Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhil Hibatul Wafi
"Kajian perancangan ini bertujuan untuk mengeksplorasi lintasan ekologi yang hadir melalui penelusuran anatomi terumbu karang dalam menciptakan territorial trajectories. Territorial trajectories penting karena menggambarkan dinamika interaksi antara suatu entitas baik hidup dan mati dengan sekitarnya, membentuk dan mengubah ruang melalui waktu. Arsitektur hadir dengan merespon serta mengolah emisi yang telah ditinggalkan oleh teritori sebelumnya. Dengan konteks dunia tenggelam yang terbagi menjadi tiga kedalaman: laut dangkal, laut sedang, laut dalam. Studi ini dilakukan dengan metode penelusuran anatomi dan potensi mekanisme terumbu karang, penciptaan mutan terumbu karang beserta sembilan mesin dalam mengolah emisi, skenario territorial trajectories sebagai pembentuk arsitektur melalui integrasi setiap entitas di lautan yang didalamnya termasuk mutan terumbu karang beserta sembilan mesin, penelusuran terhadap persilangan hasil setiap entitas pada masing-masing kedalaman laut. Dengan dimulainya penerapan mesin dan terumbu karang, melalui interaksi yang kompleks dan saling terkait, terbentuklah suatu jaringan lintasan yang kemudian membentuk teritori yang dinamis dan selalu berubah dari waktu ke waktu yang terjadi karena adanya interaksi terus-menerus dan persilangan antara setiap entitas di berbagai kedalaman laut. Hasil dari proses ini adalah penciptaan ruang yang adaptif dan selalu berevolusi, di mana arsitektur yang terbentuk mencerminkan integrasi dan respons terhadap lingkungan serta emisi yang dihasilkan oleh teritori sebelumnya. Peran arsitektur pada akhirnya bukan lagi hanya memanfaatkan alam, namun menjadi bagian dari proses perubahan alam dan berkontribusi untuk mewadahi kehidupan ekosistem bawah laut yang terus berlanjut.

This design study aims to investigate the ecological trajectories that emerge through the exploration of coral reef anatomy, which will produce territorial trajectories. Territorial trajectories are important because they describe the dynamics of interaction between an entity both living and non-living with its surroundings, shaping and changing space through time. Architecture is present by responding to and processing the emissions that have been left behind by previous territories. With the context of the drowning world which is divided into three depths: shallow sea, medium sea, deep sea. This study is conducted by exploring the anatomy and potential mechanisms of coral reefs, creating mutant coral reefs and nine machines in processing emissions, scenarios of territorial trajectories as forming architecture through the integration of each entity in the ocean which includes mutant coral reefs and nine machines, tracking the crossing of the results of each entity at each depth of the sea. With the onset of the application of machinery and coral reefs, through complex and interconnected interactions, a network of trajectories is formed that then forms a dynamic and ever-changing territory over time that occurs due to the continuous interactions and intersections between each entity at various ocean depths. The result of this process is the creation of an adaptive and evolving space, where the architecture reflects the integration and response to the environment and the emissions generated by the previous territories. Thus, in the end, architecture does not only utilize nature without providing benefits to the environment; instead, it becomes part of the process of natural changes, which will contribute to accommodating the oceanic ecosystem that continuously grows."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tsanaa Fitri Zhafira
"ABSTRAK
Lumut merupakan tumbuhan tingkat pertama dalam pembentukan ekosistem baru di dalam habitat baru, selain itu lumut juga memegang peranan penting dalam sistem ekologi dunia karena lumut dapat memakan partikel dan zat kimia berbahaya baik di udara maupun air. Saat ini, kenaikan suhu bumi yang cepat akibat tingkat polusi udara yang tidak terkendali menjadi masalah utama yang dihadapi banyak Negara di dunia yang harus cepat diselesaikan. Selain itu tingginya pembangunan tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan yang cukup, hal ini menyebabkan sulitnya mencari lahan untuk menanam dalam rangka menjaga lingkungan dunia. Kemampuan lumut yang dapat hidup dan menjadi perintis dalam sebuah habitat baru termasuk material bangunan konvensional menjadi objek kajian dalam project ini. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan lumut dapat tumbuh dan berkembang biak dalam suatu material, diantaranya kelembaban, ketersediaan air, intensitas matahari, intervensi manusia, densitas material, serta bentuk permukaan. Dalam project ini, Lumut diprogram untuk tumbuh dan berkembang di atas material bangunan berdasarkan storyline dengan menggunakan metode kering dan basah. Munculnya lumut diatas material bangunan diharapkan mampu menjawab permasalahan ekologi yang sedang di hadapi oleh dunia, terutama mengenai tingginya tingkat polusi udara saat ini dalam lahan yang terbatas.

