Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141870 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggiasih Sakanti
"Usia keberangkatan jemaah haji yang makin tua menempatkan mayoritas jemaah haji Indonesia dalam kelompok risiko tinggi kesehatan sebelum keberangkatan haji. Salah satu kondisi kesehatan yang memicu penyakit infeksi adalah malnutrisi (status gizi kurang atau gizi lebih). Malnutrisi dapat menurunkan imunitas dan mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti pneumonia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian penumonia di Arab Saudi. Desain penelitian kohort retrospektif dengan populasi jemaah haji Indonesia tahun 2023. Sumber data berasal dari Siskohatkes Shar’i Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan. Analisis multivariat menggunakan cox regression. Dari 173.599 jemaah haji proporsi pneumonia di Arab Saudi adalah 2,1%. Setelah dikontrol oleh jenis kelamin dan memperhitungkan variabel interaksi status gizi dan usia serta status gizi dan merokok, risiko jemaah haji dengan status gizi kurang, berusia > 60 tahun dan perokok adalah 6,89 kali (95% CI 4,91 – 8,86) untuk mengalami kejadian pneumonia di Arab Saudi dibandingkan jemaah haji dengan status gizi normal, berusia < 60 tahun dan bukan perokok. Risiko jemaah haji dengan status gizi lebih, berusia > 60 tahun dan perokok adalah 3,94 kali (95% CI 3,03-4,85) untuk mengalami kejadian pneumonia di Arab Saudi dibandingkan jemaah haji dengan status gizi normal, berusia < 60 tahun dan bukan perokok.

Due to their advanced age at the time of departure, most Indonesian pilgrims are at high risk for health problems before to the hajj. Malnutrition (under- or over-nourishment) is one of the health disorders that can lead to infectious disease. The body's defenses against infectious diseases like pneumonia might be weakened by malnutrition. Aims to ascertain the correlation between pneumonia incidence and nutritional status. Methods of this study is retrospective cohort with Indonesian hajj pilgrims’ population in 2023. The Ministry of Health's Siskohatkes Shar'i Hajj Health Center is the source of the data. Cox regression is used in analysis. Pneumonia affects 2.1% of the 173,599 pilgrims in Saudi Arabia. The risk of pneumonia incidence in Saudi Arabia is 6.89 times (95% CI 4.91 – 8.86) higher for undernourished pilgrims aged > 60 and smokers than for pilgrims with normal nutritional status, aged < 60, and non-smokers, after adjusting for sex and considering the interaction variables of nutritional status and age as well as nutritional status and smoking. Compared to pilgrims with normal nutritional status, under 60 years of age, and no smoking, the incidence of pneumonia in Saudi Arabia was 3.94 times (95% CI 3.03-4.85) higher for overweight, smokers, and older pilgrims."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Felina
"Latar belakang: Gangguan fungsi ginjal pada tahap awal sangat jarang diketahui karena belum memunculkan tanda dan gejala. Saat gangguan fungsi ginjal berkembang progresif dan muncul penyakit ginjal terminal hingga hemodialisis akan menyebabkan status kesehatan jemaah haji menjadi risiko tinggi dan dapat menjadi tidak memenuhi syarat istithaah. Perlu dilakukan evaluasi lebih awal dengan mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal seperti obesitas sentral untuk mendapatkan upaya pencegahan dan intervensi yang lebih menguntungkan.
Tujuan: Mengetahui prevalensi gangguan fungsi ginjal dan hubungan obesitas sentral dengan gangguan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji penderita DM tipe 2.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional terhadap 2.106 jemaah haji yang menderita DM tipe 2. Subyek diperoleh dari data sekunder Siskohatkes Shar'i Puskeshaji Kemenkes RI tahun 1438 H / 2017 M. Semua subyek dilakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit rujukan. Estimasi nilai LFG menggunakan persamaan CKD EPI untuk menentukan fungsi ginjal. Obesitas sentral ditentukan menggunakan indeks lemak visceral. Analisis menggunakan regresi logistik multivariat.
