Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188509 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifah Lintang Prameswari
"Saat ini, tempat istirahat menjadi fasilitas penting dalam perjalanan antarkota, terutama di jalan tol. Semakin jauh jarak yang dapat ditempuh seseorang dengan mobil, maka semakin tinggi pula permintaan akan fasilitas pariwisata. Oleh karena itu, kehadiran rest area dapat membantu mengurangi angka kecelakaan dan menyediakan tempat peristirahatan yang nyaman. Definisi dan kebutuhan akan fasilitas tersebut juga menjadi lebih luas. Hal ini mencakup kebutuhan untuk parkir, beristirahat, atau mengisi bahan bakar dan fasilitas pendukung seperti tempat belanja, kuliner, dan ruang komunal bagi masyarakat untuk bertemu dan berinteraksi. Selain itu, studi terkait penataan ruang menjadi salah satu faktor dalam menentukan pengalaman seseorang dalam ruang. Dimana mereka biasanya juga memastikan terlebih dahulu bahwa mereka akan mendapatkan pengalaman yang membuat mereka merasa nyaman atau aman melalui kesan pertama, yang kemudian berhubungan dengan perilaku pemilihan ruang masyarakat. Dengan melakukan studi komparatif, tulisan ini berhasil membandingkan bagaimana rest area km 166A dan km 456B memberikan jenis pengaturan ruang yang berbeda yang mempengaruhi bagaimana orang mengalami, mempersepsikan ruang dan komunalitas ruang di dalamnya. Dengan menganalisis komponen substansial dari tapak yang ada, aksesibilitas parkir, dan spesifikasi fasilitas utama, serta komponen spasial dari konfigurasi ruang, jenis jalur, dan bentuk ruang. Dengan demikian, penelitian ini menemukan hubungan antara fungsi yang ditawarkan dan bagaimana tata ruang yang berbeda yang digunakan menghasilkan beberapa skenario pengguna. Yang secara umum dapat didefinisikan sebagai pengalaman yang serba cepat untuk km 166 dan pengalaman yang serba lambat untuk km 456.

Nowadays, rest areas are an important facility in intercity travel, especially on toll roads. The longer the distance someone can travel by car, the higher demand for tourism facilities will also be created. Therefore, the presence of a rest area can help reduce the number of accidents and provide a comfortable resting stop. The definition and need for such facilities are also becoming broadly interpreted. This includes the need to park, rest, or refuel and supporting facilities like shopping, culinary, and communal spaces for people to meet and interact. In addition to that, studies related to spatial arrangement become one of the factors in determining a person's experience in space. Where they usually also ensure in advance that they will receive an experience that makes them feel comfortable or safe through their first impression, which then relates to people's space choice behaviour. By conducting a comparative study, this paper successfully compares how km 166A and km 456B rest areas provide different types of spatial arrangements that affect how people experience, perceive space and the communality of space within them. Through analysing the substantial components of their existing site, accessibility of parking, and main facilities specification, as well as the spatial components of space configuration, types of path, and form of spaces. Thus, the study found a relationship between the functions offered and how different spatiality’s used resulted in several users scenarios. Which can generally defined as a fast-paced experience for km 166 and a slow-paced experience for km 456."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Kristianto
"ABSTRAK
Performa logistik Indonesia di tahun 2018 berada di peringkat ke-46 di dunia, dan ke-5 di wilayah ASEAN, dengan sub-indikator infrastruktur berada di peringkat dua terbawah dari enam sub-indikator lainnya. Pemerintah menambahkan 200 kilometer ruas tol baru ke jalan tol Trans-Jawa dengan total panjang 700 kilometer. Ruas tol ini akan dilengkapi dengan 61 tempat istirahat (rest area) sepanjang jalan. Di libur Idul Fitri, ketika lalu lintas meningkat hingga 460%, tempat istirahat menjadi penuh, mengakibatkan kemacetan di ruas tol. Dalam penelitian ini, metode optimasi programa linear integer digunakan untuk memodelkan tata letak area parkir untuk menentukan sudut parkir yang optimal serta jumlah lot parkir. Fungsi tujuan adalah memaksimalkan kapasitas area parkir. Variabel penentu adalah jumlah basris parkir (Xet,θ, Xep,θ, Xe,θ, Xip,θ, Xi,θ) dan jumlah kendaraan parkir (Net,θ, Nep,θ, Ne,θ, Nip,θ, Ni,θ), dengan keduanya berdasarkan pada lima sudut parkir yang berbeda (0°, 30°,45°,60°,90°). Variabel pembatas yaitu lebar area parkir (W), panjang (L) dan panjang area di bagian tengah (L) dan pembatas non-negatif. Penelitian dilakukan di tempat istirahat Km 207a tol Palikanci. Area parkir saat ini dibagi menjadi 15 area untuk dapat dimodelkan. Hasil optimasi menunjukkan bahwa programa linear integer dapat meningkatkan kapasitas parkir, dari 41 ke 105 bus/truk dan 258 ke 473 mobil.

