Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 222966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Devin Adiriwanto
"Di industri farmasi, dispersi partikel yang buruk dapat membahayakan kualitas produk, proses manufaktur. Dispersi partikel yang buruk dapat mengganggu proses berikutnya, seperti filtrasi, pengeringan, dan pemerasan tablet. Dispersi partikel yang buruk dapat meningkatkan kemungkinan kontaminasi terhadap produksi obat lain selanjutnya di ruangan tersebut. Dispersi partikel sangat dipengaruhi oleh aliran udara. Penempatan saluran masuk dan keluar dapat menentukan pola aliran udara di ruang bersih. Pemakaian purifier juga dapat mengurangi jumlah partikel di dalam ruangan. Penulis hendak melakukan simulasi CFD untuk menampilkan distribusi partikel, jumlah partikel yang dapat dibersihkan. Model yang digunakan untuk simulasi adalah single side down, top supply down return, top supply top return. Penambahan purifier mobile di dua lokasi berbeda akan ditinjau penulis untuk mengetahui apakah purifier memberikan dampak signifikan di Industri Farmasi. Supply yang berada di Langit langit dapat menyebabkan distribusi partikel yang tidak merata. Sedangkan supply dari sisi samping memberikan turbulensi yang lebih seimbang, sehingga sebaran partikel lebih seragam. Outlet yang diposisikan dibawah mendekati lantai akan memberikan pembersihan partikel yang tetap dan seragam. Sebaliknya, untuk outlet yang diletakan di langit langit dapat mengakibatkan distribusi partikel yang tidak merata karena partikel yang lebih berat cenderung akan tertinggal di lantai. Model yang optimal untuk mencapai distribusi partikel seragam adalah single side down. Model yang paling banyak mengurangi partikel adalah Single side Down yaitu sebesar 160.297.041 atau 49,1 %Penambahan purifier tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pengurangan partikel di ruangan produksi. Hanya mengurangi 3,9% dan 10,9%.

In the pharmaceutical industry, poor particle dispersion can compromise product quality, manufacturing processes. Poor particle dispersion can interfere with subsequent processes, such as filtration, drying, and tablet pressing. Poor particle dispersion can increase the possibility of contamination of other drug production in the area. Particle dispersion is strongly influenced by air flow. The placement of inlet and outlet ducts can determine the airflow pattern in the cleanroom. Using a purifier can also reduce the number of particles in the room. The author wants to carry out a CFD simulation to display the distribution of particles, the number of particles that can be cleaned. The model used for simulation is single side down, top supply down return, top supply top return. The author will review the addition of mobile purifiers in two different locations to find out whether the purifiers have a significant impact on the Pharmaceutical Industry. Supply located on the ceiling can cause uneven particle distribution. Meanwhile, the supply from the side provides more balanced turbulence, so that the particle distribution is more uniform. Outlets positioned below the floor will provide constant and uniform cleaning of particles. On the other hand, outlets placed on the ceiling can result in uneven particle distribution because heavier particles tend to remain on the floor. The optimal model to achieve uniform particle distribution is single side down. The model that reduces the most particles is Single side Down, namely 160,297,041 or 49.1%. The addition of a purifier does not have a significant impact on reducing particles in the production room. Only reduces 3.9% and 10.9%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The research to accelerate furosemide dissolution rate has been done through physical property modification by solid dispersion forming polyvinylpyrolidone (PVP) carrier with solvent method. Pure furosemide posses property of being practically insoluble in water and has low bioavailability. In current research, six weight ratio
of furosemide to PVP being used are 1:1; 1:3; 1:5; 1:9 and 1:15. Physical mixtures are made in equivalent weight ratio. The dissolution rate was examined by paddle method in phosphat buffer pH 5,8. Solid dispersion caracterised with in vitro dissolution
study, X-ray diffraction, infra red spectrophotometer and differential scanning calorimetric. The result shows that solid dispersion of furosemide with PVP carrier is higher compare to physical mixture dissolution rate and pure furosemide.
The ratio furosemide to PVP who has the highest dissolution rate is 1:15. The analyzing shows the existing of altering crystalline to amorphous state."