Hasil: Nilai rata-rata estimasi LFG 78,63 ml/menit/1,72 m2. Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2 sebesar 39,55%. Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada Jemaah haji penderita DM tipe 2 dengan obesitas sentral adalah 29,17%. Obesitas sentral berhubungan signifikan secara statistik dengan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji penderita DM tipe 2. Nilai adjusted OR sebesar 1,45 (95% CI 1,19-1,77).
Kesimpulan: Prevalensi gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2 sebesar 39,55%. Obesitas sentral berhubungan secara signifikan dengan gangguan fungsi ginjal pada jemaah haji yang menderita DM tipe 2.

Background: Impaired renal function in the early stages often not raised signs and symptoms. End-stage renal disease with hemodialysis will cause Indonesian pilgrims in high risk health status and does not meet istithaah requirements. Early detection of risk factors such as central obesity might be directed to benefit prevention dan intervention.
Objective: to estimate the prevalence of renal function impairment in type 2 DM and the association of central obesity with renal function impairment among Indonesian pilgrim with type 2 DM based on Siskohatkes shar'i 1438 H / 2017 M.
Methods: This cross sectional studi consisted of 2.106 Indonesian pilgrims with type 2 DM. The data was obtained from Siskohatkes 2017 of Pilgrimage Health Center, Ministry of Health. The variable data analyzed were creatinin serum, anthropometric, age, gender, smoking, family history of end-stage renal disease, blood pressure, HDL, LDL, trigliserida and uric acid. Renal function impairment was defined according to Chronic Kidney Disease Epidemiology Collaboration (CKD-EPI) equation to estimate Glomerulus Filtration Rate (eGFR). Central obesity was determined using visceral adiposity index (VAI). Multivariable logistic regression was used to analyze the association of central obesity and renal function impairment.
Result: The prevalence of renal function impairment in Indonesia pilgrim with type 2 DM was 39,55%. The mean of eGFR was 78,63 ml/min/1,72 m2. Central obesity was associated with renal function impairment (adjusted OR = 1,45; 95% CI 1,19-1,77).
Conclusion: The prevalence of renal function impairment in Indonesia pilgrim with type 2 DM was 39,55%. Central obesity was associated with renal function impairment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masruroh
"Ibadah haji merupakan ibadah fisik, sehingga jemaah haji dituntut untuk mampu secara jasmani dan rohani agar dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah haji dengan baik dan lancar. Hasil pemeriksaan kesehatan pada calon Jemaah haji Kabupaten Cirebon tahun 2022 menunjukkan bahwa hipertensi merupakan diagnosa penyakit tertinggi. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko hipertensi yang ditandai dengan kadar LDL yang tinggi, HDL yang rendah dan/atau trigliserida yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian hipertensi derajat 1. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua pada calon Jemaah haji yang diunggah pada Siskohatkes. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan Cox Regression. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi derajat 1 sebesar 24,28%, sedangkan prevalensi dislipidemia sebesar 43,9%. Calon Jemaah haji sebagian besar berusia kurang dari 60 tahun, berjenis kelamin perempuan, memiliki pendidikan tinggi dan bekerja, tidak merokok dan tidak minum alkohol, mengalami obesitas sentral dan tidak menderita DM. Hasil penelitian diperoleh bahwa calon Jemaah haji yang mengalami dislipidemia berisiko 1,5 kali (95%CI: 1,2-1,8) lebih tinggi untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan dengan calon Jemaah haji yang tidak mengalami dislipidemia setelah dikontrol obesitas sentral. Penelitian ini menyarankan kepada Jemaah haji untuk membatasi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan lemak trans, melakukan senam aerobik, tidak merokok, dan menerapkan pola makan rendah karbohidrat untuk mencegah dislipidemia serta rutin cek kesehatan untuk deteksi dini PTM. Diharapkan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan dapat memperbaharui Siskohatkes dan mewajibkan pemeriksaan kesehatan tahap pertama. Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon diharapkan melakukan sosialisasi terkait petunjuk teknis pemeriksaan kesehatan kepada petugas pengelola haji di Puskesmas.