ABSTRACT
Indonesias logistic performance index in 2018 was ranked 46th in the world, and 5th in the ASEAN region, with the infrastructure sub-indicator was the second lowest of six others. The government added new 200 to the 760 kilometres Trans-Java toll road. It will be equipped with 61 rest areas along the road. In Eid al-Fitr holiday, where traffic increased up to 460%, rest areas were full, resulting in heavy congestion. In this research, Integer Linear Programming (ILP) is used to model the parking layout to determine the optimal parking angle and the parking lot number. The objective is to maximize the parking area capacity. The decision variables are the number of parking rows (Xet,θ, Xep,θ, Xe,θ, Xip,θ, Xi,θ) and the number of parking vehicles (Net,θ, Nep,θ, Ne,θ, Nip,θ, Ni,θ) both based on five parking angles (0°, 30°,45°,60°,90°). The constraints are the width of the parking lot (W), the length (L), and length of area in the middle line (L) and non-negative constraints. The study was conducted at rest area km 207A in Palikanci toll road. The existing parking area was divided into 15 areas to fit the model. The result showed that Integer Linear Programming can enhance the parking capacity, from 41 to 105 buses/trucks and 258 to 473 cars
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilang Satria Perdana
"ABSTRAK
Green Public Procurement (GPP) adalah suatu proses dimana otoritas publik berusaha untuk melakukan pengadaan barang, jasa, dan pekerjaan dengan dampak lingkungan yang berkurang sepanjang siklus hidupnya jika dibandingkan dengan fungsi yang sama dengan tanpa mengimplementasikannya. Konsep GPP diharapkan dapat meningkatkan kualitas penyedia fasilitas dengan kriteria yang ada secara berkelanjutan. Pemerintah terus mengevaluasi dan mengembangkan infrastruktur logistik dengan membangun berbagai sarana dan prasarana, salah satunya adalah dengan membangun ruas Tol Trans-Jawa dengan total panjang lebih dari 1000 kilometer. Ruas tol ini akan dilengkapi dengan 61 tempat istirahat (rest area) sepanjang jalan. Rest area pada ruas tol Indonesia dibagi menjadi 3 jenis dan tipe untuk kebutuhan yang berbeda-beda. Butuh pengembangan kriteria penyedia fasilitas rest area serta penilaian bagi penyedia fasilitas yang sudah ada. Pemilihan kriteria menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process) dan penilaian serta segmentasi menggunakan metode TOPSIS (Technique for Order of Reference by Similarity to Ideal Solution). Penggunaan AHP menghasilkan bobot kriteria dan subkriteria yang akan dibagi menjadi dua segmentasi yang dilakukan oleh narasumber. Metode TOPSIS menghasilkan penilaian untuk setiap penyedia fasilitas rest area serta urutan bagi setiap segmen. Hasil akhir dari penelitian berupa bobot terbesar dari kriteria dan subkriteria serta segmentasi dan pengembangan bagi setiap penyedia fasilitas.

