Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136808 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frederica Rea Diucandra Ajibaskoro
"Alexithymia adalah sebuah trait kepribadian yang ditandai dengan kesulitan mengidentifikasikan dan mengekspresikan emosi, serta orientasi berpikir terhadap hal-hal eksternal. Alexithymia dapat muncul akibat paparan terhadap pengalaman trauma dan telah ditemukan berhubungan dengan pengalaman childhood maltreatment. Meskipun begitu, mekanisme hubungan antara keduanya belum banyak diketahui. Penelitian ini menguji peran experiential avoidance sebagai mediator. Experiential avoidance diduga dilakukan oleh individu dengan pengalaman childhood maltreatment dan dapat mempersulit individu untuk memaknai emosinya sehingga mendukung perkembangan alexithymia. Sejumlah 558 individu emerging adults (18–29 tahun) di Indonesia telah berpartisipasi dalam kuesioner self-report dan mengisi alat ukur TAS-20, AAQ-II, dan CTQ-SF. Analisis mediasi sederhana dilakukan menggunakan PROCESS dengan mengontrol jenis kelamin dan tingkat pendidikan partisipan. Hasil analisis mediasi menemukan bahwa experiential avoidance secara signifikan memediasi hubungan antara childhood maltreatment dan alexithymia. Hubungan langsung antara childhood maltreatment dan alexithymia tetap signifikan, sehingga peran mediasi experiential avoidance hanya bersifat parsial. Penelitian ini mengimplikasikan bahwa individu dengan pengalaman childhood maltreatment dan memiliki trait alexithymia dapat mendapatkan manfaat dari mereduksi experiential avoidance dengan meningkatkan psychological flexibility.

Alexithymia is a personality trait characterized by difficulty in identifying and expressing emotions, as well as externally-oriented thinking. Alexithymia can arise as a result of exposure to traumatic experiences and has been found to be associated with experiences of childhood maltreatment. However, the mechanism of the relationship between the two is not well understood. This study examines the role of experiential avoidance as a mediator. Experiential avoidance is hypothesized to be practiced by individuals with experiences of childhood maltreatment and can make it difficult for individuals to understand their emotions, thereby supporting the development of alexithymia. A total of 558 emerging adults (18–29 years) in Indonesia participated in a self-report questionnaire and completed the TAS-20, AAQ-II, and CTQ-SF. Simple mediation analysis was conducted using PROCESS while controlling for participants' gender and education level. The mediation analysis results found that experiential avoidance significantly mediated the relationship between childhood maltreatment and alexithymia. The direct relationship between childhood maltreatment and alexithymia remained significant, indicating that the mediation role of experiential avoidance was only partial. This study implies that individuals with experiences of childhood maltreatment and who possess the trait of alexithymia could benefit from reducing experiential avoidance by increasing psychological flexibility."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elnia Sevinawati
"Non suicidal self-injury (NSSI) memiliki prevalensi tertinggi pada usia dewasa muda (45%). Pada dewasa muda, NSSI banyak digunakan untuk mengatasi tekanan emosional dan sebagai upaya beralih dari situasi yang sulit. Model teori yang menjelaskan hubungan antara experiential avoidance dengan NSSI adalah Experiential Avoidance Model (EA-Model) dan salah satu variabel yang diduga dapat menjembatani kedua variabel, yaitu harapan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah tingkat harapan memediasi hubungan antara experiential avoidance dan keparahan NSSI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental dengan partisipan penelitian berjumlah 122 orang yang pernah/masih melakukan NSSI (84,4% perempuan), dan memiliki rentang usia 18-29 tahun (M =22,28, SD=2,67). Keparahan NSSI diukur menggunakan NSSI-FS, experiential avoidance diukur menggunakan AAQ-II, dan harapan diukur menggunakan AHS. Melalui analisis mediasi, ditemukan tingkat harapan memediasi secara penuh hubungan antara experiential avoidance dan keparahan NSSI. Hal ini menunjukkan bahwa harapan berperan menjelaskan hubungan antara experiential avoidance dan perilaku NSSI. Ketika individu cenderung kaku dan terus-menerus enggan untuk mengalami pikiran, perasaan, dan sensasi internal yang tidak nyaman (experiential avoidance), hal tersebut akan memprediksi tingkat harapan pada individu, yang mana tingkat harapan lebih lanjut akan memprediksi tingkat keparahan perilaku NSSI pada individu dewasa muda.

