Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189446 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nooridha Febriyanti
"Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah jemaah haji terbanyak yang datang melaksanakan ibadah haji. Setiap tahun, jemaah Indonesia yang berangkat sekitar 30% hingga 40% merupakan jemaah lanjut usia (lansia). Penyakit komorbid terbanyak yang dimiliki oleh jemaah haji Indonesia adalah hipertensi dan diabetes melitus. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipertensi dan diabetes melitus terhadap kematian akibat penyakit kardiovaskular pada jemaah haji lansia tahun 2023. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi kohort retrospektif menggunakan data sekunder dari Siskohatkes Shar’i pada Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan RI. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 80.483 jemaah haji lansia. Outcome pada penelitian ini adalah kejadian kematian akibat penyakit kardiovaskular pada jemaah haji lansia dan variabel independennya terdiri dari hipertensi dan diabetes melitus. Variabel kovariat meliputi jenis kelamin, status dislipidemia, obesitas, status merokok, TB, PPOK dan anemia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik. Hasil studi menunjukkan bahwa jemaah haji yang hipertensi berisiko 1,32 kali lebih tinggi setelah dikontrol variabel diabetes melitus, PPOK dan jenis kelamin (95%CI:1,04-1,69) dan jemaah haji yang diabetes melitus berisiko 1,40 kali lebih tinggi mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskular setelah dikontrol variabel hipertensi, PPOK dan jenis kelamin (95%CI:1,08-1,82). Pada jemaah haji yang memiliki hipertensi dan diabetes melitus memiliki risiko 1,83 kali lebih tinggi mengalami kematian akibat penyakit kardiovaskular setelah dikontrol variabel PPOK dan jenis kelamin (95%CI:1,28-2,60). Prioritas utama dalam upaya menurunkan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular pada jemaah haji lansia adalah dengan melakukan pengelolaan pada status hipertensi-diabetes melitus, karena akan menurunkan 23,53% kematian pada populasi jemaah haji dan menurunkan 43,48% kematian pada kelompok yang terpapar hipertensi-diabetes melitus.

Indonesia is one of the countries with the largest number of pilgrims who come to perform the Hajj pilgrimage. Every year, around 30% to 40% of Indonesian pilgrims who depart are elderly pilgrims. The most common comorbid diseases owned by Indonesian pilgrims are hypertension and diabetes mellitus. This study aims to determine effect of hypertension and diabetes mellitus to mortality of cardiovascular disease in elderly pilgrims in 2023. This Study was retrospective cohort using secondary data from Siskohatkes Shar'i at the Hajj Health Center, Indonesian Ministry of Health. The sample size of this study was 80,483 elderly pilgrims. Outcome of this study was mortality from cardiovascular disease in elderly pilgrims and independent variables were hypertension and diabetes mellitus. Covariate variables include gender, dyslipidemia, obesity, smoking, TB, COPD and anemia. Data analysis was performed using logistic regression. The results showed that hypertensive pilgrims had a 1.32 times higher risk after controlling for diabetes mellitus, COPD and gender (95%CI: 1.04-1.69) and diabetes mellitus pilgrims had a 1.40 times higher risk from  cardiovascular disease mortality after controlling for hypertension, COPD and gender (95%CI: 1.08-1.82). Hajj pilgrims with hypertension and diabetes mellitus had a 1.83 times higher risk to have cardiovascular disease mortality after controlling for COPD and gender (95%CI: 1.28-2,60). The main priority in reducing cardiovascular disease mortality in elderly pilgrims is to manage the hypertension-diabetes mellitus, as it will reduce 23.53% of deaths in the pilgrim population and reduce 43.48% of deaths in the hypertension-diabetes mellitus among exposed group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aulia Rahman