ABSTRACT
Green Public Procurement (GPP) is a process where public authorities seek to source goods, services, or works with a reduced environmental impact if compared to the same system that using the common process. GPP concept are expected to uptake the quality of the vendors sustainably. Indonesias government is still evaluating and improving logistic infrastructure by building various infrastructure, with building Trans-Jawa toll road, with a total distance more than 1000 kilometers. This toll road will be added with 61 rest areas along the road. Rest areas in Indonesias toll road are divided into three types depending on the needs of themselves. It is needed to improve the criteria of the rest areas vendors and assessment of the existing vendors. Criteria selection using AHP (Analytic Hierarchy Process) method and assessment and segmentation using TOPSIS (Technique for Order of Reference by Similarity to Ideal Solution) method. AHP method will provide weight for each criterion and subcriterion that will be divided into two segmentations constructed by the interviewees. TOPSIS method will provide assessment for each rest area supplier and sequence for each segment. Final results from the research are the largest weight from the criteria and subcriteria also segmentation and improvement for supplier.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Luthfiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses terbentuknya sense of place pengunjung dan pengaruhnya terhadap perilaku repeat visitation pada ruang terbuka publik di Kota Bekasi. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi lapangan, serta data sekunder yang diambil melalui studi literatur yang bersumber dari berbagai instansi terkait. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik analisis fenomenologi untuk memahami dan menggali pengalaman individu terhadap kunjungan ruang terbuka publik di Kota Bekasi. Selain itu, teknik analisis konten juga digunakan untuk mencari intisari dari tiap-tiap data sekunder yang digunakan. Hasil penelitian menjukkan bahwa sense of place pengunjung terbentuk berdasarkan pengalaman dan pemaknaan oleh pengunjung terhadap ruang rekreasi. Ketika pengunjung memiliki pengalaman yang mudah diingat meliputi karakteristik tempat serta kunjungan yang mengesankan, pengunjung akan merasakan kepuasan yang dapat membangun hubungan keterikatan dengan ruang rekreasi. Sense of place juga dapat terbentuk ketika suatu ruang rekreasi memiliki keunikan dan ciri khasnya serta mampu memenuhi kebutuhan rekreasi pengunjung. Terpenuhinya motivasi kunjunan rekreasi serta karakteristik tempat yang melahirkan kepuasan bagi pengunjung dapat menuntun pada fenomena kunjungan berulang atau repeat visitation.

This research aims to determine and analyze the process of forming visitors' sense of place and its influence on repeat visitation behavior in public open spaces in Bekasi City. Primary data was obtained through in-depth interviews, field observations and documentation, as well as secondary data taken through literature studies sourced from various related agencies. The research method used in this research is a qualitative method with phenomenological analysis techniques to understand and explore individual experiences of visiting public open spaces in Bekasi City. Apart from that, content analysis techniques are also used to find the essence of each secondary data used. The research results show that visitors' sense of place is formed based on visitors' experiences and meaning of the recreation space. When visitors have a memorable experience including the characteristics of the place and a memorable visit, visitors will feel satisfaction which can build a relationship of attachment to the recreation space. A sense of place can also be formed when a recreation space has unique and distinctive characteristics and is able to meet visitors' recreational needs. The fulfillment of motivation for recreational visits and the characteristics of places that create satisfaction for visitors can lead to the phenomenon of repeat visits."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cyntia Claudia
"Tulisan ini membahas mengenai ruang transit merupakan bagian yang penting saat ini pada kota kontemporer yang muncul dari ruang-ruang pergerakan oleh mobilitas masyarakat urban. Ruang transit merupakan ruang yang berada di antara asal dan tujuan, dihidupi dan disinggahi dalam waktu sementara. Sayangnya, ruang ini kurang didesain sebagai ruang yang penting, dimana memungkinkan segala aktivitas manusia untuk muncul dan berkembang. Hal ini dikaji lewat keberadaan ruang transit saat ini serta pemaknaannya oleh para pengguna. Keberadaan ruang transit mencakup fungsi ruang dan bagaimana ruang digunakan. Sedangkan pemaknaan dilihat lewat aktivitas yang aktor lakukan, penggunaan rambu maupun tanda, serta motivasi interaksi. Sehingga dengan mengaitkan keseluruhan elemen tersebut dapat dihasilkan analisis yang komprehensif terhadap keberadaan ruang transit dan pemaknaannya.
Berdasarkan studi kasus yang dibahas, fungsi utama ruang transit sebagai ruang sirkulasi dan pergerakan tetap menjadi yang terutama. Tetapi, ruang transit ternyata juga dimaknai lebih dari itu lewat kemunculan aktivitas yang berkembang saat terdapat aksi pause dan stop. Hal ini menunjukkan adanya motivasi lain yang terbentuk. Hanya saja, saat ini ruang-ruang ini kurang memberikan kualitas yang sepadan untuk pemaknaan di luar sirkulasi sehingga munculnya interpretasi berbeda untuk rambu dan tanda pada ruang transit untuk mendukung aktivitas tersebut.

