Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safirah Firliani
"Ditemukan adanya tren peningkatan kasus stunting di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat pada tahun 2021-2022. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum dan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita (0-59 bulan) berdasarkan indeks PB/U atau TB/U di Puskesmas Kebon Jeruk Jakarta Barat tahun 2023. Data berasal dari Data Balita Bermasalah Gizi Puskesmas dengan menggunakan desain studi potong lintang. Sampel penelitian berjumlah 771 balita dan dianalisis dengan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi balita pendek (stunted) di Puskesmas Kebon Jeruk tahun 2023 sebanyak 537 balita (69,6%). Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan, yaitu umur 24-59 bulan (POR = 1,564; 95% CI: 1,148-2,129), adanya penyakit penyerta (POR = 1,516; 95% CI: 1,105-2,078), konsumsi gizi tidak seimbang (POR = 2,697; 95% CI: 1,704-4,269), imunisasi dasar tidak lengkap (POR = 2,086; 95% CI: 1,526-2,853), asupan gizi ibu selama hamil tidak tercukupi (POR = 2,217; 95% CI: 1,592-3,088), dan riwayat ibu hamil kekurangan energi kronis (POR = 1,784; 95% CI: 1,306-2,435). Sedangkan, variabel jenis kelamin balita, jamban sehat di tempat tinggal, pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga, dan akses bersih termasuk ke dalam kelompok faktor protektif. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan program gizi bagi puskesmas selaku pelaksana program, meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat umum, serta untuk referensi bagi penelitian selanjutnya.

It was found that there was an increasing trend in stunting cases at the Kebon Jeruk PHC, West Jakarta in 2021-2022. This research aims to provide a general overview and determine the factors related to the nutritional status of toddlers (0-59 months) based on the PB/U or TB/U index at the Kebon Jeruk PHC, West Jakarta in 2023. Data were obtained from Data of Toddlers with Nutritional Problems in PHC using a cross-sectional study design. The research sample consisted of 771 toddlers and was analyzed using the chi-square statistical test. The research results show that the prevalence of stunted toddlers at the Kebon Jeruk PHC in 2023 is 537 toddlers (69.6%). Factors that were significantly related were age 24-59 months (POR = 1.564; 95% CI: 1.148-2.129), presence of comorbidities (POR = 1.516; 95% CI: 1.105-2.078), unbalanced nutritional consumption (POR = 2.697; 95% CI: 1.704-4.269), incomplete basic immunization (POR = 2.086; 95% CI: 1.526-2.853), inadequate maternal nutritional intake during pregnancy (POR = 2.217; 95% CI: 1.592-3.088 ), and a history of chronic energy deficiency in pregnant women (POR = 1.784; 95% CI: 1.306-2.435). Meanwhile, the variables of toddler's gender, healthy toilets in the residence, household waste management, and access to cleanliness are included in the group of protective factors. It is hoped that this research will be useful for developing nutrition programs for PHC as program implementers, increasing awareness and participation of the general public, and as a reference for further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Budi Prayuni
"Balita kurang gizi merupakan masalah yang tinggi di Indonesia. Balita kurang gizi akan mengalami kesulitan utuk tumbuh normal dan lebih rentan terhadap penyakit. Faktor yang diduga berpengaruh adalah jumlah anak di keluarga, dimana jumlah anak mempengaruhi kecukupan asupan makan di keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah anak di keluarga dengan peningkatan status gizi balita di Desa Anin, Kabupaten TTS. Penelitian dilakukan dengan desain kuasi eksperimental menggunakan data sekunder hasil pengukuran balita di Posyandu pada bulan Oktober 2009 dan 2010. Jumlah sampel sebesar 71 responden dengan rerata usia pada tahun 2009 adalah 27,62 bulan, 54,9% berjenis kelamin perempuan, dan 63,4% responden berasal dari keluarga dengan jumlah anak ≤ 2 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kejadian wasting dan underweight menurun dari tahun 2009 ke tahun 2010 menjadi 2,8 % dan 45,1,%, sementara stunting meningkat menjadi 74,7%. Terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara nilai Z skor BB/TB (p=0,035) dan BB/U (p=0,020) pada tahun 2009 dan 2010, sedangkan nilai Z skor TB/U tidak bermakna (nilai p=0,272). Tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak di keluarga dengan peningkatan nilai Z skor BB/TB (p=0,114), BB/U (p=0,250), dan TB/U (p=0,060). Sebagai kesimpulan bahwa persentase kasus balita kurang gizi sangat tinggi di Kabupaten TTS serta jumlah anak di keluarga tidak berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan status gizi balita. Program kesehatan ibu dan anak dan kecukupan pangan perlu digalakkan oleh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan gizi balita.