Hajj is a physical worship, so pilgrims are required to be able physically and spiritually so that they can carry out the whole series of pilgrimage properly. The results of medical examinations for prospective haj pilgrims in Cirebon district in 2022 show that hypertension is the highest disease diagnosis. Dyslipidemia is a risk factor for hypertension which is characterized by high levels of LDL, low HDL and/or high triglycerides. The purpose of this study was to determine the assocaition between dyslipidemia and the incidence of grade 1 hypertension. The research design used was Cross Sectional, using secondary data from the results of the second stage of health examinations on prospective hajj pilgrims uploaded on Siskohatkes. Data analysis used the Chi-Square and Cox Regression tests. The results showed that the prevalence of grade 1 hypertension was 24.28%, while the prevalence of dyslipidemia was 43.9%. Prospective pilgrims are mostly aged less than 60 years, female, have higher education and work, do not smoke and do not drink alcohol, have central obesity and do not suffer from DM. The results of the study showed that pilgrims who had dyslipidemia had a risk of 1.5 times (95% CI: 1.2-1.8) to suffer from grade 1 hypertension compared to pilgrims who did not dyslipidemia after controlling for central obesity. This study advises pilgrims to limit their consumption of foods high in saturated fat and trans fat, do aerobic exercise, not smoke, and adopt a low-carbohydrate diet to prevent dyslipidemia and routine health checks for early detection of NCDs. It is hoped that the Hajj Health Center, Ministry of Health can renew Siskohatkes and mandatory first stage of health examination. The Cirebon District Health Office can inform technical guidelines for health examination to haj management staff at the Puskesmas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheyla Nisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi protein hewani, status gizi, dan faktor lainnya dengan kejadian anemia pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia tahun 2018. Desain penelitian menggunakan metode cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2018. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret – juli 2020. Populasi pada penelitian ini adalah wanita usia subur berusia 16 – 49 tahun di Indonesia. Total sampel sebanyak 11.250, namun yang termasuk kedalam kriteria inklusi sebanyak 4.245 sampel. Variabel yang diteliti yaitu konsumsi protein hewani, status gizi, penggunaan alat kontrasepsi, paritas, pendidikan responden, pekerjaan kepala keluarga dan wilayah tempat tinggal. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ini menyatakan prevalensi anemia pada WUS di Indonesia sebesar 21,4%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara status gizi (p = 0,031), penggunaan alat kontrasepsi (p = 0,001), paritas (p = 0,002), dan pendidikan responden (p = 0,001) dengan kejadian anemia pada WUS. Sedangkan tidak ada hubungan antara konsumsi protein hewani, pekerjaan kepala keluarga, dan wilayah tempat tinggal dengan kejadian anemia pada WUS. Untuk mengurangi angka kejadian anemia pada WUS di Indonesia, disarankan untuk dilakukan kerjasama lintas sektor dalam mengembangkan intervensi yang tepat dan memberikan intervensi khusus mengenai bahaya anemia.

This study aims to determine the relationship between animal source foods consumption, nutritional status, and other factors with anemia among women of childbearing age (CBA) in Indonesia. A cross-sectional study was conducted using data from the Riskesdas 2018 in March - July 2020. The population in this study is women of childbearing age aged 16 - 49 years in Indonesia. Data of a total CBA was 11.250 samples, and 4.245 samples were included to the analysis. The variables studied is the animal source food consumption, nutritional status, contraceptives use, parity, respondent education, occupation of head of household and type of residence. Bivariate analysis was conducted using chi square test. The results of this study stated the prevalence of anemia in CBA was 21,4%. Statistical analysis found that there was a relationship between nutritional status (p = 0,031), contraceptives use (p = 0,001), parity (p = 0,002), and respondent education (p = 0,001) with anemia among CBA. While, there is no relationship between the animal source foods consumption, occupation of head of household, and type of residence with anemia among CBA. To reduce this incidence, multisectoral cooperation is recommended to develop appropriate interventions and provide specific interventions regarding the negative impact of anemia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emy Rianti
"Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru-paru yang terjadi akibat menurunnya sistem imunitas tubuh dan biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari sampai dengan 14 hari. Sampai saat ini pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kematian pada bayi dan balita di Indonesia.