Nowadays, transit space has a very important role in the contemporary city which is appeared from space of movement by urban society's mobility. Transit space is a space located in between the arrival and destination point, lived and stayed for a temporary period. Unfortunately, this space lacks of design intentions as a potential space which allows all human activities to develop. This concern is assessed through the existence of the current transit space and synthesizing its meaning. These are done by examining the function and how it is used, while the meaning seen through the actor's activities, the use of signs or marks, and motivational interactions. So that by linking all the elements, a comprehensive analysis of the existence of transit space and its significance can be produced.
Based on the case studies discussed, the primary functions of the transit space as circulation and movement space remain still. However, the transit space is also interpreted more than that. It is proven from the variety of activities which emerge when there is any pause and/or stop action. However, current transit space does not provide the quality that meets for other activities outside circulating, thus reinterpretation towards sign or elements that inhabit the transit space is unavoidable.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivon Lestari
"Ruang terbuka sebagai salah satu elemen penting untuk membentuk kota, sehingga direncanakan setiap kawasan perkotaan memiliki ruang terbuka publik untuk masyarakatnya. Pada tahun 2010, Kota Baubau melakukan reklamasi pantai untuk dibangun kawasan Kotamara. Berkembangnya kawasan Kotamara berpengaruh pada ramainya aktivitas masyarakat di kawasan ini. Seiring dengan itu, juga menimbulkan banyaknya pedagang kaki lima yang berdagang di kawasan ini. Akibatnya, keberadaan pedagang kaki lima semakin banyak menempati ruang kawasan Kotamara dan menggunakan ruang-ruang yang ada secara tidak terencana untuk kepentingan usaha para pedagang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ruang pemanfaatan dan pola spasial ruang pemanfaatan oleh pedagang kaki lima (PKL) di ruang terbuka publik kawasan Kotamara, Kota Baubau. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis overlay, tabulasi dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik ruang pemanfaatan di ruang terbuka publik kawasan Kotamara secara umum diperuntukkan untuk aktivitas masyarakat (rekreasi, olahraga, perkantoran, dan sebagainya) dan secara khusus diperuntukkan untuk pedagang kaki lima sebagai lokasi berdagang. Karakteristik ruang pemanfaatan dibagi berdasarkan tiga segmen, masing-masing segmen memiliki ketersediaan fasilitas yang berbeda. Pola spasial ruang pemanfaatan oleh pedagang kaki lima yang terbentuk dari pola aktivitas pedagang kaki lima berdasarkan ketersediaan fasilitas dan lokasi kegiatan pengunjung menghasilkan pola spasial ruang pemanfaatan oleh PKL umumnya berbeda pada setiap segmen.

Open space is one of the important elements to shape a city, so it is planned that every urban area has public open space for its people. In 2010, the City of Baubau carried out a beach reclamation to build the Kotamara area. The development of the Kotamara area affects the bustling community activities in this area. Along with that, it also raises the number of street vendors who trade in this area. As a result, the presence of street vendors is increasingly occupying the space of the Kotamara area and using the existing spaces unplanned for the business interests of the traders. This study aims to determine the characteristics of utilizational place and the spatial patterns of utilizational place by street vendors (PKL) in public open spaces in the Kotamara area, Baubau City. The approach used in this research is qualitative with overlay analysis, tabulation, and descriptive analysis. The results showed that the characteristics of the utilizational place in public open spaces in the Kotamara area were generally intended for community activities (recreation, sports, offices, etc) and specifically for street vendors as trading locations. The characteristics of the utilizational place are divided into three segments, each segment has a different availability of facilities. Spatial patterns of utilizational place by street vendors which is formed from the activity pattern of street vendors based on the availability of facilities and the location of visitor activities results in the pattern of utilizational place by street vendors generally differing in each segment."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagita Devi
"Gejala suburbanisasi atau urban sprawl menjadikan kawasan perkotaan meluas secara acak dan tidak terkendali ke kawasan di sekitar kota. Hal ini menyebabkan kawasan terbangun menjadi lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan penduduk sehingga jarak pergerakan yang harus ditempuh penduduk kota menjadi lebih panjang. Hal ini menyebabkan meningkatnya ketergantungan penduduk yang tinggal di pinggiran kota terhadap kendaraan pribadi yang akhirnya menyebabkan masalah lain seperti kemacetan lalu lintas, peningkatan konsumsi energi, hilangnya waktu karena terlalu lama berada di perjalanan bagi penduduk komuter, semakin sedikitnya lahan untuk berjalan kaki dan bersepeda, serta pencemaran udara yang menurunkan kualitas ruang kota.