ABSTRACT
Moss is the pioneer of the new ecosystem. Moreover, moss also plays an important role to preserve world rsquo s ecological system, such as consuming harmful particle in the air and water. Nowadays, world rsquo s temperature rapidly increase because of the enhancement of air pollution, this problem makes a headline in most countries in the world. Meanwhile, the high interest of city development is not compensated with the availability of land, this matter is also giving the difficulties to find another land for cultivating to preserve world rsquo s environment. The ability of moss that can live easily on the new habitat including building rsquo s conventional material would be a further object of study for the project. There are 6 factors that cause the moss can inhabit and multiply on material, they are humidity, water intensity, sun intensity, human intervention, density of material, and material surface. In this project, moss is programmed to grow on the material based on the storyline by using wet and dry method. The Appearance of moss on the building material is expected to answer the ecological problems faced by many countries, particularly regarding on today rsquo s pollution level on limited land."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pemanfataan sumberdaya alam melebihi daya dukungnya , akan memicu terjadinya bencana lingkungan . Situasi ini mengharuskan kita belajar dari perilaku masyarakat adat dalam mengelola lingkungan. Secara ekologis manusia memiliki keterikatan dan ketergantungan dengan alam sekitarnya dalam membentuk keseimbangan lingkungan...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Dillon
"Studi eksplorasi ini bertujuan untuk melihat kemungkinan konstruksi arsitektur dengan basis lalu lintas informasi sebagai generator spasialnya. Studi ini mengusulkan pendekatan alternatif terhadap potensi arsitektur sebagai medium terjadinya lintasan informasi sebagai data dengan memanfaatkan paradigma desain komputasi dan ekologi. Melalui perspektif ini, arsitektur berbasis informasi dieksplorasi dalam konteks virtualitas fisik, yaitu menjahit skenario hubungan fisik-digital dalam gagasan multiruang. Berbasis pada gagasan logistik konteks, lingkung bangun menjadi sebuah kolektivitas. Hal ini dimungkinkan dengan pengelolaan informasi berbasis algoritma melalui proses morfogenetik dalam sebuah konteks. Proses morfogenetik ini yang akan mematerialisasi arsitektur sebagai medium terjadinya lintasan informasi. Arsitektur yang tercipta merupakan sebuah entitas yang dapat beradaptasi dan beroperasi otonom karena berfokus pada sistem layanan dan suplai, sebuah logika alur dan vektor. Dengan demikian, arsitektur diposisikan kembali tidak hanya sebagai objek fisik, namun sebagai medium fisik-digital dengan basis lintasan informasi dan gagasan logistik konteks, melalui konstruksi algoritma.