"Ibadah haji merupakan ibadah yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Pada tahun 2023, sebanyak 1.845.045 orang dari berbagai negara mengikuti ibadah ini dan Jemaah haji dari Indonesia sendiri berjumlah 211.386 orang. Sebagian besar aktivitas dalam ibadah haji bersifat fisik dan ditambah dengan stresor eksternal seperti cuaca panas dan terik matahari, sehingga faktor kesehatan menjadi sangat penting untuk kelancaran ibadah haji. Kriteria kesehatan jemaah haji ditentukan berdasarkan istithaah kesehatan. Pada tahun 2023, terdapat peningkatan signifikan dalam angka kematian jemaah haji dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 774 orang, dengan 43% di antaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau berjumlah 336 jiwa. Oleh karena itu, penelitian potong-lintang dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (SISKOHATKES) untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kematian jemaah haji Indonesia akibat penyakit kardiovaskular. Hasil uji analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa usia, Jenis kelamin, indeks massa tubuh, status hipertensi, status diabetes melitus secara signifikan mempengaruhi kematian jemaah haji akibat penyakit kardiovaskular, sedangkan status merokok dan pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Hajj is a pilgrimage carried out by Muslims worldwide at a specified time and place. In 2023, a total of 1,845,045 people from various countries participated in this pilgrimage, including 211,386 pilgrims from Indonesia. Most of the activities during Hajj are physical, coupled with external stressors such as hot weather and intense sunlight, making health a critical factor for the smooth conduct of the pilgrimage. The health criteria for pilgrims are determined based on health feasibility (istithaah kesehatan). In 2023, there was a significant increase in the mortality rate of pilgrims compared to previous years, reaching 774 people, with 43% of these deaths (336 individuals) caused by cardiovascular diseases. Therefore, a cross-sectional study was conducted using secondary data from the Integrated Hajj Health Computerization System (SISKOHATKES) to determine the influence of risk factors on the mortality of Indonesian Hajj pilgrims due to cardiovascular diseases. The results of the multiple logistic regression analysis showed that age, gender, body mass index, hypertension status, and diabetes mellitus status significantly affected the mortality of pilgrims due to cardiovascular diseases, while smoking status and education level did not have a significant influence."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Sakti
"Pendahuluan: Penyakit kardiovaskular sebagai salah satu masalah kesehatan pada jemaah haji Indonesia dan penyebab tertinggi kematian jemaah haji dalam 3 tahun terakhir. Jemaah haji Indonesia sebagian besar pada stratifikasi kesehatan risiko tinggi. Beberapa faktor risiko diprediksi berhubungan dengan kematian jemaah haji akibat penyakit kardiovaskular.
Metode: Penelitian observasional dengan desain kasus kontrol. penelitian terhadap 876 jemaah haji. Variabel yang berhubungan dengan kematian jemaah haji antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, diabetes mellitus, hipertensi, dislipidemia, gagal ginjal, gagal jantung, penyakit jantung koroner, penyakit paru obstruksi kronik, waktu keberangkatan jemaah. Dilakukan analisis untuk menentukan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kematian serta membuat skor prediksi untuk mengestimasi risiko mortalitas.
Hasil: Proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah 49,2 % dari seluruh jemaah haji Indonesia tahun 2017. Faktor risiko yang berhubungan dengan kematian jemaah haji antara lain; Usia lebih dari 70 tahun dengan OR 20,51 (IK 95%: 10,238-41,089), penyakit jantung koroner dengan OR 4,236 (IK 95% : 1,292-13,882), hipertensi dengan OR 3,673 (IK 95% :2,555-5,280), diabetes mellitus dengan OR 3,422 (IK 95%: 2,108-5,553), dislipidemia dengan OR 2,067 (IK 95%: 1,366-3,129), indeks massa tubuh overweight dengan OR 0,571 (IK 95%: 0,385-0,848) , indeks massa tubuh obesitas dengan OR 0,239 (IK 95%: 0,134-0,425). Probabilitas risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular adalah risiko ringan dengan skor < 5 (19,47%), probabilitas sedang skor 6-9 (62,94%) dan probabilitas tinggi jika skor > 10 (83,3%).