Sebagai jalan keluar, diperlukan peningkatan terhadap fasilitas transportasi umum yang ada sehingga penduduk dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap kendaraan pribadi dan beralih menggunakan transportasi umum. Untuk mempermudah penduduk mencapai lokasi yang mereka tuju, terciptalah modamoda transportasi yang menjadi titik pertemuan beberapa angkutan umum yang ada. Selain itu, konsep penataan kota dengan sistem TOD (Transit Oriented Development) juga dikembangan dengan mengutamakan perbaikan di sekitar titik transit sehingga menjadi ruang publik yang nyaman.
Area transit yang menjadi ruang publik kota menjadi sebuah tempat berkegiatan bagi penduduk kota dari berbagai latar belakang. Permasalahan yang terjadi adalah seringkali terjadi privatisasi terhadap bagian dari ruang transit yang seharusnya menjadi ruang publik. Selain itu seringkali terdapat disorder seperti penyalahgunaan fungsi ruang dan penempatan sesuatu yang tidak pada tempatnya sehingga membuat ruang transit menjadi tidak teratur dan tidak nyaman bagi para penggunanya.

Suburbanisation or urban sprawl makes urban areas expanded randomly and uncontrolled into the region around the city. It causes the built area becomes greater than the population growth rate, so the distance of movement of city dwellers becomes longer. This led to the increasing dependence on private vehicles for the people who are living in the suburbs, that eventually lead to another problems such as traffic congestion, increased energy consumption, loss of time due to spending long hours in travel for commuter population, the least land for walkers and cyclists, as well as air pollution that degrade the quality of urban space.
As a way out, we need some improvements to the existing public transport facilities so that people switch to using public transportation and reduce their dependence on private vehicles. To facilitate the population reaching their destination, there are some modes of transportation which become a meeting point of several public transportations. In addition, the concept of urban settlement system with TOD (transit Oriented Development) is also developed by giving priority to transit improvements that it becomes a comfortable public space.
Transit area as a public space in the city becomes a place to do some activities for the city residents from different backgrounds. But, in public space, there are many people who place their private space in public space, and make that space as disorder space. In addition, there are also some disorder such as the transition function of space and the placement of something that is not in its place and make a transit area become irregular and inconvenient for its users.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Andi Sutrisno Putro
"Faktor manusia merupakan faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan kendaraan di hampir seluruh bagian dunia. Meskipun demikian, analisis menganai faktor-faktor lain yang juga menyebabkan kecelakaan menarik untuk diteliti. Analisis mengenai faktor-faktor lain yang juga menyebabkan kecelakaan menarik untuk diteliti. Tesis ini menyajikan analisis ntuk memastikan apakah jumlah kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan dan tingkat utilisasi tempat istirahat berpengaruh terhadap jumlah kecelakaan di ruas Tol Cikopo Palimanan. Penelitian juga dilakukan untuk mengkaji pengaruh jumlah kendaraan terhadap utilisasi tempat istirahat. Penelitian dilakukan terhadap kondisi lalu-lintas di seksi KM130B pada periode tertentu di dini hari (periode sering terjadinya kecelakaan) selama 13 hari selama masa liburan tahun baru 2019 dan menggunakan model regresi untuk analisis hasil data observasi. Seksi ini dianggap salah satu titik rawan kecelakaan oleh operator tol Cipali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat utilisasi tempat istirahat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah kecelakaan. Kondisi ini menunjukkan perlunya perluasan tempat istirahat untuk menurunkan tingkat utilisasi tempat istirahat untuk menurunkan jumlah kecelakaan kendaraan

Human error has been considered as the main factor of car accident in most part of the world. However, it is also interesting to analyze the impact of other factors as well. This research presents analysis to confirm whether the number of car traffic, utilization of rest area, and the average car speed affect the number of car accidents in Cikopo-Palimanan Toll Road (Cipali Toll Road) in West Java, Indonesia. The research also analyzes the effect of the number of traffic on rest area utilization at the same toll road. Observation on the traffic in the toll section KM130B is conducted during a certain period in the early morning (where and most accidents happened) for 13 days of the new year holiday season of 2019, and the observation data is analyzed using regression models. This toll section is considered as one of black spots identified by operator of Cipali Toll Road. The results show that the rest area utilization rate has a significant effect on the occurrence of car accident. This implies that bigger rest area may be needed to lower the utilization rate and thus reducing the occurrence of car accidents."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agastya Nugraha Putra
