with type 2 diabetes mellitus. The research design used in this study was cross-sectional with 107 respondents with type 2 diabetes in Depok who were selected using a cluster sampling technique. The research instruments used included the Diabetes Knowledge Test (DKT), modified Diabetes Attitude Scale (DAS), and Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). The results of statistical analysis show that there is a significant positive correlation between knowledge (r = 0.549; p < 0.01) and attitude (r = 0.465; p < 0.01) toward diabetes mellitus self-management. These findings emphasize the importance of developing health education and counseling programs regarding diabetes self-management by conducting an initial evaluation of the characteristics of diabetics so that the program that will be designed can be more effective and appropriate to the level of understanding and needs of diabetics."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Rahmatina
"Latar Belakang: Penyakit tidak menular diketahui menjadi penyebab 41 juta kematian di dunia setiap tahunnya. Diabetes merupakan satu dari empat jenis utama penyakit tidak menular di seluruh dunia. Pada tahun 2018, Kota Depok memiliki prevalensi diabetes melitus sebesar 2,17% dan menjadi kabupaten/kota dengan prevalensi diabetes melitus tertinggi kedua di Jawa Barat. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) Kota Depok tahun 2023 dan dilakukan analisis univariat serta bivariat menggunakan uji chi-square. Variabel independen terdiri dari faktor sosiodemografis (usia, jenis kelamin, riwayat diabetes keluarga, obesitas, obesitas sentral, dan hipertensi) serta faktor perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi sayur buah, konsumsi alkohol, dan konsumsi gula berlebih). Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 21,9% pada penduduk Kota Depok tahun 2023. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah usia > 45 tahun (POR 1,225; 95% CI: 1,197—1,254), jenis kelamin laki-laki (POR 1,379; 95% CI: 1,347— 1,411), memiliki riwayat diabetes keluarga (POR 0,297; 95% CI: 0,267—0,330), obesitas (POR 1,524; 95% CI: 1,487—1,562), obesitas sentral (POR 0,908; 95% CI: 0,886—0,930), hipertensi (POR 0,500; 95% CI: 0,488—0,511), merokok (PR 1,289; 95% CI: 1,244—1,335), kurang aktivitas fisik (POR 1,218; 95% CI: 1,189—1,247), kurang konsumsi sayur buah (POR 0,846; 95% CI: 0,812—0,881), dan konsumsi gula berlebih (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932). Sedangkan, faktor konsumsi alkohol tidak terbukti memiliki hubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan: Faktor sosiodemografis dan perilaku terbukti memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk pembuatan program pencegahan dan pengendalian diabetes melitus tipe 2 sehingga dapat menurunkan prevalensi diabetes di Kota Depok.

Background: Non-communicable diseases (NCDs) are known to cause 41 million deaths globally each year. Diabetes is one of the four major types of NCDs worldwide. In 2018, the city of Depok had a diabetes mellitus prevalence of 2.17%, making it the second-highest prevalence of diabetes mellitus in West Java. Objective: To identify the factors associated with type 2 diabetes mellitus among the residents of Depok City in 2023. Methods: This study is a quantitative research with a cross-sectional study design. The data used are secondary data obtained from the Non-Communicable Disease Information System (SIPTM) of Depok City in 2023 and analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Independent variables include sociodemographic factors (age, gender, family history of diabetes, obesity, central obesity, and hypertension) as well as behavioral factors (smoking, lack of physical activity, insufficient consumption of vegetables and fruits, alcohol consumption, and excessive sugar consumption). Results: This study showed a prevalence of type 2 diabetes mellitus of 21.9% among the residents of Depok City in 2023. The factors associated with the incidence of type 2 diabetes mellitus are age > 45 years (POR 1.225; 95% CI: 1.197—1.254), male gender (POR 1.379; 95% CI: 1.347—1.411), having a family history of diabetes (POR 0.297; 95% CI: 0.267—0.330), obesity (POR 1.524; 95% CI: 1.487—1.562), central obesity (POR 0.908; 95% CI: 0.886—0.930), hypertension (POR 0.500; 95% CI: 0.488—0.511), smoking (POR 1.289; 95% CI: 1.244—1.335), lack of physical activity (POR 1.218; 95% CI: 1.189—1.247), insufficient consumption of vegetables and fruits (PR 0.846; 95% CI: 0.812—0.881), and high sugar consumption (POR 1,879; 95% CI: 1,828–1,932. However, alcohol consumption was not proven to be associated with type 2 diabetes mellitus. Conclusion: Sociodemographic and behavioral factors are significantly associated with type 2 diabetes mellitus. This study is expected to serve as a consideration for the development of prevention and control programs for type 2 diabetes mellitus to reduce the prevalence of diabetes in Depok City.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mulyadi Pranata
"Kepatuhan perawatan diri diabetes berdampak positif terhadap peningkatan outcome klinis. Hasil penelitian terdahulu pada penyandang diabetes melitus tipe 2 menunjukkan kepatuhan perawatan diri yang buruk. Inovasi teknologi dapat menjadi alternatif solusi dalam mengatasi masalah ini. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh aplikasi berbasis web terhadap perilaku kepatuhan perawatan diri pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini berdesain quasi eksperimental pre-posttest dengan kelompok kontrol. Partisipan direkrut di program prolanis di klinik dan persadia. Analisis data menggunakan komputerisasi pada 56 responden. Pada analisis bivariat, terdapat peningkatan skor kepatuhan pada kelompok intervensi di akhir penelitian yang tidak bermakna (p=0,649) dan terjadi penurunan skor kepatuhan yang tidak bermakna pada kelompok kontrol (p=0,490). Tidak ada pengaruh penggunaan aplikasi terhadap perilaku diabetes (p=0,433). Pada analisis multivariat, didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (p=0,007) terhadap skor kepatuhan posttest. Aplikasi peduli diabetes berpotensi meningkatkan skor kepatuhan perawatan diri. Perbaikan desain aplikasi diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penggunaan aplikasi.