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2005
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Lisa
"Karbamazepin merupakan obat yang termasuk ke dalam Biopharmaceutical Classification System kelas dua dengan kelarutan yang rendah dan permeabilitas yang tinggi, sehingga disolusi menjadi lambat yang akan mempengaruhi absorpsi obat. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan laju disolusi karbamazepin melalui pembentukan dispersi padat menggunakan polivinil pirolidon (PVP) dan kemudian dispersi padat diaplikasikan untuk pembuatan tablet cepat hancur. Dispersi padat dibuat dengan 3 perbandingan 1:2, 1:1, 2:1. Hasil karakterisasi dispersi padat dengan FTIR menunjukkan adanya interaksi berupa ikatan hidrogen antara karbamazepin dan PVP, dan hasil uji dengan DSC serta XRD menunjukkan terjadi perubahan bentuk kristal menjadi amorf. Peningkatan laju disolusi masingmasing dispersi padat 1:2 sebesar 5,87 kali, 1:1 sebesar 5,21 kali dan 2:1 sebesar 2,73 kali dari karbamazepin standar. Evaluasi tablet cepat hancur menunjukkan bahwa formula 1, 2 dan 3 yang mengandung dispersi padat dengan konsentrasi crospovidone 10,15, dan 20 mg masing –masing memiliki kekerasan 6,67 kP; 6,69 kP; 6,44 kP, keregasan 0,37 %; 0,54%; 0,96%, waktu hancur 923,5; 792; 610,5 detik, dan waktu pembasahan 827,67; 735; 544,33 detik. Dan formulasi yang menggunakan metode dispersi padat belum memenuhi persyaratan waktu hancur dan pembasahan tablet cepat hancur.

Carbamazepine is a drug that belongs to the Biopharmaceutical Classification System class II with low solubility and high permeability, so that to decrease the dissolution which effects drug absorption. This research is intended to improve dissolution rate of carbamazepine by forming solid dispersion with polyvinyl pyrolidone (PVP) and then solid dispersion to be applied in creating fast disintegrating tablet (FDT). Solid dispersion were made with 3 ratio are 1:2, 1:1, 2:1. The characterization result of solid dispersion using FTIR showed hydrogen bonding interaction between carbamazepine and PVP, and the test result using DSC and XRD showed that there is a deformation of crystal to amorphous state. The enhancement dissolution rate each of solid dispersion 1:2 as bing as 5,87 times, 1:1 as bing as 5.21 times and 2:1 as bing as 2.73 times from carbamazepine standard. The FDT’s evaluation showed that formula 1, 2, 3 contains solid dispersion with crospovidone concentrations 10, 15, 20 mg each has 6.67kP; 6.69kP; 6.44kP of rigidity, 0.37%; 0.54%; 0.96% of friability, 923.5; 792; 610.5 seconds of in vitro disintegration time and 827.67; 735; 544.33 seconds of wetting time. And formulation that uses solid dispersion technique does not meet requirements of disintegration time and wetting time of FDT yet.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The aim of this research is to estimate dioxin/furan emission and concentration that can be used to present an altermative policy for emission reduction...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Akhidatul Solekhah
"Studi ini bertujuan menganalisis dampak COVID-19 terhadap perdagangan (ekspor dan impor) pada industri farmasi di negara anggota ASEAN. Dengan menggunakan metode Pseudo Poisson Maximum Likelihood (PPML) serta data jumlah kasus kumulatif COVID-19 dan data nilai ekspor dan impor industri farmasi selama periode Januari 2019 sampai Desember 2020, hasil estimasi menunjukkan bahwa jumlah kasus terinfeksi pada negara anggota ASEAN tidak berpengaruh terhadap nilai ekspor produk farmasi negara anggota ASEAN. Adapun di sisi impor, jumlah kasus terinfeksi COVID19 kumulatif pada negara ASEAN berdampak secara positif signifikan terhadap nilai impor produk farmasi negara anggota ASEAN.