"Indonesia memiliki potensi sumber daya energi baru dan terbarukan yang besar, salah satu diantaranya adalah sumber energi surya. Teknologi yang digunakan untuk mengonversi energi surya menjadi listrik adalah sel surya. Pemasangan pembangkit listrik tenaga surya pada atap gedung-gedung diharapkan dapat meningkatkan bauran energi EBT nasional dan dapat meningkatkan efisiensi energi listrik gedung tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik energi surya pada Rest Area km 260B Banjaratma dan mengetahui pengaruh pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atap terhadap efisiensi energi listrik. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan iradiasi matahari pengukuran langsung dengan iradiasi matahari proyeksi perangkat lunak berdasarkan data historis. Perhitungan proyeksi efisiensi energi listrik menggunakan data iradiasi matahari proyeksi perangkat lunak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa karakteristik energi surya pada Rest Area km 260B Banjaratma dapat mencapai rata-rata iradiasi matahari sebesar 306 W/m2 pada hari dengan cuaca cerah berawan, namun hanya mencapai rata-rata iradiasi matahari sebesar 188 W/m2 pada hari yang terdapat cuaca hujan. Berdasarkan perhitungan, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya dapat meningkatkan efisiensi energi listrik bangunan sebesar 1,2% pada tahun pertama operasi dan terus turun hingga 0,8% pada tahun kelima beroperasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atap dapat meningkatkan efisiensi energi listrik bangunan.

To meet the energy demand, Indonesia still relies on the use of fossil fuels. The utilization of new and renewable energy is still far from the target even though Indonesia has the potential sources of new and renewable energy, such as solar energy. The technology used to convert solar energy into electricity is a solar cell. The installation of rooftop solar power plant on the buildings hopefully will increase the renewable energy ratio toward national electricity source mix and increase the electrical energy efficiency of the buildings. The objectives of this research is to determine the characteristics of solar energy in the Rest Area km 260B Banjaratma and determine the effect of installing a rooftop solar power plant on building electrical energy efficiency. This research was conducted by comparing direct measurement solar irradiation with software projected solar irradiation based on historical data. Calculation of building electrical energy efficiency projections is using data from software projection solar irradiation. Test results show that the characteristics of solar energy in the Rest Area km 260B Banjaratma can reach an average solar irradiation of 306 W/m2 on day with clear and cloudy weather, but only reach an average solar irradiation of 188 W/m2 on day with rainy weather. Based on calculation, installing a rooftop solar power plant can increase building electrical energy efficiency by 1,2% in the first year of operation and decrease to 0,8% in the fifth year of operation. Thus, it can be concluded that installing rooftop solar power plants can increase building electrical energy efficiency.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Vincentiya
"Skripsi ini mengenai hubungan antara aktor, dalam konteks ini antara stranger dengan stranger, dan aktor dengan lingkungan sekitarnya.  Dengan adanya perubahan makna dari stranger yang awalnya stranger adalah, orang yang tidak termasuk dalam lingkungan tempat seseorang tinggal, menjadi orang lain yang memiliki kesamaan umum dengan seseorang tersebut. Karena, sekarang kita berada pada tahap appearance dari spectacle, yang mana kita akan menilai sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat atau tampak, skripsi ini menggunakan teori coding appearance, yang mana aktor akan beraktivitas berdasarkan tiga hal, yaitu: lokasi (location), appearance, dan sikap (behavior). Para aktor ini akan bersikap dan membawa properti menyesuaikan dengan ruang publik (lokasi), sebaliknya ruang publik juga dapat memengaruhi aktor dalam bersikap dan properti yang dibawa. Lalu, interaksi yang terjadi antar-stranger dalam ruang publik ini dapat terlihat dari keberadaan shield of privacy yang tidak bisa dilihat secara fisik namun, dapat diukur secara keruangan.

This study focusing in the relationship between actor, in this context stranger with stranger, and actor with the surrounding. Stranger then was categorized by those who did not live in someons living territory, and now stranger categorized as the people who have the same commonness with someone. With the state of appearance in spectacle, where we judge based on what we see (what appear in front of us), this study mainly use the theory about coding appearance, where actor will act based on three things: location, appearance, and behavior. They behave (behavior) and bring property (appearance) as what supposed in that public space (location), also the public space may affect the behavior and appearance of the actor. In the same location, interaction between stranger could be seen in the existence of shield of privacy, that is not physical but it is there with a measurement in space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>