Undernutrion in children under five is a problem in Indonesia. One of the factor that can influence the nutritional status of children is number of children in family, where the number of children can affects the adequacy of food intake.Problem examined in this study is the relationship between number of children in the family with increased of nutritional status of children under five in The Village of Anin, TTS District. This study uses quasi experimental design using secondary data of children under five that is measured in Posyandu in October 2009 and 2010. The subjects were 71 respondents which 54,9 % of them is female, with a mean age of 27,62 months in 2009, and 63,4 % of respondents from family with number of children ≤ 2 people.The result showed that the percentages incidence of wasting and underweight decreased to 2,8 % and 45,1 %, while stunting increased to 74,7%. The value of weight/height (p=0,035) and weight/age (p=0,020) Z score in 2009 and 2010 had sinificant mean differences and height/age Z score had not (p=0,272). There was no significant relationship between number of children in family and increasing the value of weight/height , weight/age, and height/age Z score. As a conclusion that percentage of undernourished children under five in Anin Village has very high and number of children in family has no significant effect on improving nutritional status of children. Neverthless, Maternal and child health programs and food sufficiency should be encouraged by governments and communities to improve nutrition status of children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rufiah Aulia Rasyidah
"Latar belakang: Anak berusia 2-6 tahun berada pada fase terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik dan otak mereka, sehingga penting untuk memastikan kebutuhan gizi anak tercukupi. Anak dengan perilaku picky eating cenderung menolak makanan baru atau asing dan selektif terhadap makanan, menyebabkan terbatasnya jumlah dan variasi asupan makan anak. Hal ini memunculkan kemungkinan tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi anak, yang dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara perilaku picky eating dengan status gizi pada anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. 64 subjek merupakan anak berusia 2-6 tahun di wilayah Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Penggolongan anak sebagai picky eating atau tidak picky eating didapatkan melalui kuesioner Child Eating Behaviour. Status gizi diukur berdasarkan z-skor berat badan per tinggi badan. Data dianalisis menggunakan Uji Fisher (p<0,05).
Hasil: Persentase anak picky eating pada populasi anak di wilayah Jakarta adalah 46,9%. Rata-rata skor food fussiness yang digunakan sebagai cut-off adalah 2,75. Prevalensi perilaku picky eating tertinggi di usia 3 tahun sampai usia 4 tahun dengan 4 tahun sebagai puncak (58%). Sebagian besar status gizi subjek populasi adalah normal (90,6%). Terdapat perbedaan proporsi status gizi antara picky eating dan tidak, anak dengan status gizi kurang lebih banyak ditemukan pada anak yang pilih-pilih makanan (6,7% pada kelompok picky eating dan 2,9% pada yang tidak), namun tidak bermakna secara statistik (p>0,05).
Simpulan: Tidak ada hubungan perilaku picky eating dengan status gizi pada anak berusia 2-6 tahun.

Background: Children aged 2-6 years are in the best phase for growth and development of their physical and brain, so it is important to ensure that children's nutritional needs are fulfilled. Children with picky eating tend to refuse new or unfamiliar foods and are selective about food, causing limitation of the quantity and variety of children's food intake. This raises possibility that the child's nutritional needs are not fulfilled, which can cause disruption to the child's growth and development.