Non suicidal self-injury (NSSI) has the highest prevalent among emerging adults (45%). In emerging adults, NSSI is often used to cope with emotional distress and to escape from difficult situations. Experiential Avoidance Model (EA-Model) explain the relationship between experiential avoidance and NSSI, with hope being a potential mediator between these variables. This study aimed to see whether the levels of hope mediate the relationship between experiential avoidance and the severity of NSSI. The study used a non-experimental quantitative method and was conducted on 122 participants who have engaged in NSSI (84,4% female), aged 18-29 years (M = 22,28, SD = 2,67). NSSI severity was measured using NSSI-FS, experiential avoidance was measured using AAQ-II, and hope was measured using AHS. Mediation analysis revealed that hope fully mediated the relationship between experiential avoidance and NSSI severity. This shows that hope plays a role in explaining the mechanism between experiential avoidance and the severity of NSSI. When individuals unwilling to engage with certain personal experiences, including uncomfortable thoughts, emotions, and internal sensations (experiential avoidance), it predicts their level of hope, which subsequently predicts the severity of NSSI behavior among emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Ihza Sania
"Pengalaman childhood emotional maltreatment dan self-compassion memiliki dampak pada kepuasan individu dalam hubungan romantisnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran dari childhood emotional maltreatment dan self-compassion terhadap kepuasan dalam hubungan romantis pada individu yang berada pada tahap dewasa awal. Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dan korelasional dengan tipe convenience sampling. Partisipan dalam penelitian merupakan 92 laki-laki dan 385 perempuan berusia 18-25 tahun di Indonesia yang sedang menjalani hubungan romantis. Alat ukur yang digunakan adalah Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (1994), Relationship Assessment Scale (1988), dan Self-Compassion Scale (2003). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa childhood emotional maltreatment dan self-compassion memiliki hubungan yang positif dan dapat memprediksi kepuasan dalam hubungan romantis pada dewasa awal (F(2,474) = 17,46, p <0,01, R2 = 0,069). Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi instiusi terkait untuk melakukan psikoedukasi mengenai bahaya dan dampak negatif yang disebabkan oleh childhood emotional maltreatment serta pentingnya mengembangkan self-compassion yang memiliki dampak positif pada kepuasan hubungan romantis individu.

Childhood emotional maltreatment experiences and self-compassion in children have an impact on their romantic relationship satisfaction when entering the emerging adulthood phase. This study was conducted to examine the role of childhood emotional maltreatment and self-compassion in romantic relationship satisfaction among emerging adults. This study uses quantitative and correlational research methods with convenience sampling type. Participants of the study consist of 92 men and 385 women, age 18-25 years old in Indonesia who are currently in romantic relationship. The instruments used in the study are Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (1994), Relationship Assessment Scale (1988), and Self-Compassion Scale (2003). The result of multiple regression indicates that childhood emotional maltreatment and self- compassion fully have a positive relationship and can predict romantic relationship satisfaction of emerging adul (F(2,474) = 17,46, p <0,01, R2 = 0,069). This can be a consideration for related institutions to conduct psychoeducation about the dangers and negative impacts caused by childhood emotional maltreatment and the importance of developing self-compassion that has a positive impact on individual romantic relationships."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Emanuella Setyani
"Childhood emotional maltreatment ditemukan menjadi faktor risiko bagi resiliensi mahasiswa baru. Padahal, mahasiswa baru membutuhkan resiliensi agar mereka dapat menyesuaikan diri di perguruan tinggi dengan lebih baik. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencari suatu faktor protektif yang dapat menguatkan resiliensi pada mahasiswa baru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran moderasi perceived social support dalam hubungan childhood emotional maltreatment dan resiliensi. Partisipan terdiri dari 206 mahasiswa baru dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Resilience Scales for Adults (RSA), Childhood Trauma Questionnaire (CTQ), dan Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived social support tidak memoderasi hubungan antara childhood emotional maltreatment dan resiliensi pada mahasiswa baru (β = 0.0014, t (206) = 0.1313, p > 0.05). Hasil penelitian juga menemukan bahwa childhood emotional maltreatment berpengaruh pada resiliensi (β= -1.2628, t(206)= -2.0266, p < 0.05) dan begitu pula perceived social support (β = 1.3070, t (206) =3.5226, p < 0.05). Dapat disimpulkan bahwa childhood emotional maltreatment dan perceived social support masing-masing berpengaruh pada resiliensi, namun perceived social support tidak ditemukan memoderasi hubungan childhood emotional maltreatment dan resiliensi pada mahasiswa baru.