This study explores the potential of constructing architecture with information flow as its spatial generator. The study proposes an alternative approach to the potential of architecture as a medium for the information flow by leveraging computational design and ecological paradigms. From this perspective, information-based architecture is explored within the context of real virtuality, interweaving physical-digital relationship scenarios in a multispace concept. Based on the idea of logistic of context, the built environment becomes a collectivity. This is enabled by the management of information through algorithmic processes in a morphogenetic context. This morphogenetic process will materialize architecture as a medium for the occurrence of information flow. The resulting architecture is an entity that can adapt and self-organising because it focuses on systems of service and supply, guided by a logic of flow and vectors. Thus, architecture is repositioned not only as a physical object but as a physical-digital medium, based on information flow and the concept of contextual logistics, through algorithmic construction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Chintianto
"Kajian perancangan ini bertujuan untuk memaparkan proses penelusuran adaptasi anatomi hewan dan mekanisme penjelajahannya pada konteks sebagai basis perancangan. Penelusuran adaptasi anatomi dan penjelajahan hewan yang berpotensi menunjukkan ragam strategi yang dikembangkan oleh makhluk hidup secara ekologis untuk mempertahankan hidupnya dalam kondisi lingkungan yang terdegradasi. Diskursus arsitektur yang berkembang selama ini memahami lingkung bangun sebagai suatu entitas yang eksploitatif dan menghabiskan sumber daya alam, menjadikan alam terdegradasi. Arsitektur hadir bagaikan sosok ‘parasit’ yang terus menerus menyerap nutrisi dari inangnya secara berlebihan dan mengabaikan kemampuan alam dalam mengembalikan sumber daya yang terpakai. Studi perancangan ini hadir dalam sebuah konteks dunia imajiner yang memiliki karakteristik lingkungan yang berbasis pada peristiwa nyata di bumi. Melalui penelusuran karakteristik, sistem morfologi, serta anatomi organisme hewan, arsitektur hadir sebagai Wandering Beast, sebuah organisme arsitektur yang bergerak, menjelajah, dan memiliki kemampuan menghasilkan variasi bentuk yang merespon berbagai degradasi lingkungan yang terjadi. Wandering Beast menghadirkan arsitektur sebagai strategi adaptasi secara ekologis melalui operasi jelajah yang menyebarkan, mengontrol atau mengendalikan, serta mengkalibrasi ulang jejak yang dihasilkan oleh manusia dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, arsitektur yang hadir akan dapat menjadi bagian dari sistem ekologi yang ada dan berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

This design study outlines the adaptation process of animal anatomy and their explorative mechanisms as a basis for architectural design. The exploration of anatomical adaptation has the potential to show a strategy developed by animals ecologically to survive in the degraded environmental conditions. On the other hand, current architectural discourses that have developed so far demonstrate the built environment as an exploitative entity and consumes natural resources, causing natural degradation. Architecture has become a 'parasite' that continuously absorbs nutrients from the host excessively and ignores nature's ability to restore itself. This design explored in this study is situated in an imaginary world context with environmental characteristics based on earth’s real events. Through tracing the characteristics, morphological systems, and anatomy of animal organisms, the study proposes architectures of the Wandering Beast, an architectural organism that moves, explores, and has the ability to produce variations in forms that respond towards the various environmental degradations that occur. Wandering Beast reflects architecture as an ecological adaptation strategy through the explorative operation of spreading, controlling, as well as recalibrating the traces produced by humans within time. Through this study, architecture emerges as an integral part of the existing ecological system and contributes to environmental sustainability."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Munawaroh
"Banyaknya jasa yang diberikan oleh ekosistem kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dilihat dapat memberikan kontribusi pada kesejahteraan manusia. Seperti halnya danau sebagai perairan darat yang dapat memberikan manfaat untuk manusia, seperti penyediaan makanan, sebagai penampungan air dan penyedia air, kegiatan rekreasi, nilai edukasi, transportasi, dan olahraga. Melihat hal tersebut, penelitian ini membahas terkait dengan jasa ekosistem budaya dan kontribusinya pada kesejahteraan manusia di Setu Babakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini, informan yang dipilih berdasarkan pada teknik non-probability sampling dan bentuk yang digunakan adalah purposive sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi literatur, wawancara, dan observasi. Informan dalam penelitian mencakup pekerja, pengunjung, organisasi masyarakat, pemancing, dan pedagang. Setu Babakan merupakan sebuah danau di kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Berawal dari sumber mata air, kini Setu Babakan dimanfaatkan sebagai kawasan wisata air di Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Berangkat dari kerangka Millennium Ecosystem Assessment, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa jasa ekosistem budaya di Setu Babakan, seperti nilai pendidikan, sense of place, rekreasi, hubungan sosial, nilai-nilai warisan budaya, dan nilai-nilai spiritual dan agama berkontribusi pada kesejahteraan manusia. Unsur kesejahteraan manusia yang terpenuhi dari adanya Nilai pendidikan tidak berkaitan dengan unsur kesejahteraan secara langsung. Selanjutnya sense of place memberikan hubungan yang baik. Fungsi rekreasi yang memberikan kesehatan, keamanan personal, hubungan sosial yang baik, dan kebebasan memilih dan bertindak. Hubungan sosial memberikan kesejahteraan dalam keamanan dari bencana alam yang mengakibatkan kerugian ekonomi, dapat terpenuhinya kebutuhan dasar yang layak, dan terciptanya hubungan sosial yang baik. Nilai-nilai warisan budaya dapat memberikan kesejahteraan dalam hubungan sosial relasi yang baik berupa mengekspresikan nilai-nilai budaya. Terakhir, nilai-nilai spiritual dan agama berkaitan dengan hubungan sosial yang baik dengan mengekspresikan nilai-nilai budaya dan spiritual. Dengan adanya jasa ekosistem budaya, kesejahteraan manusia baik dari kebutuhan material, sosial, dan spiritual dapat terpenuhi.