Aim: To determine the relationship between picky eating behavior and nutritional status in children aged 2-6 Years Old in Jakarta in 2020.
Methods: This study used a cross sectional design. 64 subjects were children aged 2-6 years in the Jakarta area who met the inclusion criteria. The classification of children as picky eating or not picky eating is obtained through the Child Eating Behavior Questionnaire. Nutritional status was measured based on weight per height z-score. Data were analyzed using Fisher's Test (p<0,05).
Results: The percentage of picky eatings in the child population in DKI Jakarta is 46.9%. The mean food fussiness score which were used as the cut-off was 2.75. The highest prevalence of picky eating behavior occurs at the age of 3 to 4 years with the peak at 4 years (58%). Most of the population has normal nutritional status (90.6%). There is a difference in the proportion of nutritional status between childrens who were picky and those who do not. Children with poor nutritional status are more often found in children who are picky eatings. However, statistics showed that there is no relationship between picky eating behavior and nutritional status (p>0,05).
Conclusion: There is no relationship between picky eating behavior and nutritional status in children aged 2-6 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vahira Waladhiyaputri
"Latar belakang: Dampak malnutrisi seperti stunting, wasting, dan underweight pada 1000 hari pertama kehidupan irreversible, namun dapat dicegah dengan makanan pendamping ASI yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketercapaian minimum dietary diversity (MDD) dengan status gizi anak usia 6-23 bulan di Jakarta Timur pada pandemi COVID-19 tahun 2020. Metode: Studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder penelitian di Jakarta Timur, dengan jumlah sampel 102 subjek berusia 6-23 bulan. Data terkait MDD diperoleh melalui food recall 24 jam yang kemudian dimasukkan ke dalam kuesioner MDD. Data terkait usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan rumah tangga juga dianalisis dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan melalui uji chi square dan regresi logistik menggunakan aplikasi SPSS Statistics versi 25. Hasil: Mayoritas subjek penelitian berusia 12-17 bulan (39,2%) dengan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sebanyak 52% subjek mencapai MDD pada asupan hari sebelumnya. Stunting merupakan status gizi terbanyak (20,6%) dibandingkan dengan wasting (15,7%) dan underweight (12,7%). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara ketercapaian MDD dan status gizi subjek, tetapi jenis kelamin dianggap berhubungan dengan stunting (p=0,003; 95% CI=1,81-19,03) dan underweight (p=0,012; 95% CI =1,54-36,73). Kesimpulan: Dalam menganalisis hubungan kualitas asupan dengan status gizi, aspek lain seperti jumlah asupan juga perlu diperhatikan.

the 1000 first days of life are irreversible, but could be prevented by giving high quality complementary feeding practice. This study aims to examine the relationship between achievement of minimum dietary diversity (MDD) with nutritional status among children aged 6-23 months in East Jakarta during the 2020 COVID-19 pandemic. Method: This cross-sectional study used secondary data from a research in Kampung Melayu Village, East Jakarta, with a total sampling of 102 subjects aged 6-23 months. Data related to MDD was obtained through a 24-hour food recall, which was then entered into the MDD achievement questionnaire. Data related to age, gender, mother's education level, and household income were also analyzed in this study. Data analysis was carried out through the chi square test and logistic regression using SPSS Statistics application version 25. Result: Majority of subjects in the study were 12-17 months (39.2%) and with an equal proportion between male and female. A total of 52% of subjects achieved MDD on the previous day's food intake. Stunting is the most prevalent nutritional status (20.6%) compared to wasting (15.7%) and underweight (12.7%). No significant relationship was found between the achievement of MDD and the nutritional status of the subjects, but gender was considered to be related to stunting (p=0.003; 95% CI=1.81-19.03) and underweight (p=0.012; 95% CI=1.54-36.73). Conclusion: In analyzing the relationship between the quality of intake and nutritional status, other aspects such as the amount of intake also need to be taken into account."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah At Tauhidah