Simpulan: Proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskular pada jemaah haji Indonesia tahun 2017 adalah 49,2%. Faktor risiko kardiovaskular antara lain; usia tua, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dislipidemia. Nilai skor > 10 dapat memprediksi risiko mortalitas dengan propabilitas 88,53 %.

Background: Cardiovascular disease is one of the health problems in Indonesian pilgrims and the highest cause of death for pilgrims in the last 3 years. Indonesian pilgrims are mostly on high health risk stratification. Some risk factors are predicted to be associated with the death of pilgrims due to cardiovascular disease.
Method: Observational study with case control design. Conducted research on 876 pilgrims. A variable that is associated with the death of pilgrims include age, gender, body mass index, smoking habit, diabetes mellitus, hypertension, chronic kidney failure, heart failure, coronary heart disease, chronic obstruction pulmonary disease , the time of departure. Analysis was done to determine the risk factors which effect on death as well as make score predictions and determination for the risk of mortality.
Results: The proportion of deaths from cardiovascular disease was 49,2 % of all Indonesian pilgrims. Risk factors associated with the death of pilgrims include; Age more than 70 years with OR 20,510 (95% CI 10,238-41,089), coronary heart disease with OR 4,236 (95% CI 1,292-13,882), hypertension with OR 3.673 (95% CI 2,555-5,280), diabetes mellitus with OR 3,422 (95% CI 2,108-5,553), dyslipidemia with OR 2,067 (95% CI 1,366-3,129), overweight with OR 0.571 (95% CI: 0.385-0,848), obesity with OR 0.239 (95% CI 0.134-0.425). The probability of the risk of death from cardiovascular disease is a mild risk with a score <5 (19.47%), a medium probability score of 6-9 (62.94%) and a high probability of a score of > 10 (83.3%).
Conclusion: The proportion of deaths from cardiovascular disease was 49,2 %. Cardiovascular risk factors; old age, hypertension, diabetes mellitus, coronary heart disease, dyslipidemia. A score of > 10 has a high risk of mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57770
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Marcel H. Reinhard
"Latar belakang : Setiap tahapan gangguan metabolisme glukosa pada disglikemia berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Pada disglikemia perlu diketahui prediktor serta stratifikasi risiko individu mengalami kejadian kardiovaskular sehingga dapat dilakukan pencegahan primer. Penelitian ini bertujuan mengembangkan model prediktor kejadian kardiovaskular pada disglikemia.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif pada “Studi Kohort Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Bogor” tahun 2011-2018. Pada awal penelitian dilakukan pencatatan usia, jenis kelamin, tekanan darah, indeks massa tubuh, lingkar perut, glukosa darah, kolesterol, kebiasaan merokok, riwayat penyakit kardiovaskular dalam keluarga dan aktivitas fisik. Selanjutnya dilakukan pengamatan kejadian kardiovaskular yaitu penyakit jantung koroner, stroke atau all cause cardiovascular mortality dalam enam tahun. Hubungan variabel yang secara independen yang mempengaruhi kejadian kardiovaskular dianalisis dengan cox proportional hazards regression, lalu dilakukan pembuatan model prediksi, penilaian diskriminasi dengan menggunakan kurva ROC dan kalibrasi dengan Hosmer -Lemeshow.
Hasil : Sebanyak 1.085 subjek masuk dalam penelitian ini dengan 73,5% subjek adalah perempuan. Insidens kejadian kardiovaskular dalam enam tahun adalah 9,7%. Faktor prediktor kejadian kardiovaskular pada disglikemia dalam enam tahun pada penelitian yaitu usia 45-65 tahun (HR=2,737; IK 95% 1,565-4,787) dan hipertensi (HR=2,580;IK 95% 1,619-4,112). Total skor pada model prediktor adalah dua dengan probabilitas kejadian kardiovaskular dalam enam tahun 17,2%. Hasil analisis kurva ROC didapatkan nilai Area Under the Curve (AUC) model prediktor sebesar 0,689 dengan p < 0,001 (IK 95% 0,641-0,737).