Dari data kunjungan rawat inap rumah sakit di kota Depok, kasus pneumonia menempati urutan ketiga pada balita yaitu sebesar 11,45% dan mempunyai kontribusi sebesar 7,78% penyebab kematian (urutan kelima). Sedangkan dari data kunjungan rawat jalan di Puskesmas Sawangan, prevalen pneumonia pada balita adalah sebesar 9,45%, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia. Penilaian status gizi diukur berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut umur dengan standar baku nasional di Indonesia (Keputusan Menkes RI No: 920/Menkes/SK/ VIII/2002). Variabel kovariat adalah jenis kelamin balita, umur balita, pemberian ASI eksklusif, status imunisasi, pemberian vitamin A dosis tinggi dan pendidikan ibu.
Desain penelitian menggunakan studi kasus kontrol. Kasus adalah balita umur 6 - 59 bulan yang datang berobat ke puskesmas dan dinyatakan menderita pneumonia oleh dokter dan atau petugas puskesmas terlatih, melalui peniiaian dan klasifikasi MTBS sejak Februari sampai dengan Juni 2006. Kontrol adalah semua balita yang dinyatakan tidak menderita pneumonia dan tidak menderita ISPA oleh petugas yang sama kemudian dilakukan SRS. Dengan menggunakan beberapa variabel penelitian terkait, dari hasil perhitungan rumus diperoleh besar sampel 120 dengan perbandingan kasus dan kontrol = 1 : 1, sehingga total sampei adalah 240. Data dipcroleh dari hasil wawancara, observasi dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita setelah dikontrol oleh pemberian ASI secara eksklusif dan dapat disimpulkan bahwa balita dengan status gizi baik dan mendapat ASI secara eksklusif akan terlindungi sebesar 68% dari penyakit pneumonia dibandingkan dengan balita yang status gizi kurang dan tidak mendapat ASI eksklusif. Disarankan bahwa upaya untuk menurunkan angka kematian pada balita karena penyakit pneumonia adalah dimulai dengan menurunkan angka kesakitan pneumonia, salah satu cara menurunkan angka kesakitan adalah dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aulia Rahman
"Ibadah haji merupakan ibadah yang dilaksanakan oleh umat Islam di seluruh dunia pada waktu dan tempat yang telah ditentukan. Pada tahun 2023, sebanyak 1.845.045 orang dari berbagai negara mengikuti ibadah ini dan Jemaah haji dari Indonesia sendiri berjumlah 211.386 orang. Sebagian besar aktivitas dalam ibadah haji bersifat fisik dan ditambah dengan stresor eksternal seperti cuaca panas dan terik matahari, sehingga faktor kesehatan menjadi sangat penting untuk kelancaran ibadah haji. Kriteria kesehatan jemaah haji ditentukan berdasarkan istithaah kesehatan. Pada tahun 2023, terdapat peningkatan signifikan dalam angka kematian jemaah haji dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 774 orang, dengan 43% di antaranya disebabkan oleh penyakit kardiovaskular atau berjumlah 336 jiwa. Oleh karena itu, penelitian potong-lintang dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (SISKOHATKES) untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap kematian jemaah haji Indonesia akibat penyakit kardiovaskular. Hasil uji analisis regresi logistik berganda menunjukkan bahwa usia, Jenis kelamin, indeks massa tubuh, status hipertensi, status diabetes melitus secara signifikan mempengaruhi kematian jemaah haji akibat penyakit kardiovaskular, sedangkan status merokok dan pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Hajj is a pilgrimage carried out by Muslims worldwide at a specified time and place. In 2023, a total of 1,845,045 people from various countries participated in this pilgrimage, including 211,386 pilgrims from Indonesia. Most of the activities during Hajj are physical, coupled with external stressors such as hot weather and intense sunlight, making health a critical factor for the smooth conduct of the pilgrimage. The health criteria for pilgrims are determined based on health feasibility (istithaah kesehatan). In 2023, there was a significant increase in the mortality rate of pilgrims compared to previous years, reaching 774 people, with 43% of these deaths (336 individuals) caused by cardiovascular diseases. Therefore, a cross-sectional study was conducted using secondary data from the Integrated Hajj Health Computerization System (SISKOHATKES) to determine the influence of risk factors on the mortality of Indonesian Hajj pilgrims due to cardiovascular diseases. The results of the multiple logistic regression analysis showed that age, gender, body mass index, hypertension status, and diabetes mellitus status significantly affected the mortality of pilgrims due to cardiovascular diseases, while smoking status and education level did not have a significant influence."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masitoh