"Permasalahan gizi di Indonesia masih merupakan pekerjaan rumah yang besar, dimana menurut Riskesdas tahun 2018 menunjukkan 17,7% balita di Indonesia masih bermasalah dengan status gizinya. Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak secara langsung terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya pelayanan gizi. Dengan berbagai regulasi maupun kebijakan yang bergulir di masa pandemi, salah satunya pembatasan pelayanan, evaluasi pada pelaksanaannya harus ada dan sigap untuk disikapi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita di masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere. Desain penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Kerangka konsep mengacu pada model proses implementasi kebijakan Van Matter dan Van Horn dengan pendekatan critical thinking analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita belum terlaksana dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan masalah gizi yang cukup signifikan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere selama masa pandemi. Selain itu mayoritas programnya pun belum memenuhi capaian target tahunan. Hasil analisa kausalitas di masing-masing variabel ditemukan jika ketakutan dan kekhawatiran ibu, kurangnya sumber daya, baik tenaga kesehatan dan
sarana prasarana, serta kurangnya pemahaman para pelaksana merupakan faktor paling menonjol yang mempengaruhinya. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, Kader Posyandu Pangkalan Jati Baru dinilai sebagai pelaku positive deviance dan Posyandu Keliling sebagai creative action yang selanjutnya memungkinkan untuk diaplikasikan di daerah lain. Penelitian ini menghasilkan 3 rekomendasi utama. Untuk jangka pendek, rekomendasi rekruitmen tenaga kesehatan. Untuk jangka menengah, rekomendasi pemanfaatan teknologi informasi. Untuk jangan Panjang, rekomendasi pembangunan penambahan Puskesmas baru (Unit Pelaksana Fungsional).

Nutritional problems in Indonesia are still a big issue. According to Riskesdas 2018 shows
that 17,7% of young children in Indonesia have problems with their nutritional status. In
2020, Covid-19 pandemic impact directly on health services, one of which is nutrition
services. The limitation of nutrition services is one of government policies in tackling
Covid-19 pandemic. An evaluation of its implementation should be used to improve the
next strategy. This study aims to determine the implementation of nutrition services
policy for baby and young children during the Covid-19 pandemic in the working area of
Cinere Public Health Center. The research used qualitative research with in-depth
interview and document review as methods. The conceptual framework based on the
model of the policy implementation process of Van Matter and Van Horn, and critical
thinking approach to analysis. The results show that the performance of nutrition services
for baby and young children have not been implemented optimally during pandemic. This
study found evidence of a significant rise in stunting, wasting, and underweight among
children in the working area of Cinere Public Health Center. In addition, the majority of
programs have not reached the annual target. The causality analysis in each variable were
found that the mother’s fear and concern, lack of resources (health workers and logistics),
and lack of understanding of the staff were the most influencing factors. However, with
all the limitations, Pangkalan Jati Baru cadre is considered as actor of positive deviance
that able to perform Posyandu Keliling as a creative action. There are 3 recommendations
in order to keep nutrition services running properly during pandemic in the Work Area of
Cinere Public Health Center. For the short time is health workers recruitment. For the
medium term is developing telemedicine, such as teleconsultation legally and properly.
For long term is recommendation to build the Unit Pelaksana Fungsional (UPF)
Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Andyca
"Prevalensi autis meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang status gizi pada anak autis.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak autis di tiga Rumah Autis (Bekasi, Tanjung Priuk, Depok) dan Klinik Tumbuh Kembang Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil penelitian, dari 62 anak autis ditemukan sebesar 43,5% kelebihan berat badan. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, kecukupan konsumsi energi dan kecukupan konsumsi lemak dengan status gizi anak autis. Anak autis yang mengonsumsi energi dengan kategori ?lebih? (>100% AKG) berisiko 3,7 kali kelebihan berat badan dan kecukupan konsumsi lemak merupakan faktor protektif tehadap kelebihan berat badan. Tetapi tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, pantangan, aktivitas fisik, kecukupan konsumsi karbohidrat dan protein, frekuensi konsumsi pangan sumber energi (karbohidrat, protein, lemak) dengan status gizi pada anak autis. Namun terdapat kecenderungan kelebihan berat badan lebih banyak pada anak autis yang mengonsumsi makanan protein dengan kategori ?lebih? (50%), sumber karbohidrat dengan frekuensi ?sering sekali? >3x sehari (55,6%) dan sumber lemak dengan frekuensi ?sering? > 6x seminggu (48,1%).