The experience of emotional maltreatment in childhood was found to be a risk factor for first-year college students’ resilience while first-year college students need resilience in order to adjust to college better. Therefore, it is very important to look for a protective factor that can strengthen the resilience in first-year college students. This study aims to analyze the moderating role of perceived social support in the relationship between childhood emotional maltreatment and resiliency. Participants in this study consist of 206 first-year college students from all universities in Indonesia. The measuring instruments of this study are Resilience Scales for Adults (RSA), Childhood Trauma Questionnaire (CTQ), dan Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS). The result shows that perceived social support does not moderate the relationship between childhood emotional maltreatment and resiliency among first-year college students (β = 0.0014, t (206) = 0.1313, p > 0.05). This study also found that childhood emotional maltreatment has an effect on resiliency (β= -1.2628, t (206) = -2.0266, p < 0.05) and so does perceived social support (β = 1.3070, t (206) =3.5226, p < 0.05). It can be concluded that childhood emotional maltreatment and perceived social support each have an effect on resilience, but perceived social support was not found to moderate the relationship between childhood emotional maltreatment and resilience in first-year college students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Adhandayani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan konformitas dan trait impulsif sebagai mediator dalam hubungan trait ekstraversi terhadap kecenderungan pembelian impulsif secara daring dalam populasi dewasa muda. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional, retrospektif dan non-eksperimental. Karakteristik partisipan penelitian ini adalah orang berusia 20-40 tahun, sudah berpenghasilan, memiliki gawai, dan pernah melakukan pembelian daring minimal 1 kali. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur keempat variabel dalam penelitian ini adalah International Personality Item Pool (IPIP-NEO) short version 120 item (Goldberg, 1999); Momentary Impulsive Scale (Tomko, Carpenter, Brown, Solhan, Jahng, Wood dan Trull, 2014); Conformity Scale (Mehrabian dan Stefl, 1995) yang telah diadaptasi oleh Saidah (2016) dan skala kecenderungan pembelian impulsif yang disusun Sulistiowati (2015). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 670 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi melalui program PROCESS model 4, yaitu mediasi paralel.
Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa baik konformitas maupun trait impulsif berperan secara signifikan (p < 0.01) sebagai mediator antara trait ekstraversi dan kecenderungan pembelian impulsif secara daring. Meskipun terjadi mediasi sempurna pada model yang diajukan, namun nilai koefisien jalur a dan a1 yang negatif mengakibatkan hipotesis tidak diterima karena jalur mediasi yang tidak searah. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi trait ekstraversi seseorang, maka semakin rendah konformitas dan trait impulsif yang ia miliki, sehingga berpengaruh terhadap tingginya tingkat kecenderungan pembelian impulsif secara daring pada seseorang.

This study aims to find the role of impulsive conformity and trait as a mediator in the relationship of extraversion and online impulsive buying tendency in early adulthood. This research is a quantitative study with a cross-sectional, retrospective and nonexperimental design. Characteristics of the participants of this study were people aged 20-40 years, had income, had a device like smartphone or laptop, and had made purchase at online stores at least once. The instrument used to measure the four variables in this study are 120 items-short version of the International Personality Item Pool (IPIP-NEO) (Goldberg, 1999); Momentary Impulsivity Scale (Tomko, Carpenter, Brown, Solhan, Jahng, Wood and Trull, 2014); Conformity Scale (Mehrabian and Stefl, 1995) which has been adapted by Saidah (2016) and the Impulsive Buying Tendency Scale compiled by Sulistiowati (2015). Participants in this study amounted to 670 people. This study using PROCESS as a regression analysis in model template 4 to analyze simple mediation or parallel mediation model.
Based on the results, it was found that both conformity and impulsivity trait had a significant role (p < 0.01) as mediators between extraversion trait and the online impulsive buying tendency. Despite of model is perfect mediation, the model is not supported by hypothesis. It caused by negative score in coefficient value on proposed model. Accordingly, this model can be interpreted as the higher the extraversion in people, the lower the conformity and impulsivity trait they had, so it influences the high level of online impulsive buying tendency on them.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52896
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Maharani Octavia
"Depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental dengan kasus yang paling banyak muncul pada individu dewasa muda. Di masa ini individu harus melewati banyak tuntutan perkembangan yang dapat memberikan tekanan dan distress psikologis. Childhood maltreatment yang dapat muncul dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan emosional, pengabaian fisik, dan pengabaian emosional sebelumnya telah terbukti dapat menjadi faktor risiko dari depresi yang dialami oleh individu dewasa muda. Pada penelitian ini, penulis bertujuan untuk menguji kemampuan childhood maltreatment dalam memprediksi kemunculan depresi pada individu dewasa muda. Penulis mendapatkan 192 partisipan yang berusia 18–25 tahun yang tersebar di 19 provinsi yang ada di Indonesia. Depresi diukur menggunakan The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25) dan childhood maltreatment diukur menggunakan Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF). Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa childhood maltreatment berperan secara signifikan terhadap kemunculan depresi pada individu dewasa muda (R² = 0,382, F(1, 190) = 117,616, p < 0,05). Penulis melakukan diskusi dan memberikan saran pada bagian akhir skripsi.