Background: Each stage of impaired glucose metabolism in dysglycemia is associated with an increased risk of cardiovascular events. In dysglycemia, it is necessary to acknowledge the predictors and the risk stratification in individuals at high risk for cardiovascular disease so that primary prevention can be done. This study aims to develop a predictive model of cardiovascular events in dysglycemia.
Method: This is a retrospective cohort study conducted in the “The Bogor Cohort Study of Noncommunicable Diseases Risk Factors" from 2011 to 2018. Data associated with age, gender, blood pressure, body mass index, waist circumference, blood glucose, cholesterol, smoking habits, family history of cardiovascular disease, and physical activity were obtained. Cardiovascular events in six years were observed include coronary heart disease, stroke, or all-cause cardiovascular mortality. Cox proportional hazards regression models were used to determine independent predictors of cardiovascular events. Model discrimination was evaluated by the ROC curve, while the Hosmer-Lemeshow test evaluated the calibration.
Results: A total of 1085 subjects included in this study, with 73.5% are female. The incidence of cardiovascular events in six years is 9.7%. Predictors of cardiovascular events in dysglycemia are age 45-65 (HR=2.737;95% CI 1.565-4.787) and hypertension (HR=2.580;95% CI 1.619-4.112). The predictor model's total score is two, with a six-year probability of cardiovascular events being 17.2%. The ROC curve analysis showed that the AUC value for the predictor model was 0.689 with p < 0.001 (95% CI 0.641-0.737).
Conclusion: Age 45-65 and hypertension were predictors of cardiovascular events in six years in dysglycemia patients. The scoring system has adequate performance, with a total score of two and the probability of cardiovascular events in six years 17.2%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Ayu Lestari
"ABSTRAK
Masalah risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler semakin meningkat pada lansia yang tinggal di area perkotaan. Lansia di institusi perawatan jangka panjang termasuk populasi yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah kardiovaskuler. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan hasil intervensi swedish massage yang dilakukan pada lansia dengan masalah risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler. Pemberian intervensi swedish massage dilakukan sebanyak 12 sesi selama 5 minggu dalam durasi 10 menit. Hasil intervensi menunjukkan terjadi penurunan pada tekanan darah sistolik dan diastolik sebanyak 6 dan 5,8 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa swedish massage merupakan intervensi yang efektif, aplikatif, berbiaya efisien, dan aman yang dapat digunakan dalam menurunkan tekanan darah pada lansia dengan risiko kerusakan fungsi kardiovaskuler. Studi ini menyarankan untuk pengaplikasian swedish massage dalam mengoptimalkan perawatan lansia dengan hipertensi di institusi perawatan jangka panjang.

ABSTRACT
The risk for impaired cardiovascular function increased in elderly in urban areas. Elderly in long term care institutions including populations at high risk for cardiovascular problems. This case study aims to describe the results of swedish massage interventions conducted in the elderly with the risk of impaired cardiovascular function. This intervention performed a total of 12 sessions over 5 weeks in duration of 10 minutes. The results of the intervention showed a decrease in systolic and diastolic blood pressure by 6 and 5.8 mmHg. This findings revealed that the swedish massage is an effective, applicable, cost efficient, and safe intervention, which can be used to lower blood pressure in older adults with risk for impaired cardiovascular functions. This study suggested for the application of swedish massage in optimizing treatment for the elderly with hypertension in long-term care institutions."