Penulis menyarankan bagi orang tua menerapkan pola konsumsi yang sehat bagi anak autis seperti makan dengan beraneka ragam warna dan variasi makanan.
The prevalence of autism increased from year to year, but now it has never done research on the nutritional status in children with autism. The focus of this study is about Factors Associated with nutritional status at Children Autism in Three Autism house (Jakarta, Tanjung Priuk, Depok) and Growth Clinic Kreibel Depok.
The results of the study, 62 children with autism was found to be 43.5% overweight. Based on the results of statistical tests found a significant association between the sexes, the adequacy of energy consumption and the adequacy of fat consumption with the nutritional status of children with autism. Autism children who consume energy by category of "more" (> 100% RDA) 3.7x the risk of overweight and fat consumption adequacy repres protective factor overweight. But there is no significant relationship between age, abstinence, physical activity, adequate consumption of carbohydrates and protein, the frequency of food consumption of energy sources (carbohydrates, proteins, fats) with nutritional status in children with autism. But there is a tendency more overweight in children with autism who eat protein with the category of "more" (50%), carbohydrate source with a frequency of "very often"> 3x daily (55.6%) and fat sources with a frequency of "frequent" > 6x a week (48.1%).
The author suggests that parents implement a healthy consumption pattern for children with autism such as eating with a wide range of colors and variety of food.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Jaelani
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V SDN Pancoranmas 02 Kecamatan Pancoranmas Kota Depok tahun 2014 dengan menggunakan desain penelitian cross sectional . Sampel dalam penelitian ini sebanyak 112 siswa. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan menggunakan kuesioner, angket, timbangan injak dan mikrotoa, serta data sekunder dari nilai ulangan harian dan arsip sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk melihat gambaran masing-masing variabel dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square.
Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi IMT/U (p value 0,03) dan pendidikan ibu (p value 0,01) dengan prestasi belajar, sedangkan tidak terdapat hubungan antara status gizi TB/U, kebiasaan sarapan, asupan zat gizi, pendidikan ayah, pendapatan orang tua dan pekerjaan ibu dengan prestasi belajar.

The aim of this thesis is to determine factors that associated with student achievement in 4th and 5th grade, Pancoranmas 02 Elementary School, Pancoranmas District, Depok 2014 using cross-sectional research design. Sample in this study is 112 students. Research data obtained from primary data using questionnaires, scales and mikrotoa, as well as secondary data from report card and school archive. Data were analyzed using univariate to see an overview of each variable and bivariate analysis using chi square test.
Thus, the result of bivariate analysis showed that there is relationship between the nutritional status (BAZ) (p value 0.03) and mother's education (p value 0,01) with student achievement, whereas there is no relationship between the nutritional status (HAZ), breakfast habits, intake of nutrient , father's education, parent?s income and mother's occupation with learning achievement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Farrasia Hafizhah
"Terjadinya masalah gizi di 1000 hari pertama kehidupan dapat memberikan dampak yang buruk bagi anak yaitu dapat menyebabkan gagal tumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Masalah gizi merupakan refleksi dari konsumsi zat gizi yang belum mencukupi kebutuhan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan status gizi balita usia 6-59 bulan berdasarkan composite index of anthropometric failure (CIAF) di Indonesia (IFLS5 2014/2015). Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2014. Total sampel sebanyak 4079 anak balita. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur balita dengan CIAF, dimana balita yang berusia 6-23 bulan lebih banyak mengalami gagal tumbuh sebanyak 1,1 kali. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan antara keragaman makanan dengan kejadian CIAF, dimana anak balita yang keragaman makanan tidak tercapai berisiko 1,2 kali mengalami gagal tumbuh dan pendidikan ibu menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan kejadian gagal tumbuh, ibu yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak mengalami gagal tumbuh. Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian CIAF adalah pendidikan ibu (OR 1,565) setelah dikontrol dengan umur, keragaman makanan dan imunisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor dominan yang berhubungan dengan CIAF adalah pendidikan ibu. Anak yang berasal dari ibu dengan pendidikan rendah berpeluang 1,6 kali lebih besar mengalami gagal tumbuh (CIAF).