Diabetes self-care adherence has a positive impact on improving clinical outcomes. Observations in people with type 2 diabetes mellitus show poor self-care adherence. Technological innovation can be an alternative solution to overcome this problem. The research aims to determine the effect of web-based applications on self-care adherence behavior in type 2 diabetes mellitus patients. This research has a quasi-experimental pre-posttest design with a control group. Participants were recruited in the prolanis program at the clinic and persadia. Data analysis used computerization on 56 respondents. In bivariate analysis, there was an increase in adherence scores in the intervention group at the end of the study which was not significant (p=0.649) and a decrease in adherence scores which was not significant in the control group (p=0.490). There was no effect of application use on diabetes behavior (p=0.433). In multivariate analysis, a significant relationship was found between education level (p=0.007) and posttest adherence scores. The Peduli Diabetes application has the potential to improve self-care adherence scores. Improvements in application design are expected to increase the effectiveness of application use."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Amri Husna
"Pendekatan model adaptasi Roy menggunakan penanganan stimulus terhadap perubahan perilaku fisik, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi membantu pasien berperilaku adaptif terhadap perubahan status kesehatan yang terjadi. Respon fisiologis yang khas dikaji pada pasien kelolaan yaitu berfokus pada fungsi respirasi. Pasien mengalami gangguan respirasi yang disebabkan oleh adanya infeksi kronik pada paru oleh Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, pasien juga memiliki penyakit penyerta yaitu Diabetes Melitus tipe 2, dan komplikasi berupa piopneumotoraks. Berdasarkan hasil pengkajian menggunakan pendekatan model adaptasi Roy, didapatkan tiga masalah keperawatan diantaranya gangguan pertukaran gas, resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dan resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Selama 12 hari perawatan, pasien mengalami perkembangan perilaku inefektif menuju perilaku adaptif dari hari ke hari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model adaptasi Roy efektif diterapkan pada pasien dengan tuberkulosis karena dapat mengkaji pasien secara komprehensif hingga evaluasi perilaku adaptif dan inefektif selama perawatan di rumah sakit.

Roy's adaptation model approach uses stimulus handling to changes in physical behavior, self-concept, role function and interdependence to help patients behave adaptively to changes in health status. The typical physiological response was examined in managed patients, focusing on the function of respiration. Patients experienced respiratory problems caused by chronic infection of the lungs by Mycobacterium tuberculosis. In addition, patients also had comorbidities of type 2 diabetes mellitus, and the complications was pyopneumothorax. Based on the results of the study using Roy's adaptation model approach, there were four nursing problems including gas exchange disorder, risk of fluid and electrolyte imbalance, and risk of instability in blood glucose levels. During the 12 days of nursing care, patients showed improvement from ineffective behavior towards adaptive behavior day by day. It can be concluded that Roy's adaptation model is effectively applied to patients with tuberculosis because it can comprehensively assess patients and can evaluate adaptive and ineffective behavior during hospital care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mustikaningtyas
"ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Depok menduduki peringkat 2 di Jawa Barat dengan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 terbanyak. Insulin direkomendasikan sebagai salah satu terapi diabetes lini pertama untuk mengontrol kadar glukosa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 agar tercapai hasil terapi sesuai dengan yang direncanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian model cross sectional dan menggunakan teknik consecutive sampling sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel 79 orang pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kepatuhan insulin masih rendah sebanyak 52 orang 65,8 . Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, Dinas Kesehatan Depok, perawat, dan masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan terapi insulin.