2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Harpini
"Sebagian besar kematian jamaah haji Indonesia pada tahun 2007 (54,5%) disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler. Di Asia Tenggara, jenis kardiovaskuler terbanyak adalah penyakit jantung koroner (PJK). Penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol, dimana semua jamaah haji embarkasi Jawa Barat yang mengalami PJK di tanah suci dimasukkan ke dalam kelompok kasus, dan yang tidak mengalami PJK di tanah suci dimasukkan ke dalam kelompok kontrol. Penentuan kelompok kontrol dilakukan dengan cara mematchingkan karakteristik individu pada masing-masing kasus (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan), dengan perbandingan 1 kasus untuk 5 kontrol. Terdapat 48 kasus dan 240 kontrol dalam penelitian ini, dengan jumlah total sampel adalah 288. Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat hipertensi dan diabetes mellitus pada jamaah dengan kejadian PJK di tanah suci. Dimana odds yang mengalami PJK pada jamaah yang hipertensi 10,69 kali odds PJK pada jamaah yang tidak hipertensi. Dan odds yang mengalami PJK pada jamaah yang diabetes mellitus 4,48 kali odds PJK pada jamaah yang tidak diabetes mellitus. Untuk menurunkan kematian dan kesakitan akibat PJK, jamaah dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disarankan untuk selalu menjaga kesehatannya sesuai anjuran petugas medis. Untuk petugas yang menangani kesehatan jamaah, diharapkan meningkatkan pengawasan dan penyuluhan kepada jamaah dengan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.

In 2007, most of Indonesian pilgrims (54.5%) died due to cardiovascular disease. In Southeast Asia, most common type of cardiovascular is coronary heart disease (CHD). The study design was case-control, in which all hajj pilgrims From The West Javanese Embarkation who experienced CHD in the holy land were in the case group, and who did not have CHD at the holy land were in the control group. Control group was chosen by matching the individual characteristics of each case (age, sex, education, and employment), with a ratio of 1 case to 5 controls. There were 48 cases and 240 controls in this study; with the total number of samples were 288. There were significant relationship between a history of hypertension and diabetes mellitus upon the incidence of CHD in the holy land. Where the odds of experiencing CHD in hypertensive pilgrims was 10.69 times the odds of CHD among those who were not hypertensive. And odds of experiencing CHD in diabetes mellitus pilgrims was 4.48 times the odds of CHD among those who were not diabetes mellitus. To reduce mortality and morbidity due to CHD, pilgrims with a history of hypertension and diabetes mellitus are advised to always keep their health as recommended by the medical officer. For healthcare workers who handle pilgrims, are expected to increase supervision and counseling to the hajj pilgrims with a history of hypertension and diabetes mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulidiah Ihsan
"Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian dini di dunia. Salah satu faktor risikonya adalah hipertensi, keduanya merupakan komponen dari sindrom metabolik yang saling mempengaruhi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko kejadian DM tipe 2 pada penduduk usia >15 tahun dikaitkan dengan hipertensi. Studi memanfaatkan data IFLS ke-4 dan ke-5 yang dianalisis dengan desain kohort retrospektif. Pengukuran variabel independen dan kovariat yang berubah didasarkan IFLS ke-4 dan ke-5, sedangkan variabel yang tidak berubah didasarkan IFLS ke-4. Pemilihan sampel dipastikan terbebas dari DM dan tidak memiliki status hipertensi terkontrol. Hasil studi menunjukkan tetap hipertensi dan menjadi hipertensi terbukti dapat meningkatkan risiko kejadian DM. Pada kelompok tetap hipertensi risiko DM 2,30 kali lipat, sedangkan pada kelompok menjadi hipertensi risiko DM 2,14 kali lipat dibandingkan kelompok tetap tidak hipertensi setelah dikontrol usia, perubahan aktivitas fisik, dan perubahan indeks masa tubuh, sedangkan pada kelompok hipertensi terkendali tidak didapatkan hubungan yang signifikan. Studi ini juga menyimpulkan 41,5% kasus DM dapat dicegah pada populasi umum dan 68% kasus DM dapat dicegah pada penderita hipertensi dengan mengendalikan hipertensi menjadi terkontrol atau mengeliminasinya. Pengendalian hipertensi dan DM memerlukan komitmen bersama dari pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan gaya hidup sehat sesuai pesan CERDIK dan PATUH.