"Penyakit infeksi pada balita merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani karena menjadi penyebab langsung kematian balita dan stunting. Salah satu penyebab tidak langsung dari penyakit infeksi balita adalah kerawanan pangan. Meskipun beberapa bukti saat ini menunjukkan ada hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita tetapi masih sedikit bukti yang meneliti hubungan ini di negara berpenghasilan sedang dan rendah seperti di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi pada balita di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang menggunakan data SSGI Tahun 2021. Hubungan antara kerawanan pangan dengan penyakit infeksi dikontrol oleh variabel kovariat. Analisis multivariat dilakukan menggunakan uji multiple multinomial logistic untuk memperoleh nilai OR adjusted. Hasil penelitian menunjukkan balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,367 kali, rawan pangan sedang berisiko 1,490 dan pada rawan pangan berat 1,500 kali. Begitu juga risiko untuk menderita lebih dari satu penyakit infeksi. Balita dari rumah tangga dengan rawan pangan ringan berisiko 1,685 kali, pada rawan pangan sedang 2,418 kali dan rawan pangan berat 2,596 kali. Dapat disimpulkan risiko balita untuk menderita satu penyakit infeksi maupun lebih dari satu penyakit infeksi semakin meningkat seiring dengan level kerawanan pangan rumah tangga.

Infectious diseases in toddlers are a health problem that needs to be addressed because they are a direct cause of toddlers deaths and stunting. One of the indirect causes of infant infection is food insecurity. Although some current evidence shows that there is a relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers, there is still little evidence examining this relationship in middle and low income countries such as Indonesia. Therefore this study aims to determine the relationship between food insecurity and infectious diseases in toddlers in Indonesia. The research was conducted with a cross-sectional design using SSGI data for 2021. The relationship between food insecurity and infectious diseases was controlled by covariate variables. Multivariate analysis was performed using the multiple multinomial logistic test to obtain an adjusted OR value. The results showed that toddlers from households with mild food insecurity had a risk of 1,367 times, moderate food insecurity had a risk of 1,490 and in severe food insecurity 1.500 times. Likewise, the risk of children suffering from more than one infectious disease. Toddlers from households with mild food insecurity have a risk of 1,685 times, in moderate food insecurity 2,418 times and severe food insecurity 2,596 times. It can be concluded that the risk of toddlers suffering from one infectious disease or more than one infectious disease increases along with the level of household food insecurity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfridaningrum
"Penduduk Muslim Indonesia adalah 87 dari total populasi, sehingga Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbangkan jumlah jemaah haji terbanyak di dunia. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah khususnya Puskeshaji, yaitu masalah kesehatan dan kematian jemaah. Angka kematian jemaah haji dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi kesehatan jemaah sebelum berangkat menunaikan ibadah serta insiden dan penyebab kematiannya pada tahun 2015, 2016, dan 2017. Penelitian ini memiliki rancangan observasional deskriptif menggunakan desain Cross Sectional. Proporsi jemaah haji reguler lansia yang wafat menurun dari tahun 2015 0,40 ke 2016 0,22 dan meningkat pada tahun 2017 0,32 dengan didominasi kelompok usia >=65 tahun sebanyak 49,6 - 62,5.
Tren penyebab utama kematian adalah penyakit kardiovaskular 42,4-52,9 dan penyakit saluran pernapasan 28,2-40,1. Terdapat 52,5-74,0 jemaah haji lansia yang wafat dengan status risiko tinggi MERAH, 35,6-83,3 melakukan vaksinasi meningitis meningokokkus, 18,3-53,4 melakukan vaksinasi influenza, dan hanya 0,6-3,1 yang melakukan vaksinasi pneumokokus. Diperlukan upaya dari pemerintah untuk menegaskan penerapan peraturan yang berlaku, sedangkan masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya kondisi kesehatan prima untuk melaksanakan ibadah. Dengan demikian diharapkan angka kematian jemaah haji dapat ditekan.