ABSTRAK
Abstract Diabetes Mellitus is the fourth leading non infectious diseases cause of death in the world. Depok was ranked 2nd in West Java with the highest number of people with type 2 diabetes mellitus. Insulin is recommended as one of the first line diabetes therapy to control glucose levels. Therefore, it is important to know the adherence level of insulin therapy in people with type 2 diabetes mellitus in order to achieve the satisfied results of therapy. This study aimed to identify the level of adherence in insulin therapy among people with type 2 diabetes mellitus in Depok City. This research was a quantitative research using a cross sectional design and using consecutive sampling as a technique in sampling. The number of samples were 79 patients with type 2 diabetes mellitus who came to the Regional General Hospital of Depok City. The result showed that the level of insulin adherence came still low as many as 52 people 65.8 . This study is expected to provide information to the Regional General Hospital of Depok City, Depok Health Office, nurses, and the community to improve adherence to insulin therapy."
2017
S67065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hasyim Wibisono
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan salah satu bentuk pendidikan keperawatan berkelanjutan yang ditempuh setelah tercapainya gelar magister keperawatan. Tujuannya adalah mencetak ners spesialis keperawatan medikal bedah yang mampu berperan sebagai clinical leader bagi tim pelayanan keperawatan, dengan fokus pada pasien dewasa yang mengalami gangguan pememenuhan kebutuhan dasar manusia akibat gangguan struktur dan fungsi pada sistem organ tubuh, berikut dengan respon pasien yang ditimbulkan. Praktik klinik dilaksanakan di setting gawat darurat, perawatan intensif, rawat inap, dan rawat jalan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan RSUP Fatmawati Jakarta. Dengan fokus pada pasien dengan gangguan sistem endokrin, asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan pendekatan teori model adaptasi Roy pada pasien dengan masalah utama pada gangguan kelenjar tiroid dan pankreas. Contoh kasus yang telah dikelola antara lain pasien dengan komplikasi akut dan kronis dari diabetes, stroma tiroid, keganasan tiroid, serta gangguan multi sistem yang melibatkan diabetes. Asuhan keperawatan berbasis bukti diterapkan berupa latihan kaki Buerger Allen Exercise bagi pasien dengan PAD untuk meningkatkan perfusi kaki. Inovasi pelayanan keperawatan dilakukan dengan fokus pada pencegahan hipoglikemia berat pada pasien diabetes di rawat inap melalui bundle intervensi Hy-NEWSS.

 

Kata kunci: Perawat spesialis, asuhan keperawatan, teori model adaptasi, Buerger Allen Exercise, pencegahan hipoglikemia


The medical surgical nursing residency program is a continuous nursing education process following the master of nursing degree completion. The graduates are medical surgical nurse specialist, who will take role as clinical nursing leaders in providing care for adult patients with compromised human basic need fulfillment due to structural and functional dysfunctions of body systems along with the responses. The clinical education was conducted in RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUP Fatmawati Jakarta covering emergency unit, intensive care unit, inpatient, and outpatient care unit.  Using the Roy Adaptation Model as the framework, patient care was aimed to patients with pancreas and thyroid problems. The examples of the cases were, but not limited to, acute and chronic complications of diabetes, thyroid stroma and malignancy, and multisystem cases related to diabetes. The Buerger Allen Exercises was implemented as evidence based nursing, and the nursing innovation project was aimed towards severe hypoglycemia prevention for patients with diabetes in inpatient setting through the Hy-NEWSS intervention bundle.