Depression is one of the most prevalent mental health disorders affecting young adults. During this stage, individuals must navigate numerous developmental demands that can lead to psychological pressure and distress. Childhood maltreatment, which manifest as physical abuse, sexual abuse, emotional abuse, physical neglect, and emotional neglect, has been established as a risk factor for depression experienced by young adults. The current study aims to assess the predictive ability of childhood maltreatment regarding the presence of depression in young adults. The study included 192 participants aged 18–25 years, distributed across 19 provinces in Indonesia. Depression was measured using The Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), while childhood maltreatment was assessed using the Childhood Trauma Questionnaire-Short Form (CTQ-SF). The results of linear regression analysis indicate that childhood maltreatment significantly contributes to depression in young adults (R² = 0.382, F(1, 190) = 117.616, p < 0.05). The author concludes with discussions and provides suggestions at the end of the thesis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haiti Maria Esterlita
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mediasi dari trait extraversion terhadap hubungan antara locus of control internal dan kelekatan pada organisasi. Menggunakan teori conversation of resource sebagai pedoman, individu dengan LOC internal akan lebih termotivasi untuk memperoleh sumber daya (jaringan sosial) yang diperlukan dalam pekerjaan, yang membuat mereka menampilkan trait extraversion agar dapat memperoleh sumber daya yang luas, dan pada gilirannya memaksa mereka tetap bekerja di organisasi untuk mempertahankan sumber daya tersebut. Data diperoleh dari karyawan berbagai organisasi di Jabodetabek (N=273) dan dianalisis menggunakan macro Hayes PROCESS pada SPSS v. 20. Hasil menunjukkan bahwa terdapat efek tidak langsung yang signifikan dari LOC internal pada kelekatan pada organisasi melalui trait extraversion (indirect effect = -0.005, SE = 0.002, CI = [-0.010, -0.002]). Implikasi secara teoretis dan praktis akan dibahas dalam penelitian ini.

This study aims to investigate the mediating effect of trait extraversion on the relationship between locus of control internal and job embeddedness. Drawing from conservation of resources theory, an individual with internal LOC will be more motivated to acquire resources needed for the job, which force them to be extraverted in order to acquire greater resources, and subsequently will force them to stay in their current organization to maintain the acquired resources. Data were collected among employees from various organizations in Jakarta and its surroundings (N=273) and were analyzed using the Hayes PROCESS macro on SPSS v. 20. The results showed that extraversion mediated the relationship between internal LOC and job embeddedness, as the indirect effect of internal LOC on job embeddedness via trait extraversion was found significant (indirect effect = -0.005, SE = 0.002, CI = [-0.010, -0.002]). Theoretical and practical implications were discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsya Lidya Mayori
"Perselisihan dan pertengkaran menjadi penyebab terbanyak perceraian pasangan di Indonesia. Penyebab ini tidak lepas dari komunikasi tidak lancar yang dapat disebabkan oleh Adverse Childhood Experience (ACE). Salah satu upaya yang dapat mengatasi dampak tersebut dan meningkatkan relationship satisfaction adalah melalui dyadic coping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran dyadic coping dalam menjelaskan hubungan ACE terhadap relationship satisfaction. Partisipan penelitian ini adalah 260 dewasa muda terdiri atas 204 perempuan dan 57 laki-laki yang sudah menikah dan menetap di Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Adverse Childhood Experience-Questionnaire, Dyadic Coping Inventory dan Relationship Assessment Scale. Hasil penelitian menemukan bahwa dyadic coping dapat memediasi secara parsial dampak negatif ACE terhadap kepuasan hubungan pasangan yang menikah. Dimensi dyadic coping seperti supportive DC, negative DC, dan common DC juga ditemukan dapat memediasi secara parsial dampak ACE terhadap relationship satisfaction.