Diabetes mellitus is a non-communicable disease which was the main cause of early death at the global level. One of the known risk factors for diabetes mellitus is hypertension, both are known as the components of the metabolic syndrome in interplay system. This study aims to determine the risk of Diabetes Mellitus in people aged >15 years that associate with hypertension in Indonesia. The study was using data from the 4th IFLS and 5th IFLS which analyzed using a retrospective cohort design. The measurements of the independent and covariate variables that potentially changes are based on the 4th IFLS and 5th IFLS data, whereas the variables that constant are based on the4th IFLS data. The sampling method was excluding the diabetes mellitus and hypertension controlled criteria. The multivariable adjusted RR for incident diabetes melitus for baseline hypertension 2,30, and progression hypertension 2,14 after controlling for age, changes in physical activity, and body mass index changes. This study also concluded that PAR % 41.5%  and AR% 68%. The hypertension control is an integrated strategy of diabetes mellitus control which requires a joint commitment from the government and society to live a healthy lifestyle according to the CERDIK and PATUH health messages."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Kuntarti Heruyanto
"ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) meningkat pada usia lanjut. Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi PGK lebih tinggi pada usia 55-75 tahun dibandingkan usia kurang dari 55 tahun. Pada usia lanjut terjadi perubahan struktur dan fungsi ginjal, serta adanya riwayat penyakit komorbid seperti diabetes
melitus (DM), hipertensi, penyakit jantung dan pembesaran prostat, menjadi faktor risiko yang meningkatkan terjadinya PGK. Komplikasi yang dapat timbul pada penderita PGK antara lain frailty dan protein energy wasting, yang menyebabkan penurunan kapasitas fungsional dan kualitas hidup, serta peningkatan morbiditas dan mortalitas. Terapi nutrisi yang adekuat berperan penting untuk mencegah protein energy wasting dan komplikasi lain yang dapat timbul pada PGK.
Metode: Laporan serial kasus ini memaparkan empat kasus PGK pada pasien usia di atas 60 tahun. Dua pasien memiliki penyakit komorbid DM dan hipertensi, dan
dua lainnya hanya hipertensi. Keempat pasien dalam serial kasus ini termasuk PGK derajat IV dan V. Pada dua kasus dilakukan hemodialisis, sementara pada dua lainnya belum dilakukan. Masalah yang timbul pada keempat kasus adalah
terdapat gejala-gejala sindroma uremia yaitu mual, muntah, anoreksia, lemas, sesak, dan anemia sehingga asupan makanan tidak adekuat dan terjadi penurunan
kapasitas fungsional. Kebutuhan energi pasien dihitung dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict ditambah faktor stres dan pemberian protein disesuaikan dengan sudah atau belum dilakukan hemodialisis. Komposisi
karbohidrat dan lemak disesuaikan dengan rekomendasi theurapeutic lifestyle changes (TLC) dan American Diabetes Association (ADA). Suplementasi mikronutrien diberikan sesuai dengan kondisi pasien. Pemantauan pasien
dilakukan setiap hari dengan memperhatikan perubahan gejala klinis, tanda vital, imbang cairan, kapasitas fungsional, analisis dan toleransi terhadap makanan,
serta hasil pemeriksaan laboratorium.
Hasil: Pemantauan yang dilakukan pada empat pasien selama perawatan di rumah sakit menunjukkan terjadi perbaikan gejala klinis serta peningkatan asupan makanan dan kapasitas fungsional.
Kesimpulan: Terapi nutrisi dapat mendukung terapi utama pada penderita PGK usia lanjut dalam memperbaiki keadaan klinis dan kapasitas fungsional, serta mencegah komplikasi lebih lanjut

ABSTRACT
Background: The prevalence of chronic kidney disease (CKD) increases in the elderly. Based on Riskesdas 2013, the prevalence of CKD is higher in the age of 55-75 years old compared to below 55 years of age. In the elderly, there are alterations in kidney structure and function, as well as history of comorbidities include diabetes mellitus, hypertension, heart disease and prostate hypertrophy that increase the factor CKD. Complication that may occur in patients with CKD including frailty and protein energy wasting, which can cause decreased
functional capacity and quality of life, and increased morbidity and mortality. Adequate nutrition therapy plays an important role in preventing protein energy wasting and other complications that may arise in CKD.