The occurrence of nutritional problems in the first 1000 days of life can have a bad impact on children, which can cause failure to grow with age. Nutritional problems are a reflection of the consumption of nutrients that are not sufficient for the body's needs. This study aims to determine the determinants associated with the nutritional status of children aged 6-59 months based on the composite index of anthropometric failure (CIAF) in Indonesia (IFLS5 2014/2015). This study uses secondary data from the 2014 Indonesia Family Life Survey (IFLS). The total sample is 4079 children under five. Data analysis used chi square test and multiple logistic regression. The results showed that there was a relationship between the age of children and CIAF, where children aged 6-23 months experienced more anthropometric failure as much as 1.1 times. The results also show that there is a relationship between dietary diversity and the incidence of CIAF, where children under five whose dietary diversity is not reached have a 1.2 times risk of anthropometric failure and mother's education shows a significant relationship with the incidence of anthropometric failure, mothers who have low education experience more anthropometric failure. The dominant factor associated with the incidence of CIAF was maternal education (OR 1.565) after controlling for age, food diversity and immunization. The conclusion of this study is that the dominant factor associated with CIAF is maternal education. Children from mothers with low education are 1.6 times more likely to have anthropometric failure (CIAF)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Anisadiyah
"Composite Index of Antropometric Failure (CIAF) merupakan indikator penilaian status gizi komposit (BB/U, PB/U, BB/PB) untuk menggambarkan seluruh masalah gizi yang dialami balita. Masalah gizi, tingkat pengangguran, dan kemiskinan Provinsi Banten cukup tinggi serta pendapatan penduduknya rendah. Desa Karangkamulyan adalah desa tertinggal dengan wilayah pertambangan. Penelitian bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita berdasarkan CIAF di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak tahun 2020. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan menganalisis data primer penelitian “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan pada Balita di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak Tahun 2020”. Sampel penelitian adalah 141 balita berusia 24-59 bulan. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi- square. Hasil penelitian menemukan balita dengan masalah gizi berdasarkan CIAF berjumlah 36,2%. Variabel yang berhubungan dengan status gizi balita berdasarkan CIAF, yaitu ASI Eksklusif (p-value 0,026), asupan energi (p-value 0,026), dan kebiasaan konsumsi protein nabati (p-value 0,003). Variabel pendidikan ibu, penghasilan keluarga, jenis kelamin, berat lahir, panjang lahir, asupan balita (protein, karbohidrat, lemak) kebiasaan konsumsi (protein hewani, sayur dan buah), dan riwayat penyakit (ISPA, diare) tidak berhubungan dengan status gizi balita. Dengan kondisi ini, pelaksanaan penanggulangan gizi dari orang tua, puskesmas, dan dinas kesehatan diharapkan dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi balita

Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) is an indicator of composite nutritional status assessment (WAZ, HAZ, WHZ) to describe all nutritional problems experienced by toddlers. In 2020, malnutrition, unemployment, poverty in Banten Province is high, and the income of the population tends to be low. Karangkamulyan Village is an underdeveloped village with mining areas. This study aims to determine the factors related to Toddler nutritional status based on CIAF in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020. The study used a cross-sectional study design by analyzing primary data from the study "Factors Associated with the Incidence of Worms in Toddlers in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020". The research sample was 141 toddlers aged 24-59 months. Data were analyzed by univariate and bivariate using the chi-square test. The results found that toddlers experienced nutritional problems based on CIAF were 36.2%. Variables related to the nutritional status of toddlers, is exclusive breastfeeding (p-value 0.026), energy intake (p- value 0.026), and vegetable protein consumption habits (p-value 0.003). The variables of mother's education, family income, gender, birth weight, birth length, toddler's intake (protein, carbohydrates, fat), consumption habits (animal protein, vegetables, and fruit), and disease history (ARI, diarrhea) were not related to toddler nutritional status. With this condition, the implementation of nutrition control from parents, public health centers, and the health office hoped to be carried out to overcome the toddler nutritional problems."