The many services that ecosystems provide to humans to meet their daily needs are considered to contribute to human well-being. Such as lakes as inland waters that can provide benefits to humans such as food supply, as a water reservoir and water provider, recreational activities, educational value, transportation and sports. Seeing this, this research discusses related to cultural ecosystem services and their contribution to human well-being in Setu Babakan. This research uses a qualitative research method with a descriptive research type. In this study, informants were selected based on non-probability sampling techniques and the form used was purposive sampling. While the data collection techniques in this study used literature study techniques, interviews and observations. Informants in the study included employees, visitors, community organization, fishermen and traders. Setu Babakan is a lake located in Jagakarsa, South Jakarta. Originally a spring, Setu Babakan is now used as a water tourism area in the Betawi Cultural Village (PBB). Based on the Millennium Ecosystem Assessment framework, the results of this study show that cultural ecosystem services in Setu Babakan, such as educational values, sense of place, recreation, social relations, cultural heritage values, and spiritual and religious values, contribute to human well-being. The element of human well-being fulfilled by the value of education is not directly related to the element of well-being. A sense of place provides good social relationships. Recreational functions that provide health, personal security, good social relations, and freedom of choice and action. Social relations provide well-being in the form of safety from natural disasters that cause economic losses, the basic material for a good life, and the creation of good social relations. Cultural heritage values can provide well-being in the form of good social relations by expressing cultural values. Finally, spiritual and religious values are related to good social relations through the expression of cultural and spiritual values. With the existence of cultural ecosystem services, human well-being can be met in terms of material, social and spiritual needs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noni Ayu Sarasati
"Garam merupakan salah satu komoditas yang penting dan selalu dibutuhkan oleh manusiaSaat ini, jumlah impor garam lebih besar daripada jumlah produksi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan garam nasional, dibutuhkan industri garam dengan teknologi yang dapat mendukung peningkatan produksi dan kualitas garam. Kegiatan sektor industri adalah sektor penting untuk dikaji daya dukung lingkungan, maka dari itu penelitian ini mempertimbangkan daya dukung lingkungan sebagai dasar untuk analisis lokasi potensial industri garam di Pesisir Kabupaten Sumenep sehingga kestabilan lingkungan dan wilayah tetap terjaga. Analisis dilakukan dengan identifikasi faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi industri garam di Pesisir Kabupaten Sumenep dengan menggunakan metode AHP terhadap 11 responden dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan, lokasi industri kuat dipengaruhi oleh daya dukung lingkungan dan jarak terhadap bahan baku utama (tambak garam). Kecamatan yang memiliki potensi tinggi untuk industri garam adalah pada bagian selatan Kecamatan Saronggi dengan luas kelas potensi tinggi sebesar 1.487 Hektar. Kecamatan tersebut memiliki jasa penyedia air bersih, pengaturan pengolah limbah, dan pengaturan tata aliran air dan banjir yang tinggi sehingga memiliki potensi tinggi untuk dapat mendukung kegiatan industri garam. Jasa pengaturan iklim, pengaturan kualitas udara, dan pendukung biodiversitas tergolong rendah, sehingga jika dibangun industri pada kecamatan tersebut tidak akan mengganggu fungsi jasa ekosistem karena jasa ekosistem tersebut cenderung memiliki indeks yang tinggi pada wilayah yang memiliki banyak vegetasi.