Methods: This case series report describes four cases of CKD in patients aged above 60 years old. Two patients have comorbid disease diabetes mellitus and hypertension and the others have only hypertension. The four patients in this case series are in CKD stage IV and V. Two cases with hemodialysis, while in the others has not done yet. Problems arising in all cases are uremic syndrome
symptoms such as nausea, vomiting, anorexia,fatigue, dypsnea, and anemia causing inadequate food intake and decreased functional capacity. Energy requirements of the patients calculated using the Harris-Benedict equation added by stress factor and the amount of protein depends on whether the hemodialysis has or has not been applied. Carbohydrate and fat composition appropriated to the
theurapeutic lifestyle changes (TLC) and the American Diabetes Association (ADA) recommendations. Micronutrients supplementation was given in
accordance to patient's condition. Patient monitoring is carried out every day by observing changes in clinical symptoms, vital signs, fluid balance, functional
capacity, dietary analysis and food tolerance, and laboratory resultsResults: Monitoring conducted in the four patients during treatment at the hospital showed the improvements in clinical symptoms, and increased in food
intake and functional capacity.
"
Ilmu Gizi Klinik, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Rosana, examiner
"Latar Belakang: Penyakit arteri perifer (PAP) merupakan salah satu komplikasi makrovaskular pada penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2) yang menimbulkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Hingga saat ini, belum ada telaah sistematis dan komprehensif mengenai faktor risiko kejadian PAP pada penyandang DMT2.
Tujuan: Mengetahui efek estimasi kumulatif dari berbagai faktor risiko kejadian penyakit arteri perifer pada penyandang diabetes melitus tipe 2.
Metode: Telaah sistematis dan mata-analisis ini disusun berdasarkan standar PRISMA.
Penelusuran literatur secara sistematis dan komprehensif dilakukan pada PubMed/MEDLINE, ProQuest, dan EMBASE, untuk mencari studi kohort dan kasus kontrol yang melaporkan faktor risiko PAP pada DMT2. Selain itu kami juga melakukan penelusuran terhadap grey literature. Risiko bias tiap studi yang diinklusi dinilai menggunakan the Newcastle-Ottawa Scale. Data dianalisis menggunakan RevMan versi 5.4 untuk mencari efek estimasi kumulatif dari tiap faktor risiko.
Hasil: Didapatkan 10 studi yang dimasukkan ke dalam telaah sistematis ini, dengan total 73.834 pasien DMT2. Semua studi memiliki kualitas baik berdasarkan Newcastle-Ottawa Scale. Hubungan yang bermakna secara statistik terhadap kejadian PAP pada DMT2 didapatkan pada kelompok dengan usia ≥ 70 tahun (OR 3.44; IK 95% 2.11, 5.62), durasi diabetes ≥ 5 tahun (OR 1.81; IK 95% 1.24, 2.64), riwayat penyakit jantung koroner (OR
1.55; IK 95% 1.30, 1.83), hipertensi (OR 1.43; IK 95% 1.10, 1.86), dan peningkatan LDL (OR 2.51; IK 95% 1.38, 4.56). Semua bukti temuan memiliki tingkat keyakinan moderate (GRADE rating)
Kesimpulan: Usia ≥ 70 tahun, durasi diabetes ≥ 5 tahun, riwayat penyakit jantung koroner, hipertensi, dan peningkatan LDL merupakan faktor risiko kejadian PAP pada DMT2

Background: Peripheral arterial disease (PAD) is one of the macrovascular complications of type 2 diabetes mellitus (T2DM), which cause serious rate of
morbidities and mortality. To date, there have not been any systematic and comprehensive review regarding the risk factors of incidence of PAD in T2DM populations.
Objective: Our study aims to analyze the pooled effect estimates of each risk factors of PAD incidence in T2DM populations. factors of PAD incidence in T2DM populations.