 

 

Keywords: Nurse specialist, nursing care, adaptation model, Buerger Allen Exercise, hypoglycemia prevention

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmat Masdin
"Prevalensi penderitas diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan terutama di Jakarta mencapai 3,4% di tahun 2018, dan menjadi provinsi dengan prevalensi DM tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pasien tidak rutin meminum obat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan diperlukan program intervensi oleh farmasis yaitu melalui program Phardiacare berupa konseling, buklet, logbook self-monitoring dan SMS reminder. Tujuan penelitian ini adalah menilai pemberian konseling dan buklet dari program Phardiacare terhadap kepatuhan pengobatan dan luaran klinis pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental selama periode Agustus hingga Desember 2019 yang melibatkan 65 pasien DM tipe 2 di puskesmas Jakarta Timur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (KI, n=33) yang menerima konseling dan buklet, dan kelompok kontrol (KK, n=32) yang menerima buklet saja. Pada awal dan akhir penelitian pasien menerima kuesioner sosiodemografi dan MAQ serta dilakukan pengukuran luaran klinis. Hasil penelitian menunjukkan KI dan KK memiliki karakteristik yang tidak berbeda signifikan kecuali pada lama penggunaan obat dan konsumsi makanan berisiko DM (p<0,05). Konseling pada program Phardiacare mempengaruhi kepatuhan pengobatan dimana HbA1c pada KI mengalami penurunan hingga kadar terkontrol (p<0,05) dibandingkan KK yang tidak mengalami perubahan. Kepatuhan berdasarkan skor MAQ menunjukkan peningkatan kepatuhan (p<0,05) setelah intervensi. Konseling dari program Phardiacare memberikan pengaruh 7,5 kali lebih besar dalam menurunkan HbA1c (p=0,008). Terhadap luaran klinis sekunder, konseling memperbaiki gula darah puasa, kolesterol total dan LDL (p<0,05). Dengan demikian, konseling pada program Phardiacare dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan dan menurunkan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2.

According to the results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), 50.4% of diabetes mellitus (DM) patients do not regularly take medication. This can worsen the patient’s condition, so interventions related to DM treatment by pharmacists are needed through counseling and booklets which are expected to increase medication adherence and improve clinical outcomes of the patient. The study was conducted in August-December 2019 involving 65 patients who met the inclusion and exclusion criteria. Patients were divided into 2 groups, namely the Pulogadung Health Center as the intervention group (KI, n=33) which received counseling and booklets, and the Duren Sawit Health Center as the control group (KK, n=32) which received only booklets. The results showed that counseling affected medication adherence with a significant decrease in HbA1c levels (p<0.05) to controlled levels in KI compared to KK. The MAQ score showed an increase in adherence with significant outcomes after counseling. Counseling has a 7.5 times greater effect in reducing HbA1c with a significant value (p=0.008). In addition, counseling gave significant results (p<0.05) in the improvement of fasting blood glucose, total cholesterol, and low-density lipoprotein cholesterol. Thus, counseling can improve medication adherence and reduce HbA1c levels in type 2 diabetes mellitus patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Ayu Soraya
"Sejumlah penelitian telah mengaitkan penurunan fungsi kognitif dengan kepatuhan minum obat. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan salah satu faktor resiko dari penurunan fungsi kognitif yang jarang disadari pasien. Oleh karena itu, penulis mencoba menilai pengaruh penurunan fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat pada pasien DMT2. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta. Fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang telah divalidasi. Penilaian kepatuhan dilakukan menggunakan kuesioner Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) versi bahasa Indonesia yang tervalidasi dan Pharmacy refill adherence yaitu dengan menghitung Proportion of Days Covered (PDC). Pasien dikatakan patuh jika skor ARMS <12 dan hasil perhitungan PDC ≥80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan kepatuhan minum obat yang buruk (p=0,005). Berdasarkan analisis multivariat, pasien dengan fungsi kognitif menurun 3,7 kali menyebabkan ketidakpatuhan minum obat dibanding pasien dengan fungsi kognitif normal setelah dikontrol variabel usia, tingkat pendidikan, kadar HbA1c, dan komorbid dislipidemia.

Several studies have linked cognitive decline with lack of adherence to medication. Type 2 Diabetes mellitus (T2DM) is one of the risk factors for cognitive decline that patients are rarely aware of. Therefore, the aim of this study is to assess the effect of decreased cognitive function on medication adherence in T2DM patients. The study uses a cross-sectional design and was conducted at the Pasar Minggu Primary Health Center, Jakarta, Indonesia. Cognitive function was assessed using a validated Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) questionnaire. Adherence assessment was made using a validated Indonesian version of the Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) questionnaire and the proportion of days covered (PDC). A patient was considered to be adhere if the ARMS score was <12 and the PDC calculation result was ≥80%. The results of this study showed that cognitive decline was associated with poor medication adherence (p=0.005). Based on multivariate analysis, patients with cognitive decline had 3.7 times greater nonadherence to medication than patients with normal cognitive function after controlling for variables of age, education level, HbA1c levels, and comorbid dyslipidemia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>