Salt is a commodity that is considered important and always needed by people. Indonesia as one of the maritime countries that have the fourth longest coastline in the world has not been able to be sovereign in the commodity of salt. However, the amount of salt imports is greater than the amount of production. To be able to fulfill the needs of national salt, salt industry is needed with technology that can support increased production and quality of salt. The activity of the industrial sector is an important sector to study the carrying capacity of the environment. Therefore, this study considers the carrying capacity of the environment as the basis for analyzing the potential location of the salt industry on the coast of Sumenep Regency so that the stability of the region is maintained. The analysis was carried out by identifying the factors that influence the determination of the location of the salt industry on the coast of Sumenep Regency using the AHP method on 11 respondents with different disciplinary backgrounds. Based on the calculation results, the location of the industry is strongly influenced by the carrying capacity of the environment and the distance to the main raw material (salt ponds). Districts that have high potential for the salt industry are in the southern part of Saronggi District with a high potential class area of 1,487 hectares. The sub-district has clean water supply services, waste treatment arrangements, and high flood and water flow arrangements so that it has high potential to be able to support salt industry activities. Services for climate regulation, air quality regulation, and biodiversity support are low, so if an industry is built in the sub-district it will not interfere with the function of ecosystem services because these ecosystem services tend to have a high index in areas that have a lot of vegetation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dynno Putra Asmara
"Luas lahan untuk perumahan di DKI Jakarta mencapai 42.440,61 ha (66,52%o dari luas Jakarta) dari luas tersebut terdapat 392 RW kumuh dengan luas mencapai
3.119,16 ha, Penggunanan lahan yang dominan untuk perumahan menyebabkan tumbuhnya kampung di Jakarta dengan kondisi kumuh. @adan Pusat Statistik, 201l).
Kampung kumuh yang telah mendapat penataan pemerintah saat ini pada lokasi tertentu kondisinya mendekati kembali pada kondisi awal seperti sebelum ditata.
Penelitian mengenai konsep Eko-Arsitektur belum mengakomodasi kohesi sosial dan penerapan jasa lingkungan yang berdampak pada perbaikan lingkungan fisik kampung. Kohesi sosial-arsitektur dan jasa lingkungan diperlukan untuk membentuk Model Kampung Berbasis Eko-Arsitektur pada hunian horisontal kampung di kota. Faktor eko-arsitektur belum diintegrasikan dengan faktor kohesi sosial-arsitektur dan faktor
jasa lingkungan. Faktor-faktor Tata Letak Bangunan, Konservasi Energi dan Air, Jasa Lingkungan, dan Kohesi Sosial-Arsitektur secara bersama-sama memiliki korelasi
dan pengaruh yang kuat terhadap pembentukan Kampung Berbasis Eko-Arsitektur di lokasi penelitian. Faktor Kohesi Sosial-Arsitektur dan faktor Jasa Lingkungan
memiliki pengaruh 2 (dua) kali lipat lebih besar dari faktor lain pada model kampung berbasis eko-arsitektur.

Area of land for housing in Jakarta reached 42,440.61 ha (66.52% of the area of Jakarta), a part of the area there are 392 slum community groups with an area of 3,1 19.16 ha, are used dominant for housing, it causes the growth ofvillages in Jakarta into slum conditions (Central Bureau of Statistics, 201 l ). Slum Villages that had been planned and structuring by govemment, at a certain location the conditions are
approaching relapse as before laid. Researches about eco-architecture concept had not been integrated by social-architecture cohesion factor and environmental services factor that impact to the village environment improvement. Social Cohesion was needed to form Modelling Of Village Based On Eco-Architecture at horizontal housing village in the city. EcoArchitecture Factors had not been integrated to the Factors of: Layout Building, Energy and Water Conservation, Environmental Services, and Social-Architecture Cohesion together had strong correlation influence on the forming of village based on Eco-Architecture
at t}te researchers site. Social-Architecture Cohesion and Environmental Services factors has an influence 2 (two) times greater than other factors in Modelling Of
Village Based On Eco-Architecture.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Kartika Purnasasmita
"Tesis ini mengeksplorasi metode perancangan arsitektur berbasis pemahaman bau yang dapat membentuk lintasan dalam proses navigasi ruang arsitektur. Studi ini diawali dengan argumen bahwa arsitektur cenderung untuk menghilangkan atau menimpa kehadiran bau yang ada. Hal ini mendiskriminasi kehadiran bau dalam ruang dan menjadikannya hanya dilihat sebagai rangsangan dari matter. Tesis ini kemudian mengangkat pentingnya pergeseran perspektif bau dalam ruang dimana yang dilihat melalui pemahaman akan lintasan bau. Hal ini menunjukkan bahwa bau menghadirkan kondisi dinamis dalam ruang. Penelusuran lintasan bau dapat mengungkap lapisan-lapisan bau dalam ruang dimana tesis ini melihat lapisan tersebut dalam komposisi foreground-background. Tesis ini melihat lintasan bau berdasarkan pergerakan bau dalam ruang, pergerakan manusia, dan susunan lapisan tersebut.