Indonesia 39s Muslim population constitutes 87 of the total population, which make it is being one of country that give largest number of pilgrims in the world. It becomes a challenge for the government, especially Puskeshaji, which are health problems and mortality of the pilgrims. The death rate of pilgrims in the last 3 years has increased.
The purpose of this study is to know the health condition of pilgrims before leaving for pilgrimage, incidents, and causes of death in 2015, 2016, and 2017. This research is a descriptive observational using Cross Sectional design. The proportion of regular elderly Hajj pilgrims declined from 2015 0.40 to 2016 0.22 and increased in 2017 0.32 with a predominantly 49,6 62,5 age group 65 years.
The main causes of death are cardiovascular disease 42,4-52,9 and respiratory disease 28,2 40,1. There were 52,5 74,0 of elderly pilgrims who died with high risk status of RED, 35,6-83,3 get meningococcal meningitis vaccination, 18,3-53,4 get influenza vaccination, and only 0,6-3,1 who get pneumococcal vaccination. It takes effort from the government to affirm the applicability of the prevailing regulations, while the public needs to raise awareness of the importance of excellent health conditions to perform pilgrimage. Thus it is expected that the mortality rate can be suppressed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rahmadani
"Pneumonia merupakan masalah kesehatan global yang menjadikan Indonesia salah satu negara dengan beban pneumonia tertinggi di dunia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan meningkat menjadi 2% dibandingkan sebelumnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia adalah meningkatkan cakupan imunisasi pentavalen dan pemberian ASI ekslusif secara nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan imunisasi pentavalen dan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian pneumonia pada batita. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan September – Desember 2021. Populasi penelitian adalah anak usia 9 – 36 bulan sebanyak 2.755 responden. Pengumpulan data menggunakan data sekunder SDKI tahun 2017. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 79.5% anak sudah diberikan imunisasi pentavalen dan sebanyak 52.3% anak diberikan ASI ekslusif. Hasil regresi logistik, terdapat hubungan yang signifikan antara imunisasi pentavalen dengan kejadian pneumonia pada balita (p-value=0.005). Variabel umur memiliki interaksi dengan imunisasi pentavalen terhadap pneumonia. Variabel status sosial ekonomi merupakan confounder antara hubungan imunisasi pentavalen dengan kejadian pneumonia. Diharapkan kepada pembuat kebijakan dapat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pnuemonia dan kepada pemberi pelayanan untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat pentingnya imunisasi pentavalen dalam bentuk penyuluhan atau sosialiasai mengenai pencegahan pneumonia pada anak, serta melakukan sweeping atau kunjungan rumah untuk meningkatkan cakupan imunisasi pentavalen.

Pneumonia is a global health issue, with Indonesia having one of the highest pneumonia burdens in the world. According to Riskesdas data, the prevalence of pneumonia based on health worker diagnoses increased by 2% in 2018 compared to the previous year. Increased coverage of pentavalent immunization and national exclusive breastfeeding are two of the government's efforts to reduce morbidity and mortality due to pneumonia. The goal of this study was to see if there was a link between pentavalent immunization and exclusive breastfeeding and the risk of pneumonia in toddlers. A cross-sectional design was used in this study. This study was carried out between September and December of 2021. respondents. Secondary data from the 2017 IDHS were used for data collection. According to the findings, 79.5 percent of children had received pentavalent immunization, and 52.3 percent of children were exclusively breastfed. According to the findings of logistic regression, there was a significant link between pentavalent immunization and the incidence of pneumonia in children under the age of five. The age variable interacts with pentavalent pneumonia immunization. The socioeconomic status variable is a confounder in the association between pentavalent immunization and pneumonia incidence. It is hoped that policymakers will be able to monitor and evaluate the implementation of pneumonia prevention and control, and that service providers will be able to increase public awareness of the importance of pentavalent immunization in the form of counseling or socialization regarding the prevention of pneumonia in children, as well as conduct sweeping or home visits to increase coverage of pentavalent immunization."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>