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Dewi Anggraini
"

Sugar Sweetened Beverages (SSBs) merupakan jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh usia remaja. Mengonsumsi SSBs secara berlebihan dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan risiko kegemukan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor yang paling berhubungan dengan konsumsi SSBs serta hubungan antara konsumsi SSBs dengan status gizi pada siswa di SMPN 2 Bandung tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret 2020 di SMPN 2 Bandung dengan jumlah responden 153 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri dan pengisian kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara univariat, analisis bivariat dengan chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui 69,9% responden mengonsumsi SSBs tingkat tinggi (> 2 kali/hari). Hasil bivariat menunjukkan pendidikan ibu, ketersediaan SSBs di rumah, dan paparan media memiliki hubungan yang signifikan terhadap konsumsi SSBs. Analasis multivariat menunjukkan bahwa faktor dominan yang berhubungan dengan konsumsi SSBs adalah pendidikan ibu (OR: 3,03), setelah dikontrol oleh variabel paparan media, ketersedian SSBs di rumah dan aktifitas fisik. Responden dengan ibu berpendidikan rendah berpeluang 3 kali lebih tinggi mengonsumsi SSBs tingkat tinggi dibandingkan responden dengan ibu berpendidikan tinggi. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa konsumsi SSBs berhubungan dengan status gizi (OR: 2,45). Konsumsi SSBs tinggi berisiko mengalami kegemukan. Peneliti menyarankan siswa mengurangi kebiasaan mengonsumsi SSBs dengan cara mengganti SSBs dengan minuman yang lebih sehat seperti susu plain, pihak sekolah memasukkan hal-hal terkait SSBs pada salah satu mata pelajaran, dan orang tua membatasi ketersediaan SSBs di rumah.


Sugar Sweetened Beverages (SSBs) are the type of drink most consumed by adolescents. Excessive consumption of SSBs can give a negative impact for health, one of which is increasing the risk of being obesity in adolescents. This study aims to determine the factors most related to SSBs consumption and the relationship between SSBs consumption and nutritional status of students at SMPN 2 Bandung in 2020. This study conducted in February and March 2020 at SMPN 2 Bandung with a total of 153 respondents, using a cross sectional study design. Data is collected by anthropometric measurements and filling out the questionnaires. The obtained data were analyzed using univariate, bivariate analysis with chi square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. Based on the results of univariate analysis it was found that 69,9% of respondents consumed high levels of SSBs (> 2 times /day). Bivariate results show that maternal education, availability of SSBs at home, and media exposure have a significant relationship to SSBs consumption. Multivariate analysis showed that the dominant factors associated with SSBs consumption were maternal education (OR: 3,03), after being controlled by media exposure variables, SSBs availability at home and physical activity. Respondents with low-educated mothers had a chance 3 times higher of consuming high-level SSBs compared to respondents with highly educated mothers. In this study it was also known that SSBs consumption was related to nutritional status (OR: 2,45). Consumption of high SSBs is at risk of being obesity. Researchers suggest students reduce their habits of consuming SSBs by replacing SSBs with healthier drinks such as plain milk, the school includes things related to SSBs in one subject, and parents limit the availability of SSBs at home.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>