Fragmentasi kemudian dilihat sebagai metode yang dapat mengungkap dan mengintervensi lintasan bau. Kajian fragmentasi diawali dengan penelusuran makro melalui proses smellwalking pada konteks urban untuk melihat susunan lapisan dalam lintasan yang menghasilkan navigasi dinamis dalam ruang. Studi tersebut dilanjutkan dengan penelusuran mikro yaitu mengeksplorasi ragam perlakuan bau dan medium perantara dimana berfokus pada bau rempah-rempah tradisional Indonesia. Temuan dari studi ini menghasilkan rancangan arsitektur lintasan bau untuk navigasi dengan menyoroti makna temporalitas oleh bau dalam membentuk dan menembus waktu. Rancangan yang dihasilkan berupa skenario lintasan yang terdiri atas susunan lapisan foreground-background dan navigasi dinamis berupa wayfinding serta koreografi respons tubuh manusia dengan bau. Hal ini mempertimbangkan temporalitas serta hubungan aktif bau, tubuh manusia, elemen spasial (medium perantara bau), dan waktu.

This thesis explores the trajectory of smell as the basis of architectural design method development in navigating space. It argues that architecture often removes or overwrites smell based on its stimulating existence created from matter. However, it tends to discriminate the presence of smell in space. This thesis then highlights the importance of understanding smell through the idea of trajectory, enabling the dynamic condition in space. The investigation of the trajectory of smell reveals layers of smell in space which can be seen in the form of foreground-background compositions. Furthermore, the trajectories of smell in this study are driven by the distribution of smell in space, human movement, and the existing layers within the space.
Fragmentation is seen as an architectural design method that reveals and intervenes the trajectory of smell. The study began with a macro investigation by conducting the process of smellwalking in urban context. It reveals the compositions of foreground-background enabling dynamic navigations in space. Further micro investigations are done through various explorations of the smells’ treatment and mediums by focusing on the smell of traditional Indonesian herbs and spices. These findings then suggest possible architectural programming in navigating space by developing various scenarios of trajectory. It highlights the notion of temporality of smell in making and passing through time. The scenarios consist of foreground-background layers and dynamic navigation in the form of wayfinding and various choreographies of bodily response towards the smell. This thesis then higlights the notion of temporality and the active relations between smell, human body, spatial elements (mediums), and time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hasroel Thayib
"ABSTRAK
Kegiatan yang dilakukan dalam suatu lingkungan dapat menganggu kesetimbangan ekosistem jika tidak dipahami mekanisme yang bekerja di alam. Pembangunan Indonesia di hampir segala bidang sejak 1968-antelah mengembnagkan Indonesia menjadi negara menuju modernisasi dan memberikan hasil nyata namun banyak menimbulkan dampak yang justru merugikan, bahkan mendatangkan bencana lingkungan. Kkeliruan persepsi dan pemahaman mengenai lingkungan akan dapat mengakibatkan simalakama yang menyebabkan serba salah. Dikemukakan berbagai contoh yang kemudian berkembang menjadi keadaan bagaikan makan buah simalakama lingkungan. Budidaya pertanian perlu mendapatkan perhatian karena menyangkut pengubahan lingkungan areal luas. Hal itu dijelaskan dan dianalisis dari sudut ilmu lingkungan yang bersifat multidisiplin dan interdisiplin dan memerluan kajian holistik dan Komprehensif. Budidaya Sawit yang berkembang Pesat menjanjikan keuntungan ekonomi besar, namun kekeliruan budidayannya yang dilakukan tanpa memahami kaidah ekologis alam telah memicu masalah politik dan hubungan internasional. Lingkungan Nusantara Indonesia, yang adalah bagian terbesar dari Nusantara Indo-Malesia, bersifat unik di muka bumi ini, sehingga kegiatan yang dilakukan di lingkungan tidak begitu saja dapat meniru contoh dan menerapkan teknologi dan cara-cara yang berhasil dilakukan di bagian bumi lain."
Jakarta: The Ary Suta Center, 2019
330 ASCSM 44 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>