Persistent conflicts and arguments are the leading causes of divorce in Indonesia. These disputes often result from poor communication, which can be linked to adverse childhood experiences (ACE). One effective approach to mitigate these impacts and enhance relationship satisfaction is through dyadic coping. This study aims to examine the mediating role of dyadic coping in the relationship between ACE and relationship satisfaction. The participants were 260 married young adults which consist of 207 women and 57 men residing in Jabodetabek. The measurement tools used were the Adverse Childhood Experience-Questionnaire, Dyadic Coping Inventory, and Relationship Assessment Scale. The results found that dyadic coping can partially mediate the negative impact of ACE on relationship satisfaction among married couples. Dyadic coping dimensions such as supportive DC, negative DC, and common DC has been found significant and can also partially mediate the relationship between ACE and relationship satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Ramandha
"Dewasa muda menggunakan teknologi komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk untuk menjalin hubungan romantisnya. Namun, teknologi digital kemudian berpotensi menjadi sebuah wadah untuk melakukan kekerasan terhadap pasangan, dikenal sebagai cyber intimate partner aggression (CIPA). Berdasarkan penelitian sebelumnya, CIPA dapat diprediksi oleh adverse childhood experience (ACE). ACE dipercaya berpotensi memunculkan early maladaptive schema (EMS) pada individu yang kemudian meningkatkan kemungkinan melakukan CIPA. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa skema domain yang paling berpengaruh antara hubungan ACE dan CIPA adalah disconnection & rejection. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat peran mediasi domain disconnection & rejection, secara keseluruhan dan masing-masing skema di dalamnya, dalam hubungan antara cyber intimate partner aggression dengan adverse childhood experience. Partisipan pada penelitian ini adalah 941 dewasa muda yang pernah atau sedang menjalani hubungan romantis dan berdomisili di Indonesia. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa perilaku cyber intimate partner aggression dapat diprediksi secara signifikan dan positif oleh adverse childhood experience (β=.084, SE=.016 p <.001). Selanjutnya, skema domain disconnection & rejection secara keseluruhan dapat memediasi hubungan tersebut secara signifikan. Dari lima skema yang ada, skema abandonment dan skema mistrust/abuse yang dapat secara signifikan memediasi hubungan yang ada. Implikasi hasil penelitian dibahas lebih lanjut.

Young adults use communication technology in their daily lives, including to establish romantic relationships. However, communication technology potentially creates a new platform for violence against partner, known as cyber intimate partner aggression (CIPA). Based on previous research, CIPA can be predicted by adverse childhood experience (ACE). ACE is believed to have the potential to cause early maladaptive schema (EMS) in individuals which then increases the likelihood of performing CIPA. Previous research found that the most influential domain scheme in the relationship between ACE and CIPA was disconnection & rejection. Therefore, this study was conducted to examine the mediation role of the disconnection & rejection domain, as a whole and separately for each schema in the domain, in the relationship between cyber intimate partner aggression and adverse childhood experience. Participants in this study were 941 young adults who had or are currently in a romantic relationship and domiciled in Indonesia. The results indicate that the behavior of cyber intimate partner aggression can be significantly and positively predicted by adverse childhood experience (β=.084, SE=.016 p <.001). Furthermore, the overall disconnection & rejection domain schema can significantly mediate the relationship. Out of the five existing schemas, the abandonment schema and the mistrust/abuse schema could significantly mediate the existing relationship. Research implications discussed further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Son Kow
"Dalam tempat kerja, karyawan biasanya akan dihadapkan dengan masalah moral. Karyawan sering kali menggunakan standar sosial untuk mengurangi ambiguitas. Prinsip-prinsip etika serta aturan yang berlaku dapat memandu karyawan dalam membuat pilihan dan bertindak saat mengatasi masalah moral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral dan dimoderasi oleh conscientiousness. Trait kepribadian conscientiousness diperkirakan akan memperkuat hubungan antara konsensus sosial dengan penilaian moral seseorang. Individu yang tinggi pada tingkat conscientiousness cenderung memiliki karakteristik yang berkomitmen, teratur, dan berhati-hati dalam bertingkah laku. Terdapat 375 karyawan yang terlibat dalam penelitian ini dan hasil korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsensus sosial dan penilaian moral. Namun, hasil analisis moderator menunjukkan bahwa conscientiousness tidak memoderasi hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral individu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>