Methods: This systematic review and meta-analysis was conducted using the PRISMA standard. A systematic and comprehensive literature searching was conducted in
PubMed/MEDLINE, ProQuest, and EMBASE database, to obtain any cohort or casecontrol studies reporting the risk factors of PAD incidence in T2DM populations. We also
conducted searching on gray literature and hand-searching. We assessed risk of bias using
Newcastle-Ottawa Scale assessment tool. The pooled effect estimates of each risk factors was analyzed using RevMan version 5.4.
Results: Ten studies were included in this review comprising 73834 T2DM patients in total. All the studies had good quality based on Newcastle-Ottawa Scale. Significant association with the incidence of PAD in T2DM was found in the group of age ≥ 70 years
old (OR 3.44; 95% CI 2.11, 5.62), diabetes duration ≥ 5 years (OR 1.81; 95% CI 1.24, 2.64), coronary artery disease history (OR 1.55; 95% CI 1.30, 1.83), hypertension (OR
1.43; 95% CI 1.10, 1.86), and increased LDL (OR 2.51; 95% CI 1.38, 4.56). All the evidence has moderate certainty (GRADE rating).
Conclusion: Age ≥ 70 years old, diabetes duration ≥ 5 years, coronary artery disease history, hypertension dan increased LDL are significant risk factors of PAD incidence in T2DM population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wella Yurisa
"Disfungsi otonom kardiovaskular (DOK) merupakan komplikasi diabetes melitus tipe 1 (DMT1) yang menjadi penyebab kematian tersering pada dewasa. Gejala subklinis dapat berawal sejak remaja tetapi deteksi dini melalui pemeriksaan fungsi otonom kardiovaskular belum rutin dilakukan. Studi terdahulu menunjukkan bahwa kontrol glikemik dan lama sakit berpengaruh terhadap progresivitas DOK. Data di Indonesia mengenai masalah ini belum ada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalens DOK pada pasien DMT1 anak dan menilai hubungan DOK dengan rerata lama sakit dan kadar HbA1C. Tiga puluh delapan anak berusia 10-18 tahun dengan DMT1 yang terdiagnosis lebih dari 5 tahun menjalani 3 pemeriksaan uji refleks kardiovaskular (URK) di Poliklinik Endokrinologi Anak RSCM Kiara. Disfungsi otonom kardiovaskular dengan 1 nilai abnormal URK ditemukan pada 36,8% anak. Tidak ditemukan korelasi bermakna antara DOK dengan rerata lama sakit dan kadar HbA1C. Berdasarkan penelitian ini, prevalens DOK pada remaja cukup tinggi sehingga deteksi dini sebaiknya dilakukan secara rutin. Penelitian lanjutan dengan rentang sakit yang lebih panjang dan data HbA1C serial perlu dilakukan untuk mengevaluasi peran kontrol glikemik dan lama sakit terhadap kejadian DOK.

Cardiovascular autonomic dysfunction (CAD) is a type 1 diabetes mellitus (T1DM) complication which becomes the most common cause of death in adults. Subclinical symptoms may have occurred since adolescence, yet early detection using cardiovascular autonomic function examination has not been performed routinely. Previous studies showed that glycemic control and duration of illness affected CAD progressivity. However, there is still no data regarding this issue in Indonesia. This study aimed to determine the prevalence of CAD in pediatric T1DM patients and the correlation between CAD and average length of illness, as well as HbA1C levels. Thirty-eight children aged 10-18 years who had been diagnosed with T1DM for more than 5 years underwent a series of three cardiovascular reflex test (CRT) at the Pediatric Endocrinology Polyclinic RSCM Kiara. Cardiovascular autonomic dysfunction which was defined by one abnormal CRT value was found in 36.8% children. No significant correlation was found between CAD and the average length of illness and HbA1C levels. Based on the study, CAD prevalence in adolescents is substantially high, which emphasize the need of routine early detection. Further research with a longer duration of illness and serial HbA1C data need to be carried out to evaluate the role of glycemic control and illness duration in CAD occurrence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>