This study aims to analysis the impact of COVID-19 on trade (exports and imports) in the pharmaceutical industry in ASEAN member countries. By using the Pseudo Poisson Maximum Likelihood (PPML) method as well as data on the cumulative number of COVID-19 cases and data on exports and imports of the pharmaceutical industry during the period January 2019 to December 2020, the estimation results show that the number of infected cases in ASEAN member countries has no effect on export value. pharmaceutical products of ASEAN member countries. On the import side, the number of cumulative COVID-19 infected cases in ASEAN countries has a significant positive impact on the import value of pharmaceutical products from ASEAN member countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurjihan Fahira
"Produk farmasi yang telah diproduksi di industri farmasi tidak akan sampai ke tangan konsumen apabila tidak disalurkan oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF). Produk narkotika dan psikotropika merupakan produk farmasi yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat. Penyalahgunaan produk narkotika dan psikotropika dapat membahayakan pengguna dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) secara khusus mengatur pengelolaan dan pendistribusian produk narkotika dan psikotropika di PBF. PBF yang diizinkan menyalurkan produk narkotika di Indonesia hanya PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD), adapun PBF yang diizinkan untuk menyalurkan produk psikotropika adalah PBF yang memenuhi persyaratan perizinan untuk menyalurkan produk psikotropika. Tugas ini disusun untuk menilai implementasi CDOB di KFTD Kantor Cabang (KC) Jakarta 1 khususnya dalam pengelolaan dan pendistribusian obat-obatan narkotika dan psikotropika. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan terlibat langsung dalam seluruh proses pengelolaan, melakukan wawancara petugas logistik, dan berdiskusi bersama pembimbing lapangan. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan dan pendistribusian produk narkotika dan psikotropika KFTD Kantor Cabang Jakarta 1 telah sesuai dengan CDOB. KFTD KC Jakarta 1 diharapkan dapat mempertahankan pengimplementasian CDOB yang sudah baik tersebut untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan konsumen

Pharmaceutical products manufactured at the pharmaceutical industries will not meet the consumers if they are not distributed by Pedagang Besar Farmasi (PBF). Narcotic and psychotropic drugs are pharmaceutical products that are supposed to treat pathological conditions related to the central nervous system. Using narcotic and psychotropic products inappropriately will harm the person using it and the surrounding. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) particularly regulates the management and distribution of narcotic and psychotropic products properly. PBF that is allowed to distribute narcotic products is only PT. Kimia Farma Trading and Distribution (KFTD). PBF that is allowed to distribute psychotropic drugs are PBF who meet the requirements to distribute psychotropic drugs. This report is conducted to evaluate the implementation of CDOB at KFTD Kantor Cabang (KC) Jakarta 1 in managing and distributing narcotic and psychotropic products. The data was taken by observing the whole process of managing and distributing the narcotic and psychotropic products, interviewing the logistic staffs, and discussing it with the supervisor. Result shows that KFTD KC Jakarta 1 have been managing and distributing narcotic and psychotropic products properly according to CDOB. KFTD KC Jakarta 1 should maintain this implementation to gain more customers' trust ."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Adinda Sarasati
"Industri farmasi di Indonesia tumbuh signifikan akibat pandemi COVID-19. Industri ini sekarang menjadi salah satu sektor prioritas nasional, dengan salah satu praktik pembangunan utama adalah mencapai Standar Industri Hijau. Penelitian ini bertujuan untuk merancang Model Pemilihan Pemasok Hijau dengan memasukkan karakteristik ekonomi dan ramah lingkungan untuk Pemasok Bahan Aktif Farmasi (API). Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menimbang kriteria dengan pendekatan Fuzzy dan Metode VIKOR untuk menentukan peringkat pemasok berdasarkan kriteria ekonomi dan ramah lingkungan. Penelitian ini menghasilkan pemeringkatan 6 pemasok untuk 2 API yang berbeda. Dengan model yang diusulkan, produsen farmasi dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan yang harus dimiliki pemasok ramah lingkungan untuk tujuan memilih pemasok ramah lingkungan yang paling sesuai.

Pharmaceutical Industry in Indonesia has grown significantly due to the COVID-19 pandemic. The industry is now becoming one of the country’s priority sectors, with one of the key development practices is to achieve Green Industry Standards. This study aims to design a Green Supplier Selection Model by incorporating the economic and green characteristics for Active Pharmaceutical Ingredients (API) Suppliers. Analytic Hierarchy Process (AHP) Method is used to weigh the criteria with a Fuzzy approach and VIKOR Method to rank the suppliers based on the weighted economic and green criteria. This research results in the ranking of 6 suppliers for 2 different APIs. With the proposed model, pharmaceutical manufacturers can have a better understanding of the capabilities that a green supplier must possess for the purpose of selecting the most suitable green supplier."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Sarkawi
"Sebagian besar bahan baku obat masih dibeli dengan dolar yang nilainya cenderung tinggi. Pada krisis ekonomi yang baru lalu, tercatat betapa besarnya pembelian bahan baku pada perusahaan farmasi (kurang lebih 90% dari total biaya produksi). Deegan menggunakan teknologi berbasis Internet, diharapkan dapat dilakukan efisiensi pada proses pembelian dan penjualan bahan baku industri farmasi ini.
Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif dengan cara melakukan pengumpulan data mengenai pelaku pada industri farmasi yang berhubungan e-Procurement bahan baku yaitu dengan melalui analisis data yang didapat dari laporan tahunan, profit perusahaan, situs institusi, wawancara dan focus group discussion. Obyek penelitiannya adalah institusi pemerintah terkait dan tiga perusahaan farmasi nasional yaitu PT. Kimia Farma, PT. Indofarma, dan PT. Kalbe Farma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya, industri farmasi di Indonesia sudah dapat melakukan e-Procurement dalam tahap yang relatif awal yaitu tidak seratus persen secara online karena masih ada beberapa proses transaksi yang harus dilakukan secara offline.
Pemerintah juga sudah terlihat menunjukkan komitmen untuk turut mendukung prosedur bisnis ini, akan tetapi masih perlu dilakukan percepatan untuk dapat mengejar ketinggalan dalam hal kesiapannya.
Perusahaan farmasi harus lebih menyiapkan diri ke arah pengintegrasian masing-masing kegiatan dan tidak menganggap Teknologi dan Informasi sebagai bagian yang terpisah dari perusahaan yang hanya menangani aspek teknologi saja melainkan mengintegrasikannya ke keseluruhan strategi bisnis perusahaan.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk meminimalisasikan investasi yang harus dikeluarkan untuk persiapan masuk kedalam e-Business melalui e-Procurement bahan baku, antara lain dengan melakukan outsourcing untuk prasarana yang diperlukan, baik piranti lunak maupun piranti keras."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Reza Juliani
"Industri Farmasi merupakan suatu perusahaan yang berbentuk badan hukum dan memiliki izin untuk melakukan kegiatan produksi atau pemanfaatan sumber daya produksi, penyaluran obat, bahan obat, dan fitofarmaka, melaksanakan pendidikan dan pelatihan, dan/atau penelitian dan pengembangan (Kemenkes RI, 2018). Semua proses yang dilakukan oleh suatu Industri Farmasi harus memenuhi persyaratan serta berpedoman pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (BPOM RI, 2018). CPOB mencakup seluruh aspek produksi salah satunya yaitu kualifikasi dan validasi. PT. Sydna Farma merupakan salah satu industri farmasi yang telah rutin melaksanakan proses kualifikasi dan validasi diantaranya yaitu kualifikasi kinerja Heating Ventilation and Air Conditioner (HVAC). Sistem HVAC merupakan sistem tata udara yang digunakan untuk mengontrol kondisi atau suhu lingkungan pada suatu ruangan atau area tertutup, baik itu bangunan, gudang, ataupun kendaraan komersial (WHO, 2018). Pelaksanaan proses rekualifikasi di PT. Sydna Farma dilakukan oleh departemen bagian validasi yang dibawahi langsung oleh bagian Quality Assurance (QA). Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama kegiatan PKPA di PT. Sydna Farma, dapat disimpulkan bahwa proses rekualifikasi kinerja HVAC di ruang tableting estrogen telah dilakukan mengikuti protokol yang berlaku di PT. Sydna Farma dan telah sesuai dengan ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

The Pharmaceutical Industry is a company that is a legal entity and has a permit to carry out production activities or utilize production resources, distribute drugs, medicinal ingredients, and phytopharmaca, carry out education and training, and/or research and development (Kemenkes RI, 2018). All processes carried out by a pharmaceutical industry must meet the requirements and be guided by Good Drug Manufacturing Practices (GMP) (BPOM RI, 2018). GMP covers all aspects of production, one of which is qualification and validation. PT. Sydna Farma is one of the pharmaceutical industries that has routinely carried out a qualification and validation process including the Heating Ventilation and Air Conditioner (HVAC) performance qualification. The HVAC system is an air conditioning system that is used to control environmental conditions or temperature in a room or closed area, be it a building, warehouse or commercial vehicle (WHO, 2018). Implementation of the requalification process at PT. Sydna Farma is carried out by the validation department which is directly supervised by the Quality Assurance (QA) section. Based on the observations that have been made, it can be concluded that the HVAC performance requalification process in the estrogen tableting room has been carried out following the applicable protocol at PT. Sydna Farma and complies with the provisions of Good Drug Manufacturing Practices (GMP).
"
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>